Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembinaan prestasi cabang olahraga catur pemanduan atlet

berbakat sangat mutlak diselenggarakan sedini mungkin. Pemanduan ini

bertujuan untuk mendapatkan bibit-bibit atlet berbakat sebagai penerus atlet

berprestasi. Pecatur berbakat diibaratkan bahan mentah yang berkualitas

untuk diproses menjadi barang yang bermutu tinggi. Untuk mencapai tujuan

menjadi atlet atau pecatur yang berprestasi tidaklah mudah, karena

dibutuhkan kesadaran, kedisiplinan, kesabaran dan keuletan. Prestasi tidak

dapat dicapai dalam hitungan mingguan atau bulanan melainkan tahunan,

melalui peningkatan sedikit demi sedikit dari hasil latihan yang teratur.

Adapun faktor-faktor yang tidak kalah pentingnnya adalah faktor organisasi,

karena organisasi dalam olahraga merupakan wadah untuk mencapai tujuan

prestasi yang maksimal.

Pembinaan dalam olahraga tentu saja membutuhkan dana sejak

mendirikan sampai menghidupi perkumpulan olahraga tidaklah sedikit dana

yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan sumber dana yang kuat baik dari

pemerintah maupun swasta. Sarana dan prasarana merupakan alat yang

penting untuk memperlancar di dalam pencapaian prestasi yang berpengaruh

terhadap peningkatan prestasi maksimal. Faktor pelatih juga sangat


2

mendukung untuk mencapai prestasi karena berhubungan langsung dengan

atlet, pelatih juga dituntut untuk memajukan atlet-atletnya. Pelatih yang

berhasil selalu bersedia menerima informasi-informasi baru. Tujuan akhir

dari olahraga prestasi adalah prestasi maksimal. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi maksimal adalah :

1. Faktor indogen

Faktor indogen yang mempengaruhi prestasi dalam hal ini adalah atlet.

2. Faktor eksogen

Faktor eksogen yang mempengaruhi prestasi antara lain :

a. Pelatih, asisten, trainer.

b. Tempat, alat, perlengkapan dan dana.

c. Organisasi yang baik.

d. Lingkungan yang mendukung.

e. Partisipasi pemerintah.

(Suharno, 1987 : 2-3)

Puslakot Surabaya cabang olahraga catur merupakan rencana atau program

dari KONI Surabaya dan pemerintah kota Surabaya untuk meningkatkan

prestasi dalam bidang olahraga. Di sisi lain juga ingin menjadikan Surabaya

sebagai kota atlet. Dalam Puslakot ini terdiri atas beberapa cabang olahraga,

diantaranya sepak bola, bola voli, bola basket, bulu tangkis, tinju, catur,

panahan, tenis lapangan dan lain-lain. Di antara cabang-cabang olahraga

tersebut peneliti ingin meneliti cabang olahraga catur. Puslakot Surabaya


3

cabang olahraga catur dapat dikatakan berhasil dalam pembinaan atletnya.

Hal ini dapat dibuktikan dengan prestasi yang diraih antara lain :

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

Dalam penelitian ini, diharapkan berguna untuk memenuhi tugas skripsi

sebagai prasyarat mendapatkan gelar sarjana bagi peneliti. Di sisi lain, hasil

penelitian ini diharapkan juga dapat membantu Puslakot Surabaya cabang

olahraga catur dalam mengevaluasi pembinaan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut :

Bagaimana sistem pembinaan di Puslakot Surabaya cabang olahraga

catur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui sistem

pembinaan di Puslakot Surabaya cabang olahraga catur.


4

D. Pentingnya Masalah Untuk Diteliti

Penelitian ini dianggap penting karena :

1. Sebagai bekal pengalaman praktis bagi peneliti dalam

mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari khusus

yang berhubungan dengan kepelatihan olahraga.

2. Bagi obyek penelitian sebagai informasi sekaligus motivator untuk

melakukan pengembangan kepelatihan olahraga catur dan peningkatan

prestasi yang lebih maksimal.

E. Definisi Operasional dan Batasan Masalah

1. Definisi Operasional

a. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang direncanakan atau disusun

untuk memperoleh informasi atau data mengenai sejauh mana

pembinaan olahraga catur dan prestasi-prestasi yang telah diperoleh

pecatur Puslakot Surabaya serta hal-hal apa saja yang mempengaruhi

tercapainya prestasi tersebut.

b. Pembinaan

Pembinaan adalah proses upaya penyempurnaan untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik (Salim, 1998 : 205).

c. Puslakot Surabaya cabang olahraga catur


5

Puslakot Surabaya cabang olahraga catur adalah sebuah

organisasi yang mengembangkan olahraga catur di bawah naungan

KONI Surabaya melalui Pemkot PERCASI.

