Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten: Frebhika Sri Puji.P, Tauny Akbari
Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten: Frebhika Sri Puji.P, Tauny Akbari
2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
frebhikasripujipangesti@unbaja.ac.id
Abstract : Energy use and greenhouse gas emissions occur in large cities that have a fairly high
population growth rate. Population density, traffic density, fuel use, and lack of green open space are
some of the factors that can affect quality degradation air. Air pollution is a problem that is often
faced in urban areas that require special attention because it will adversely affect public health. The
impact of air pollution results in a decrease in health both in the short and long term.Efforts to manage
and protect the environment are urgently needed so that people understand environmental conditions
and the importance of environmental quality. Air quality index in Banten Province in 2018 is included
in the good category range of 72.63, the number has decreased compared to 2017 which was 75.57 .
Keywords: Environmental quality index; air quality index; air pollution; greenhouse gases
Abstrak : Penggunaan energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terjadi di Kota –kota besar yang
memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.Kepadatan penduduk, kepadatan lalu lintas,
penggunaan bahan bakar minyak, dan kurangnya ruang terbuka hijau merupakan beberapa faktir yang
bisa mempengaruhi penurunan kualitas udara. Pencemaran udara merupakan permasalahan yang
sering dihadapi di wilayah perkotaan yang memerlukan perhatian khusus karena akan berdampak
buruk terhadap kesehatan masyarakat.Dampak dari polusi udara mengakibatkan penurunan kesehatan
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan
hidup sangat diperlukan agar masyarakat memahami kondisi lingkungan dan pentingnya kualitas
lingkungan hidup.Indeks kualitas udara di Provinsi Banten tahun 2018 termasuk dalam rentang
kategori baik yaitu sebesar 72,63, angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan pada tahun
2017 sebesar 75,57.
Kata kunci : Indeks Kualitas Lingkungan ; Indeks Kualitas Udara; Polusi Udara;Efek Rumah Kaca
PENDAHULUAN
101
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
bermotor antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC),
Sulfur dioksida (SO2), timah hitam (Pb) dan karbon dioksida (CO2). Dari beberapa jenis
polutan ini, karbon monoksida (CO) merupakan salah satu polutan yang paling banyak yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
berada di dalam suatu wilayah yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien nasional
ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya
pencemaran udara sebagaimana terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah
menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan
kenyamanan masyarakat.
Penggunaan energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terjadi di Kota –kota besar
yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.Kepadatan penduduk,
kepadatan lalu lintas, penggunaan bahan bakar minyak, dan kurangnya ruang terbuka hijau
merupakan beberapa faktir yang bisa mempengaruhi penurunan kualitas udara. Pencemaran
udara merupakan permasalahan yang sering dihadapi di wilayah perkotaan yang memerlukan
perhatian khusus karena akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat. Upaya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup sangat diperlukan agar masyarakat
memahami kondisi lingkungan dan pentingnya kualitas lingkungan hidup.
