Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN KASUS

“GENERAL ANASTESI PADA ANAK USIA 14 TAHUN


DENGAN HIDROCEPHALUS”
OLEH

Benediktus Renald Kayame (0120840040)

PEMBIMBING
dr. ALBINUS COBIS, Sp.An. M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN

Kata anestesi Oliver Wendel


Holmes, (Yunani : An berarti tidak, dan
Aesthesis berarti rasa atau sensasi
nyeri).

Secara harfiah anastesi berarti ketiadaan rasa atau sensasi nyeri.


 Dalam arti yang lebih luas, anastesi berarti suatu keadaan
hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan.
Lanjutan Pendahuluan…

Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang memberikan pelayanan medis terhadap
pasien dalam hal-hal :

• Pemberian anesthesia dan analgesia,


• Menjaga keselamatan pasien yang menjalani
pembedahan atau tindakan medis lainnya,
• Bantuan resusitasi pasien gawat,
• Mengelola unit perawatan/terapi intensif,
• Memberi pelayanan terapi inhalasi, dan
• Penanggulangan nyeri yang berat serta berperan
aktif mengelola kedokteran gawat darurat serta
tidak terlepas juga dari pelayanan sedasi
Lanjutan Pendahuluan…

• Pemberian obat-obatan melalui parenteral


• Pemberian obat-obatan melalui inhalasi, dan
General • Pemberian obat-obatan melalui parenteral dan inhalasi
anestesi

Cara pemberian • Lokal (infiltrasi)


anestesi terbagi • Blok saraf
menjadi 3, yaitu : • Peridural
Regional • Spinal (Sub Arachnoid Block/SAB), dan lain-lain.

• Topikal
• Infiltrasi lokal
Lokal • Blok lapangan.
• Hidrosefalus  penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS
yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid

• Hidrosefalus memiliki tingkat insidensi yang cukup tinggi pada anak-


anak 1:1000 kelahiran
• 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami hidrosefalus.
• 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosis mengalami
hidrosefalus.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS


2.1 HIDROSEFALUS

DEFINISI

Pelebaran ventrikel otak


HIDROSEFALUS= Hydro disertai peningkatan
(Air), Cephalon (Kepala) tekanan intrakranial.

Hidrosefalus merupakan
penumpukan cairan
serebrospinal (CSS)
• Hidrosefalus memiliki tingkat insidensi yang cukup tinggi pada anak-anak 1:1000
kelahiran
• 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus.
• 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosis mengalami hidrosefalus.
ANATOMI

Sumber: http//www//atlasneuroanatomy
Lanjutan.. Fisiologi Aliran LCS

• CSS dihasilkan oleh plexus choroideus


• Mengalir dari ventrikel lateral ke dalam
ventrikel III, melalui aquaductus masuk ke
ventrikel IV.
• Cairan memasuki spatium liquor
serebrospinalis externum melalui foramen
lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
• Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4
cc/menit atau 14-38 cc/jam.
• Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah
sekitar 500-600cc, sedangkan jumlah total
CSS adalah 150 cc
KLASIFIKASI
1. Hidrosefalus
Tipe obstruksi
(non komunikans)
Berdasarkan
obstruksi CSS
2. Hidrosefalus
Komunikans

Hidrosefalus 1. Kongenital
Berdasarkan
Etiologi 2. Acquired

Berdasarkan usia
Berdasarkan Etiologinya :

1. Kongenital 2. Acquired
• Stenosis akuaduktus • Stenosis akuaduktus
serebri serebri
• Sindrom Dandy-Walker • Herniasi tentorial akibat
tumor supratentorial
• Malformasi Arnold-Chiari
• Hematoma
• Aneurisma vena Galeni intraventrikuler
• Hidrancephaly • Tumor (ventrikel, regio
vinialis, fosa posterior)
• Abses/granuloma
• Kista arakhnoid
Ukuran rata-rata lingkar kepala Gejala pada anak-anak dan dewasa:

- Sakit kepala
Lahir 35 cm
- Kesadaran menurun
Umur 3 bulan 41 cm
- Gelisah
Umur 6 bulan 44 cm
- Mual, muntah
Umur 9 bulan 46 cm
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
Umur 12 bulan 47 cm
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
Umur 18 bulan 48,5 cm
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan
menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
PROGNOSIS

Bergantung pada
•Etiologi
• Derajat hidrosefalus
• Ada atau tidaknya malformasi otak lain
•Ketepatan waktu diagnosis
•Keberhasilan pengobatan

