Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH LAHIRNYA PEMIMPIN

MAKALAH
Disajikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan
Dosen Pengampu : H. Ii Sumantri, S. IP., S. Ag., M. Ag., M. Si.

Disusun oleh :
Hafiizh Faathir Al Aziiz
1188010082
Administrasi Publik B/4

JURUSAN ADMINIRTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
SEJARAH LAHIRNYA PEMIMPIN

A. Konsep dan Definisi Kepemimpinan

Konsep Dan Definisi Kepemimpinan Persoalan kepemimpinan


memiliki usia yang sama tuanya dengan sejarah manusia. Sesuai prinsip
"Primus Interpares" dimana dalam setiap lingkungan masyarakat, organisasi
formal maupun non formal selalu ada seseorang yang dianggap "lebih dari
yang lain", kemudian diangkat dan dipercaya untuk mengatur yang lain.

Sedikitnya terdapat empat alasan mengapa seorang pemimpin


dibutuhkan. Pertama; secara alamiah manusia butuh untuk diatur. Kedua;
dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili
kelompoknya. Ketiga; sebagai tempat pengambil alihan resiko apabila terjadi
tekanan terhadap kelompoknya. Keempat; sebagai tempat untuk meletakkan
kekuasaan.

Kepemimpinan diidentikkan pula dengan proses mengarahkan dan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan
para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini
adalah, Pertama; kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan
maupun pengikut. Kedua; kepemimpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang. Ketiga;
adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda
untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya1

Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu


kelompok untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kekuasaan. Kekuasaan tak
lain adalah kemampuan untuk mendapatkan orang lain untuk melakukan apa
yang diinginkan oleh pihak lainnya.

1
Jurnal Al- Afkar, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya. Maimunah,
2017
Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku
dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam
arahan tertentu. Kepemimpinan menunjuk pada proses untuk membantu
mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.

Dalam Islam kepemimpinan diidentikkan dengan istilah khalifah yang


berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah SAW wafat
menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan "amir" (yang
jamaknya umara) atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam
bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun jika merujuk kepada
firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya
sebagai berikut:

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku


akan menciptakan khalifah di bumi."

Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa
dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan
kepada para khalifah sesudah nabi, tetapi adalah penciptaan nabi Adam yang
disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi yang
meliputi tugas menyeru orang lain berbuat ma'ruf dan mencegah dari
perbuatan munkar.

Selain kata khalifah disebutkan juga kata Ulil Amri yang satu akar
dengan kata amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata Ulil Amri berarti
pemimpin . tertinggi dalam masyarakat Islam, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat An Nisa ayat 59: "Hai orang-orang yang beriman patuhilah
Allah SWT dan rasul-Nya serta yang memerintah di antara kamu.”2

B. Pendekatan Sejarah Manusia

Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa lnggris leadership yang


berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an sedangkan
2
Jurnal Al- Qalam, Teori Kepemimpinan. Encep Syarifudin, 2004
kata leadership muncul belakangan sekitar tahun 1700-an. Literatur tentang
kepemimpinan jumlahnya sangat banyak, beberapa bahkan membingungkan
dan bertolak-belakang. Untuk menjelaskan "apa yang membuat pemimpin itu
efektif' terdapat beberapa pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-
sifat kepribadian umum yang dimiliki seorang pemimpin lebih besar daripada
yang bukan pemimpin. Kedua, berdasarkan pendekatan tingkah laku
pemimpin. Ketiga, berdasarkan pendekatan kemungkinan (situasional).
Keempat, pendekatan kembali kepada sifat atau ciri dari suatu persfektif yang
berbeda yaitu mencoba mengidentifikasi seperangkat ciri pemimpin yang
menjadi acuan orang lain.

Hingga tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan di dasarkan pada


teori sifat. Teori kepemimpinan sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat
kepribadian, sosial, fisik atau intelektual yang membedakan antara pemimpin
dan . bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dibawa sejak
Lahir atau merupakan bakat bawaan. Misalnya ditemukan adanya enam
macam sifat yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu
ambisi dan energi, keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa
percaya diri, intelejensi, dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan.
Namun demikian teori sifat ini tidak memberikan bukti kesuksesan seorang
pemimpin.

Antara tahun 1940-an hingga 1960-an berkembanglah teori


kepemimpinan tingkah laku. Teori kepemimpinan tingkah laku yang
mengusulkan bahwa tingkah laku tertentu membedakan antara pemimpin dan
bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan,
maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif kita bisa mendesain sebuah
program khusus.

