Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA : GERESYA TALAKUA


NPM : 12114201180049
KELAS : D

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
limpahan rahmat-nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya mencoba membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA”. Apa yang saya tulis
ini, masih jauh dari yang di harapkan dan isi-nya masih terdapat banyak kesalahan baik
dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena, itu
kritikan dan saran yang sifat-nya membangun, saya sangat harapkan sehingga makalah ini
menjadi sempurna .

Ambon , 16 Maret 2021

Geresya Talakua
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

Bab II Pembahasan
A. Teori medik tentang cedera kepala
B. Asuhan keperawatan cedera kepala

Bab III Penutup


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai penyebab


kematian, disabilitas, dan deficit mental. Cedera kepala menjadi salah satu penyebab
kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala sering mengalami edema
cerebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak
atau perdarahan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial.
(Kumar, dkk, 2013) Sedangkan menurut Smelter & Bare, (2013). Cedera kepala atau
trauma kepala merupakan kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih akibat dari
trauma atau benturan sehingga darah yang mengalir berhenti walaupun hanya beberapa
menit saja, sedangkan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala bukan besifat kongenital ataupun degenerativ tetapi disebabkan
serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau
trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. (Batticaca. F. 2008).
Menurut Smeltzer & Bare (2013), pertimbangan paling penting pada cedera kepala
adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian cedera minor dapat
menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan
glukosa sampai derajat tertentu. Sementara sel-sel serebral membutuhkan suplai darah
terus-menerus untuk kebutuhan metabolisme yang mengandung oksigen, nutrien dan
mineral. Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan keparahan cedera dan
menurut jenis cedera. Berdasarkan keparahannya cedera kepala dibagi menjadi 3, yaitu
Cedera Kepala Ringan (CKR), Cedera Kepala Sedang (CKS), dan Cedera Kepala
Berat (CKB). Sedangkan menurut jenis cedera dibagi 2, yaitu cedera kepala terbuka dan
cedera kepala tertutup (Wijaya & Yessi. 2013).
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada
kelompok usia produktif yaitu antara umur 15 – 45 tahun dan lebih di dominasi oleh
kaum laki-laki yang sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa
tabrakan kendaraan sepeda motor, mobil, sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak,
sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, korban
kekerasan dan lain sebagainya. (Tobing, 2011).
World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas
menjadi penyebab kematian ke sepuluh di dunia dengan jumlah 1,21 juta (2,1%),
sedangkan di negara berkembang menjadi penyebab kematian ketujuh di dunia dengan
jumlah kematian 940.000 (2,4%). Di Amerika Serikat dipekirakan setiap tahunnya
sebanyak 1,7 juta orang mengalami cedera kepala. Lebih dari 52.000 orang meninggal
dunia, 275.000 orang dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% dirawat dan dirujuk ke
instalansi gawat darurat. Jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak mengalami cedera
kepala dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan.(WHO, 2016)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori medik Cedera Kepala

1. Pengertian

Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai


penyebab kematian, disabilitas, dan deficit mental.

Morton (2012). Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271).

Wahyu Widagdo, dkk (2007). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak
disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan peubahan tingkat kesadaran
dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional.

2. Etiologi
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya cedera
kepala adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan lalu lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan


dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke


bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakkan turun
turun maupun sesudah sampai ke tanah
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam cedera
kepala yaitu:
a. Trauma tajam
Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat dan
menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa
lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul

Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh


(difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk:
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar
pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
Menuurut NANDA (2013) mekanisme cidera kepala meliputi Cedera
Akselerasi, Deselersi, Akselerasi-Deselerasi, Coup-Countre Coup, dan
Cedera Rotasional.
a. Cedera Akselerasi

Tejadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak,


missal, alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang
ditembakkan ke kepala.
b. Cedera Deselerasi

Terjadi jika kepala bergerak membentur objek diam, seperti pada


kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan
mobil.
c. Cedera Akselerasi-Deselerasi

Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan


kekerasan fisik.
d. Cedera Coup-Countre Coup

Terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam


ruang cranial dan denga kuat mengenai area tulang tengkorak yang
berlawanan serta area kepala yang pertamakali terbentur. Sebagai
contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
e. Cedera Rotasional

Terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar di dalam


rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya
neuron dalam substansi alba serta robeknya pembuluh darah yang
menfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.