Hidup
Meninggal 1. Retardasi mental
Ringan
2. Retardasi mental
berat
Pemeriksaan Penunjang
• X-Ray Foto kepala, didapatkan
• Tulang tipis
• Disproporsi kraniofasial
• Sutura melebar
• Dengan prosedur ini dapat diketahui :
• Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
• Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala
diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
• Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital
1 cm
• Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel
• Ventrikulografi
• CT scan kepala
CT Scan Kepala

- Pada hidrosefalus komunikan


gambaran CT scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid
di proksimal dari daerah sumbatan.
Higroma subdural

Hematom subdural

Emfiema subdural
Diagnosis
Banding Hidranensefali

Tumor otak

Kepala besar (Megaloensefali)


PENATALAKSANAAN
1.Terapi
Terapi medikamentosa

Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral
2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal
1.200 mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2
mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari
Terapi non medikamentosa
• Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC.
Terapi Operasi
• Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2
g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
• “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
• Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
• Operasi pintas/”Shunting” Ada 2 macam :
1. Eksternal :CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

2. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.


• “Lumbo Peritoneal Shunt”
• CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
dengan jarum Touhy secara perkutan.
Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
Ada 2 macam:
 Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan
bersifat hanya sementara
 Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam
anggota tubuh lain.Misalnya :ventrikulo-atrial,
ventrikulo-bronkhial, ventrikulo-
mediastinal,ventrikulo-peritoneal
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke
rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
dengan jarum Touhy secara perkutan.
2.3 ANASTESI UMUM

• Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri.


• Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan
hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi
obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran
juga hilang.


Anestesi Umum :
- Menghilangkan nyeri
- Tidak sadar
- Amnesia
- Reversibel
- Dapat diprediksi
- Sinonim dengan narkose
Komponen ideal anestesi umum
1. Hipnotik
2. Analgesi
3. Relaksasi otot
TEORI ANESTESI UMUM
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

1. Penilaian dan persiapan pra-anestesi Premedikasi


PENILAIAN PRA BEDAH 1) Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien
• Anamnesis
2) Memudahkan atau memperlancar induksi
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan laboratorium 3) Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
• Masukan oral
• Obat-obat yang sering digunakan:
Lanjutan..
• Analgesik narkotik

a) Petidin (amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB

b) Morfin (amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB

c) Fentanyl (fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3μgr/kgBB

Hipnotik

a) Ketamin (fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB

b) Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB

Sedatif

• a)Diazepam/valium/stesolid (amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB

• b)Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg), dosis 0,1mg/kgBB

• c) Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBB

• Antikolinergik

• Sulfas atropin (antikolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg), dosis 0,001 mg/kgBB

• Neuroleptik

• Droperidol, dosis 0,1 mg/kgBB


METODE ANESTESI
1. Parenteral
2. Perektal
3. Perinhalasi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Respirasi
2. Sirkulasi
3. Jaringan
4. Sifat fisik
5. Lain – lain

STADIUM ANESTESI
1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)
2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)
3. Stadium III
4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)
Induksi anestesi
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’
S: Scope - Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringoskop pilih bilah atau
daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T: Tube - Pipa trakea pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed).
A: Airway - Pipa mulut faring (guedel, oro-tracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-
tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan napas.
T: Tape - Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I: Introducer - Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel)yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
C : Connector - Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi.
S : Suction - penyedot lendir, ludah, dan lain-lainnya.
Macam-macam induksi
Obat Intravena
 Tiophental (pentothal, tiophenton)
Induksi intravena
Sediaan ampul 500 mg atau 1000 mg. Sebelum digunakan
dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,5% (1 ml =
25 mg). Hanya digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7
Induksi inhalasi mg/kg disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.

 Propofol ( 2,6 – diisopropylphenol ) merupakan derivat


fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena.
Induksi per rektal Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml = 10 mg).

 Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil


sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate
general anesthesia”. Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk
intramuskuler 3-10 mg. Ketamin dikemas dalam cairan
bening kepekatan 1% (1 ml = 10 mg), 5% (1 ml = 50 mg),
10% (1 ml = 100 mg).
Induksi inhalasi
 N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen
monoksida) . Berbentuk gas, tidak berwarna, bau manis,
tidak iritasi, tidak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat
udara. Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat
anastetik lemah dan analgesi kuat sehingga sering
digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan

 Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan
anestesinya cukup dalam, stabil, dan sebelum tindakan
diberikan analgesik semprot lidokain 4% atau 10% sekitar
faring-laring. Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2
atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2
> 4 ltr/mnt atau campuran N2O:O2 = 3:1. Aliran > 4 ltr/mnt.
 Isofluran (foran, aeran)
Meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial dapat
dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi sehingga
isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.