Selanjutnya antara tahun 1960-an hingga tahun 1970-an berkembang


kajian-kajian kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan.
Teori kemungkinan atau situasional mendasarkan bukan pada sifat atau
tingkah laku seorang pemimpin, namun efektivitas kepemimpinan dipengaruh
oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan
tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya
kepemimpinan yang lain.

Teori kepemimpinan mutakhir berkembang antara tahun 1970-an


hingga tahun 2000-an. Teori yang berkembang selanjutnya tidak didasarkan
pada sifat, tingkat laku atau situasi tertentu melainkan didasarkan pada
kemampuan lebih pada seorang pemimpin dibandingkan dengan yang lain.3

C. Pendekatan Sosial dan Agama

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan


penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan
mengemukakan beberapa segi antara lain : latar belakang sejarah pemimpin
dan kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan
kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.

Ada beberapa sebab seseorang muncul sebagai pemimpin, antara lain :

1. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin.


Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan
serta didorong oleh kemauan sendiri.
2. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki
bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan
pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan. Untuk mengenai
persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan,
kewibawaan, dan kemampuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka teori lahirnya seorang pemimpin


di antaranya sebagai berikut :

1. Teori Genetis

3
Ibid.
Seorang pemimpin lahir bukan karena melalui proses yang
memerlukan waktu yang lama, tetapi dia lahir menjadi pemimpin oleh
bakat-bakat yang luar biasa sejak lahirnya. Dalam dirinya mengalir bakat-
bakat dari orang tuanya maupun nenek moyang yang juga seorang
pemimpin. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan
kondisi tertentu. Pemimpin yang lahir dari faktor genetis, biasanya
memiliki kemampuan yang luar biasa yang nampak sejak kecil.

Teori ini menyatakan:

a. Pada dasarnya pemimpin itu tidak dibuat melainkan lahir


sebagai pemimpin, dan sudah ada sejak dia lahir.
b. Memang sudah ditakdirkan jadi pemimpin.
2. Teori Sosial

Lebih menekan bahwa seorang pemimpin dapat disiapkan, dididik,


dibentuk dan tidak dilahirkan begitu saja. Pemimpin menurut teori ini,
dilahirkan melalui proses pendidikan, pelatihan, penyiapan untuk siap
menjadi pemimpin. Ada yang berpendapat bahwa setiap orang akan dapat
menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

Teori ini menyatakan:

a. Seorang pemimpin harus ditetapkan dan dibentuk, dengan


kata lain tidak lahir begitu saja.
b. Setiap orang dapat menjadi pemimpin.
3. Teori Ekologis

Teori ini muncul sebagai reaksi dari kedua teori di atas,


menyatakan bahwa seorang akan sukses sebagai pemimpin jika sejak lahir
sudah memiliki bakat kepemimpinan kemudian bakat itu dikembangkan
melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan
ekologinya/lingkungan.4

4
Paper Kepemimpinan (Konsep, Pendekatan dan Strategi), Saliman.
Di samping teori yang sudah lama berkembang di atas terdapat
teori-teori kepemimpinan yang mungkin sesuai perkembangan kemajuan
perilaku dan budaya serta kebutuhan hidup rakyat memunculkan teori-
teori sebagai berikut :

1. Teori Orang Kaya (Financial theory)

Seseorang dapat muncul menjadi pemimpin dengan sangat tiba-


tiba karena dipilih oleh anggota /masyarakat untuk menjadi pemimpin
karena mempunyai banyak uang, sehingga mampu membeli suara anggota
organisasinya dan atau masyarakat dalam suatu pemilihan. Teori ini
muncul dalam ketatanegaraan Indonesia di era pemilihan pemimpin seperti
presiden, gubernur dan bupati/wali kota serta pejabat di bawahnya melalui
pemilihan langsung oleh rakyat.

Banyak pemimpin setingkat gubernur, bupati/wali kota yang tidak ;

1) Mempunyai bakat-bakat yang luar biasa sejak lahirnya,


karena dalam dirinya mengalir bakat-bakat dari orang tuanya maupun
nenek moyang yang memiliki bakat pemimpin.
2) Disiapkan, dididik, dibentuk, dan tidak dilahirkan begitu
saja, melalui proses pendidikan, pelatihan, penyiapan yang panjang serta
didorong oleh motivasi yang kuat dari dirinya untuk siap menjadi
pemimpin.
3) Memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini
sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan.