2. Batasan Masalah

Dalam penelitian evaluasi Puslakot Surabaya cabang olahraga

catur ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut :

a. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif.

b. Penelitian ini hanya terbatas pada Puslakot Surabaya cabang olahraga

catur.

c. Penelitian ini hanya mengevaluasi sistem pembinaan di Puslakot

Surabaya cabang olahraga catur.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses menilai tentang hasil-hasil pengukuran

kaitannya dengan tujuan yang dicapai (Moeslim, 1995 : 3). Proses penentuan

sebab dan faktor yang menimbulkan kesenjangan antara rencana dan hasil

termasuk proses pelaksanaan, disebut evaluasi (Lutan, 2000 : 6). Dalam

kegiatan apapun akan selalu ada penyimpangan dan kesenjangan antara apa

yang direncanankan dan hasil yang diperoleh, oleh sebab itu perlu ditelaah

dan dicari penyebabnya. Penyebab terjadi kesenjangan itu bisa karena faktor

personil yang kurang cakap, lemah motivasi, atau memiliki sifat negatif

terhadap suatu obyek.

Menurut French (Nurhasan, 1986 : 1), mendefinisikan evaluasi

adalah suatu proses untuk memberikan gambaran terhadap pencapaian yang

tujuannya telah ditetapkan. Jadi, evaluasi bukan sekedar menilai aktivitas

secara spontan dan insidental, melainkan kegiatan yang dilakukan secara

terencana, sistematis dan terarah pada tujuan yang jelas. Bila dihubungkan

dengan pembinaan olahraga catur, maka evaluasi dapat diartikan sebagai

suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan

sampai sejauh mana pembinaan olahraga catur yang telah dicapai oleh suatu

perkumpulan atau organisasi.


7

Evaluasi sangatlah penting dalam dunia olahraga. Evaluasi dalam

dunia olahraga digunakan untuk mendapatkan data yang akan menunjukkan

sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan dari tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Di samping itu dapat digunakan juga untuk

mengukur dan menilai sampai dimana kemampuan atletnya dan keberhasilan

program latihan oleh para pelatih.

Langkah-langkah dalam evaluasi sama halnya dengan tahapan.

Adapun tahapan pelaksanaan evaluasi ada empat langkah atau tahapan yaitu :

1. Menetukan tujuan

Langkah awal yang harus ditempuh ialah menentukan tujuannya.

Tujuan harus jelas untuk memberi arahan yang pasti. Tujuan itu harus

dirumuskan secara tegas dan jelas untuk memudahkan kegiatan yang

dilakukan.

2. Mengumpulkan data atau informasi

Untuk memperoleh data atau informasi diperlukan alat atau

instrument yang sesuai. Untuk itu dapat menggunakan alat atau instrument

yang tersedia, sedangkan jika belum ada hendaknya instrument tersebut

harus dibuat lebih dulu.

3. Mengolah data dan menyimpulkan hasil

Setelah data atau informasi terkumpul, hal itu harus diseleksi

terlebih dahulu mana yang dapat digunakan dan mana yang harus

disisihkan untuk dibuang.


8

4. Menyusun laporan

Hasil evaluasi atau penilaian hanya akan bermakna apabila hal itu

disusun dalam bentuk laporan tertulis. Dengan bentuk laporan tertulis hal

itu akan mudah dan dapat dibaca oleh oarang lain, lagi pula dapat

disimpan sebagai dokumen yang sewaktu-waktu diinginkan dapat

diperoleh kembali, (Moeslim, 1995 : 45).

B. Hakikat Pelatih

Seorang pelatih harus tercermin di dalam pendapatnya dan tingkah

lakunya dalam melaksanakan sebagai pelatih dalam membina atlet-atletnya

untuk berkembang secara optimal kesehatan fisik, mental dan sosialnya. Di

samping itu tugasnya adalah juga untuk mengembangkan keterampilan

motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian dan

respek terhadap orang lain, (Harsono, 1988 : 3-4).

Seorang pelatih harus tercermin di dalam watak luhurnya,

pertimbangan-pertimbangan intelektualnya, sportivitas dan sifat-sifat

demokratisnya.

Tugas serta peran yang harus dilakukan dan dimainkan oleh seseorang

jauh lebih baik sekedar di lapangan saja. Tugas dan peran tersebut banyak

bergantung dari sifat dan kepribadian yang dipancarkan olehnya. Seorang

pelatih adalah senantiasa seorang pendidik dan seoarang guru, akan tetapi

seorang guru belum tentu selalu seorang pelatih. Seorang pelatih

mencerminkan manusia yang tumbuh dan berkembang di bawah asuhannya.


