PEMBIMBING
dr. DIAH WIDYANTI, Sp.An, KIC
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang memberikan pelayanan medis terhadap
pasien dalam hal-hal :
• Topikal
• Infiltrasi lokal
Lokal • Blok lapangan.
• Hidrosefalus penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS
yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid
DEFINISI
Hidrosefalus merupakan
penumpukan cairan
serebrospinal (CSS)
• Hidrosefalus memiliki tingkat insidensi yang cukup tinggi pada anak-anak 1:1000
kelahiran
• 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus.
• 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosis mengalami hidrosefalus.
ANATOMI
Sumber: http//www//atlasneuroanatomy
Lanjutan.. Fisiologi Aliran LCS
Hidrosefalus 1. Kongenital
Berdasarkan
Etiologi 2. Acquired
Berdasarkan usia
Berdasarkan Etiologinya :
1. Kongenital 2. Acquired
• Stenosis akuaduktus • Stenosis akuaduktus
serebri serebri
• Sindrom Dandy-Walker • Herniasi tentorial akibat
tumor supratentorial
• Malformasi Arnold-Chiari
• Hematoma
• Aneurisma vena Galeni intraventrikuler
• Hidrancephaly • Tumor (ventrikel, regio
vinialis, fosa posterior)
• Abses/granuloma
• Kista arakhnoid
Gambaran Klinis
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Nistagmus horizontal
- Sakit kepala
Lahir 35 cm
- Kesadaran menurun
Umur 3 bulan 41 cm
- Gelisah
Umur 6 bulan 44 cm
- Mual, muntah
Umur 9 bulan 46 cm
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
Umur 12 bulan 47 cm
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
Umur 18 bulan 48,5 cm
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan
menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
PROGNOSIS
Bergantung pada
•Etiologi
• Derajat hidrosefalus
• Ada atau tidaknya malformasi otak lain
•Ketepatan waktu diagnosis
•Keberhasilan pengobatan
Hidup
Meninggal 1. Retardasi mental
Ringan
2. Retardasi mental
berat
Pemeriksaan Penunjang
• X-Ray Foto kepala, didapatkan
• Tulang tipis
• Disproporsi kraniofasial
• Sutura melebar
• Dengan prosedur ini dapat diketahui :
• Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
• Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala
diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
• Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital
1 cm
• Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel
• Ventrikulografi
• CT scan kepala
CT Scan Kepala
Hematom subdural
Emfiema subdural
Diagnosis
Banding Hidranensefali
Tumor otak
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral
2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal
1.200 mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2
mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari
Terapi non medikamentosa
• Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC.
Terapi Operasi
• Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2
g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
• “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
• Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
• Operasi pintas/”Shunting” Ada 2 macam :
1. Eksternal :CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
•
Anestesi Umum :
- Menghilangkan nyeri
- Tidak sadar
- Amnesia
- Reversibel
- Dapat diprediksi
- Sinonim dengan narkose
Komponen ideal anestesi umum
1. Hipnotik
2. Analgesi
3. Relaksasi otot
TEORI ANESTESI UMUM
Tahapan Tindakan Anestesi Umum
Hipnotik
Sedatif
• Antikolinergik
• Sulfas atropin (antikolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg), dosis 0,001 mg/kgBB
• Neuroleptik
STADIUM ANESTESI
1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)
2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)
3. Stadium III
4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)
Induksi anestesi
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’
S: Scope - Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringoskop pilih bilah atau
daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T: Tube - Pipa trakea pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed).
A: Airway - Pipa mulut faring (guedel, oro-tracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-
tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan napas.
T: Tape - Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I: Introducer - Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel)yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
C : Connector - Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi.
S : Suction - penyedot lendir, ludah, dan lain-lainnya.
Macam-macam induksi
Obat Intravena
Tiophental (pentothal, tiophenton)
Induksi intravena
Sediaan ampul 500 mg atau 1000 mg. Sebelum digunakan
dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,5% (1 ml =
25 mg). Hanya digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7
Induksi inhalasi mg/kg disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.
Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil, dan sebelum tindakan
diberikan analgesik semprot lidokain 4% atau 10% sekitar
faring-laring. Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2
atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2
> 4 ltr/mnt atau campuran N2O:O2 = 3:1. Aliran > 4 ltr/mnt.
Isofluran (foran, aeran)
Meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial dapat
dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi sehingga
isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.
Sevofluran (ultane)
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang
batuk walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi
sampai 8 vol %.
Mirip dengan isoflurane, baik digunakan pada kasus bedah otak.
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi di
samping halotan.
MACAM DAN TANDA REFLEK PADA MATA
1. Reflek pupil
2. Reflek bulu mata
3. Reflek kelopak mata
4. Reflek cahaya
Prosedur
1. Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
2. Pasang infus
3. Premedikasi + / -
4. Induksi
5. Pemeliharaan
II. INTUBASI ENDOTRAKEA DG NAFAS SPONTAN
Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube)
endotrakea (ET= endotrakheal tube) kedalam trakea
via oral atau nasal
Sebab-sebab obstruksi
1. Lidah jatuh
2. Lendir jalan nafas
3. Spasme laring
Langkah-langkah Penanggulangan
Langkah 1
a. Kepala ekstensi
b. Triple airway manouver
Langkah 2
a. Pengisapan lendir
b. Cegah aspirasi
c. Tredelenburg
Langkah 3
a. Pasang infus
b. Posisi tetap ekstensi
Bila langkah 1,2 dan 3 → obstruksi (+)
Kemungkinan ada spasme laring.
Pada anestesi umum → anestesi dangkal
Tindakan selanjutnya :
a. Ventilasi dibantu dan dalamkan anestesi
b. Berikan obat pelemas otot
Langkah 5
Krikotirotomi ; bila alat intubasi (-) atau intubasi tak mungkin
dilakukan
Caranya : tusukan jarum besar misalnya No.14 diantara tulang
rawan krikoid tiroid → cegah asfiksia
Langkah 6
Trakeostomi bukan tindakan sangat darurat
Indikasi : pasien yang membutuhkan bantuan nafas jangka
panjang ; obstruksi jalan nafas karena tumor, stenosis ; operasi
tumor dekat jalan nafas
INTUBASI TRAKEA
Indikasi :
1. Mempermudah anestesi umum
2. Mempertahankan jalan nafas dan kelancaran
pernafasan
3. Cegah aspirasi
4. Pengisapan sekret
5. Ventilasi mekanik jangka lama
6. Mengatasi obstruksi laring
7. Anestesi umum pada operasi dengan nafas kontrol,
operasi posis miring, tengkurap dll
Persiapan
1. Persiapan alat-alat yang dibutuhkan seperti laringoskop,
ET, stilet dll
2. Masih siap pakai / atau alat bantu nafas
3. Obat-obat induksi seperti ; pentotal, ketalar, diprivan dll
4. Obat-obat pelumpuh otot seperti suksinil kolin, trakrium,
pavulon dll
5. Obat darurat seperti ; adrenalin (efinefrin ), SA & mielon dll
Tehnik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin → fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100% selama kira-kira 1 mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendo
rong kepala sedikit ekstensi → mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit
demi sedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah beng
kok) atau angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dari
luar )
8. Temukan pita suara → warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glotis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu
nafas ( alat resusitasi )
2.4 ANASTESI PADA PEDIATRIK
FRC 27-30 30
6 bulan 80-150 95 45
2 tahun 85-125 95 50
4 tahun 75-115 98 57
• Pernafasan : Stetoskop prekordial, Pada nafas spontan ( gerak dada dan bag
reservoir),Warna ekstremitas
• Sirkulasi : Stetoskop perikordial, Perabaan nadi, EKG dan CVP
• Suhu : Rektal
• Perdarahan
• Air Kemih : Isi dalam kantong air kemih
Pengakhiran Anestesia
Pemeriksaan
fisik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 102x/menit
Respirasi : 31x/menit
Suhu badan : 36.70C
Status Generalis
Kepala:
Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Macrocephal,
Mata : Pupil: bulat, isokor, diameter ODS: 3 mm,
lingkar kepala:76
Refleks cahaya (+/+)
cm
Thoraks : Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Tymphani.