 Sevofluran (ultane)
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang
batuk walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi
sampai 8 vol %.
Mirip dengan isoflurane, baik digunakan pada kasus bedah otak.
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi di
samping halotan.
MACAM DAN TANDA REFLEK PADA MATA
1. Reflek pupil
2. Reflek bulu mata
3. Reflek kelopak mata
4. Reflek cahaya

KONTRA INDIKASI ANESTESI UMUM


1. Mutlak :dekomp.kordis derajat III – IV : AV blok
derajat II – total
2. Relatif ; hipertensi berat/tak terkontrol, DM tak
terkontrol, infeksi akut, sepsis, GNA
TEHNIK ANESTESI UMUM
I. SUNGKUP MUKA (fask mask) nafas spontan
Indikasi
> Tindakan singkat ( ½ - 1 jam )
> Keadaan umum baik ( ASA I – II )
> Lambung harus kosong

Prosedur
1. Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
2. Pasang infus
3. Premedikasi + / -
4. Induksi
5. Pemeliharaan
II. INTUBASI ENDOTRAKEA DG NAFAS SPONTAN
Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube)
endotrakea (ET= endotrakheal tube) kedalam trakea
via oral atau nasal

Indikasi ; operasi lama, sulit mempertahankan airway


Prosedur :
1. Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat
2. Intubasi setelah induksi dan suksinil
3. Pemeliharaan
III INTUBASI DENGAN NAFAS KENDALI (KONTROL)
1. Tehnik sama dengan diatas
2. Obat pelumpuh otot non depolar
3. Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat
diulang pemberiannya
Paska Pembedahan
> Periode sangat penting
> Observasi dan monitor tanda vital
> Pengendalian nyeri
> Hipoksia
> Pengembalian keruangan
JALAN NAFAS PADA ANESTESI UMUM
> Airway bebas dan nafas lancar
> Guedel atau ET
> Hati-hati obstruksi

Tanda-tanda obstruksi parsial :


1. Stridor
2. Retraksi otot-otot dada
3. Nafas paradoksal
4. Kembang kempis balon lemah
5. Nafas makin berat
6.Sianosis
Tanda-tanda obstruksi total
1. Retraksi lebih jelas
2. Gerak paradoksal lebih jelas
3. Kerja otot meningkat
4. Sianosis lebih cepat timbul

Sebab-sebab obstruksi
1. Lidah jatuh
2. Lendir jalan nafas
3. Spasme laring
Langkah-langkah Penanggulangan

Langkah 1
a. Kepala ekstensi
b. Triple airway manouver

Langkah 2
a. Pengisapan lendir
b. Cegah aspirasi
c. Tredelenburg

Langkah 3
a. Pasang infus
b. Posisi tetap ekstensi
Bila langkah 1,2 dan 3 → obstruksi (+)
Kemungkinan ada spasme laring.
Pada anestesi umum → anestesi dangkal

Tindakan selanjutnya :
a. Ventilasi dibantu dan dalamkan anestesi
b. Berikan obat pelemas otot

Bila cara diatas gagal → dipertimbangkan


Langkah 4, 5 dan 6
Langkah 4
Intubasi trakea ; sulit dan traumatis, pakai pelemas otot, nafas
harus dikendalikan

Langkah 5
Krikotirotomi ; bila alat intubasi (-) atau intubasi tak mungkin
dilakukan
Caranya : tusukan jarum besar misalnya No.14 diantara tulang
rawan krikoid tiroid → cegah asfiksia

Langkah 6
Trakeostomi bukan tindakan sangat darurat
Indikasi : pasien yang membutuhkan bantuan nafas jangka
panjang ; obstruksi jalan nafas karena tumor, stenosis ; operasi
tumor dekat jalan nafas
INTUBASI TRAKEA
Indikasi :
1. Mempermudah anestesi umum
2. Mempertahankan jalan nafas dan kelancaran
pernafasan
3. Cegah aspirasi
4. Pengisapan sekret
5. Ventilasi mekanik jangka lama
6. Mengatasi obstruksi laring
7. Anestesi umum pada operasi dengan nafas kontrol,
operasi posis miring, tengkurap dll

Persiapan
1. Persiapan alat-alat yang dibutuhkan seperti laringoskop,
ET, stilet dll
2. Masih siap pakai / atau alat bantu nafas
3. Obat-obat induksi seperti ; pentotal, ketalar, diprivan dll
4. Obat-obat pelumpuh otot seperti suksinil kolin, trakrium,
pavulon dll
5. Obat darurat seperti ; adrenalin (efinefrin ), SA & mielon dll
Tehnik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin → fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100% selama kira-kira 1 mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendo
rong kepala sedikit ekstensi → mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit
demi sedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah beng
kok) atau angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dari
luar )
8. Temukan pita suara → warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glotis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu
nafas ( alat resusitasi )
2.4 ANASTESI PADA PEDIATRIK

• Penatalaksanaan anastesi pada pediatri sedikit berbeda bila dibandingkan


dengan dewasa.
• Karena adanya perbedaan mendasar antara anak dan dewasa, →
perbedaan anatomi, fisiologi, respon farmakologi dan psikologi.