Namun karena mempunyai banyak uang untuk membeli suara


rakyat dalam pemilihan pimpinan, makan yang bersangkutan muncul
sebagai pemimpin. Contohnya :

Ada orang yang menjadi gubernur dan bupati/wali kota yang dulu
sebelum menjadi pemimpin pekerjaan hanya sebagai ibu rumah tangga
yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan ilmu ketatanegaraan.
2. Teori Anomali

Seseorang berhasil menjadi pemimpin karena mendapat simpati


dari adanya belas kasihan dari rakyat, hal ini terjadi karena yang
bersangkutan mendapat perlakuan yang menyimpang dari perilaku etika
kehidupan seperti berbeda ras, warna kulit dan juga seseorang yang
muncul menjadi pemimpin karena dizolimi oleh pimpinannya atau tiba-
tiba dipecat dari jabatannya tanpa ada pemeriksaan penyebab dari tindakan
tersebut. Karena adanya tindakan yang kurang adil terhadap yang
bersangkutan, maka ada penilaian masyarakat yang merasa kasihan,
sehingga muncul simpati dari rakyat yang pada saat pemilihan umum
secara langsung, rakyat memberikan pilihan dan memunculkan yang
bersangkutan menjadi pemimpin suatu negara atau menjadi kepala
pemerintahan di daerah.

D. Pendekatan Teori Kepemimpinan


1. Teori Great Man
i. Kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak
seseorang lahir.
ii. Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bahwa teori ini
berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan
iii. Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang
melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena
keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin
iv. “Asal Raja Menjadi Raja” (Anak raja pasti memiliki bakat
untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.

2. Teori Big Bang


i. Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi
pemimpin.
ii. Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dll.
iii. Pengikut adalah orang yang menokohkan seseorang dan
bersedia patuh dan taat.

3. Teori Sifat (Trait Theories)


i. seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat
yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
ii. Titik tolak teori : keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis
iii. Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau
ciri kepribadian yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari
pengalaman dan hasil belajar.

4. Teori Perilaku (Behavior Theories)


i. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada
perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
ii. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara
melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara
memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin,
cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.

5. Teori Kontingensi atau Teori Situasional


i. Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan
sebelumnya memberlakukan asas-asas umum untuk semua situasi. Hal ini
tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan gaya
kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi
terus berkembang atau jumlah anggotanya semakin besar.
ii. Respon atau reaksi yang timbul berfokus pada pendapat
bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya
kepemimpinan yg berbeda – beda pula.
iii. Contingency Approach (Teori Pendekatan), Respon atau
reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi
situasi yang berbeda diperlukan perilaku atau gaya kepemimpinan yang
berbeda.
iv. Situational Approach (Teori Situasional), Perilaku atau
gaya kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh
seorang pemimpin.5

5
Teori Kepemimpinan, Dinus, dinus.ac.id, diakses pada 26 Maret 2020
DAFTAR PUSTAKA

Maimunah. 2017. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Konseptualnya di


http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/al-afkar/article/download/133/121
Saliman. Kepemimpinan (Teori, Konsep dan Strategi) di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049942/penelitian/KEPEMIMPINAN
%2BADMINISTRATIF.pdf
Syarifudin Encep. 2004. Teori Kepemimpinan di
https://media.neliti.com/media/publications/282861-teori-kepemimpinan-
fd9d688e.pdf
Teori Kepemimpinan. Tersedia di:
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3
-4_)_.pdf
STUDI PENDEKATAN TERHADAP MODEL KEPEMIMPINAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan
Dosen Pengampu : H. Ii Sumantri, S. IP., S. Ag., M. Ag., M. Si.

Disusun oleh :
Hafiizh Faathir Al Aziiz
1188010082
Administrasi Publik B/4

JURUSAN ADMINIRTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
STUDI PENDEKATAN TERHADAP MODEL KEPEMIMPINAN

A. Model Kepemimpinan Kontingensi Fielder

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers. Keberhasilan


pemimpin bergantung pada diri pemimpin maupun kepada keadaan
organisasi.

Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk


semua situasi, serta ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu
hubungan antara pimpinan dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan
yang berasal dari organisasi

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, Fiedler menentukan dua jenis


gaya kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan.

Pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu


ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan.

Kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan


kemanusiaan, hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan
bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan
tingkat kondisi yang menyenangkan dalam situasi tertentu.6

Dikembangkan oleh. Fiedler, model kontingensi dari efektivitas


kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada
interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung.
Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh
kekuatan dan pengaruh.