METODE
102
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
Keterangan:
IPU : Indeks Pencemaran Udara
IP NO2 : Indeks Pencemar NO2
IP SO2 : Indeks Pencemar SO2
Rata-rata hasil pemantauan untuk parameter SO2 dan NO2 dibandingkan dengan
Referensi EU mendapatkan Index Udara Model (Ieu). Index Udara model EU dikonversikan
menjadi indeks IKLH melalui persamaan sebagai berikut :
Unggul X > 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Waspada X < 50
103
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
104
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
Kab.Pandeglang 23,35 7,6 11,15 12,67 5,185 6,97 11,33 10,09 13,69 8,39
Kab Lebak 2,34 9,65 7,5 10 7,45 11 7,14 10,94 7,37 9,13
Kab.Tangerang 49,15 33,2 15,05 14,4 10,18 12,32 7,77 3,83 27,95 8,52
Kab.Serang 38,15 22,5 17,85 18,9 14,85 15,18 7,55 11,38 24,35 12,24
Kota Serang 24,35 19,5 15,35 16,8 9,41 4,64 8,01 8,52 19 7,89
Kota Tangerang 49,15 33,2 15,05 14,4 13,11 10,36 6,87 20,24 9,89 12,64
Kota Cilegon 43,45 26,5 40,9 26,9 8,63 9,96 11,15 9,76 34,43 9,96
Kota Tangsel 27,95 34,25 35,6 24,7 5,54 58,56 11,90 5,65 30,62 20,41
Nilai Indeks Rata-rata 20,91 11,14
Sumber : DLHK Provinsi Banten,2017
Keterangan :
A: Transportasi C1: Pemukiman
B: Industri /Agroindustri C2: Perkantoran / komersial
105
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
Dari tabel Perhitungan Indeks Kualitas Udara Tahun 2017 di Provinsi Banten
menunjukkan angka 75,57 yang berarti indeks kualitas udara Provinsi Banten berada pada
kondisi 75 - 82 sehingga termasuk dalam kondisi baik. Pada tahun 2017 IKU terendah
terdapat di Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 56,03, sedangkan Kabupaten Lebak
memiliki IKU tertinggi yitu sebesar 87,75.
106
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
107
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
Dari tabel Perhitungan Indeks Kualitas Udara Tahun 2018, indeks kualitas udara
terendah ada di Kota Tangerang yaitu sebesar 64,64 , sedangkan indeks kualitas udara
tertinggi berada di Kabupaten Pandeglang yaitu sebesar 81,37. Indeks Kualitas Udara di
Provinsi Banten menunjukkan angka 72,63 yang berarti indeks kualitas udara Provinsi
Banten berada pada kondisi baik. Kualitas udara yang sudah berada dalam kondisi baik ini
harus dipertahankan dengan mengontrol peningkatan jumlah kegiatan transportasi, industri,
perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pencemaran
udara seperti di Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon, yang
merupakan kawasan industri dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi,
sehingga kepadatan lalu lintas juga tinggi.
KESIMPULAN
Indeks Kualitas Udara Tahun 2017 di Provinsi Banten menunjukkan angka 75,57
sedangkan Indeks Kualitas Udara Tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 72,63 yang
berarti indeks kualitas udara Provinsi Banten berada pada kondisi 75 - 82 sehingga termasuk
dalam kondisi baik. Beberapa wilayah Kota dan Kabupaten yang berada di Provinsi Banten
108
Vol. 2 No. 2 Agustus 2019
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
memiliki Indeks kualitas udara berada pada rentang cukup seperti di Kota Tangerang Selatan,
Kabupaten Tangerang,Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, yang merupakan kawasan
industri dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, sehingga kepadatan
lalu lintas juga tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik, 2017. Banten Dalam Indonesia Tahun 2014. Kementrian
Angka 2016. Badan Pusat Lingkungan Hidup. Indonesia
Statistik.Provinsi Banten. Kep Men LH, 1997. Indeks Kualitas
Badan Pusat Statistik, 2018. Banten Dalam Udara. Kementrian Lingkungan
Angka 2017. Badan Pusat Hidup.Indonesia.
Statistik.Provinsi Banten Nurul Inayah, Yasti. 2015. Analisis
Darmono, 2006. Lingkungan Hidup dan Pemantauan Kualitas Udara Pada
Pencemaran : Hubungan dengan Kawasan Terminal Daya Di Kota
toksiologi senyawa logam. Jakarta. Makassar. Jurnal. Makassar: Fakultas
Universitas Indonesia Press Teknik, Universitas Hasanuddin
Sugiarta, AAG. 2008. Dampak Bising dan Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. No
Kualitas Udara Pada Lingkungan 19- 7119.6-2005 “Penentuan Lokasi
Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. Pengambilan Sampel Pemantauan
Vol 8 No 2. Hal 162-167. Fakultas Kualitas Udaara Ambien”
Pertanian, Universitas Udayana. Bali. Suyono. (2014). Pencemaran Kesehatan
Prabhandari,Diah, 2014. Analisis Status Lingkungan. Kedokteran EGC.Jakarta.
109