Anestesi pada bayi dan anak berbeda dengan anestesia pada


orang dewasa, karena mereka bukanlah orang dewasa dalam
bentuk mini.
• Neonatus : < 30 hari
Infants : 1 – 12 bulan
Children : 1 – 12 tahun

ANATOMI & FISIOLOGI


ANATOMI
• Ventrikel kiri belum sempurna
• Kanulasi arteri & vena sulit
• Kepala dan lidah besar
• Lubang hidung sempit
• Laring terletak anterior & cephalad
• Epiglotis panjang
• Trakea & leher pendek
• Adenoid & tonsil besar
• Otot diafragma & intercostal lemah
• Resistan terhadap aliran udara > tinggi
Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari
airway pada anak-anak dan dewasa.
1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga lebih
besar
2. Laring yang letaknya lebih anterior
3. epiglottis yang lebih panjang
4. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa
5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan
dengan airway
Fisiologi
• Cardiac output tergantung heart rate
• Heart rate > cepat
• Tekanan darah > rendah
• RR > cepat
• Kompliance paru > rendah
• Kompliance dinding dada > besar
• Rasio total permukaan tubuh & BB > besar
• Kandungan air > besar
Variable Anak-anak Dewasa

Frekuensi pernafasan 30-50 12-24

Tidal Volume ml/kg 6-8 7

Dead space ml/kg 2-2.5 2.2

Alveolar ventilation 100-150 60

FRC 27-30 30

Konsumsi Oxygen 6-8 3


Tekanan Tekanan
Umur Heart Rate
Systolic Diastolic

Preterm 1000g 130-150 45 25

Baru lahir 110-150 60-75 27

6 bulan 80-150 95 45

2 tahun 85-125 95 50

4 tahun 75-115 98 57

8 tahun 60-110 112 60


Penerapan Anestesi Pada Pediatri
1. Tahap Pra Bedah
 Kunjungan pra-anestesia dilakukan sekurang-kurangnya dalam waktu 24 jam
sebelum tindakan anestesia.
 Perkenalan dengan orang tua penderita. sangat penting untuk memberi penjelasan
mengenai masalah pembedahan dan anestesia yang akan dilakukan.
 Pada kunjungan tersebut kita mengadakan penilaian tentang keadaan. umum,
keadaan fisik dan mental penderita.
1.1. Premedikasi pada anak
- memberikan penjelasan pada pasien dan keluarganya
- untuk memisahkan sang pasien dari orang tuanya dengan
tenang pada saat akan dilakukan operasi
- penggunaan obat-obatan analgesi dan hipnotik
Tatalaksana Jalan Napas
Pediatrik
1.2. Cara Pemberian Obat
- Cara Oral
Hal-hal yang perlu diperhatikan berupa jumlah obat , onset,
durasi, tingkah laku selama penyembuhan, interaksi dengan
obat lain, dan efek samping.
• Keterangan : IM : Intra Muscular
• IV : Intra Vena
• TD : Tekanan Darah
Nama Obat Agen Cara Pemberian Dosis Onset (menit) Efek

Benzodiazepin Midazolam Oral 0,3-0,7mg/kgBB 15-30 Depresi system


Diazepam Nasal 0,1-0,2mg/kgBB 5-10 pernafasan,
eksitasi
postoperative
eksitasi
Dissosiatif Ketamin Oral 3-8mg/kgBB 10-15 Eksitasi
IM 2-5mg/kgBB 2-5 Meningkatkan
TD, tekanan
intra cranial
meningkat
Opioids Morfin IM 0,1-0,2 mg/kgBB 15-30 Depresi system
Meperidin IM 0,5-1 mg/kgBB 15-30 pernafasan
Fentanil Oral 10-15 µg/kgBB 5-15 Depresi system
pernafasan
Depresi sitem
pernafasan
Barbiturat Pentobarbital Oral 3mg/kgBB 60 Eksitasi
Tiopental Rectal 30mg/kgBB 5-10 postoperative
yang
memanjang
Depresi system
pernafasan,
Eksitasi
postoperative
yang
memanjang
Antikolinergik Atropin Oral 20µg/kgBB 15-30 Flushing
Scopolamin IM 20µg/kgBB 5-15 Mulut kering
IV 10-20µg/kgBB 30 Rasa gembira
IM 20µg/kgBB 15-30 halusinasi