3. Gejala klinis cedera kepala

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan

a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun untuk beberapa saat kemudian
sembuh
b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan
c. Mual atau muntah
d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun
4. Patway
Gambar 2.1 WOC

Kecelakaan Tembakan Jatuh Kekerasa

Cedera Kepala

Kompensasi tubuh Ggn. autoregulasi


Trauma tajam Trauma tumpul
vasokontriksi
Rupture vena dalam Hipoksia, hipoksemia Iskemik Fraktur tulang tengkorak
serebral
pH, PO2↓, Mk: Arteri meningen media otak
Ketidakefektifan
MK: Resiko
Hematoma subdural PCO2↑ rusak
Perfusi Jaringan Infeksi
Hematoma Hematoma Hematom epidural
subdural Hematoma subdural
akut subakut subdural kronis

Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus temporalis Lobus occipitalis


Tekanan jaringan otak Vena ruang
Gangguan neurologis
meningkat subdural robek
- Ggn. memori - Ggn.perabaan - Ggn.pendengaran - Ggn. penglihatan
Hematom - Ggn. berpikir - Ggn.Sensasi - Ggn.bahasa - Ggn.Luas
Perubahan kesadaran, Peningkatan TIK
dan - Ggn. bicara - Ggn. motorik - Ggn.komunikasi lapang pandang
perubahan pupil
kerusakan sel - Ggn. motorik - Pandangan
Nyeri darah - Ggn. menelanMK: Gangguan Persepsi Sensori Herniasi ganda
Herniasi batang otak MK: Nyeri
kepala - Inkontenensia tentorium serebri
Akut Klasifikasi dan Kelemahan motorik
MK: Gangguan
Gangguan urine
Reflek babinski Persepsi Sensori
Merobek (+) Hematoma
pernapasan MK: membran dan meingkat
Ketidakefektifan sel darah - Nyeri kepala progresif (+)
Sesak napas/Apnea, Pola Nafas
obstruksi jalan nafas - Muntah proyektil
Peningkatan - TD ↑ Peningkatan TIK MK : Resiko
MK: Cedera
Ketidakefektifan hematom Mk : Resiko kekurangan volume cairan
Mobilitas Fisik

Hemiparise - Penurunan kesadaran POLTEKKES KEMENKES RI PADAAnNsiGetas


Sumber: Wijaya & Yessi. 2013, Padila. 2012 telah diolah kembali
5. Komplikasi cedera kepala
 Faktor kardiovaskular
1. Cedera kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas
atipikal moikardial, peubahan tekanan vaskuler dan edema paru

2. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan


kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan
meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh berkompensasi dengan
meningkatkan tekanan sisolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium
kiri adalah terjadinya edema paru

 Faktor respiratori

1. Adanya edema paru pada cedera kepala dan vasokonstriksi paru atau hipetensi
paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi

2. Konsentrasi oksigen dan karbon doiksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2
rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2,
akan tejadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan
penurunan CBF (Cerebral Blood Fluid) sehingga oksigen tidak sampai ke otak
denan baik.

3. Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya tekanan
intra cranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak
atau medulla oblongata.

 Faktor metabolisme

1. Pada cedera kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya
yaitu kecenderungan retensi natrium dan air, dan hilangnya sejumlah nitrogen

2. Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus,


yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
 Faktor gastrointestin
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera kepala (3 hari)
terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal
ini akan meransang lambung menjadi hiperasiditas, dan mengakibatkan terjadinya stress
alser.
 Faktor piskologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, cedera kepala pada pasien
adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan penururnan fungsi neurologis akan mempengaruhi psikososial
pasien dan keluarga.

6. Manifestasi klinis
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013).
 Cedera kepala ringan-sedang
1. Disorientai ringan
2. Amnesia post trauma
3. Hilang memori sesaat
4. Sakit kepala
5. Mual dan muntah
6. Vertigo dalam perubahan posisi
7. Gangguan pendengaran
 Cerdera kepala sedang-berat
1. Oedema pulmonal
2. Kejang
3. Infeksi
4. Tanda herniasi otak
5. Hemiparise
6. Gangguan akibat saraf cranial

7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut (Wahyu Widagdo,
dkk, 2007).
1. Non pembedahan
1. Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
2. Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter untuk
mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis
3. Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan tekanan
intracranial
4. Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan ventilasi mekanik untuk
megontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat meningkatkan resiko peningkatan
tekanan intracranial
5. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
1. Mengatasi subdural atau epidural hematoma
2. Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
3. Mengobati hidrosefalus
B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala

1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
b. Keadaan Umum : Keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran samnolen,
GCS9, E2 V3 M4.
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 120 x/ menit, suhu 37,2 0C,
respirasi 26 x/ menit.
d. Head to toe
1. Kepala :Tampak ada lesi, dan jahitan pada kepala, rambut kasar dan tidak
mudah rontok
2. Wajah :Wajah pasien tampaksembab dan tampak ada memar pada wajah.
3. Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan terganggu, tampak edema.
4. Hidung :Hidung bersih, tidak ada lesi, pembengkakan, ada bekas darah,
Pernapasan 26 x/i
5. Telinga : Telinga tampak simetris, ada bekas darah yang sudah mengeras.
6. Bibir, mulut dan gigi : Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit kering.
7. Leher : Leher tidak ada pembesaran kelenjar thirot dan tidak ada massa.
8. ThorakParu :
I : Pergerakan dinding dada simetris antara yang kiri dengan
yang kanan
P : fremitus antara yang kiri dengan kanan sama

P : Bunyinya Sonor
A : Ronkhi

9. Jantung

I : Ictus Cordis tidak terlihat


P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Sonor
A :Irama jantung ada
10. Abdomen
I : Kulit perut tampak kering, ada bekas goresan
P : Tidak ada nyeri tekan pada perut dan daerah hepar
P : Timpani
A : Irama bising usus 16x/menit
11. Ekstermitas : Ekstremitas atas dan bawah pasien lengkap, pada ekstermitas
atas Terpasang IVFD NaCl 0,9% 28 tetes/menit. Pada ekstremitas bawah
tampak edema, CRT>2 detik, akral teraba dingin, tampak ada bekas
goresan pada kaki kanan pasien akibat kecelakaan, akral teraba dingin.
12. Genetalia : Terpasang kateter dan pempers

2. Data Penunjang
Tanggal 01 Juni 2017 jam 06.45 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu :
Hb 15,0 ( 14-18 g/dl), Leukosit 19.640 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit 278.000
(150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 44 (40-48 %), PT 10,6 (9,2-12,4 detik), APTT
33,0 (28,2-38,1 detik).

Tanggal 01 Juni 2017 jam 20.15 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu Hb 14,1 ( 14-18
g/dl), Leukosit 14.840 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit 232.000 (150.000-
400.00 /mm3), Hematokrit41(40-48%).

Pemeriksaan CTscan didapatkan pasien mengalami hematoma serebral, dan perdarahan


intracranial.

3. Program dan Rencana Pengobatan


Terapi pengobatan yang diberikan pada Tn. J yaitu :
- Cefriaxon 2x2 gr, Ranitidine 2x1 amp, PCT 3x1,5 tab, Luminal 2x1 amp, Manitol
3x1, PCT infus 3x1 amp, NACL 0,9% 28 tetes/menit

4. Analisa data
Data Masalah Penyebab

DS : - Ketidakefektifan Trauma kepala


perfusi jaringan
DO : Keadaan umum pasien lemah, serebral
tingkat kesadaran samnolen,
GCS9, E2 V3 M4. Terdapat
bekas memar pada kepala dan
wajah pasien, tanda-tanda vital
TD 170/90 mmhg, Nadi 120
x/i, Suhu 37,2 C. adanya
muntah proyektil pada pasien.
DS : - Ketidakefektifan Kerusakan
pola nafas neurologis
DO : Pasien mendapatkan oksigen 8
L/i, pernapasan pasien 26 x/i,
akral teraba dingin, Mukosa
mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.

DS : - Resiko infeksi Hematoma


serebral
DO : Kepala pasien tampak ada lesi
dan jahitan. Luka tampak
keluar cairran berwarna kuning
kecoklatan, Wajah tampak
sembab. Mata membengkak.
Hidung tampak bekas darah,
tampak ada lesi. Telinga ada
bekas darah yang sudah
mengeras. Irama jantung cepat.
Mukosa mulut kering, bibir
pucat, kulit kering. Pada perut
ada bekas goresan. Leukosit
19.640 (5.000-10.000 /mm3).
Pasien mendapatkan obat
luminal.

DS : Pasien mengatakan kepalanya Nyeri akut Agen cidera fisik


terasa sakit seperti tertusuk-
tusuk, sakitnya terasa hilang
timbul.

DO : Pasien tampak gelisah, dan


meringis kesakitan skala nyeri
6 (dari 1-10)
5. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


trauma kepala
2 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis
3 Resiko infeksi berhubungan dengan hematoma serebral

4 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.


6. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan Circulation status baik n. Pertahankan jalan
perfusi jaringan Perfusi jaringan napas yang paten
serebral serebral normal. o. pertahankan posisi
berhubungan pasien
dengan trauma Kriteria hasil : p. berikan O2 sesuai
kepala d. Tekanan darah kebutuhan
dalam rentang q. berikan obat manitol
normal bila perlu
e. tidak ada tanda- r. monitor tekanan
tanda peningkatan perfusi serebral
tekanan darah s. catat respon pasien
intracranial terhadap stimulasi
f. bekomunikasi t. monitor tekanan
dengan jelas dan intrakranial pasien dan
sesuai kemampuan, respon neurologi
tingkat kesadaran terhadap aktifitas
membaik u. monitor intake dan
output cairan
v. posisikan pasien pada
posisi semi fowler
w. minimalkan stimulasi
dari lingkungan
x. monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
y. monitor sianosis
perifer
z. monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

2 Ketidakefektifan Respiratory Status: Manajemen jalan nafas


pola nafas Ventilation
berhubungan Respiratory Status : g. Buka jalan nafas
dengan Airway Patency dengan teknik chin lift
Kerusakan atau jaw thrust
neurologis. Kriteria hasil : h. Posisikan pasien untuk
f. Frekuensi memaksimalkan
pernafasan dalam ventilasi
batas normal i. Lakukan fisioterapi
g. Irama pernafasan dada jika perlu
normal j. Buang sekret dengan
h. Tidak ada cara batuk efektif atau
penggunaan otot suction
bantu pernafasan k. Instruksikan cara batuk
i. Tidak ada retraksi efektif
dinding dada l. Auskultasi suara nafas
j. Tidak ada suara
nafas tambahan Terapi oksigen
h. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
i. Berikan oksigen
tambahan sesuai
kebutuhan
j. Memonitor respirasi
dan status O2
k. Monitor aliran O2
l. Monitor efektifitas
terapi oksigen
m. Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
n. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan
atau tidur