6
Eko Purnomo. 2016. Teori Kepemimpinan dalam Organisasi: 190
Fiedler memberikan perhatian mengenai pengukuran orientasi
kepemimpinan dari seorang individu. Ia mengembangkan Least-Prefemd
Co-Worker (LPC) Scale untuk mengukur dua gaya kepemimpinan:

i. Gaya berorientasi tugas, yang mementingkan tugas atau


otoritatif
ii. Gaya berorientasi hubungan, yang mementingkan hubungan
kemanusiaan.

Sedangkan kondisi situasi terdiri dari tiga faktor utama, yaitu:

i. Hubungan pemimpin-anggota, yaitu derajat baik/buruknya


hubungan antara pemimpin dan bawahan.
ii. Struktur tugas, yaitu derajat tinggi/ rendahnya strukturisasi,
standardisasi dan rincian tugas pekerjaan.
iii. Kekuasaan posisi, yaitu derajat kuat/lemahnya kewenangan dan
pengaruh pemimpin atas variabel-variabel · kekuasaan, seperti
memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi.

Situasi akan menyenangkan pemimpin apabila ketiga dimensi di


atas mempunyai. derajat yang tinggi. Dengan kata lain situasi akan
menyenangkan apabila

i. Pemimpin diterima oleh para pengikutnya


ii. Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan
secara jelas.
iii. Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan
pada posisi pemimpin.

Tahun 1987 Fiedler dan salah seorang pembantunya Joe Garcia,


mengkonsep ulang teori orisinil dari Fiedler sebagai teori sumber daya
kognitif. Dalam teori ini menambahkan dua situasi yang memungkinkan
akan mempengaruhi · model kepemimpinan yaitu kecerdasan yang tinggi
dan adanya komunikasi pimpinan pada rencana, strategi dan keputusannya
pada anggota. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada dalam teori sumber
daya kognitif adalah suatu kepemimpinan yang menyatakan bahwa
seorang pimpinan memperoleh kinerja kelompok yang efektif dengan
pertama-tama membuat rencana keputusan dan strategi yang efektif dan
kemudian mengkomunikasikannya lewat perilaku pengarah direktif.7

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan


pada saat seseorang mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam
hal ini usaha menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan
mempengaruhi dan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Terkait hal ini, Soerjono Soekanto mengungkap bahwa terdapat tiga gaya
kepemimpinan yang lazim digunakan, yaitu otoriter, demokratis dan cara-
cara bebas.

a. Otoriter, dengan ciri pokok


ii. Pemimpin melakukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.
iii. Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan
tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapainya.
iv. Pemimpin terpisah dan seakan-akan tidak ikut dalam proses
interaksi dalam kelompok tersebut.

b. Demokratis, dengan ciri umum


i. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak para
pengikut untuk ikut serta merumuskan tujuan serta cara-cara
mencapainya.
ii. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk
iii. Ada timbal balik kritik positif.
iv. Pemimpin secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan kelompok.

c. Cara-cara bebas, dengan ciri


7
Encep Syarifudin. 2004. Teori Kepemimpinan: 467-469
i. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif
ii. Penentuan tujuan yang akan dicapai sepenuhnya diserahkan
kepada kelompok.
iii. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan
kelompok.
iv. Pemimpin berada ditengah-tengah kelompok, namun tidak
lebih dari seorang penonton.

Kemudian yang perlu dipahami bahwa, pada hakekatnya ketiga


kategori tersebut tidak bersifat mutlak terpisah, akan tetapi secara simultan
ataupun kombinasi ketiganya dapat diterapkan, tergantung situasi dan
kondisi yang dihadapi.8

Menurut Wirawan dalam buku Kepemimpinan mengatakan bahwa


Gaya kepemimpinan adalah cara atau seni yang digunakan oleh seorang
pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan bawahannya dalam
pencapaian visi atau tujuan bersama yang telah ditetapkan dalam suatu
organisasi. berikut beberapa model dari gaya kepemimpinan adalah;

a. Gaya Kepemimpinan Memberitahu

Gaya kepemimpinan ini cocok diaplikasikan kepada karyawan


yang tidak berani memikul tanggung jawab, yang memiliki perilaku
tugasnya di atas rata-rata dan perilaku hubungannya di bawah rata-rata
pada gaya kepemimpinan memberitahu ini, pemimpin memberikan
instruksi khusus dan mensupervisi ketat kinerja para pengikutnya. Ciri-ciri
gaya kepemimpinan ini adalah;

i. Memberikan petunjuk secara jelas dan rinci mengenai tugas yang


harus dikerjakan para karyawan.
ii. Mendefinisikan secara operasional peran pengikut.
iii. Komunikasi sebagian besar satu arah.
iv. Pemimpin yang membuat keputusan

8
Maimunah. 2017. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya: 64-65
v. Supervisi ketat dan meminta pertanggungjawaban pengikut.
vi. Instruksi secara bertingkat.

b. Gaya Kepemimpinan Menjual.

