Fix Sampe Beres Mekflu

FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA

INTSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
Jl. PHH. Mustofa No. 23 Bandung – 40124 Telp. 022 – 7272215
BAB I
SATUAN TEKANAN
1.1 Maksud
Memahami konversi satuan tekanan (bar) ke massa (kg).
1.2 Tujuan
Mampu mengkalibrasi menggunakan Dead Weight Piston Gauge.
1.3 Landasan Teori

Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen
penahan berat atau beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak di
dalam sistem pipa, sedemikian hingga manometer akan menunjukkan tekanan
tertentu.
𝐹 𝜋
𝐹 = 𝑚. 𝑔 ; 𝑝 = ; 𝐴 = . 𝑑2
𝐴 4
1.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum satuan tekanan dengan
menggunakan Dead Weight Piston Gauge adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Weights Gambar 1.2 Manometer
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1

Gambar 1.3 Gambar 1.4

Timbangan 1 set Dead Weight Piston Gauge
1.5 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan dalam pengujian tekanan hidrostatis dengan
menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus adalah sebagai berikut :
1. Membuka keran overflow;
2. membuka penutup.
3. mengisi minyak ke dalamnya, jika perlu;
4. mengatur manometer hingga menunjukkan angka nol dengan memutar
Counterbalance Cylinder;
5. memasukkan piston;
6. memutar Counterbalance Cylinder hingga angka di manometer
menunjukkan angka sesuai dengan tekanan piston;
7. menambahkan tekanan sesuai dengan petunjuk asisten;
8. mengukur / membaca manometer pada setiap penambahan tekanan;
9. menimbang ring beban berikut pistonnya.

1.6 Data Perhitungan

Data perhitungan dalam praktikum Satuan Tekanan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Analisa perhitungan dari praktikum Satuan Tekanan

Tekanan Tekanan Gaya F Gaya F M M M KR KR
Aktual Mano Aktual Mano Aktual mano timbang 01 02
(Bar) (Bar) (N) (N) (kg) (kg) (kg) (%) (%)
0,334 0,35 3,77 3,95 0,385 0,403 0,38 1,29 4,6
0,5 0,50 5,655 5,655 0,576 0,576 0,571 0,86 0
1 0,98 11,31 11,0838 1,152 1,129 1,141 0,95 1,99
1,5 1,49 16,96 16,85 1,729 1,717 1,711 1,041 0,694
2 1,98 22,62 22,39 2,3 2,28 2,281 0,82 0,86
2,5 2,50 28,27 28,27 2,88 2,88 2,851 1,006 0
1.7 Analisa Perhitungan

Hasil analisa perhitungan dari praktikum Satuan Tekanan adalah sebagai
berikut :
1. M.Diaz Armeilando (22-2018-162) dan Teguh Imam H. (22-108-165)
• Tekanan Aktual = 0.334 Bar
• Tekanan Manometer = 0.35 Bar
• F Aktual = PAktual x A = 0.0334 x 113,1 = 3,77754 N
• F Manometer = Pmano x A = 0.035 x 113,1 = 3,9585 N

F aktual 3,77754
• M Aktual = = = 0,385 kg
g 9.81
F mano 3,9585
• M Mano = = = 0,403 kg
g 9.81
• M Timbang = 0.380 kg
M timbang−Maktual
• KR 01 =| Maktual
| x 100 %

0.380−0.385
=| | x 100 %
0.385
= 1,29 %
M manometer−Maktual
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
0.403−0.385
=| | x 100 %
0.385
= 4,6 %
2. Kania Agustina (222018-159) dan Arul Sugi (22-2018-169)

• Tekanan Aktual = 0.5 Bar
• Tekanan Manometer = 0.5 Bar
• F Aktual = PAktual x A = 0.05 x 113,1 = 5,655 N
• F Manometer = Pmano x A = 0.05 x 113,1 = 5,655 N

F aktual 5,655
• M Aktual = = = 0,576 kg
g 9.81
F mano 5,655
• M Mano = = = 0,576 kg
g 9.81
• M Timbang = 0.571 kg
M timbang−Maktual
• KR 01 =| | x 100 %
Maktual
0.571−0,576
=| | x 100 %
0.57
= 0,86 %
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
0,57−0,57
=| | x 100 %
0,57
=0%

3. Ferdy Radika P.S (22-2018-168) dan Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

• Tekanan Aktual = 1 Bar
• Tekanan Manometer = 0,98 Bar
• F Aktual = PAktual x A = 0,1 x 113,1 = 11,31 N
• F Manometer = Pmano x A = 0,098 x 113,1 = 11,0838 N

F aktual 11,31
• M Aktual = = = 1,152 kg
g 9.81
F mano 11,0838
• M Mano = = = 1,129 kg
g 9.81
• M Timbang = 1,141 kg
M timbang−Maktual
• KR 01 =| | x 100 %
Maktual
1,141−1,152
=| | x 100 %
1,152
= 0,95 %
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
1,129−1,152
=| | x 100 %
1,152
= 1,99 %
4. M. Fauzi (22-2018-163)
• Tekanan Aktual = 1,5 Bar

F aktual 16,965
• M Aktual = = = 1,729 kg
g 9.81
F mano 16,851
• M Mano = = = 1,717 kg
g 9.81

M timbang−Maktual
• KR 01 =| | x 100 %
Maktual
1,711−1,729
=| | x 100 %
1,729
= 1,041 %
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
1,717−1,729
=| | x 100 %
1,729
= 0,694 %
5. Teguh Kurnia Fallah (22-2018-164)

• Tekanan Aktual = 2 Bar

F aktual 22,62
• M Aktual = = = 2,30 kg
g 9.81
F mano 22,39
• M Mano = = = 2,28 kg
g 9.81
M timbang−Maktual
• KR 01 =| | x 100 %
Maktual
2,281−2,30
=| 2,30
| x 100 %
= 0,82 %
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
2,28−2,30
=| | x 100 %
2,30
= 0,86 %

6. M.Rifky S (22-2018-160)
• Tekanan Aktual = 2,5 Bar

F aktual 28,275
• M Aktual = = = 2,88 kg
g 9.81
F mano 28,275
• M Mano = = = 2,88 kg
g 9.81
M timbang−Maktual
• KR 01 =| | x 100 %
Maktual
2,851−2,88
=| | x 100 %
2,88
= 1,006 %
• KR 02 =| | x 100 %
Maktual
2,88−2,88
=| | x 100 %
2,88
=0%

1.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum Satuan Tekanan adalah
sebagai berikut :
1. M. Fikri Abdillah (22-2016-006)
“ Semakin besar beban yang digunakan, maka semakin besar pula
tekanan yang dihasilkan. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa
fluida memberikan tekanan pada benda.”
2. Mulia Destiawati (22-2016-008)

“ Didapat dari hasil pengujian bahwa KR 01 dan KR 02 merupakan
persen kesalahan Mmano dan Mtimbang terhadap Maktual. “
3. Kania Agustina (22-2018-159)

“ Penambahan beban berbanding lurus dengan besarnya gaya (𝑀 =
F
) semakin bertambah berat beban semakin besar juga gaya yang
g
bekerja.”
4. M. Rifky S. (22-2018-160)
“ Semakin besar F yang dihasilkan maka semakin berat pula karena F
berbanding lurus dengan m.”
5. M. Diaz Arrmeilando (22-2018-162)

“ Jumlah KR 02 belum tentu lebih besar dari KR 01, begitupun
sebaliknya.”
6. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Jika semakin besar benda yang diberikan maka semakin besar M
manometer.”

7. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)

“ Tekanan beban piston memberikan tekanan dengan selisih yang
membesar pada setiap penambahan beban-bebannya.”
8. Teguh Imam H. (22-2018-165)

“ Semakin besar gaya yang diberikan pada luas yang sama makan
semakin besar pula tekanan yang dihasilkan karena tekanan berbanding
lurus dengan gaya.”
9. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Semakin besar beban maka akan semakin besar pula tekanan yang
tercipta, begitu pula sebaliknya semakin kecil beban maka tekanan yang
tercipta pun semakin kecil.”
10. Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

“ Semakin besar nilai KR maka tingkat kesalahan semakin besar dan
begitupun sebaliknya.”
11. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

“ Jika P aktual = P mano makan KR 02 akan menjadi 0.”
12. Arul Sugi (22-2018-169)
“ Tekanan yang diberikan oleh beban piston menunjukkan tekanan pada

manometer dengan selisih yang besar setiap penambahan pada beban
piston.”
Approved by Jhon Wilson J. Nainggolan
Signature

BAB II
TEKANAN HIDROSTATIK
2.1 Maksud
Maksud dari praktikum Tekanan Hidrostatik adalah sebagai berikut :
1. Menghitung tekanan hidrostatik.
2. Menentukan pusat tekanan.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Tekanan Hidrostatik ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus.
2. Dapat menghitung tekanan hidrostatik.
3. Dapat menentukan pusat tekanan.
2.3 Landasan Dasar Teori

Tekanan Hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh gaya yang ada pada
zat cair terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu. Besarnya
tekanan ini bergantung kepada ketinggian zat cair, massa jenis dan percepatan
gravitasi. Tekanan Hidrostatika hanya berlaku pada zat cair yang tidak
bergerak. Tekanan pada zat cair secara umum dibedakan menjadi dua jenis
tekanan, yakni tekanan zat cair yang tidak bergerak (tekanan hidrostatis) dan
tekanan zat cair yang bergerak (mengalir). Secara konseptual tekanan
hidrostatis adalah tekanan yang berlaku pada fluida atas dasar Hukum Pascal.
Tekanan Hidrostatik dari suatu zat cair adalah Phyd dan dihitung dari :
Phyd = ρ.g.d

Dimana:
ρ = Densitas zat cair
g = Percepatan gravitas (9,81)
t = Jarak dari muka air

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum tekanan hidrostatis
dengan menggunakan Hydrostatic Pressure Apparatus adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Air
Satu Set Set Hydrostatic

Pressure Apparatus


Prosedur pelaksanaan dalam pengujian tekanan hidrostatis dengan menggunakan
alat Hydrostatic Pressure Apparatus adalah sebagai berikut :
1. Menyetel sudut Water Vessel (1) ke α=0°;
2. menyeimbangkan sistem dengan memutar slider (3), pin stop (4) harus tepat
pada tengah lubang;
3. menetapkan the rider, untuk menentukan panjang lengan I, menurut petunjuk
asisten;
4. mengisi air sampai seimbang;
5. membaca ketinggian muka air s dan memasukkannya ke lembar kerja;
6. meningkatkan anak timbangan;
7. mengulangi pengukuran dengan sudut Water Vessel (α) 20°.
a. Hasil Percobaan Untuk α=0°

Lowest water level st = 0 mmWC
Highest water level sh = 100 mmWC
Tabel 2.1 Analisa perhitungan hasil percobaan untuk α=0°
Level arm I Timbangan Water level 𝐈𝑫 Resultan 𝐅𝑫