H2 Antagonis Cimetidine Oral 7,5mg/kgBB 60


Ranitidine Oral 2 mg/kgBB 60
- Cara Nasal
- Cara Rektal
- Cara Intramuskular dan Subkutan
- Cara Sublingual
1.3. Puasa
- refluks gaster yang sering terjadi pada anak yang tidak
dipuasakan, akhinya puasa menjadi suatu persiapan pre operasi
Tipe makanan Rekomendasi lama puasa
Cairan
 Pasien sehat Minimum 2 jam
 Pasien sakit Minimum 4 jam
 Operasi emergensi Penganganan tersendiri
(pasang NGT, dll)
Susu
 ASI Minimum 4 jam
 Susu non ASI Minimum 6 jam
Padat
 Operasi elektif 1 hari sebelum operasi
 Operasi emergensi Penanganan tersendiri
1.4. Intubasi ETT
• Blade lurus → memudahkan intubasi
• Uncuffed ET → anak < 8-10 tahun → me↓ resiko batuk post op, me ↓ resiko
barotrauma
• Diameter ET
4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
jari kelingking kanan anak
• Panjang ET
12 + Umur/2 = panjang ET (cm)
Pemantauan

• Pernafasan : Stetoskop prekordial, Pada nafas spontan ( gerak dada dan bag
reservoir),Warna ekstremitas
• Sirkulasi : Stetoskop perikordial, Perabaan nadi, EKG dan CVP
• Suhu : Rektal
• Perdarahan
• Air Kemih : Isi dalam kantong air kemih
Pengakhiran Anestesia

• Pembersihan lendir dalam rongga hidung dan mulut dilakukan


secara hati-hati. Pemberian O2 100% selama 5-15 menit setelah
agent dihentikan.
• Bila masih ada pengaruh obat pelumpuh obat non-depol, dapat
dilakukan penetralan dengan neostigmin (0,04 mg/kg) bersama
atropin (0,02 mg/kg).
• Kemudian dilakukan ekstubasi.
2.5 ANASTESI PADA HIDROSEFALUS

Manajemen perioperatif anestesi


tergantung pada penyebab yang
mendasari terjadinya hidrosefalus,
Harus dipastikan apakah hidrosefalus
yang dikaitkan dengan anomali
bersifat akut atau kronis.
kongenital dan efeknya terhadap
neurofisiologi anak, juga bila ada
gejala dan tanda kenaikan TIK. fisik

Pada pemasangan pintasan


ventrikuloperitoneal atau revisinya,
perlu dievaluasi baik tidaknya fungsi
pintasan yang sudah terpasang, ada
tidaknya penyakit penyerta lain, obat-
obatan yang diminum, status volume
intravaskular, riwayat anestesi dan
pemeriksaan
Posisi
• Untuk prosedur bedah ventrikuloperioneal
shunt biasanya digunakan posisi supine.
• Kepala di miringkan ke kontralateral sisi insersi
shunt.
• Karena trakea relatif lebih pendek, fleksi leher
dapat menyebabkan migrasi pipa endotrakeal
ke dalam cabang bronkus utama atau obstruksi
vena jugularis yang mengganggu drainase vena
Anestesi umum dapat dilakukan dengan sevofluran N2O, dan oksigen.

Pelumpuh otot non depolarisasi seperti pancuronium dapat digunakan


untuk fasilitasi intubasi endotrakea.

Ventilasi harus dikontrol secepatnya untuk membuat


hiperventilasi ringan dan menurunkan kadar PaCO2 untuk
menghilangkan kenaikan aliran arah otak akibat anestetika
volatil
BAB III
LAPORAN KASUS
• Nama : an. AY
• TTL/Umur : 01-04-2005 / 14 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Kristen Protestan
• Alamat : Sentani
• Ruangan Rawat Inap : Ruang Bedah Pria
• Tanggal Operasi : 27 Juni 2019
Keluhan Utama