Gaya kepemimpinan ini terbentuk dari perilaku tugas dan perilaku


hubungan di atas rata- rata. Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin
menjelaskan keputusan dan memberikan peluang untuk menjelaskan
klarifikasi tugas kepada para pengikut. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini
adalah;

i. Menyediakan petunjuk mengenai siapa, apa, dimana, bagaimana,


dan mengapa mengenai tugas atau perintah yang harus dilakukan
para pengikut.
ii. Pemimpin membuat keputusan dan menjelaskan keputusan serta
memungkinkan. peluang untuk klarifikasi.
iii. Menjelaskan peran para pengikut.
iv. Mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi level
kemampuan.

c. Gaya Kepemimpinan Partisipasi.

Gaya kepemimpinan ini mempunyai karakteristik perilaku


hubungan di atas rata-rata dan perilaku tugasnya di bawah rata- rata.
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan ide-ide kepada para
pengikutnya dan memfasilitasi pembuatan keputusan kepada para
pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;

i. Membagi tanggung jawab untuk membuat keputusan dengan


para pengikut.
ii. Memfokuskan kegiatan untuk mencapai hasil
iii. Mengikut sertakan karyawan dalam konsekuensi tugas untuk
meningkatkan komitmen dan motivasi
iv. Menggabungkan dan pembuatan keputusan pemimpin dan
karyawan.
v. Menentukan langkah-langkah berikutnya.
vi. Memberikan dorongan dan dukungan.
vii. Mendorong untuk memberikan masukan.
viii. Secara aktif mendengarkan apa yang dikemukakan para
karyawan.

d. Gaya Kepemimpinan Delegasi

kepemimpinan mendelegasikan perilku tugas dan perilaku


hubungan di bawah rata-rata. Pada gaya kepemimpinan delegasi pemimpin
memberikan tanggung jawab dan pembuatan keputusan serta pelaksanaan
aktivitas kepada para pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini
adalah;

1) Mendengar untuk mengevaluasi perkembangan.

2) Mendelegasikan tugas dan aktivitas.

3) Pengikut membuat keputusan.

4) Mendorong kebebasan untuk mengambil risiko.

5) Supervisi longgar.

6) Memonitor aktivitas.

7) Memperkuat hasil.

8) Selalu mudah dihubungi.9

9
Maemoenah. 2016. Kepemimpinan dalam Islam: 29-31
B. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin, seorang guru besar


Universitas New Brunswick, Canada. Menurutnya ada tiga dimensi yang
dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada
produksi atau tugas, perhatian pada orang, dan dimensi efektivitas. Reddin
mengatakan bahwa gaya tersebut dapat menjadi efektif dan tidak efektif,
tergantung pada situasi. Gaya yang efektif yaitu:

1. Eksekutif

Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan


dan hubungan kerja. Seorang Pimpinan yang menggunakan gaya ini
disebut sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja yang
tinggi, berkehendak mengenal perbedaan di antara individu, dan
berkeinginan menggunakan tim kerja dalam manajemen.

2. Pencinta pengembangan (developer).

Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap


hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas
pekerjaan. Seorang Pimpinan yang menggunakan gaya ini mempunyai
kepercayaan yang tinggi terhadap orang-orang yang bekerja dalam
organisasinya, dan sangat memperhatikan pengembangan mereka sebagai
individu.

3. Otokratis yang baik (Benevolent autocrat)

Gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas,


dan perhatian minimum terhadap hubungan kerja. Pimpinan ini
mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh
yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan di pihak lain.

4. Birokrat.
Gaya ini memberikan perhatian yang minimum baik terhadap tugas
maupun hubungan kerja. Pimpinan ini sangat tertarik pada peraturan-
peraturan dan menginginkan peraturan tersebut dipelihara serta melakukan
kontrol situasi secara teliti.

Sedangkan gaya yang tidak efektif yaitu:

1. Pencinta kompromi (compromiser).

Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan


hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada kompromi.
Pimpinan seperti ini merupakan pembuat keputusan yang tidak bagus
karena banyak tekanan yang mempengaruhinya.

2. Misionaris

Gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada orang-


orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian minimum
terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai. Pimpinan semacam ini
hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri.