(mm) 𝐅𝑮 (N) s (mm) (mm) (N)
180 1 54 182 1,072
180 2 76 174,67 2,153
180 3 94 168,66 3,247
180 5 126 160,96 5,586
180 7,5 168 157,06 8,681
180 8 176 156,61 9,261

b. Hasil Percobaan Untuk α = 20°

Lowest water level st = 10 mmHOW
Highest water level sh = 106 mmHOW
Tabel 2.2 Analisa perhitungan hasil percobaan untuk α=20°
Level arm I Timbangan Water level Resultan 𝐅𝑫

𝐈𝑫 (mm)
(mm) 𝐅𝑮 (N) s (mm) (N)
180 1 62 179,33 2,520
180 2 84 172 4,860
180 3 104 165,33 7,64
180 5 136 159,91 5,80
180 7,5 178 156,47 8,894
180 8 186 156,06 9,48
Cek Kesetimbangan, Momen Beban = Momen Air
Tabel 2.3 Analisa Perhitungan Momen untuk α=0°

Angle α(°) = 0
Momen Akibat Beban Momen Akibat Air
180 N/mm 195,104 N/mm
360 N/mm 376,064 N/mm
540 N/mm 546,45 N/mm
900 N/mm 899,12 N/mm
1350 N/mm 1362,18 N/mm
1440 N/mm 1450,36 N/mm

Tabel 2.4 Analisa Perhitungan Momen untuk α=20°

Angle α(°) = 20
Momen Akibat Beban Momen Akibat Air
180 N/mm 451,911 N/mm
360 N/mm 835,92 N/mm
540 N/mm 1263,12 N/mm
900 N/mm 927,47 N/mm
1350 N/mm 1391,74 N/mm
1440 N/mm 1479,44 N/mm

Rumus :
❖ Untuk s < 100 mm
1
e= ×s
6
1
ID = 200 - ×𝑠
3
𝐹𝑝 = 𝑃𝑐 × 𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
s
Pc = ρ. g. 𝛼 = 0°
2
Aaktual = s. b
❖ Untuk s > 100 mm
1 1002
e= ×
12 s−50
ID = 150 + e
Pc = ρ. g . (s − 50)
Aaktual = 100. b
B = 75 mm

❖ Jika s < 𝐬𝐡 mm
s−st
h=
cos α
1
e= .h
6
1
ID = 200 – . s 𝐹𝑝 = 𝑃𝑐 × 𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
3
Pc = ρ. g . (s − st − 50 cos α) 𝛼 > 0°
Aaktual = 100. b
B = 75 mm
❖ Jika s > 𝐬𝐡 mm
1 1002
e= × s−st
12 −50
cos α
ID = 150 + e
Pc = ρ. g . (s − st − 50 cos α)
Aaktual = 100. b
B = 75 mm
1. Kania Agustina (22-2018-159) dan Rizka Fauzia (22-2018-166)

a. Diketahui 𝜶 = 𝟎, s = 54 mm (s < 100)
Jawab :
1
• e = 6 × 54
= 9 mm
1
• ID = 200 - 3 × 54
= 182 mm
s
• Pc = ρ. g. (2 𝑥 10−3 )
54
= 1000 x 9,8 x ( 2 x 10−3 )
= 264,87 N/𝑚2
• Aact = s.b
= 54.75 = 0,00405 𝑚2

• 𝐹𝐷 = 𝑃𝐶 x Aaktual
= 2 64,87 x 0,00405
= 1,072 N
• Momen akibat Beban = 𝐹𝐺 x I = 1 x 180 = 180 Nmm

• Momen akibat Air = 𝐹𝐷 x 𝐼𝐷 = 1,072 x 182 = 195,104 Nmm
b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎, s = 62 mm, 𝑺𝒉 = 106 mmHOW, 𝑺𝒕 = 10mmHOW

Jika s < sh
s−st
• h =
cos α
62−10
= cos 20
= 55,319 mm
1
• e = .h
6
1
= 6 . 55,319
= 9,219 mm
1
• ID = 200 – 3 . s
1
= 200 – 3 . 62
= 179,33 mm
s−s
• Pc = ρ. g . ( cos αt x 10−3 )
62−10
= 1000.9,8 . . ( cos 20 x 10−3)
= 542,126 N/𝑚2
• Aaktual = b x s
= 75 x 62
= 4650 𝑚𝑚2
= 0,00465 𝑚2

= 542,126 x 0,00465
= 2,520 N

2. M. Diaz Armeilando (22-2018-163) dan Teguh Imam H. (22-2018-165)

Jawab :
1
• e = 6 × 76
= 12,67 mm
1
• ID = 200 - 3 × 76
= 174,67 mm
s
• Pc = ρ. g. (2 𝑥 10−3 )
76
= 1000 x 9,8 x ( 2 x 10−3 )
= 372,4 N/𝑚2
= 372,4 x 0,0057
= 2,153 N

• Momen akibat Air = 𝐹𝐷 x 𝐼𝐷 = 2,153 x 174,67 = 376,064 Nmm
b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎, s = 84 mm, 𝑺𝒉 = 106 mmHOW, 𝑺𝒕 = 10mmHOW

Jika s < 𝐬𝐡
s−st
• h=
cos α

84−10
= cos 20
= 78,74 mm
1
• e = .h
6
1
= 6 . 78,74
= 13,12 mm
1
• ID = 200 – . s
3
1
= 200 – 3 . 84
= 172 mm
s−s
• Pc = ρ. g . ( cos αt x 10−3 )
84−10
= 1000.9,8 . ( cos 20 x 10−3)
= 771,652 N/𝑚2
• Aaktual = b x s
= 75 x 84
= 6300 𝑚𝑚2
= 0,0063 𝑚2
= 771,652 x 0,0063
= 4,680 N

3. Ferdy Radika P.S (22-2018-168) dan Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

Jawab :
1
• e = 6 × 94
= 15,67 mm

1
• ID = 200 - 3 × 94
= 168,66 mm
s
• Pc = ρ. g. (2 𝑥 10−3 )
94
= 1000 x 9,8 x ( 2 x 10−3 )
= 460,6 N/𝑚2
• Aaktual = b x s
= 75 x 94
= 7050 𝑚𝑚2
= 0,00705 𝑚2
= 460,6 x 0,00705
= 3,247 N

b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎, s = 104 mm, 𝑺𝒉 = 106 mmHOW, 𝑺𝒕 = 10

mmHOW
Jika s < sh
s−st
• h =
cos α
104 −10
= cos 20
= 100,03 mm
1
• e = .h
6
1
= 6 . 100,03
= 16,67 mm
1
• ID = 200 – 3 . s

1
= 200 – 3 . 104
= 165,33 mm
s−s
• Pc = ρ. g . ( cos αt x 10−3 )
104 −10
= 1000.9,8 . ( cos 20 x 10−3 )
= 980, 29 N/𝑚2
• Aaktual = b x s
= 75 x 104
= 7800 𝑚𝑚2
= 0,0078 𝑚2
= 980, 29 x 0,0078 = 7,64 N

4. M. Rifky S (22-2018-160)
a. Diketahui 𝜶 = 𝟎, s = 126 mm, St=0 (s>100)
1 1002
• e= ×
12 s−50
1 1002
= ×
12 126−50
= 10,96 mm
• 𝐈𝐃 = 150 + e
= 150 + 10,96
= 160,96 mm

• 𝐏𝐜 = ρ. g . (s − 50)10−3
= 1000.9,8 . (126 − 50) 10−3
= 744,8 N/𝑚2
• 𝐀𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 = 100. b
= 100 . 75
= 7500 𝑚𝑚2
= 0,0075 𝑚2
• 𝑭𝑫 = 𝑃𝐶 x Aaktual
= 744,8 x 0,0075
= 5,586 N

b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎, Jika s > 𝐬𝐡 mm

136 > 106
1 1002
• e= × 136−10
12 −50
cos 20
= 9,91 mm
• ID = 150 + e
= 150 + 9,91
= 159,91 mm
• Pc = ρ. g . (s − st − 50 cos α)
= 1000.9,8 . (136 − 10 − 50 cos 20)
= 774,35 𝑁/𝑚2

• Aaktual = 100. b
= 100. 75
= 0,0075 𝑚2
• 𝐹𝐷 = 𝑃𝐶 . Aaktual
= 774,35 . 0,0075
= 5,80 N
5. M.Fauzi (22-2018-163) dan Teguh Kurnia Fallah (22-2018-164)

a. Diketahui 𝜶 = 𝟎, s = 168 mm, St = 0 (s>100)
1 1002
• e = ×
12 s−50
1 1002
= ×
12 168−50
= 7,06 mm
• 𝐈𝐃 = 150 + e
= 150 + 7,062
= 157,06 mm
• 𝐏𝐜 = ρ. g . (s − 50) 10−3
= 1000.9,8 . (168 − 50) 10−3
= 1156,4 N/𝑚2
= 100 . 75
= 7500 𝑚𝑚2
= 0,0075 𝑚2

= 1156,4 x 0,0075
= 8,673 N
• Momen akibat Beban = 𝐹𝐺 x I = 7,5 x 180 = 1350 Nmm

b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎 Jika s > 𝐬𝐡 mm

178 > 106
1 1002
• e = × 178−10
12 −50
cos 20
= 6,47 mm
• ID = 150 + e
= 150 + 6,47
= 156,47 mm
• Pc = ρ. g . (s − st − 50 cos α)
= 1000.9,8 . (178 − 10 − 50 cos 20)
= 1185,95 𝑁/𝑚2
= 100. 75
= 0,0075 𝑚2
= 1185,95 . 0,0075
= 8,894 N
• Momen akibat Beban = 𝐹𝐺 x I = 7,5 x 180 = 1350 Nmm

6. Arul Sugi (22-2018-169)

a. Diketahui 𝜶 = 𝟎, s = 176 mm, St=0 (s>100)
1 1002
• e= ×
12 s−50
1 1002
= ×
12 176−50
= 6,61 mm
• 𝐈𝐃 = 150 + e
= 150 + 6,61
= 156,61 mm
• 𝐏𝐜 = ρ. g . (s − 50) 10−3
= 1000.9,8 . (176 − 50) 10−3
= 1234,8 N/𝑚2
= 100 . 75
= 7500 𝑚𝑚2
= 0,0075 𝑚2
= 1234,8 x 0,0075
= 9,261 N

b. Diketahui 𝜶 = 𝟐𝟎 Jika s > 𝐬𝐡 mm

186 > 106
1 1002
• e= × 186−10
12 −50
cos 20
= 6,06 mm
• ID = 150 + e
= 150 + 6,06
= 156,06 mm
• Pc = ρ. g . (s − st − 50 cos α)
= 1000.9,8 . (186 − 10 − 50 cos 20)
= 1264,35 𝑁/𝑚2
= 100. 75
= 0,0075 𝑚2
= 1264,35 . 0,0075
= 9,48 N

2.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum tekanan hidrostatis adalah :
“ Hasil dari momen akibat beban dan momen akibat air tidak akan beda jauh
angkanya S berbanding lurus dengan 𝐼𝐷 .”

“ Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis adalah kedalaman zat
cair dan massa jenis zat cair itu sendiri. Dimana tekanan hidrostatik
berbanding lurus dengan kedalamnnya dan massa jenis zat cairnya.”