Pasien sering mengalami kejang


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasin rujukan dari PKM bonggo ke igd rsud dok II pada tanggal 25 mei 2019
pukul 18.45 wit dengan keluhan kejang pada tanggal 24 mei 2019 pukul 15.00 di
rumah. Kejang terjadi selama krg lebih 10x dengan durasi kejang kurang lebih 2
menit. Sebelumnya pasien demem(+). Os juga tidak bisa berbicara sejak umur 2
tahun, pasien kemudian dirawat di ruang saraf rsud dok II pada tanggal
26/05/2019-02/06/2019 dengan dx: obz seizure e.c epilepsi + retardasi mental +
SOL suptatentia e.c meningoma dd strocytoma dengan hidrochepalus saat.
Pasien kemudian dijadwalkan untuk kontrol di polik saraf tanggal 12/06/2019.
saat kontrol di polik saraf pasien masih menegeluh demem tinggi tiap hari,
kemudian Sp.S ahli rawat ke Sp.Bs untuk tindak lanjut terapi Hidrochepalus.
Acc dari Sp.Bs untuk merencanakan operasi vp shunt. Pasien kemudian di rawat
ruang bedah pri pada tanggal 14-06-2019.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang: (+) saat umur 2 tahun, Kejang demam


Riwayat trauma (+) pasien pernah terjatuh dengan kepala terbentur
Riwayat Malaria : (+) umur 2 tahun
Riwayat TB : (-)
Riwayat alergi obat: (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat asma, alergi, DM dan hipertensi


disangkal.
Riwayat Anestesi dan pembedahan sebelumnya

Pasien tidak memiliki riwayat anestesi dan


pembedahan sebelumnya.
Status Generalis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis

Pemeriksaan
fisik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 89x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu badan : 36.70C
Status Generalis

Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-


Kepala:
Mata : Pupil: bulat, isokor, diameter ODS: 3 mm,
Normocrocephal
Refleks cahaya (+/+)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-).

Telinga : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-).

Mulut : Deformitas (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)


Paru
Gerak dinding dada simetris, retraksi dinding
Inspeksi :
dada (-), jejas (-)
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor (+/+)
Suara napas vesikuler (+/+), suara rhonki (-/-),
Auskultasi :
suara wheezing (-/-)

Thoraks : Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra


Pinggang : ICS III linea parasternals sinistra
Perkusi : Batas kiri : ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II, reguler, murmur (-), gallop (-)


Inspeksi : Tampak cembung, jejas (-)

Supel (+), nyeri tekan epigastrium (-), nyeri


Palpasi : tekan hipokondrium kanan (-), hepar dan

Abdomen : lien tidak teraba membesar.

Perkusi : Tymphani.

Auskultasi : Bising usus (+), 2-4 kali/menit.

Genitalia : Dalam batas normal

Akral teraba hangat, kering dan merah, Capillary Refill Time < 3”, Edema tidak ada, kekuatan otot di
Ekstremitas :
ekstremitas superior et inferior: 5
II. Pemeriksaan Laboratorium (14 juni 2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

(Hematologi Rutin)

HGB (Hemoglobin) 11,8 13,5-16,6 g/dL

RBC (Eritrosit) 5,69 3,7-4,3 10^6/mm

HCT (Hematokrit) 35,0 33-38 %

PLT (Trombosit) 370 140-400 10^3/mm3

WBC (Leukosit) 9,60 3.37-8,38 10^3/mm3

PT 10,3 10.2-12.1 detik

APTT 23,5 24.8-34.4 detik


Konsultasi Bagian Anestesi utnuk CT-Scan kepala dengan
kontras
14-06-2019, advice:
 Inform nacl
 Puasa 8 jam
 Lapor radiologi

Konsultasi Bagian Anestesi utnuk pro vp shunt


25-06-2019, advice:
 Inform consent
 Puasa mulai pukul 24.00
 Infus RL 20 tpm
Hari/Tanggal : Kamis, 27 juni 2019

Persiapan Operasi : Inform consent (+), SIO (+), puasa (+)

Makan/Minum
: 11 jam sebelum operasi
Terakhir
Persiapan BB/TB : 30kgKg / 150 Cm
Anestesi
TTV di Ruang Nadi: 89x/m, reguler, kuat angkat; respirasi: 20x /
:
Operasi menit; suhu badan:36,8 oC TD:120/80 mmhg

SpO2 : 99%
Diagnosa Pra
Bedah : Hydrocephalus + epilepsi
Airway:
Lanjutan… Jalan napas bebas, terpasang O2 nasal 2-3 lpm,
Look :
Mallampati Score: 1
Terasa hembusan nafas pasien di pipi
Feel :
pemeriksa.
Terdengar hembusan napas pasien,
Listen :
Pasien bicara spontan.
B1 :
Breathing:
Gerak dinding dada simetris, retraksi sela iga (-
Inspeksi :
), frekuensi napas: 20 kali/menit
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi Suara nafas vesikuler (+/+), suara rhonki (-/-),
:
suara wheezing (-/-).
Akral: teraba hangat, kering, warna: merah
Perfusi : muda, Capillary Refill Time< 2”
Nadi: 127x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
:
B2 Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Perkusi : Batas kiri : ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II, regular, murmur(-), gallop (-)
Compos Mentis, GCS:E4V5M6 = 15,
Riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-),
B3 : Kesadaran : Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),
Pupil: bulat, isokor, ϴ ODS 3 mm,
refleks cahaya (+/+)
B4 : Terpasang kateter, produksi urin (+) , warna kuning.

