Referat Anestesi Tiva
Referat Anestesi Tiva
Disusun oleh :
Shofa Muminah
PEMBIMBING :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
anestesi dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun
dan ether melalui intravena, tujuh tahun kemudian, elisabeth brendenfeld dari
dari obat-obat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia dalam
bentuk intravena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu blok mental, refleks, sensoris dan motorik. Atau trias A (3A) dalam anestesi
yaitu :
1. Amnesia
2. Arefleksia otonomik
3. Analgesik
1. Induksi anestesia
3
2.3 Keuntungan dan kekurangan anestesi intravena
3. Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin yang
khusus
3. Tidak dapat pulih dengan mudah seperti anestesi inhalasi dan bahwa ada
1. Propofol
intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang diprivan. Pertama kali
digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
4
mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
a. Mekanisme kerja
b. Farmakokinetik
protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu
menyebabkan sedasi (rata-rata 30-45 detik) dan kecepatan untuk pulih juga
bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
c. Farmakodinamik
analgetik.
5
Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung
dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan
5. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak ,3 tahun dan pada
e. Efek samping
2. Gejala mual dan muntah juga seringkali ditemui pada pasien setelah
6
2. Tiopenton
tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat
dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis yang banyak atau dengan
kesadaran.
a. Mekanisme kerja
polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak
kesadaran.
b. Farmakokinetik
1. absorbsi
intravena untuk induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak –
anak.
7
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
c. Farmakodinamik
2. Mata
8
setelah pemberian induksi thiopental supaya tekanan intraokular
3. Sistem kardiovaskuler
bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila
tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung
4. Sistem pernafasan
menyebabkan bronkospasme.
9
d. Dosis
e. Efek samping
3. Ketamin
Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini
yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama
mimpi buruk.
persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut
10
a. Mekanisme kerja
b. Farmakokinetik
1. Absorbsi
intramuskular
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
ginjal.
11
c. Farmakodinamik
2. Mata
3. Sistem kardiovaskuler
12
4. Sistem pernafasan
asma.
anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai. Dosis obat untuk
e. Efek samping
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat
menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga
13
dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat
4. Opioid
Obat opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum,
dan kata “opium “ berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.
sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam
dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda
a. Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf
b. Farmakokinetik
1. Absorbsi
14
menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat (10 menit)
analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 μg/Kg) dan dewasa (200-
800 μg).
2. Distribusi
otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih panjang.
3. Metabolisme
aliran darah hepar. Produk akhir berupa bentuk yang tidak aktif.
4. Ekskresi
c. Farmakodinamik
1. Sistem kardiovaskuler
15
medulla, tahanan sistemik juga menurun hebat pada pemberian
2. Sistem pernafasan
kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada
dosis tertentu.
3. Sistem gastrointestinal
4. Endokrin
16
BAB 3
KESIMPULAN
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh
otot. Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat–obat ini akan diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target
farmakodinamiknya masing-masing.
17
Daftar Pustaka
2. Wim de Jong, 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah, penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta.
3. Tony H., 1998. Anestesi Umum dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV.
18