“ Dari pengujian ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya tekanan
dipengaruhi oleh kedalaman dan massa jenis zat cair. Tekanan hidrostatis
berbanding lurus dengan besarnya nilai h (kedalaman) dan ρ (massa jenis).
P = ρgh.”
4. M. Rifky S. (22-2018-160)
“ Besarnya tekanan hidrostatis sangat dipengaruhi kedalaman, massa jenis
zat cair dan juga gravitasi. Semakin besar massa jenis dan kedalaman air
semakin besar pula tekanan hidrostatis.”

“ Tekanan hidrostatis tidak bergantung pada arah dan volume zat cair.
Dengan kata lain, pada kedalaman tertentu zat cair akan menekan ke segala
arah dengan gaya tekan yang sama.”

6. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Semakin banyak air yang masuk maka semakin besar tekanan yang
dihasilkan. Oleh karena itu, kita harus menyesuaikan sudut, sehingga
ketinggian maksimum dan minimumnya sama.”
7. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)

“ Semakin besar beban yang diberikan pada timbangan maka semakin besar
pula nilai water level (s), nilai 𝐼𝐷 dan nilai resultan 𝐹𝐷 semakin besar.”
8. Teguh Imam H. (22-2018-165)

“ Jadi tekanan hidrostatis itu berbanding lurus dengan nilai h (kedalaman)
zat cair serta nilai 𝜌 (massa jenis) yang ada pada suatu zat cair.”
9. Rizka Fauzia (22-2018-166)
“ Dari hasil percobaan no.1 dan no.4 dapat disimpulkan bahwa pusat
tekanan bergantung pada nilai water level(s) bisa terlihat pada hasil
percobaan no.1 water levelnya(s) s <100 dan no.4 water levelnya(s) s >100 ,
Resultan (Fd) yang dihasilkan dari percobaan tersebut semakin besar, maka
dengan ini apabila water levelnya(s) semakin besar, maka semakin besar
pula Resultan (Fd)nya.”
10. Ferdiansyah A.R (22-2018-167)
” Dari hasil pengukuran ,dapat ditarik kesimpulan bahwa Tekanan

hidrostatis dipengaruhi oleh massa jenis, ketinggian, dan percepatan
gravitasi.”

11. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

” Dari hasil percobaan pratikum dapat didapat, jika semakin besar berat
gaya yang diberikan kepada alat hidrostatik pressule apparatus, maka nilai
Id dan Fd juga semakin besar.”
12. Arul Sugi (22-2018-169)

“ Dari perhitungan data yang didapat saat pratikum, menunjukan bahwa
tekanan hidrostatis akan semakin besar saat kedalaman air semakin dalam.”
Signature

BAB III
TINGGI METACENTRUM BENDA APUNG
3.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami kestabilan benda apung dan
mengetahui cara menghitung tinggi metacentric.
3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengerti tentang
tinggi metacentric dan dapat menghitung tinggi metacentric.
3.3 Landasan Teori

Stabilitas Benda Terapung :
1. Stabil jika zm > 0
2. Tidak Stabil jika zm < 0
Persamaan – persamaan yang digunakan :
• zm = xs . cot α
𝑚ℎ.𝑥
• xs = = 0,055.x
𝑚+𝑚𝑣+𝑚ℎ
𝑚𝑣.𝑧+(𝑚+𝑚ℎ).𝑧𝑔
• zs = = 5,364 + 0,156.z
𝑚+𝑚𝑣+𝑚ℎ
𝑑𝑥𝑠 𝑥𝑠
• =
𝑑𝛼 𝛼

3.4 Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengujian tinggi metasentrum benda
apung adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Satu set alat Metacentric Height Apparatus

Prosedur pelaksanaan dalam pengujian tinggi metasentrum benda apung dengan
menggunakan alat Metacentric Height Apparatus adalah sebagai berikut :
1. Mengisi bak dengan air sesuai dengan kebutuhan;
2. menyiapkan benda apung;
3. menentukan nilai x;
4. menentukan nilai z sesuai petunjuk asisten;
5. memasukkan benda apung ke dalam bak, amati yang terjadi;
6. mengukur sudut derajat kemiringan benda apung;
7. melakukan prosedur ini dengan nilai mulai 0,5 cm hingga 4 cm.


Analisa perhitungan dalam pengujian tinggi metasentrum benda apung dengan
menggunakan alat Metacentric Height Apparatus adalah sebagai berikut :
• Pengukuran 1 :
x = 2 cm xs = 0,11 cm
Tabel 3.1 Data Hasil Perhitungan Pengujian Tinggi Metacentrum

𝑑𝑥𝑠 Kondisi
Z α zs zm
𝑑𝛼 Pengamatan
3 4 5,832 1,573 0,0275 Stabil
6 6 6,3 1,046 0,018 Stabil
9 10 6,768 0,623 0,011 Stabil
12 13 7,236 0,476 0,0084 Stabil
15 22 7,704 0,272 0,005 Stabil
18 31 8,172 0,183 0,0035 Stabil
𝑑𝑥𝑠
Grafik Hubungan antara dengan zs
𝑑𝛼
8,5
7,5
7
Zs
6,5
5,5
5
0,001 0,01 0,1
dxs/dα

• Pengukuran 2
x = 3 cm xs = 0,165 cm
Z α zs (cm) zm (cm)
𝑑𝛼 Pengamatan
3 7 5,832 1,34 0,023 Stabil
6 8 6,3 1,174 0,02 Stabil
9 11 6,768 0,848 0,015 Stabil
12 16 7,236 0,575 0,0103 Stabil
15 25 7,704 0,353 0,0066 Stabil
18 32 8,172 0,26 0,00515 Stabil
𝑑𝑥𝑠
Grafik Hubungan antara dengan zs :
𝑑𝛼
8,5
7,5
7
Zs
6,5
5,5
5
0,001 0,01 0,1
dxs/dα

• Pengukuran 3
x = 3,5 cm xs = 0,1925 cm
Z α zs (cm) zm (cm)
𝑑𝛼 Pengamatan
3 7 5,832 1,567 0,0275 Stabil
6 9 6,3 1,215 0,021 Stabil
9 13 6,768 0,833 0,0148 Stabil
12 18 7,236 0,592 0,0106 Stabil
15 25 7,704 0,413 0,0077 Stabil
18 33 8,172 0,296 0,00583 Stabil
𝑑𝑥𝑠
Grafik Hubungan antara dengan zs :
𝑑𝛼
8,5
7,5
7
Zs
6,5
5,5
5
0,001 0,01 0,1
dxs/dα

Contoh Perhitungan :

2. Rizka Fauzia (22-2018-166)
x = 2 cm
x = 2 cm
z = 3 cm
z = 6 cm
• xs = 0.055.x
• xs = 0.055.x
= 0.055*2
= 0.055*2
= 0.11cm = 0.11 cm
• zs = 5.364 + 0.156.z
• zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*6
= 5.364 + 0.156*3
= 5.364 + 0,936
= 5.364 + 0,468
= 6,3 cm
= 5,832
• zm = xs.cot α
• zm = xs.cot α
= xs. 1/tan α
= xs. 1/tan α = 0.11*1/tan 6
= 0.11*1/tan 4 = 1.046 cm
𝑑𝑥𝑠 0.11
• = = 0,018
= 1.573 cm 𝑑𝛼 6
𝑑𝑥𝑠 0.11
• = = 0,0275
𝑑𝛼 4

3. M. Diaz A. (22-2018-162) 4. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)
x = 2 cm x = 2 cm
z = 9 cm z = 12 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*2 = 0.055*2
= 0.11cm = 0.11cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*9 = 5.364 + 0.156*12
= 5.364 + 0,936 = 5.364 + 1,872
= 6,768 = 7,236
• zm = xs.cot α • zm = xs.cot α
= xs. 1/tan α = xs. 1/tan α
= 0.11*1/tan 10 = 0.11*1/tan 13
= 0,623 cm = 0,476 cm
𝑑𝑥𝑠 0.11 𝑑𝑥𝑠 0.11

• = = 0,011 • = = 0,0084
𝑑𝛼 10 𝑑𝛼 13

5. M. Rifky S (22-2018-160) 6. Arul Sugi (22-2018-169)
x = 2 cm x = 2 cm
z = 15 cm z = 18 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*2 = 0.055*2
= 0.11cm = 0.11cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*15 = 5.364 + 0.156*18
= 5.364 + 2,34 = 5.364 + 2,808
= 7,704 = 8,172
= 0.11*1/tan 22 = 0.11*1/tan 31
= 0,272 cm = 0,183 cm
𝑑𝑥𝑠 0.11 𝑑𝑥𝑠 0.11

• = = 0,005 • = = 0,0035
𝑑𝛼 22 𝑑𝛼 31

7. Teguh Kurnia F. (22-2018-164) 8. Teguh Imam H. (22-2018-165)
x = 3 cm x = 3 cm
z = 3 cm z = 6 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3 = 0.055*3
= 0.165cm = 0.165cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*3 = 5.364 + 0.156*6
= 5.364 + 0,468 = 5.364 + 0,936
= 5,832 cm = 6,3 cm
= 0.165*1/tan 7 = 0.165*1/tan 8
= 1,34 cm = 1,174 cm
𝑑𝑥𝑠 0.165 𝑑𝑥𝑠 0.165

• = = 0,023 • = = 0,02
𝑑𝛼 7 𝑑𝛼 8

9. Ferdiansyah A.R. (22-2018-167) 10. Mulia Destiawati (22-2016-008)
x = 3 cm x = 3 cm
z = 9 cm z = 12 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3 = 0.055*3
= 0.165cm = 0.165cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*9 = 5.364 + 0.156*12
= 5.364 + 1,404 = 5.364 + 1,872
= 6,768 cm = 7,236 cm
= 0.165*1/tan 11 = 0.165*1/tan 16
= 0,848 cm = 0,575 cm
𝑑𝑥𝑠 0.165 𝑑𝑥𝑠 0.165

• = = 0,015 • = = 0,0103
𝑑𝛼 11 𝑑𝛼 16

11. M. Fikri Abdillah (22-2016-006) 12. M. Fauzi (22-2018-163)
x = 3 cm x = 3 cm
z = 15 cm z = 18 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3 = 0.055*3
= 0.165cm = 0.165cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*15 = 5.364 + 0.156*18
= 5.364 + 2,34 = 5.364 + 2,808
= 7,704 cm = 8,172 cm
= 0.165*1/tan 25 = 0.165*1/tan 32
= 0,353 cm = 0,26 cm
𝑑𝑥𝑠 0.165 𝑑𝑥𝑠 0.165

• = = 0,0066 • = = 0,00515
𝑑𝛼 25 𝑑𝛼 32

13. M. Rifky S (22-2018-160) 14. M. Diaz (22-2018-162)
x = 3,5 cm x = 3,5 cm
z = 3 cm z = 6 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3,5 = 0.055*3,5
= 0,1925 cm = 0,1925 cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*3 = 5.364 + 0.156*6
= 5.364 + 0,468 = 5.364 + 0,936
= 5,832 cm = 6,3 cm
= 0.1925*1/tan 7 = 0.1925*1/tan 9
= 1,567 cm = 1,215 cm
𝑑𝑥𝑠 0.1925 𝑑𝑥𝑠 0.1925