Inspeksi : Tampak Cembung

Supel (+), nyeri tekan epigastrium


(-), nyeri tekan hipokondrium
Palpasi :
kanan (-), hepar dan lien tidak
B5 :
teraba membesar.

Perkusi : Tymphani.

Auskultasi : Bising usus (+), 2-4 kali/menit

Akral teraba hangat, kering dan merah, Capillary Refill Time< 2”, Edema tidak ada,
B6 :
kekuatan otot di ekstremitas superior et inferior: 5
Laporan Anestesi
Ahli Anestesiologi dr. D.W, Sp.An KIC Midazolam 2,5 mg
Pre Medikasi
Jenis Anestesi General Anestesi (iv)
Petidin 30 mg (iv)
Anestesi Dengan Sevoflurane + O2
Fentanyl 50 mcg (iv)
Teknik Anestesi Pasien tidur terlentang, kemudian diberikan pre
oksigenasi ± 5 menit, Cuffed O2 4 lpm, kemudian
Medikasi Durante -Propofol 50 -70 mg
i.v obat anestesi, ETT 7,5 mm, observasi TTV per
Operasi (iv)
5 menit
-Atrakurium 20 mg
Pernafasan Control respirasi (iv)
Posisi Supine (terelentang)
-Dexamethasone 5
mg (iv)
Infus Pada tangan kiri terpasang IV line abocath 18 G - Ranitidin 50 mg (iv)
dengan cairan Ringer Laktat - Ondancetron 4 mg
(iv)
Penyulit pembedahan - - Antrain 1000 mg
(iv)
- Sulfas Atropin 0.25
(iv)
•Observasi Durante Op:

160

140

120

100

80
Nadi
60

40

20

0
1111.05
11.15
11.25
11.35
11.45
(Waktu)
• Pesanan Post-Op
-IVFD RL 1000 mL + Tutofusin 1000 mL / 24 jam
-Inj. Ranitidin 3 x 1 (iv)
-Inj. Antrain 3 x 1 (iv)
-Monitoring tanda-tanda vital, tanda distress napas, perdarahan,
produksi urin, balance cairan masuk dan keluar
Cairan yang dibutuhkan Aktual
Balance Cairan
Pre Operasi Pre Operasi
Kebutuhan cairan harian 40-50 cc/kgBB/hari Input : RL 1000 cc
1. Maintenance = BB x Kebutuhan cairan= Output : Urine : ±700 cc
30 kg x 40 - 50 cc = 1200 cc – 1500 cc/hari
kebutuhan cairan per Jam:
1200 cc – 1500 cc : 24 = 50 cc – 62,5 cc / jam

2. Replacement
Pergantian Puasa 8 jam
8 jam x kebutuhan cairan per jam
8 x 50 – 62,5 cc/jam = 400 cc – 500 cc

3. Perdarahan = (tidak ada)


Durante Operasi Durante Operasi

Kebutuhan cairan selama operasi 45 menit Input : 1300 cc


Durante Operasi
1.Maintenance RL 800 cc
Kebutuhan cairan per Jam 50 – 62,5 cc / Jam Gelofusal 500 cc
Untuk 30 menit = 30/60 x 50– 65,5cc/jam Output : 1000 cc
= 25 – 31,25 cc/30 menit Terpasang DC, Urin (+)
45 menit= (50 – 25 cc) + (65,5 – 31,25) =25 cc – 34,25 cc / Produksi ± 500 cc
45 menit

2.Replacement Total Perdarahan = 100 cc


Perdarahan 100 cc Kassa : 7 x 10 cc = 70 cc
EBV = 70 cc x BB = 70 x 30 kg = 2100 cc Suction : 30 cc
*catatan : (EBL = 10% EBV = 210 cc
20% EBV= 420 cc; 30% EBV= 639 cc)

Perdarahan durante operatif ± 100 cc


Perdarahan kurang <10 % EBL, maka replacement
selama durante operatif dapat diatasi dengan cairan
kristaloid

2 – 4 x EBL
2 – 4 x 100 cc =200 cc – 400 cc
3. Pergantian kehilangan cairan karena penguapan selama operasi
• Operasi sedang : 6 – 8 %/jam
• BB x jenis operasi
• 30 kg x 6 – 8 cc = 180 – 240cc/jam
• 3 – 4 cc/menit
Lama operasi 45 menit
• 45 x 3 – 4 cc = 135 – 180 cc