3 Resiko infeksi Immune status. Infection control (kontrol


berhubungan Knowledge infection infeksi) :
dengan control n. Bersihkan lingkungan
hematoma Risk control setelah dipakai pasien
serebral lain.
Kriteria hasil : o. Pertahankan teknik
f. Klien bebas dari isolasi.
tanda dan gejala p. Lakukan perawatan
infeksi. luka pasien
g. Mendeskripsikan q. Pantau perkembangan
proses penularan kesembuhan luka
penyakit, faktor pasien
yang r. Batasi pengunjung bila
mempengaruhi perlu.
penularan serta s. Intruksikan pada
penatalaksanaanny pengunjung untuk
a mencuci tangan saat
h. Menunjukkan berkunjung dan setelah
kemampuan untuk berkunjung.
mencegah t. Gunakan sabun
timbulnya infeksi. antimikroba untuk cuci
i. Jumlah leukosit tangan.
dalam batas u. Cuci tangan setiap
normal. sebelum dan sesudah
j. Menunjukkan melakkan tindakan
perilaku hidup keperawatan.
sehat. v. Gunakan alat
pelindung diri sebagai
pelindung.
w. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
x. Tingkatkan intake
nutrisi.
y. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik
bila perlu.
z. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.

4 Resiko Pain Level Manajemen nyeri


kelebihan Pain Control
volume cairan Comfort Level j. Lakukan pengkajian
Berhubungan nyeri secara
dengan Kriteria hasil : kompehensif yang
gangguan l. Mengenali kapan meliputi lokasi,
mekanisme nyeri terjadi karakteristik, frekuensi
Regulasi m. Menggambarkan durasi, kualitas,
faktor penyebab intensitas atau beratnya
n. Menggunakan nyeri
tindakan k. Observasi adanya
pencegahan petunjuk nonverbal
o. Menggunakan mengenal
analgesik yang ketidaknyamanan
digunakan terutama pada mereka
p. Melaporkan gejala yang tidak dapat
yang tidak berkomunikasi secara
terkontrol pada efektif
profesional l. Gunakan strategi
kesehatan komunikasi terapeutik
q. Nyeri yang untuk mengetahui
dilaporkan tidak ada pengalaman nyeri dan
r. Mengerang dan sampaikan penerimaan
menangis tidak ada pasien terhadap nyeri
s. Iritabilitas tidak ada m. Gali bersama pasien
t. Bisa beristirahat faktor-faktor yang bisa
u. Tidak ada memperingan nyeri
ketegangan otot atau memperberat
v. Tidak ada ekspresi nyeri
nyeri pada wajah n. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(seperti, terapi musik,
pijatan, relaksasi dan
nafas dalam)
o. Gali penggunaan
farmakologi yang
dipakai pasien saat ini
untuk menurunkan
nyeri
p. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
q. Dukung pasien untuk
istirahat yang adekuat
untun menurunkan rasa
nyeri
r. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik

Pemberian analgesik
j. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
k. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
l. Cek adanya riwayat
alergi obat
m. Tentukan pilihan obat
analgesik berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri
n. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
memberikan analgesik
o. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
p. Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada nyeri
yang berat
q. Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai penyebab


kematian, disabilitas, dan deficit mental. Cedera kepala menjadi salah satu penyebab
kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala sering mengalami edema
cerebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau
perdarahan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial.
(Kumar, dkk, 2013) Sedangkan menurut Smelter & Bare, (2013). Cedera kepala atau
trauma kepala merupakan kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih akibat dari
trauma atau benturan sehingga darah yang mengalir berhenti walaupun hanya beberapa
menit saja, sedangkan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2014, New Statistical Update Looks at Worldwide


Heart, Stroke Heath, Dallas.
Amran. 2012. Analisis Faktor Resiko Kematian Penderita Stroke,
Makassar.

RSUP Dr. M. Djamil. Indeks Penyakit Instalasi Rawat Inap tahun 2013.

Safrizal, dkk. 2013. Hubungan Nilai Oxygen Delivery Dengan Outcome


Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Diakses Pada 2013.

Solihin, M, Zainal (2014), Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Kepala Di


RSI Sakinah Kota Mojokerto, diakses dalam:
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB/-KEB/ article/
view File/549/461, pada tanggal 10 Januari 2017.

Sugiyono, dkk. (2012). Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung : Alfabeta.


Sujarweni. W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Media.
Tarwoto, dkk. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Tobing, HG. (2011). Synopsis ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Askep).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Widagdo, Wahyu, dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Tim Penerbit Bu

Anda mungkin juga menyukai