Akral teraba hangat, kering dan merah, Capillary Refill Time < 3”, Edema tidak ada, kekuatan otot di
Ekstremitas :
ekstremitas superior et inferior: 5
Pemeriksaan Penunjang
(Hematologi Rutin)
Makan/Minum
: 11 jam sebelum operasi
Terakhir
Persiapan BB/TB : 15kgKg / 64 Cm
Anestesi
TTV di Ruang Nadi: 127x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh;
:
Operasi respirasi: 20x / menit; suhu badan:36,8 oC
SpO2 : 99%
Diagnosa Pra
Bedah : Hydrocephalus
Airway:
Lanjutan… Jalan napas bebas, terpasang O2 nasal 2-3 lpm,
Look :
Mallampati Score: 1
Terasa hembusan nafas pasien di pipi
Feel :
pemeriksa.
Terdengar hembusan napas pasien,
Listen :
Pasien bicara spontan.
B1 :
Breathing:
Gerak dinding dada simetris, retraksi sela iga (-
Inspeksi :
), frekuensi napas: 20 kali/menit
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi Suara nafas vesikuler (+/+), suara rhonki (-/-),
:
suara wheezing (-/-).
Akral: teraba hangat, kering, warna: merah
Perfusi : muda, Capillary Refill Time< 2”
Nadi: 127x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
:
B2 Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Perkusi : Batas kiri : ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II, regular, murmur(-), gallop (-)
Compos Mentis, GCS:E4V5M6 = 15,
Riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-),
B3 : Kesadaran : Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),
Pupil: bulat, isokor, ϴ ODS 3 mm,
refleks cahaya (+/+)
B4 : Tidak terpasang kateter, produksi urin (+) , warna kuning.
Perkusi : Tymphani.
Akral teraba hangat, kering dan merah, Capillary Refill Time< 2”, Edema tidak ada,
B6 :
kekuatan otot di ekstremitas superior et inferior: 5
Ahli Anestesiologi : dr. D. W, Sp.An. KIC
Ahli Bedah : dr. T.N, Sp.BS
Jenis Pembedahan : VP SHUNT
Lama Operasi : 11.00-11.45 WIT
Jenis Anestesi : General Anestesi
Anestesi dengan : Sevoflurance + O2
Induksi
Medikasi
Control Pernapasan
Pernafasan :
Posisi : Supine
Infus : D5 ½ NS
Laporan durante operasi
Laporan Anestesi
Sedacum
Premedikasi :
Fentanyl 15mg
Induksi dan Maintenance : Tramus 8mg
- Dexamethasone 2mg
- Antrain 250mg
CRT<3”
RR: 31x/m
160
140
120
100
80
Nadi
60
40
20
0
1111.05
11.15
11.25
11.35
11.45
(Waktu)
Instruksi Post Operasi
1 cc x 5 Kg = 5 cc / jam 120/hari
45 cc/ jam.
11 jam x 45 cc = 495 cc
Durante Operasi Kebutuhan cairan per jam:
45 cc/jam
45
= x 45= 33,75 / 45 menit
60
Replacement
60xkgBb
= 60x15: 900cc
Input: Pre Operasi D5 ½ NS: 50 cc) + Durante Operasi (D5 ½ NS 100 cc)
= 150 cc – 50cc
= + 100 cc
100x15= 1500
Pasien bayi
perempuan Operasi Pemeriksaan Umur pasien
usia 8 bulan Pemasangan preoperatif : termasuk
dengan VP-SHUNT PS ASA III dalam Pediatri
Hidrosefalus
1. Penentuan PS ASA ?
Teori Kasus
Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, PS ASA III
psikiatrik, biokimia. Pada kasus ini pasien tergolong PS ASA III karena pasien merupakan bayi
Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik perempuan usia 8 bulan (pediatrik) dengan penyakit Hidrocephalus.
ringan atau sedang. Hidrosefalus adalah suatu kelainan dimana terjadi pelebaran ventrikel otak
Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik disertai peningkatan tekanan intrakrania yang dapat mengakibatkan kejang
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas. seperti yang dialami pasien, sehingga mengakibatkan kelainan sistemik berat.