3. Otokrat

Gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan


minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak
sesuai. Pimpinan seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang
lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada pekerjaan yang segera
selesai.

4. Deserter (Lain dari tugas).

Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas
maupun pada hubungan kerja. Dalam situasi tertentu gaya ini tidak begitu
terpuji, karena Pimpinan seperti ini menunjukkan sikap positif dan tidak
mau ikut campur secara aktif dan positif.10

10
Eko Purnomo. 2016. Teori Kepemimpinan dalam Organisasi: 191-194
C. Pemimpin Formal dan Informal

Dalam masyarakat kita mengenal jenis-jenis kepemimpinan antara


lain pemimpin negara, pemimpin agama, pemimpin seminar dan lain-lain.
Sehingga dari berbagai jenis kepemimpinan tersebut dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok besar yaitu pemimpin formal dan pemimpin
informal.

1) Pemimpin Formal

Pemimpin formal adalah orang yang dalam sebuah organisasi


ditunjuk sebagai pemimpin berdasarkan keputusan dan pengangkatan
resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan
segala hak dan kewajibannya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.

Ciri-ciri pemimpin formal:

a. berstatus sebagai pemimpin formal yang ditunjuk oleh yang


berwenang.
b. Memperoleh dukungan dari organisasi formal dan mempunyai
atasan.
c. Harus memenuhi persyaratan formal
d. Mendapat kenaikan pangkat
e. Dapat dimutasikan
f. Memperoleh imbalan akan balas jasa materiel imateriel.
g. Bila melakukan kesalahan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
h. Selama menjadi pemimpin berhak mengatur sepenuhnya organisasi
yang dipimpinnya.

2) Pemimpin Informal
Pemimpin informal ialah seorang yang tidak secara resmi diangkat
sebagai pemimpin, tetapi merupakan kehormatan biasanya karena
mempunyai kelebihan ditunjuk sebagai pemimpin sehingga mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok.

Ciri-ciri pemimpin formal:

a. Masyarakat/kelompok mengakui dirinya sebagai pemimpin.


b. Tidak ada pengangkatan resmi sebagai pemimpin.
c. Tidak dapat dimutasi
d. Tidak punya atasan
e. Jika melalukan kesalahan tidak dikenai hukuman hanya kurang
kepercayaan terhadap dirinya.
f. Tidak mendapat balas jasa.11

D. KEPEMIMPINAN
Menutup tinjauan mengenai teori kepemimpinan yaitu dengan
menyajikan tiga pendekatan lebih baru terhadap persoalan: suatu teori
atributif kepemimpinan, kepemimpinan karismatik, dan kepemimpinan
transaksional lawan transformasional.
1) Teori Atributif Kepemimpinan
Mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atributif
yang dibuat orang mengenai individu-individu lain.
2) Teori Kepemimpinan Karismatik
Teori kepemimpinan karismatik merupakan suatu perpanjangan
dari teori-teori atributif. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut
membuat atributif (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang
heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu.
Telaah mengenai kepemimpinan karismatik sebagian besar telah diarahkan
pada mengidentifikasi perilaku-perilaku yang membedakan pemimpin
karismatik dari padanan mereka yang non-karismatik.

11
Saliman. Kepemimpinan (Konsep, Pendekatan dan Strategi): 5-6
3) Kepemimpinan Transaksional lawan Transformasional
a) Pemimpin transaksional, pemimpin yang memandu atau
memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang
ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
b) Pemimpin Transformasional, pemimpin yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang , dan yang
memiliki karisma.12

12
Encep. 2004. Teori Kepemimpinan: 472
DAFTAR PUSTAKA

Eko Purnomo. 2016. Teori Kepemimpinan dalam Organisasi. Yayasan Nusantara


Bangun Jaya di http://opac.lib.idu.ac.id/unhan-
ebook/assets/uploads/files/b71a3-buku-kepemimpinan.pdf
Maemoenah. 2016. Kepemimpinan dalam Islam di
http://eprints.walisongo.ac.id/5944/3/BAB%2520II.pdf
Maimunah. 2017. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Konseptualnya di
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/al-afkar/article/download/133/121
Saliman. Kepemimpinan (Teori, Konsep dan Strategi) di
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049942/penelitian/KEPEMIMPINAN
%2BADMINISTRATIF.pdf
Syarifudin Encep. 2004. Teori Kepemimpinan di
https://media.neliti.com/media/publications/282861-teori-kepemimpinan-
fd9d688e.pdf

Anda mungkin juga menyukai