9

Adapun tugas utama, peran dan kepribadian pelatih, termasuk kode etik

pelatih yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Perilaku

Perilaku sert tabiat seorang pelatih haruslah bebas dari cela dan

cerca. Dia harus ingat bahwa baik anak-anak didiknya maupun masyarakat

sekitar memandang dirinya sebagai seorang manusia model. Pelatih harus

hidup dengan falsafah sebagaimana yang diminta dari atlet, dia harus

mendemontrasikan nilai-nilai yang diajarkannya.

2. Kepemimpinan

Pelatih merupakan seorang individu yang dinamis, yang dapat

memimpin dan memberikan motivasi kepada anak-anak asuhannya

maupun kepada para pembantunya. Dia juga diharapkan dapat bekerja

sama dan bergaul dengan orang banyak, menyelami isi hati mereka, dan

mengeluarkan pendapat-pendapat dan pandangannya secara jujur dan

terbuka.

3. Sikap positif

Seorang pelatih memberikan contoh sikap sportivitas yang baik.

Karena itu seorang pelatih harus pula mengajarkan sikap sportif kepada

para atletnya. Atlet dilatih untuk bermain fair dan berjuang sebaik-

baiknya, akan tetapi dengan cara jujur dan terbuka.

4. Pengetahuan dan keterampilan

Kesanggupan sampai hal-hal terperinci tentang cabang olahraganya

baik dari segi-segi teknik, taktik, strategi, peraturan pertandingan, sistem-


10

sistem latihannya maupun dari segi penyerangan dan pertahanannya

adalah mutlak harus dikuasai oleh seorang pelatih.

5. Keseimbangan emosional

Kesanggupan untuk besikap wajar, lugas dan layak dalam keadaan

tertekan atau terpaksa merupakan suatu ukuran keseimbangan emosional

dan mentalitas seseorang.

6. Ketegasan dan keberanian

Pelatih harus sanggup dan berani untuk melindungi atlet-atletnya

yang masih belum dewasa dan matang, emosional serta yang belum cukup

kuat untuk menangkis kritik-kritik kejam dan inpuls-inpuls negatif dari

masyarakat, karena kritik-kritik demikian mungkin dapat merusak rasa

percaya diri pada atlet.

7. Kesehatan

Kesehatan dan vitalitas yang besar penting untuk dimiliki setiap

pelatih agar dia dinamis dan penuh energi di lapangan. Istirahat, relaksasi,

serta makan yang cukup akan banyak membantu terjaminnya kesehatan

pelatihnya.

8. Administrator

Tugas pelatih adalah sebagai administrator dan pengelola olahraga.

Oleh karena itu dia harus mampu pula mengorganisir program latihan dan

pertandingan, menginventaris data-data pribadi para atlet, data-data

kondisi fisiknya, kemajuan dan kemunduran prestasinya dan sebagainya.


11

9. Pendewasaan anak

Partisipasi dalam olahraga merupakan bagian dalam proses

pendewasaan seseorang, masa pertumbuhan watak, dan bagaimana

mengatasi stress dan tantangan-tantangan.

10. Kegembiraan berlatih

Pelatih harus dapat mengajarkan kegembiraan bermain dan

berlatih.

11. Hargai tim tamu / lawan main

Pelatih harus memperlakukan tim tamu / lawan main sebagai

tamu / lawan main yang harus dihormati, bukan justru sebagai saingan

yang mencoba ingin mengalahkan. Tamu / lawan main harus dihargai

sebagai teman bermain dan bertanding yang sama-sama ingin

menyuguhkan permainan yang seru.

12. Berpikir positif

Pelatih harus melatih atlet-atletnya agar mereka selalu berpikir

positif dan optomistik. Yang penting dalam pertandingan adalah pusatkan

perhatian kita pada kekuatan-kekuatan kita bukan pada kelemahan.

13. Siap mental

Untuk menjadi pelatih olahraga, maka secara mental kita harus

sudah siap untuk :

1. Mengabdikan diri sepenuhnya demi kebesaran dan keagungan profesi

olahraga.

2. Mengamalkan seluruh pengetahuan kita kepada semua orang.


12

3. Berani berkorban baik fisik maupun mental.

C. Sarana dan Prasarana Catur

Adanya sarana dan prasarana serta fisilitas yang baik merupakan

suatu hal yang harus ada dalam pembinaan, agar atlet berprestasi maksimal.

Adanya sarana dan prasarana serta fasilitas yang memadai syarat merupakan

penunjang yang mempunyai peranan besar dalam pencapaian prestasi

olahraga. Sebab tanpa didukung adanya sarana dan prasarana serta fasilitas

meskipun ada pelatih dan atlet serta program latihan, maka kegiatan tidak

akan dapat berlangsung.