Kelas IV : Pasien dengan penyakit sitemik Selain itu, pada pediatrik memiliki kemampuan aktivitas yang terbatas, otot
berat, tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan leher bayi masih sangat lunak, leher lebih pendek, sulit menyangga atau
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap memposisikan kepala, dengan tulang occipital yang menonjol.
saat. Pada neonatus rongga dada lemah dan ukurannya kecil dengan iga
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan horizontal. Diafragma terdorong keatas oleh isi perut yang besar. Dengan
dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan demikian kemampuan dalam memelihara tekanan negatif intratorakal dan
lebih dari 24 jam. volume paru rendah, sehingga memudahkan terjadinya kolaps alveolus serta
menyebabkan neonatus bernapas secara diafragmatis. Kadang-kadang
tekanan negatif dapat timbul dalam lambung pada waktu proses inspirasi,
sehingga udara atau gas anestesi mudah terhirup ke dalam lambung.
Hasil : Sudah tepat
2. Penetuan Jenis Anestesi, Mengapa General Anastesi
Teori Kasus
Penatalaksanaan anestesi pada kasus ini, dapat dikerjakan Pada kasus ini teknik anestesi yang dipakai general anestesi inhalasi
dengan general anestesi (anestesi umum). Anestesi umum karena pada kasus bedah cranium yang membutuhkan waktu lama
dipilih pada pasien ini mengingat beberapa alasan, yaitu dan efek anastesia pada daerah yang bisa dijangkau dengan
sulit dilakukan pada saat pasien sadar karena pemberian anestesi general / umum. Jika yang dipilih adalah
menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan pada anestesi regional atau local, maka tidak sesuai dengan area yang
pasien, pada anestesi umum juga pasien tidak sadar akan dilakukan pembedahan.
sehingga mencegah ansietas selama prosedur medis
berlangsung, efek amnesia meniadakan memori buruk
pasien yang didapat dari ansietas dan berbagai kejadian
intraoperative yang mungkin memberikan trauma
psikologis, serta memungkinkan dilakukannya prosedur
yang memakan waktu lama.
Kesadaran Compos Mentis, GCS: (E4V5M6), riwayat kejang (+), Penurunan kesadaran, peningkatan TIK akibat Observasi kesadaran, tanda-tanda
B3
riwayat pingsan (-) obat anestesi TTIK
Tidak Terpasang DC, produksi urin (+), warna kuning tua Retensi urin Rehidrasi, Monitoring produksi urin
B4
Simetris, Datar, BU 2x/15 Detik, regio epigastrium, Risiko refluks gastroesofageal saat operasi. Pemberian Ranitidin dan
B5 hypocondriach dextra sinistra; ALT; 134,8 U/L; AST: 164,4 Ondansentron
U/L; GDS : 142 mg/dl
B6 Akral hangat (+), edema (-), fraktur (-), deformitas (-) Posisikan pasien dengan tepat
PRE OPERASI Pre op : D5 ½ NS: 100cc
Puasa selama 10 jam
1. Maintenance
Kebutuhan cairan per 24 jam
100cc/kgBB untuk 10kg pertama
50cc/kgBB untuk 10-20kg kedua
20cc/kgBB untuk sisa kilogram
100cc x 15= 1500cc
50cc x 15=750cc
Total: 2250cc/24jam
2. Replacement
a. Resusitasi perdarahan : -
b. Kebutuhan cairan untuk pengganti 10 jam puasa
• Pada pasien pediatri yang akan melakukan operasi sebaiknya informed consent
harus selalu dilakukan dokter di setiap langkah pemeriksaan dan tindakan.
• Harus disampaikan terlebih dahulu semua informasi yang dapat dipahami oleh
pasien dan keluarga, termasuk menyampaikan kondisi terburuk yang mungkin
terjadi, seperti prognosis penyakit, kondisi penyembuhan pascapembedahan atau
rencana home care bila pasien memasuki kondisi terminal.