• = = 0,0275 • = = 0,021
𝑑𝛼 7 𝑑𝛼 9

15. Kania Agustina (22-2018-159) 16. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)
x = 3,5 cm x = 3,5 cm
z = 9 cm z = 12 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3,5 = 0.055*3,5
= 0,1925 cm = 0,1925 cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*9 = 5.364 + 0.156*12
= 5.364 + 1,404 = 5.364 + 1,872
= 6,768 cm = 7,236 cm
= 0.1925*1/tan 13 = 0.1925*1/tan 18
= 0,833 cm = 0, 592cm
𝑑𝑥𝑠 0.1925 𝑑𝑥𝑠 0.1925

• = = 0,0148 • = = 0,0106
𝑑𝛼 13 𝑑𝛼 18

17. Rizka Fauzia (22-2018-166) 18. M.Fauzi (22-2018-163)
x = 3,5 cm x = 3,5 cm
z = 15 cm z = 18 cm
• xs = 0.055.x • xs = 0.055.x
= 0.055*3,5 = 0.055*3,5
= 0,1925 cm = 0,1925 cm
• zs = 5.364 + 0.156.z • zs = 5.364 + 0.156.z
= 5.364 + 0.156*15 = 5.364 + 0.156*18
= 5.364 + 2,34 = 5.364 + 2,808
= 7,704 cm = 8,172 cm
= 0.11*1/tan 25 = 0.11*1/tan 33
= 0,413 cm = 0,296 cm
𝑑𝑥𝑠 0.1925 𝑑𝑥𝑠 0.1925

• = = 0,0077 • = = 0,00583
𝑑𝛼 25 𝑑𝛼 33

3.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pengujian tinggi metacentrum benda apung
adalah :
“ Titik metasentrum suatu benda bergantung pada letak titik berat benda
tersebut.”

“ Semakin tinggi Z maka α akan berpengaruh terhadap Zm. Semakin besar
α maka ponton akan tidak stabil.”

“ Kestabilan sebuah benda bergantung pada nilai metasentrum. Titik
metasentrum sendiri dipengaruhi oleh titik berat zat cair yang dipindahkan
dan titik berat bendanya, yang dalam pengujian ini titik berat zat cair yang
dipindahkan berubah-ubah seiring bertambahnya kemiringan.”
4. M. Rifky S. (22-2018-160)
“ Kemiringan suatu benda apung terjadi akibat pengaruh beban yang
diberikan pada titik Metacentric Height Apparatus”

“ Benda akan stabil jika z lebih dari nol, maka benda akan tidak stabil. Dan
dari semua pengujian terbukti bahwa semua benda stabil.”
6. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Penambahan ketinggian beban memberikan pengaruh terhadap letak tinggi
metasentrum..”

7. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)

“ Sudut kemiringan suatu benda mempengaruhi letak titik metasentrum.”
8. Teguh Imam H. (22-2018-165)

“ Benda apung akan stabil jika Zm>0, benda apung tidak stabil jika Zm<0.”
9. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Semakin besar beban yang diberikan pada metacentric Height Apparatus
maka semakin miring Metacentric Height Apparatus.”
10. Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

“ Titik metacentrum itu dapat ditentukan tergantung pada letak titik serta
besar beban pada benda itu sendiri.”
11. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

“ Kestabilan suatu benda sangat bergantung terhadap jarak titik berat juga
metsentrum dan kemiringan.”
12. Arul Sugi (22-2018-169)

“ Kestabilan benda apung bisa kita ketahui dari hasil perhitungan Zm, bila
Zm > 0 maka benda stabil namun apabila Zm < 0 maka benda tidak stabil.”
Signature

BAB IV
JENIS ALIRAN
(OSBORNE REYNOLDS APPARATUS)
4.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui percobaan Osborne
Reynolds.
4.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan
mengetahui mana jenis aliran yang termasuk kedalam aliran laminar maupun
aliran turbulen.
4.3 Landasan Teori

Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua
elemen zat cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkab terjadinya kehilangan
energi selama pengaliran atau diperlukannya energi untuk menjamin adanya
pengaliran. Hukum newton tentang kekentalan menyatakan bahwa tegangan
geser antara dua partikel zat cair yang berdampingan adalah sebanding dengan
perbedaan kecepatan dari kedua partikel (gradien kecepatan).
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aliran laminer dan aliran
turbulen. Dari percobaan Osborne Reynolds dapat disimpulkan bahwa aliran
laminer terjadi pada kecepatan rendah, pencampuran tidak terjadi dan partikel-
partikel zat cair bergerak dalam lapisan-lapisan sejajar. Sedangkan aliran
turbulen terjadi pada kecepatan lebih tinggi, warna menyebar pada seluruh
penampang pipa dan terlihat bahwa pencampuran dari partikel – partikel zat cair
terjadi. Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran,
yaitu kekentalan zat cair (µ), rapat massa zat cair (ρ) dan diameter pipa (D).
Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu

angka tertentu. Bilangan tersebut dinamakan Bilangan Reynolds dengan bentuk

sebagai berikut :
𝑉 𝑉𝐷
Re = µ Re =
𝜌𝐷 𝑣
Atau
Nilai Bilangan Reynolds :
Jenis Aliran Nilai

Laminer Re < 2300
Transisi 2300 < Re < 4000
Turbulen Re > 4000

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum jenis aliran dengan
menggunakan Hydraulic Bench adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Hydraullic Bench Gambar 4.2 Air dan Termometer


Prosedur yang dilakukan dalam praktikum penentuan tipe aliran dalam pipa
dengan menggunakan Hydraulic Bench adalah sebagai berikut :
1. Mengisi tabung tinta dengan tinta yang sudah dicampur dengan air;
2. menempatkan alat diatas Hydraulic Bench;
3. menghubungkan selang inlet ke pipa inlet;
4. mengalirkan air dari pipa inlet untuk mengisi water reservoir hingga
ketinggian di atas flow-optimised inflow;
5. membuka kran pembuangan dan pastikan aliran air stabil;
6. membuka kran pipa tinta, atur supaya tidak terlalu banyak;
7. mengatur kran inflow dan kran pembuangan hingga diperoleh jenis aliran
yang ditunjukkan oleh perilaku tinta di tabung pengamatan;
8. mengukur volume air yang melalui pembuangan dan mencatat waktunya
menggunakan stopwatch;
9. melakukan percobaan ini beberapa kali;
10. mengukur suhu air pada saat percobaan.


Data perhitungan dari percobaan menentukan jenis aliran dalam pipa dengan
Suhu air saat percobaan : T = 24℃
𝑚2
Viskositas zat cair : 𝑣 = 9,47 . 10−7
𝑠
Diameter pipa : D = 0,01 m
Tabel 4.1 Data Praktikum Jenis Aliran (Osborne Reynold Apparatus)

Jenis Aliran Jenis Aliran
Vol(ml) t (s) (Q) 𝑚3/𝑠) V(m/s) Re
(pengamatan) (perhitungan)
Kritikal 85 5,66 1,5 .10−5 0,191307871 2020,15 Turbulen
Laminer 77 2,04 3,7 .10−5 0,480829274 5077,39 Turbulen
Kritikal 36 12,19 2,9. 10−6 0,037620896 397,26 Laminer
Laminer 27 18,55 1,4. 10−6 0,018541727 195,79 Laminer
Turbulen 28 44 6,3. 10−7 0,008106543 85,60 Laminer

Aliran perhitungan dari percobaan menentukan jenis aliran dalam pipa dengan
1. Kania Agustina (22-2018-159) dan M. Diaz A. (22-2018-162)
𝟖𝟓
• Volume = = 8,5 𝑥 10−5 𝑚3
𝟏𝟎𝟔
𝑽𝒐𝒍 𝟖,𝟓 𝟏𝟎−𝟓

• Q= = = 1,5 𝑥 10−5 𝑚3 /s
𝒕 𝟓,𝟔
𝑄 1,5 𝑥 10−5
• V= = = 0,1913 m/s ; A = 7,85𝑥 10−5 𝑚2
𝐴 7,85 𝑥 10−5

𝑉𝐷 0,1913 𝑥 0,01
• Re = = = 2020,15
𝑣 9,47𝑥10−7
• Re > 2300 , disimpulkan bahwa jenis aliran adalah turbulen.
2. Rizka Fauzia (22-2018-166) dan M. Fauzi (22-2018-163)
𝟕𝟕
• Volume = 𝟏𝟎𝟔 = 7,7 𝑥 10−5 𝑚3
𝑽𝒐𝒍 𝟕,𝟕 𝟏𝟎−𝟓

• Q= = = 3,7 𝑥 10−5 𝑚3 /s
𝒕 𝟐,𝟎𝟒
𝑄 3,7 𝑥 10−5
• V = 𝐴 = 7,85 𝑥 10−5 = 0,4808 m/s ; A = 7,85𝑥 10−5 𝑚2
𝑉𝐷 0,4808 𝑥 0,01
• Re = = = 5077,39
𝑣 9,47𝑥10−7
3. M. Rifky S. (22-2018-160) dan Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

𝟑𝟔
• Volume = 𝟏𝟎𝟔 = 3,6 𝑥 10−5 𝑚3
𝑽𝒐𝒍 𝟑,𝟔 .𝟏𝟎−𝟓

• Q= = = 2,9 𝑥 10−6 𝑚3 /s
𝒕 𝟏𝟐,𝟏𝟗
𝑄 2,9 𝑥 10−6
• V = 𝐴 = 7,85 𝑥 10−5 = 0,0376 m/s ; A = 7,85𝑥 10−5 𝑚2
𝑉𝐷 0,0376 𝑥 0,01
• Re = = = 397,26
𝑣 9,47𝑥10−7

• Re < 2300 , disimpulkan bahwa jenis aliran adalah laminer.
4. Arul Sugi (22-2018-169) dan Ferdiansyah A.R (22-2018-167)
𝟐𝟕
• Volume = 𝟏𝟎𝟔 = 2,7 𝑥 10−5 𝑚3
𝑽𝒐𝒍 𝟐,𝟕 𝟏𝟎−𝟓

• Q= = = 1,4 𝑥 10−6 𝑚3 /s
𝒕 𝟏𝟖,𝟓𝟓
𝑄 1,4 𝑥 10−6
• V = 𝐴 = 7,85 𝑥 10−5 = 0,0185 m/s ; A = 7,85𝑥 10−5 𝑚2
𝑉𝐷 0,0185 𝑥 0,01
• Re = = = 195,79
𝑣 9,47𝑥10−7
5. Teguh Kurnia F. (22-2018-164) dan Teguh Imam H. (22-2018-165)
𝟐𝟖
• Volume = 𝟏𝟎𝟔 = 2,8 𝑥 10−5 𝑚3
𝑽𝒐𝒍 𝟐,𝟖 𝟏𝟎−𝟓

• Q= = = 6,3 𝑥 10−7 𝑚3 /s
𝒕 𝟒𝟒
𝑄 6,3 𝑥 10−7
• V= = = 0,0081 m/s ; A = 7,85𝑥 10−5 𝑚2
𝐴 7,85 𝑥 10−5
𝑉𝐷 0,081 𝑥 0,01
• Re = = = 85,60
𝑣 9,47𝑥10−7

4.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum jenis aliran (Osborne
Reynolds Apparatus) adalah sebagai berikut :
“ Jenis aliran dapat ditentukan dari bilangan Reynold. Besarnya
bilangan reynold sendiri dipengaruhi oleh besarnya kecepatan,
kekentalan dan diameter pipa. Semakin besar kecepatan air yang
𝑉𝐷
mengalir, semakin besar bilangan Reynold (𝑅𝑒 = ).”
𝜈
2. M. Rifky S. (22-2018-160)
“ Bilangan Reynolds dihitung untuk menentukan jenis aliran suatu
fluida.”

“ Dengan menghitung bilangan reynold suatu fluida, kita dapat
mengetahui jenis aliran fluida tersebut.”
4. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Semakin besar nilai Re, maka kecepatan pun semakin besar. Sama
halnya dengan kecepatan yang kecil, maka nilai Re pun menjadi kecil.”
5. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)

“ Jika kecepatan alirannya besar, maka bilangan Reynoldsnya pun
menjadi besar, sehingga dapat diidentifikasi bahwa jenis aliran adalah
turbulen.”
6. Teguh Imam H. (22-2018-165)

“ Semakin besar debit air, semakin besar bilangan Re. Dan itu
mempengaruhi jenis aliran suatu fluida.”

7. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Untuk menentukan jenis aliran suatu fluida, kita perlu menghitung
besarnya nilai Re. Besarnya nilai Re dipengaruhi oleh debit.”
8. Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

“ Jenis aliran dipengaruhi oleh debit.”
9. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

“ Kecepatan sangat berpengaruh dalam penentuan jenis aliran.”
10. Arul Sugi (22-2018-169)

“ Untuk menentukan jenis aliran suatu fluida, tidak hanya dari
pengamatan saja, tapi perlu juga melalui perhitungan bilangan
reynolds.”
Signature

BAB V
DIMENSI PIPA
5.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dimensi pipa.
5.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Mahasiswa dapat mengerti cara dan
penerapan pengukuran pipa.
5.3 Landasan Teori

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan
digunakan untuk mengaliri Fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang
dialiri pipa biasanya berupa zat atau gas dan tekanan didalamnya biasanya lebih
besar atau lebih rendah dari tekanan Atmosfer. Apabila zat cair dalam pipa tidak
penuh akan termasuk dalam saluran terbuka karena bebas, tekanan dipermukaan
zat cair disepanjang saluran terbuka adalah Tekanan Atmosfer.
Yang dimaksud dengan Jaringan Pipa (Perpipaan) adalah Suatu sistem
perpipaan pada suatu instalasi atau struktur pada suatu kawasan permukiman
dimana digunakan sebagai alat transportasi dari aliran yang berupa gas atau
cairan (Raswari, 1986, hal 123). Pemakaian jaringan pipa salah satunya terdapat
pada sistem distribusi air minum. Sistem ini merupakan bagian yang paling
mahal dari suatu perusahaan air minum oleh karena itu harus dibuat
perencanaan yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi debit air standar.
Perhitungan,perencanaan,dan pelaksanaan sistem perpipaan akan semakin
rumit dan komplek, oleh karena itu pemakaian computer untuk analisis ini akan
mengurangi kesulitan.

Untuk jaringan kecil pemakaian kalkulator untuk hitungan masih dilakukan,ada

beberapa metoda untuk menyelesaikan perhitungan sistem jaringan pipa
diantaranya adalah Metode Perhitungan Kontinuitas, Hardy-Cross Karena
meluasnya kawasan layanan dan bertambahnya pelanggan pada perencanaan
jaringan pipa air bersih PDAM. Pada pelaksanaan pemasangan jaringan di
lapangan umumnya bagian yang akan dipasang telah melalui proses pabrikasi
terutama pada jaringan-jaringan berdiameter besar dan rumit. Perpisahan akan
digunakan untuk sistem sebagai berikut :
1. Air jernih termasuk air hujan, air pembersih,hydrant, yang biasa digunakan,
dikumpulkan, serta dipisahkan dari minyak yang mungkin terdapat dalam
sistem tersebut atau menuju sistem tersebut (sungai atau kolam).
2. Pembuangan air atau minyak, pembuangan kotoran manusia (rumah tangga,

industri), kombinasi dari pembuangan,perkumpulan dari seluruh
pembuangan.
Dalam sistem jaringan yang begitu luas,penggunaan material untuk kontruksi

akan berbeda-berbeda. Untuk perhitungan juga harus diperhatikan aliran apa yang
akan melalui jaringan pipa tersebut. Dalam perencanaan struktur juga diperhatikan
aliran apa yang akan melalui jaringan pipa tersebut. Dalam perencanaan
strutur,perlu dicantumkan jarak elevasi dari permukaan tanah kedalam jalur pipa
bawah tanah. Begitu juga ketebalan,anti karat,isolasi,selubung atau perlindungan
pipa bawah tanah. Aliran dari Fluida akan ditentukan dari banyak atau sedikitnya
Slope atau sistem gravitasi dan hubungan ini timbalbalik, perlu dipertimbangkan
pula elevasi dari tempat induk input pipa. Pekerjaan pemasangan jaringan perpipaan
di lapangan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Di atas tanah
b. Di bawah tanah
c. Di bawah air (dalam air)

Untuk pemasangan sistem pada ketiga tempat ini baik pipa proses maupun pipa
Utility , mempunyai permalahan tersendiri disini hanya akan membahas pada pipa
bawah. Sambungan perpipaan dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Sambungan dengan menggunakan pengelasan.

2. Sambungan menggunakan ulir.
Selain sambungan seperti diatas,terdapat juga penyambungan khusus dengan

pengeleman (perekat), serta pengkleman (untuk pipa plastic dan Vibre Glass). Pada
perpiaan untuk air berih umunya digunakan pipa bertekanan rendah dan pipa yang
dibawah saja yang menggunakan sambungan ulir.

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum dimensi pipa adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.1 Pita Ukur & Pipa


Prosedur yang dilakukan dalam praktikum dimensi pipa adalah sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan alat alat yang akan digunakan;
2. mengukur dengan menggunakan jangka sorong,diameter dalam pipa dan
diameter luar pipa;
3. mengukur jarak tiap segmen dengan menggunakan pita ukur, yaitu jarak
bak udik dan bak hilir, bak dan ambang ukur Thompson,sambungan pipa
pada piezometer.

Data perhitungan dari percobaan menentukan dimensi pipa adalah sebagai
berikut :
Data Dimensi Pipa
Warna Pipa : Biru Muda
Tabel 5.1 Analisa perhitungan dimensi pipa

Segmen Panjang (m) D luar (m) D dalam (m) A (𝑚 2 ) P (m) R (m)
Hulu - 4 0,453 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4 - 4e 0,463 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4e - Samb 0,11 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
Samb - 4d 0,095 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4d - 4c 0,925 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4c - 4b 0,425 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4b - 4a 3,767 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064
4a - Hilir 0,257 0,031215 0,0254 0,00051 0,0798 0,0064

Data Tinggi Pipa
Warna Pipa : Biru Muda
Tabel 5.2 Data tinggi pipa
Segmen Tinggi (m)

Hulu 0,68942
sesuai no pipa 0,68142
4E 0,66147
4D 0,89692
4C 0,92067
4B 0,71017
4A 0,68267
Hilir 0,68585
𝜋 𝐴
A = 4 . (𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚)2 P = 𝜋 . D dalam R=
𝑃
𝜋 𝜋
• A = 4 . (𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚)2 = 4 . (0,0254)2 = 0,00051 𝑚2
• P = 𝜋 . D dalam = 𝜋 . 0,0254 = 0,0798 m
𝐴 0,00051
• R=𝑃= = 0,0064 m
0,0798

5.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum dimensi pipa adalah
sebagai berikut :
“ Diameter dalam dan luar pipa dapat mempengaruhi debit aliran.”
2. M. Rifky S. (22-2018-160)
“ Jangka sorong merupakan alat ukur untuk mengukur dimensi atau
ketebalan suatu pipa.”
3. M. Diaz Armeilando (22-2018-162)

“ Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa diameter pipa
berpengaruh pada panjang pipa.”
4. M. Fauzi (22-2018-163)
“Besarnya koefisien gesek pipa dipengaruhi oleh diameter pipa dan
kekasaran permukaan pipa. Besarnya faktor sambungan / percabangan
dipengaruhi oleh luas penampang pipa.”
5. Teguh Imam H. (22-2018-165)

“Pengukuran dimensi pipa, perhitungan diameter pipa dapat mempengaruhi debit
aliran air pada pipa.”
6. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pengukuran dimensi pipa
menggunakan jangka sorong, perhitungan diameter pipa dapat
mempengaruhi debit aliran air pada pipa.”

“ Semakin besar diamater pipa semakin kecil kecepatan aliran.”

8. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

“ Besarnya kecepatan dipengaruhi oleh diameter pipa.”
9. Arul Sugi (22-2018-169)

“ Besar kecilnya suatu debit aliran dalam pipa, dipengaruhi oleh
diameternya.”
Signature

BAB VI
DEBIT ALIRAN
6.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui dan memahami Hukum
Kontinuitas.
6.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengukur debit dengan menggunakan
ambang Ukur Thompson, menghitung koefisien debit dan menghitung besarnya debit
dengan persamaan thompson.
6.3 Landasan Teori

Ambang Ukur Thompson
Ambang ukur thompson merupakan salah satu ambang ukur yang ada. Bentuk
ambang ukur menyerupai huruf “V” dengan sudutnya sebesar 90°. Persamaan
Thompson yang dipergunakan adalah :
1
𝑄 = 𝐶. tan ( . 𝛼)ℎ5/2
2
Dimana : h = tinggi air pada ambang
α = 90°
C = koefisien Thompson = 1,39
Q = debit aliran (𝑚3 /𝑑𝑡)

Debit Aliran
Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan
waktu disebut debit aliran (Q). Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat
cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (𝑚3 /𝑑𝑡)
atau satuan yang lain (liter/detik, liter/menit,dsb).
Di dalam zat cair ideal, dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran V adalah
sama disetiap titik pada tampang lintang. Apabila tampang aliran tegak lurus
pada arah aliran diberikan oleh bentuk berikut :
𝑄 = 𝐴. 𝑉
Apabila zat cair tidak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau
saluran terbuka, dengan tampang aliran konstan maupun tidak konstan, maka
volume zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di semua tampang.
Keadaan ini disebut dengan Hukum Kontinuitas aliran zat cair.
𝑉1 . 𝐴1 = 𝑉2 . 𝐴2
ATAU
𝑄 = 𝐴. 𝑉 adalah konstan.


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum debit aliran adalah
sebagai berikut :
Gambar 6.1 Ambang Thompson

Prosedur yang dilakukan dalam praktikum debit aliran adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan stopwatch dan ember;
2. menampung air pada ember secukupnya setelah aliran stabil, dan catat
waktu di stopwatch;
3. mengukur banyaknya air yang ditampung tadi dengan menggunakan gelas
ukur, catat hasilnya;
4. menghitung debit dan menghitung koefisien Thompson yang terjadi;
5. membandingkan dengan angka yang ditentukan;
6. melakukan prosedur ini beberapa kali sehingga diperoleh angka yang
mendekati dengan toleransi < 5%
7. mengukur tinggi zat cair pada masing-masing piezometer.


Data perhitungan dari percobaan menentukan debit aliran adalah sebagai
berikut :
Koefisien Ambang Ukur Thompson
- h awal = 10,24 cm = 0,1024 m
- h akhir = 14,54 cm = 0,1454 m
- Δh = 4,3 cm = 0,043 m
Tabel 6.1 Data Koefisien Ambang Ukur Thompson

Pengukuran Volume(ml) Waktu (s) Q (𝑚3 /s) Δ𝐻 5/2 C C Toleransi
1 1790 2,81 0,000637 0,00038 1,663 19,656
2 1190 1,94 0,000613 0,00038 1,602 15,221
3 680 1,06 0,000642 0,00038 1,675 20,501
4 1090 1,84 0,000592 0,00038 1,547 11,274
5 1060 1,69 0,000627 0,00038 1,638 17,816
6 650 1,2 0,000542 0,00038 1,414 1,746
7 890 1,53 0,000582 0,00038 1,519 9,266
8 810 1,5 0,00054 0,00038 1,41 1,433
9 780 1,39 0,000561 0,00038 1,465 5,406
10 800 1,35 0,000593 0,00038 1,547 11,312
11 770 1,36 0,000566 0,00038 1,478 6,35
12 790 1,23 0,000642 0,00038 1,677 20,645
13 510 0,81 0,00063 0,00038 1,644 18,269
14 550 0,94 0,000585 0,00038 1,528 9,906
15 530 0,75 0,000707 0,00038 1,845 32,74
16 630 0,94 0,00067 0,00038 1,75 25,892
17 790 1,15 0,000687 0,00038 1,794 29,037
18 670 0,99 0,000677 0,00038 1,767 27,124
19 850 1,37 0,00062 0,00038 1,62 16,543
20 600 0,95 0,000632 0,00038 1,649 18,635

Toleransi C ≤ 5 % : Ada 2 ( 1,746 % dan 1,433 %))
Nilai Q rerata : 0,000541 𝑚3 /𝑠
Suhu Air : 24 °C
Tabel 6.2 Data Tinggi Piezometer

Segmen Tinggi Awal (m) Tinggi Akhir (m) Tinggi Rerata (m)
Hulu 1,642 1,674 1,658
4 1,335 1,335 1,335
4E 1,105 1,105 1,105
4D 0, 915 0,915 0,915
4C 0,85 0,85 0,85
4B 0,77 0,77 0,77
4A 0,56 0,58 0,57

Analisa perhitungan dari praktikum debit aliran adalah sebagai berikut :
1. Kania Agustina (22-2018-159) 2. M. Rifky S (22-2018-160)

𝑉
• Q=𝑡 𝑉
• Q=𝑡
1790 𝑥 10−6
= 1190 𝑥 10−6
2,81 = 1,94
= 6,37 x 10-4 𝑚3 /𝑠
= 6,13 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
6,37 𝑥 10−4
= = 1,663 6,13 𝑥 10−4
3,8 𝑥 10−4 = = 1,602
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % 𝐶−1,39
1,39 • Toleransi C = | |x 100 %
1,39
1,663−1,39
=| |x 100% 1,602−1,39
1,39 =| |x 100%
1,39
= 19,656 %
= 15,221 %

4. M. Diaz A. (22-2018-162) 3. M. Fauzi (22-2018-163)

𝑉
• Q=𝑡 • Q=𝑡
𝑉
680 𝑥 10−6 1090 𝑥 10−6

= =
1,06 1,84
= 6,42 x 10-4 𝑚3 /𝑠 = 5,42 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 • C = Δ𝐻 5/2
𝑄
6,42 𝑥 10−4 5,42 𝑥 10−4

= = 1,675 = = 1,547
3,8 𝑥 10−4 3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % • Toleransi C = |
𝐶−1,39
|x 100 %
1,39 1,39
1,675−1,39 1,547−1,39
=| |x 100% =| |x 100%
1,39 1,39
= 20,501 % = 11,274 %
5. Teguh Kurnia F. (22-2018-164) 6. Teguh Imam H. (22-2018-165)
𝑉
• Q=𝑡
𝑉
• Q=𝑡
1060 𝑥 10−6 650 𝑥 10−6

= =
1,69 1,2
= 6,27 x 10 𝑚 /𝑠 -4 3 = 5,42 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
6,27 𝑥 10−4 5,42 𝑥 10−4
= = 1,638 = = 1,414
3,8 𝑥 10−4 3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % 𝐶−1,39
1,39
• Toleransi C = | 1,39
|x 100 %
1,638−1,39
=| |x 100% 1,414−1,39
1,39
=| |x 100%
1,39
= 17,816 %
= 1,746 %

7. Ferdiansyah A.R (22-2018-167) 8. Ferdy Radika (22-2018-168)

𝑉 𝑉
• Q=𝑡 • Q=𝑡
810 𝑥 10−6 780 𝑥 10−6
= =
1,5 1,39
= 5,4 x 10 𝑚 /𝑠 -4 3 = 5,61 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄 𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 • C = Δ𝐻 5/2
5,4 𝑥 10−4 5,61 𝑥 10−4
= 3,8 𝑥 10−4 = 1,41 = = 1,465
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39 𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % • Toleransi C = | |x 100 %
1,39 1,39
1,41−1,39 1,465−1,39
=| |x 100% =| |x 100%
1,39 1,39
= 1,433 % = 5,406 %
9. Arul Sugi (22-2018-169)

𝑉
• Q=𝑡 𝑉
• Q=𝑡
800 𝑥 10−6
= 770 𝑥 10−6
1,35
-4 3 =
= 5,93 x 10 𝑚 /𝑠 1,36
= 5,66 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
5,93 𝑥 10−4
= = 1,547 5,66 𝑥 10−4
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39 = = 1,478
• Toleransi C = | |x 100 % 3,8 𝑥 10−4
1,39 𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 %
1,547−1,39 1,39
=| |x 1,478−1,39
1,39
=| |x 100%
1,39
100%
= 6,35 %
= 11,312 %

11. M. Fikri A. (22-2016-006) 12. Kania Agustina (22-2018-159)

𝑉
𝑉 • Q=𝑡
• Q=𝑡
510 𝑥 10−6
790 𝑥 10−6 =
= 0,81
1,23
-4 3 = 6,3 x 10-4 𝑚3 /𝑠
= 6,42 x 10 𝑚 /𝑠
𝑄
𝑄 • C = Δ𝐻 5/2
• C = Δ𝐻 5/2
6,3 𝑥 10−4
6,42 𝑥 10−4 = 3,8 𝑥 10−4 = 1,644
= =1,677
3,8 𝑥 10−4 𝐶−1,39
𝐶−1,39 • Toleransi C = | |x 100 %
• Toleransi C = | |x 100 % 1,39
1,39
1,644−1,39
1,677−1,39 =| |x 100%
=| |x 100% 1,39
1,39
= 18,269 %
= 20,645 %
13. Rizka Fauzia (22-2018-166) 14. M. Fauzi (22-2018-163)

𝑉
• Q=𝑡
𝑉
• Q=𝑡
550 𝑥 10−6 530 𝑥 10−6
= =
0,94 0,75
= 5,85 x 10 𝑚 /𝑠 -4 3 = 7,07 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
5,85 𝑥 10−4 7,07 𝑥 10−4
= = 1,528 = = 1,845
3,8 𝑥 10−4 3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = |
𝐶−1,39
|x 100 % • Toleransi C = | |x 100 %
1,39 1,39
1,528−1,39 1,845−1,39
=| |x 100% =| |x 100%
1,39 1,39
= 9,906 % = 32,74 %

15. Mulia Destiawati (22-2016-008) 16. Ferdy Radika (22-2018-168)

𝑉
• Q=𝑡 • Q=𝑡
𝑉
630 𝑥 10−6 790 𝑥 10−6

= =
0,94 1,15
= 6,7 x 10-4 𝑚3 /𝑠 = 6,87 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 • C = Δ𝐻 5/2
𝑄
6,7 𝑥 10−4 6,87 𝑥 10−4

= 3,8 𝑥 10−4 = 1,75 = = 1,794
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % • Toleransi C = |
𝐶−1,39
|x 100 %
1,39 1,39
1,75−1,39 1,794−1,39
=| 1,39
|x 100% =| |x 100%
1,39
= 25,892 % = 29,037 %
17. M. Diaz (22-2018-162) 18. M. Rifky S. (22-2018-160)

𝑉 𝑉
• Q=𝑡 • Q=𝑡
670 𝑥 10−6 850 𝑥 10−6
= =
0,99 1,37
= 6,77 x 10-4 𝑚3 /𝑠 = 6,2 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄 𝑄
• C = Δ𝐻 5/2 • C = Δ𝐻 5/2
6,77 𝑥 10−4 6,2 𝑥 10−4
= = 1,767 = 3,8 𝑥 10−4 = 1,62
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39 𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 % • Toleransi C = | 1,39
|x 100 %
1,39
1,767−1,39 1,62−1,39
=| |x 100% =| |x 100%
1,39 1,39
= 27,124 % = 16,543 %

19. M. Fikri A. (22-2016-006)

𝑉
• Q=𝑡
600 𝑥 10−6
= 0,95
= 6,32 x 10-4 𝑚3 /𝑠
𝑄
• C = Δ𝐻 5/2
6,32 𝑥 10−4
= = 1,649
3,8 𝑥 10−4
𝐶−1,39
• Toleransi C = | |x 100 %
1,39
1,649−1,39
=| |x 100%
1,39
= 18,635 %
6.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum debit aliran adalah sebagai
berikut :
“ Dari hasil percobaan terbukti bahwa besarnya volume air yang
mengalir berbanding lurus dengan besarnya debit. Namun sebaliknya,
nilai Q berbanding terbalik dengan waktu yang diperlukan air untuk
mengalir.”
2. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Debit aliran semakin cepat karena luas penampang yang semakin
mengecil.”

3. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Peristiwa pada percobaan ini memiliki hubungan terhadap persamaan
kontinuitas yaitu tentang debit fluida. Aliran air akan lebih deras pada
bagian yang lebih sempit. Hal ini, tentunya akan mempengaruhi
kelajuan dan waktu tumpahnya aliran air.”

“ Volume berbanding terbalik dengan waktu, apabila volume air lebih
besar daripada nilai waktu maka debit air akan semakin besar, dan
sebaliknya.”
Signature

BAB VII
GARIS ENERGI
7.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini mengenai Garis Energi adalah untuk mengetahui
besarnya garis energi serta besarnya kehilangan energi yang terjadi pada sistem
perpipaan.
7.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Garis Energi ini adalah mahasiswa mengerti tentang
garis energi, dapat menghitung persamaan garis energi, dapat menghitung
energi pada sistem perpipaan.
7.3 Landasan Teori

Garis energi adalah pernyataan grafis dari energi tiap bagian energi total
terhadap suatu data yang dipilih sebagai suatu harga linier dalam meter fluida,
dapat digambarkan pada tiap bagian yang mewakilinya dan garis yang diperoleh
dengan cara tersebut akan miring dalam arah aliran. Garis gradien energi (EGL)
adalah garis yang menghubungkan sederetan titik-titik yang menggambarkan
energi tersedia untuk tiap titik sepanjang pipa sebagai ordinat, yang digambar
terhadap jarak sepanjang pipa sebagai absis.
Hukum ini merupakan penerapan prinsip kekekalan energi. Energi tidak dapat
diciptakan ataupun dihilangkan, melainkan dapat dirubah kebentuk lain. Di
dalam hukum Bernouli ini selalu ada kehilangan energi. Hukum
Bernoulli menyatakan bahwa peningkatan kecepatan fluida akan menyebabkan
penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi
potensial fluida tersebut. Intinya adalah tekanan akan meningkat jika kecepatan
aliran fluida meningkat.

Persamaan Bernoulli :
𝑣12 𝑃1 𝑣22 𝑃2
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2 + ∆𝐻
2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔
Dimana : P = tekanan air
𝜌 = kerapatan air (𝑘𝑔/𝑚3 )
∆𝐻 = kehilangan energi ( m )
v = kecepatan aliran ( m/det )
g = percepatan gravitasi (𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 )
p/ 𝜌g = tinggi tekanan
𝑣 2 /2g = tinggi kecepatan
Persamaan Chezy ;
𝑣 = 𝐶√𝑅𝐼
Dimana : v = kecepatan aliran ( m/dt )
C = koefisien Chezy
R = jari-jari hidraulik ( m )
I = kemiringan garis energy
Persamaan Darcy-weisbach untuk kehilangan energi adalah sebagai
berikut:
𝜆. 𝐿. 𝑉 2
∆𝐻 =
2. 𝑔. 𝐷

Dimana : ∆𝐻 = kehilangan energi
𝜆 = koefisien tak berdimensi
V = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi (𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 )
D = diameter pipa ( m )
L = panjang pipa ( m )

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum garis energi adalah
sebagai berikut :
1. Piezometer,
2. data-data yang ada,
3. hasil perhitungan sebelumnya.

Data perhitungan dari percobaan menentukan garis energi adalah sebagai
berikut :
• Metode Bernolly :
Tabel 7.1 Data Perhitungan Garis Energi Metode Bernoully

Segmen V 𝑣 2 /2g p/ 𝜌g H ∆𝐻
Hulu - 4 1,0608 0,0574 0,9842 1,7154 0
4 - 4e 1,0608 0,0574 0,6692 1,3924 0,323
4e - samb 1,0608 0,0574 0,4591 1,1624 0,230
samb - 4d 1,0608 0,0574 0,0337 0,9724 0,190
4d - 4c 1,0608 0,0574 -0,0551 0,9074 0,065
4c - 4b 1,0608 0,0574 0,0754 0,8274 0,080
4b - 4a 1,0608 0,0574 -0,0971 0,6274 0,200
4a - Hilir 1,0608 0,0574 -0,6702 0,0574 0,570

• Metode Darcy- Weisbach
Tabel 7.2 Data Perhitungan Garis Energi Metode Darcy-Weisbach

Segmen I C λ ∆𝐻
Hulu - 4 0 0 0 0
4 - 4e 0,698 16,073 0,304 0,318
4e - samb 2,091 9,224 0,922 0,229
samb - 4d 2,000 9,471 0,875 0,188
4d - 4c 0,070 50,514 0,031 0,064
4c - 4b 0,188 30,309 0,085 0,082
4b - 4a 0,053 58,933 0,023 0,192
4a - Hilir 2,218 8,990 0,971 0,564

Analisa perhitungan dari praktikum garis energi adalah sebagai berikut :
𝑄 0,000541
• V = = = 1,0608 m/s
𝐴 0,00051
𝑉2 1,06082
• = = 0,0574 m
2.𝑔 2.9,81
METODE BERNOULLY
𝑃
• = (Tinggi Rerata Piezometer – Tinggi Pipa)+1/2Dluar)
𝜌.𝑔
= (1,658 - 0,68942) + (½ x 0,031215)

= 0,9842 m
• Z = tinggi pipa – 1/2 Dluar
= (0,68942)-(1/2 x 0,031215)
= 0,673 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,673+ 0,0574 + 0,9842 = 1,7154 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 0

METODE BERNOULLY
2. Rizka Fauzia (22-2018-166)
𝑃
𝜌.𝑔
= (1,335 - 0,68142) + (½ x 0,031215)

= 0,6692 m
= (0,68142)-(1/2 x 0,031215)
= 0,665 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,665+ 0,0574 + 0,6692 = 1,3924 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 1,7154 – 1,3924 = 0,323 m
METODE BERNOULLY
3. M. Fauzi (22-2018-163)
𝑃
𝜌.𝑔
= (1,105 - 0,66147) + (½ x 0,031215)

= 0,4591 m
= (0,66147)-(1/2 x 0,031215)
= 0,645 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,645+ 0,0574 + 0,4591 = 1,1624 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 1,3924 - 1,1624 = 0,23 m

METODE BERNOULLY
𝑃
𝜌.𝑔
= (0,915- 0,89692) + (½ x 0,031215)

= 0,0337 m
= (0,89692)-(1/2 x 0,031215)
= 0,881 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,881 + 0,0574 + 0,0337 = 0,9724 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 1,1624 - 0,9724 = 0,19 m
METODE BERNOULLY
𝑃
𝜌.𝑔
= (0,85- 0,92067) + (½ x 0,031215)

= -0,0551 m
= (0,92067)-(1/2 x 0,031215)
= 0,905 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ +
2.𝑔 𝜌.𝑔
H = 0,905 + 0,0574 + (-0,0551)= 0,9074 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 0,9724 – 0,9724 = 0,065 m

METODE BERNOULLY
6. Rizka Fauzia (22-2018-166)
𝑃
𝜌.𝑔
= (0,77- 0,71017) + (½ x 0,031215)

= 0,0754 m
= (0,71017)-(1/2 x 0,031215)
= 0,694 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,694 + 0,0574 + 0,0754 = 0,8274 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 0,9724 – 0,8274 = 0,08 m
METODE BERNOULLY
7. M. Fauzi (22-2018-163)
𝑃
𝜌.𝑔
= (0,57- 0,68267) + (½ x 0,031215)

= -0,0971m
= (0,68267)-(1/2 x 0,031215)
= 0,667 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,667 + 0,0574 + (-0,0971) = 0,6274 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 0,8274 – 0,6274 = 0,2 m

METODE BERNOULLY
𝑃
𝜌.𝑔
= (0- 0,68585) + (½ x 0,031215)

= -0,6702 m
= (0,68585)-(1/2 x 0,031215)
= 0,67 m
𝑉2 𝑃
• H = Z+ 2.𝑔 + 𝜌.𝑔
H = 0,67 + 0,0574 + (-0,6702) = 0,0574 m

• ∆𝐻 = H awal – H akhir = 0,6274 - 0,0574 = 0,57 m
Metode Darcy-Weisbach
∆𝐻 0,323
• I = = 0,463 = 0,698
𝐿𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
𝑉 0,0574
• C = = = 16,073
√𝑅.𝐼 0,066
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = 16,0732 = 0,304
𝐶2
𝜆 .L .𝑉 2 0,304 𝑥 0,0,463 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,318 m

2. Ferdiansyah (22-2018-167)
∆𝐻 0,23
• I = = 0,11 = 2,091
𝑉 0,0574
• C = = = 9,224
√𝑅.𝐼 0,115
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = = 0,922
𝐶2 9,2242
𝜆 .L .𝑉 2 0,922 𝑥 0,11 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,229 m
3. M. Fauzi (22-2018-163)
∆𝐻 0,19
• I = = 0,095 = 2
𝑉 0,0574
• C = = = 9,471
√𝑅.𝐼 0,112
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = = 0,875
𝐶2 9,4712
𝜆 .L .𝑉 2 0,875 𝑥 0,095 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,188 m

4. Rizka Fauzia (22-2018-166)
∆𝐻 0,065
• I = = 0,925 = 0,07
𝑉 0,0574
• C = = = 50,514
√𝑅.𝐼 0,021
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = 50,5142 = 0,031
𝐶2
𝜆 .L .𝑉 2 0,031 𝑥 0,925 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,064 m
5. M. Fauzi (22-2018-163)
∆𝐻 0,08
• I = = 0,425 = 0,188
𝑉 0,0574
• C = = = 30,309
√𝑅.𝐼 0,035
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = 30,3092 = 0,085
𝐶2
𝜆 .L .𝑉 2 0,085 𝑥 0,425 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,082 m

∆𝐻 0,2
• I = = 3,767 = 0,053
𝑉 0,0574
• C = = = 58,933
√𝑅.𝐼 0,018
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = 58,9332 = 0,023
𝐶2
𝜆 .L .𝑉 2 0,023 𝑥 3,767 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,192 m
7. Ferdiansyah (22-2018-167)
∆𝐻 0,57
• I = = 0,257 = 2,218
𝑉 0,0574
• C = = = 8,99
√𝑅.𝐼 0,118
8𝑥𝑔 8 𝑥 9,81
• 𝜆 = = = 0,971
𝐶2 8,992
𝜆 .L .𝑉 2 0,971 𝑥 0,257 𝑥 0,05742

• ∆𝐻 = =
2.𝑔.𝐷𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 2 𝑥 9,81 𝑥 0,0254
= 0,564 m

7.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum garis energi adalah sebagai
berikut :
“ Besar kecilnya nilai kehilangan energi, dipengaruhi oleh kecepatan,
koefisien dan dimensi pipa. Perhitungan kehilangan energi baik dengan
metode Bernoully ataupun metode Darcy-Weisbach memiliki kisaran
nilai yang tidak jauh beda. ”
2. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Dari hasil pratikum tentang garis energy ini, menggunakan metode
bernouli dan darcy weisbach sama sama dapat digunakan untuk
mendapatkan kehilangan energy pada sistem perpiapaan.”
3. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Untuk dapat menentukan besar kecilnya suatu garis enerrgi kita dapat
membandingkan antara diameter pipa dan kecepatan aliran.kehilangan
energy tergantung pada koefisien yang berdimensi , panjang pipa,
diameter pipa, dan kecepatan aliran.”
“ Dari data yang diperoleh untuk dapat menetukan besar kecilnya

kehilangan energy, kita dapat menggunakan persamaan darcy
weisbach.”
Signature

BAB VIII
JENIS ALIRAN DALAM PIPA
8.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis aliran yang terjadi
di dalam pipa.
8.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan jenis
aliran berdasarkan perhitungan Bilangan Reynolds.
8.3 Landasan Teori

Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aliran laminer dan aliran
turbulen. Dalam aliran laminer, partikel-partikel zat cair bergerak teratur
mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil
atau kekentalan besar. Pada aliran turbulen, gerak partikel-partikel zat cair tidak
teratur. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.
𝑉 𝑉𝐷
Re = µ Re =
𝜌𝐷 𝑣
Atau
Dimana : 𝑣 = kekentalan kinematik
Adapun batasan untuk bilangan Reynolds adalah sebagai berikut :
Jenis Aliran Nilai

Laminer Re < 2300
Transisi 2300 < Re < 4000
Turbulen Re > 4000


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum penentuan jenis aliran
dalam pipa adalah sebagai berikut :
Gambar 8.1 Ambang Thompson

Data perhitungan dari percobaan menentukan jenis aliran dalam pipa adalah
sebagai berikut :
Tabel 8.1 Data Praktikum Jenis Aliran dalam Pipa

Segmen D dalam (m) V (m/s) v (𝑚2 /s) Re Jenis Aliran
Hulu - 4 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4 - 4e 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4e - Samb 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
Samb - 4d 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4d - 4c 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4c - 4b 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4b - 4a 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen
4a - Hilir 0,0254 1,0608 9,258 x 10−7 29103,4 Turbulen


Aliran perhitungan dari percobaan menentukan jenis aliran dalam pipa adalah
sebagai berikut :
𝑄 5,41 𝑥 10−4
• V=𝐴= = 1,0608 m/s
5,1 𝑥 10−4
𝑉𝐷 1,0608 𝑥 0,01
• Re = = = 2020,15
𝑣 9,258𝑥10−7
8.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum Penentuan jenis aliran
dalam pipa adalah sebagai berikut :
“ Dari pengujian ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jenis
aliran dapat ditentukan dari bilangan Reynold. Besarnya bilangan
reynold sendiri dipengaruhi oleh besarnya kecepatan, kekentalan dan
diameter pipa. Semakin besar kecepatan air yang mengalir, semakin
𝑉𝐷
besar bilangan Reynold (𝑅𝑒 = ).”
𝜈
2. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Semakin besar nilai Re, maka kecepatan pun semakin besar. Sama
halnya dengan kecepatan yang kecil, maka nilai Re pun menjadi kecil.”
3. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“ Untuk menentukan jenis aliran suatu fluida, kita perlu menghitung
besarnya nilai Re. Besarnya nilai Re dipengaruhi oleh debit.”


“ Jenis aliran dipengaruhi oleh debit. Jika nilai debit kecil, maka jenis
aliran adalah laminer, namun jika nilai debit besar maka jenis aliran
adalah turbulen.”
Signature

BAB IX
KEKASARAN PIPA
9.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kekasaran suatu pipa.
9.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat menentukan kekasaran pipa yang
digunakan.
9.3 Landasan Teori

Kekasaran Permukaan
Konsep adanya sub lapis laminer didalam lapis batas pada aliran turbulen
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kekasaran permukaan. Apabila
permukaan bidang batas dibesarkan, akan terlihat bahwa permukaan tersebut
tidak halus. Tinggi efektif ketidakteraturan permukaan yang membentuk
kekasaran disebut dengan tinggi kekasaran k. Perbandingan anatara tinggi
kekasaran dan jari-jari hidraulik (k/R) atau diameter pipa (k/D) disebut
kekasaran relatif.
Persamaan Praundtl :
12𝜈
𝛿=
√𝑔𝑅𝐼
Dimana : 𝛿 = tebal lapisan batas (m)
𝑚2
𝜈 = kekentalan kinematic ( 𝑠 )
𝑚
g = percepatan gravitasi (𝑠2 )

I = kemiringan garis energi
R = jari-jari hidraulik
Persamaan Kekasaran Pipa :
Hidraulik Kasar
12𝑅
𝐶 = 18 log
𝐾
Hidraulik Licin
12𝑅
𝐶 = 18 log
𝛿
𝐾+4
Syarat Batas :
K > 6 𝛿 ; Hidraulik Kasar
δ > 4K ; Hidraulik Licin

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum kekasaran pipa adalah
sebagai berikut :
1. Data – data yang ada.
2. Hasil perhitungan sebelumnya.


Data perhitungan dari percobaan menentukan kekasaran pipa adalah sebagai
berikut :
Tabel 9.1 Analisa perhitungan kekasaran pipa

Segmen C R I ν (𝑚2 /s) δ K Jenis Pipa
Hulu - 4 0 6,35𝑥 10 −3 0 9,258𝑥 10−7 0 0,07620 Kasar
4 - 4e 16,073 6,35𝑥 10−3 0,698 9,258𝑥 10−7 5,343𝑥 10 −5
0,00980 Kasar
4e - samb 9,2240 6,35𝑥 10−3 2,091 9,258𝑥 10−7 3,083𝑥 10−5 0,02340 Kasar
samb - 4d 9,4710 6,35𝑥 10−3 2,000 9,258𝑥 10−7 3,135𝑥 10−5 0,02260 Kasar
4d - 4c 50,514 6,35𝑥 10−3 0,070 9,258𝑥 10−7 1,683𝑥 10−4 0,00012 Kasar
4c - 4b 30,309 6,35𝑥 10−3 0,188 9,258𝑥 10−7 1,033𝑥 10−4 0,00150 Kasar
4b - 4a 58,933 6,35𝑥 10−3 0,053 9,258𝑥 10−7 1,953𝑥 10−4 0,00004 Kasar
4a - Hilir 8,9900 6,35𝑥 10−3 2,218 9,258𝑥 10−7 2,993𝑥 10−5 0,02410 Kasar

Analisa perhitungan dari praktikum kekasaran pipa adalah sebagai berikut :

• C=0
• R = 6,35𝑥 10−3
• I=0
• v = 9,258𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= =0
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
0 = 18 log
𝐾
K = 0,07620
• Syarat : K > 6 𝛿
• Disimpulkan bahwa pipa berjenis hidraulik kasar.


• C = 16,073
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 0,698
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= = 5,34 𝑥 10−5
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,0098
3. M. Fauzi (22-2018-163)
• C = 9,224
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 2,091
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= = 3,08 𝑥 10−5
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,02340

4. Rizka Fauzia (22-2018-166)

• C = 9,471
• R = 6,35𝑥 10−3
• I=2
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= = 3,15 𝑥 10−5
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,02260
5. M. Fauzi (22-2018-163)
• C = 50,514
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 0,07
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= = 1,68 𝑥 10−4
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,00012


• C = 30,309
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 0,188
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2 /s
12𝜈
• 𝛿= = 1,03 𝑥 10−4
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,00150
7. Rizka Fauzia (22-2018-166)

• C = 58,933
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 0,053
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2 /s
12𝜈
• 𝛿= = 1,95 𝑥 10−4
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,00004
• Syarat : δ > 4k
• Disimpulkan bahwa pipa berjenis hidraulik licin.


• C = 8,99
• R = 6,35𝑥 10−3
• I = 2,218
• v = 9,258 𝑥 10−7 𝑚2/s
12𝜈
• 𝛿= = 2,99 𝑥 10−5
√𝑔𝑅𝐼
12𝑅
• 𝐶 = 18 log 𝐾
12 𝑥 6,35𝑥 10−3
▪ 0 = 18 log 𝐾
▪ K = 0,02410
• Syarat : δ > 4k
9.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum kekasaran pipa adalah
sebagai berikut :
“ Kekasaran pipa dipengaruhi oleh koefisien chezy, jari-jari hidraulik,
kemiringan garis energi, kekentalan kinematik dan tebal lapisan batas.”
2. M. Fauzi (22-2018-163)
“ Untuk menetukan kekasaran suatu pipa dapat ditentukan dari
koefisien chezy.”
3. Rizka Fauzia (22-2018-166)

“Kekasaran pipa dipengaruhi oleh (tebal lapisan batas ) δ dan K.”


“ Perbandingan antara tinggi kekasaran dan jari-jari hidraulik atau diameter
pipa disebut kekasaran pipa.”
Signature

Fix Sampe Beres Mekflu

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Fix Sampe Beres Mekflu

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA

1.3 Landasan Teori

1.4 Peralatan dan Bahan

Gambar 1.1 Weights Gambar 1.2 Manometer

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1

Gambar 1.3 Gambar 1.4

1.5 Prosedur Pelaksanaan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 2

1.6 Data Perhitungan

Tabel 1.1 Analisa perhitungan dari praktikum Satuan Tekanan

1.7 Analisa Perhitungan

• F Manometer = Pmano x A = 0.035 x 113,1 = 3,9585 N

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 3

2. Kania Agustina (222018-159) dan Arul Sugi (22-2018-169)

• F Manometer = Pmano x A = 0.05 x 113,1 = 5,655 N

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 4

3. Ferdy Radika P.S (22-2018-168) dan Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

• F Manometer = Pmano x A = 0,098 x 113,1 = 11,0838 N

• F Manometer = Pmano x A = 0,149 x 113,1 = 16,851 N

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 5

5. Teguh Kurnia Fallah (22-2018-164)

• F Manometer = Pmano x A = 0,198 x 113,1 = 22,39 N

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 6

• F Manometer = Pmano x A = 0,25 x 113,1 = 28,275 N

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 7

2. Mulia Destiawati (22-2016-008)

3. Kania Agustina (22-2018-159)

5. M. Diaz Arrmeilando (22-2018-162)

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 8

7. Teguh Kurnia F. (22-2018-164)

8. Teguh Imam H. (22-2018-165)

9. Rizka Fauzia (22-2018-166)

10. Ferdiansyah A.R (22-2018-167)

11. Ferdy Radika P.S (22-2018-168)

12. Arul Sugi (22-2018-169)

“ Tekanan yang diberikan oleh beban piston menunjukkan tekanan pada

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 9

2.3 Landasan Dasar Teori

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 10

ρ = Densitas zat cair

g = Percepatan gravitas (9,81)

t = Jarak dari muka air

2.4 Peralatan dan Bahan

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Air

Satu Set Set Hydrostatic

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 11

2.5 Prosedur Pelaksanaan

2.6 Analisa Perhitungan

a. Hasil Percobaan Untuk α=0°

Tabel 2.1 Analisa perhitungan hasil percobaan untuk α=0°

Level arm I Timbangan Water level 𝐈𝑫 Resultan 𝐅𝑫

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 12

b. Hasil Percobaan Untuk α = 20°

Tabel 2.2 Analisa perhitungan hasil percobaan untuk α=20°

Level arm I Timbangan Water level Resultan 𝐅𝑫

Cek Kesetimbangan, Momen Beban = Momen Air

Tabel 2.3 Analisa Perhitungan Momen untuk α=0°

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 13

Tabel 2.4 Analisa Perhitungan Momen untuk α=20°

2.7 Analisa Perhitungan

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 14

1. Kania Agustina (22-2018-159) dan Rizka Fauzia (22-2018-166)

= 5.364 + 0.1569 = 5.364 + 0.15612