• Total kebutuhan cairan durante operatif :


• Maintenance + Replacement + Penguapan
• (124.5 cc – 121 cc) + (200 – 400 cc) + (450 – 603 cc) = 774.5 cc – 1124 cc
PEMBAHASAN
• Penentuan PS ASA
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien
tergolong PS ASA III yaitu : Seorang pasien dengan gangguan sistemik berat
sehingga aktivitas rutin terbatas.
• Pada kasus ini pasien memiliki riwayat kejang sejak dari kecil yang diawali dengan
demam tinggi.
1. Penetuan Jenis Anestesi, Mengapa General Anastesi
Teori Kasus

Penatalaksanaan anestesi pada kasus ini, dapat dikerjakan Pada kasus ini teknik anestesi yang dipakai general anestesi inhalasi
dengan general anestesi (anestesi umum). Anestesi umum karena pada kasus bedah cranium yang membutuhkan waktu lama
dipilih pada pasien ini mengingat beberapa alasan, yaitu dan efek anastesia pada daerah yang bisa dijangkau dengan
sulit dilakukan pada saat pasien sadar karena pemberian anestesi general / umum. Jika yang dipilih adalah
menimbulkan ketidaknyamanan dan kecemasan pada anestesi regional atau local, maka tidak sesuai dengan area yang
pasien, pada anestesi umum juga pasien tidak sadar akan dilakukan pembedahan.
sehingga mencegah ansietas selama prosedur medis
berlangsung, efek amnesia meniadakan memori buruk
pasien yang didapat dari ansietas dan berbagai kejadian
intraoperative yang mungkin memberikan trauma
psikologis, serta memungkinkan dilakukannya prosedur
yang memakan waktu lama.

Hasil : Sudah tepat


2. Penentuan Obat Anastesi
• Pada kasus ini dilakukan pembedahan pada anak Y.A usia 14 tahun dengan
Hidrocephalus, dilakukan tindakan VP shunt dengan general anestesi.
• General anastesi yang dipilih yakni anestesi intubasi menggunakan Sevofluran.

Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan


isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang
jalan napas
3. Critical Point yang harus diperhatikan pada Kasus
Problem List Actual Potensial Antisipasi
Airway bebas, Mallampati score: II ; gigi tanggal (-) Aspirasi oleh sekresi saliva, ‘jatuhnya’pangkal O2 nasal atau masker sesuai
Breathing: thorax simetris, ikut gerak napas, RR:27x/m, lidah. saturasi O2, chin lift, suction bila
B1
palpasi: Vocal Fremitus D=S, perkusi: sonor, suara napas perlu
vesikuler +/+, ronkhi-/-, wheezing -/-
Perfusi: hangat, kering, merah. Capilary Refill Time < 2 detik, BJ: Hipovolemik, Overload, Bradikardia, Resusitasi cairan, monitoring vital
B2 I-II regular, murmur (-) gallop (-) Nadi : 131 x/m sign

Kesadaran Compos Mentis, GCS: (E4V5M6), riwayat kejang (+), Penurunan kesadaran, peningkatan TIK akibat Observasi kesadaran, tanda-tanda
B3
riwayat pingsan (-) obat anestesi TTIK
Tidak Terpasang DC, produksi urin (+), warna kuning tua Retensi urin Rehidrasi, Monitoring produksi urin
B4

Simetris, Datar, BU 2x/15 Detik, regio epigastrium, Risiko refluks gastroesofageal saat operasi. Pemberian Ranitidin dan
B5 hypocondriach dextra sinistra; ALT; 134,8 U/L; AST: 164,4 Ondansentron
U/L; GDS : 142 mg/dl

B6 Akral hangat (+), edema (-), fraktur (-), deformitas (-) Posisikan pasien dengan tepat
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien


didiagnosis dengan Hidrosefalus + epilepsi. Pasien akhirnya menjalani operasi VP shunt
dan dipilih anestesi General intubasi dengan menggunakan Sevoflurance + O2 dengan
dosis 20 mg.
Saran

• Pada pasien Hidrocephalus yang akan melakukan operasi sebaiknya informed


consent harus selalu dilakukan dokter di setiap langkah pemeriksaan dan tindakan.
• Harus disampaikan terlebih dahulu semua informasi yang dapat dipahami oleh
pasien dan keluarga, termasuk menyampaikan kondisi terburuk yang mungkin
terjadi, seperti prognosis penyakit, kondisi penyembuhan pascapembedahan atau
rencana home care bila pasien memasuki kondisi terminal.

Anda mungkin juga menyukai