Saran dan prasarana yang baik akan memberikan kemudahan bagi

pelatih dalam melaksanakan program latihan. Begitu jugan bagi atlet akan

lebih bergairah dan bersemangat dalam melakukan latihan.

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam organisasi catur

antara lain kantor kepengurusan organisasi, tempat latihan (indoor), wisma

atlet, kesekretariatan, poliklinik, serta sarana transportasi yang mendukung

kelancaran organisasi.

Sarana olahraga adalah terjemahan dari “facilities” yaitu sesuatu

yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam peleksanaan kegiatan olahraga

atau pendidikan jasmani.

Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :


13

1. Peralatan (apparatus) ialah sesuatu yang digunakan. Misalnya peti loncat,

palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda, dan lain-lain.

2. Perlengkapan (device) yaitu :

a. Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana misalnya net, bendera

untuk tanda dan garis batas.

b. Sesuatu yang dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki,

misalnya bola, raket, pemukul, dan lain-lain.

Secara umum prasarana berarti segala sesuatau yang merupakan

penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha dan pembangunan). Dalam

olahraga prasarana didefinisikansebagai sesuatu yang mempermudah atau

memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen, misalnya

lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga (hall), stadion

sepakbola, stadion atletik, dan lain-lain (Soepartono, 2000 : 5).

Peraturan permainan catur menurut PP PERCASI :

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

7. G

8. H

9. I
14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena dalam penelitiannya tidak

mengadakan perhitungan. Menurut Bodgan dan Taylor dalam moleong

(2002 : 3) yang mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Di samping itu juga,

menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2002 : 3) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahhuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah Pemusatan Latihan Kota (Puslakot)

Surabaya cabang olahraga catur.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (Human

Instrument), dengan dibantu berbagai peralatan seperti tape recorder, kamera,


15

buku catatan (Field Note). Model evaluasi yang digunakan adalah CIPP

(Contex, Input, Process and Product), (Daryanto, 1999 : 88).

1. Contex : situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan

dan strategi pembinaan yang akan dikembangkan dalam sistem yang

bersangkutan.

2. Input : sarana / modal / bahan dan rencana strategi pembinaan yang

dietapkan untuk mencapai tujuan pembinaan tersebut.

3. Process : pelaksanaan strategi dan penggunaan saran / modal / bahan di

dalam kegiatan nyata di lapangan.

4. Product : hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir

pengembangan sistem pembinaan yang bersangkutan.

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer dan data

sekunder. Sumber data primer diperoleh secara langsung oleh peneliti dari

sumber melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa

interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang

khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Data skunder diperoleh dari

sumber tidak langsung yang biasanya berupa dokumen dan arsip-arsip resmi.
16

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam

hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan

pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Guilo, 2002 : 119).

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau

kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan

selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan

melihat, mendengar, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif

mungkin (Guilo, 2002 : 116).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada waktu yang lalu. Semua dokumen yang berhubungan

dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber

informasi (Guilo, 2002 : 123).

F. Teknik Analisis Data

Analisi data bermaksud untuk mengorganisasikan data, pekerjaan

analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberikan kode dan mengkategorikannya. Menurut Patton (Moleong,

2002 : 103) mengatakan bahwa analisa data adalah proses mengatur urutan
17

data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang ditelitinya sebagai temuan dan

menyajikannya bagi orang lain (Muhadjir, 1996 : 104).

G. Langkah-langkah Penelitian

1. Perencanaan penelitian

a. Mengajukan surat permohonan penelitian yang diajukan kepada ketua

Puslakot Surabaya yang ditandatangani oleh Dekan FIK UNESA.

b. Menghubungi pihak Puslakot Surabaya dan menyerahkan surat

permohonan ijin penelitian dari FIK UNESA.

c. Menyiapkan perlengkapan penelitian :

a) Alat perekam (Cassette-Tape recorder)

b) Alat tulis dan buku catatan (Field note)

c) Dokumentasi (Kamera / Foto)

2. Waktu dan tempat pengambilan data

Pengambilan data dilakukan di tempat latihan Puslakot Surabaya yaitu

di Jl. Sedap Malam No. 102 Surabaya.

Waktu pengambilan data tidak terbatas atau terikat oleh waktu, selama

memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data maka selama itu

kegiatan pengumpulan data dilakukan. Yang lebih diutamakan adalah pada


18

terkumpulnya data sebenarnya (data jernih). Selama belum didapatkan

data-data yang benar melalui proses check dan recheck / crosscheck, maka

selama itu pengumpulan data dan analisis data terus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai