Akreditasi SINTA 4 (Kemenristek-BRIN No. 85/M/KPT/2020) Vol. 8 No. 2. Juli 2020, pp: 87-98 87
Available online http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/bentang p-ISSN: 2302-5891 e-ISSN: 2579-3187
ABSTRAK
Research Article
Pembangunan jalan layang yang sedianya bertujuan untuk mengurai kemacetan pada simpang
sebidang jalan raya/kereta api, justru kadang memperparah kemacetan yang ada pada masa
konstruksinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode dan teknologi konstruksi jalan layang yang
dapat meminimalkan kemacetan dan durasi konstruksi yang pendek. CSS-Mortar Busa merupakan
teknologi baru yang diperkenalkan oleh Pusjatan, Balitbang Kementerian PUPR, pada tahun 2016
yang mana telah diaplikasikan pada pembangunan jalan layang Antapani Kota Bandung.
Diperlukan studi mengenai perbandingan biaya konstruksi teknologi ini terhadap teknologi struktur
jalan layang yang lazim digunakan, yaitu PCI-Girder. Pengumpulan data meliputi data perencanaan
dan DED, inventarisasi item dan volume pekerjaan, serta harga satuan pekerjaan. Selanjutnya
dilakukan proses perhitungan biaya konstruksi dari alternatif tipe konstruksi yang diusulkan.
Perhitungan biaya konstruksi dilakukan menggunakan perangkat Analisa Harga Satuan Pekerjaan
(AHSP) yang dikembangkan oleh Ditjen Bina Marga dengan mengacu pada Spesifikasi Umum 2010
Revisi 3. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan penggunaan alternatif tipe konstruksi CSS-Mortar
Busa dapat mereduksi biaya konstruksi jalan layang sebesar 44,7% bila dibandingkan dengan tipe
konstruksi PCI-Girder. Dengan demikian, konstruksi CSS-Mortar Busa dapat digunakan sebagai
alternatif pengganti konstruksi jalan layang/jembatan yang lebih efisien.
ABSTRACT
The elevated road construction which is originally intended to overcome congestion at the intersection
of the highway/train, actually sometimes worsen the congestion that exists during the construction
period. Therefore, a new construction method and technology is needed to minimize the congestion and
provide a short construction period. CSS-Mortar Foam is a new technology introduced by the Research
Center of the Ministry of PUPR (Pusjatan) in 2016 which has been applied to the construction of the
Antapani flyover in Bandung. A study is needed to compare the construction cost of this technology with
the technology of the overpass structure which is commonly used, namely PCI-Girder. Data collection
process in this study are planning and DED data, inventory of work items and volumes, and the unit
price. The next step is the construction-costs calculation process of the proposed alternative-construction
types. The calculation of construction costs was carried out using the Work Unit Price Analysis (AHSP)
which is developed by the Directorate General of Highways based on the third revision of 2010 General
Specifications. The results showed that the alternative CSS-Mortar Foam construction types was able to
reduce the construction costs of flyovers by 44.7% compared to the PCI-Girder construction type. Thus,
CSS-Mortar Foam construction can be used as a more efficient alternative for flyovers/bridges
construction.
1. PENDAHULUAN
Salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi adalah tersedianya infrastruktur yang
memadai, diantaranya adalah sektor transportasi yang secara langsung berperan dalam
menggerakkan roda perekonomian. Proses pembangunan infrastruktur sektor transportasi yang
saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah, antara lain: pelabuhan, bandar udara, kereta api
dan jalan, termasuk di dalamnya jembatan. Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di
Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan Rencana
Strategis (Renstra) Ditjen Bina Marga tahun 2015 – 2019 (Kementerian PUPR, 2015), yaitu: (a)
preservasi jalan nasional sepanjang 47.017 km, (b) pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 km,
(c) peningkatan kapasitas jalan nasional sepanjang 3.073 km, (d) pembangunan jembatan
sepanjang 29.859 m, (e) penggantian jembatan sepanjang 19.951 m, (f) pembangunan jalan tol
sepanjang 1.000 km, (g) dukungan jalan daerah untuk pengembangan kawasan.
Terkait dengan target pemenuhan Renstra tersebut, Ditjen Bina Marga sebagai instansi
pemerintah yang mempunyai tugas penyediaan, monitoring, evaluasi dan pemeliharaan
infrastruktur jalan, perlu melakukan terobosan teknologi konstruksi di bidang jalan dan jembatan
agar lebih efektif dan efisien, tentu saja dengan tidak mengurangi kualitas dan performanya.
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia banyak ditemui di kota besar. Namun,
salah satu permasalahan yang lazim ditemui di kota-kota besar adalah kemacetan. Masalah
kemacetan ini diakibatkan karena volume lalu lintas yang ada tidak sebanding dengan kapasitas
jalan yang ada. Selain itu, adanya pasar tumpah, parkir liar di badan jalan, persimpangan sebidang,
baik dengan kereta api maupun persimpangan antar jalan, semakin memperparah terjadinya
kemacetan. Beberapa solusi yang telah diberikan pemerintah untuk mengurai kemacetan itu,
antara lain: penyediaan transportasi berbasis angkutan massal, pembangunan jalan layang pada
simpang sebidang, penertiban pasar dan parkir liar, dan sebagainya.
Pembangunan jalan layang yang sedianya bertujuan untuk mengurai kemacetan justru
kadang memperparah kemacetan pada saat konstruksinya. Kendala keterbatasan lahan dan proses
konstruksi jalan layang pada jalan eksisting yang sebelumnya digunakan untuk lalu lintas
memerlukan suatu metode dan teknologi untuk meminimalkan kemacetan dengan waktu
konstruksi yang pendek. Oleh karena itu, pada tahun 2016 diperkenalkan teknologi baru oleh
Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Balitbang Kementerian PUPR, berupa Teknologi
”Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP)” atau juga dikenal dengan ”Struktur Baja
Bergelombang dan Mortar Busa (CSS-Mortar Busa)”.
Metode konstruksi baja bergelombang sebenarnya telah dikembangkan di luar negeri sejak
tahun 1900-an. Berdasarkan pengalaman lebih dari 1000 proyek konstruksi di Korea Selatan,
aplikasi struktur baja bergelombang ini dapat menghemat biaya konstruksi sekitar 20-40% (Rhee,
2014, pada Aldiamar, et.al, 2015). Di Indonesia, teknologi ini pertama kali dikenalkan pada
pembangunan jalan layang (fly over) Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat. Selain FO Antapani,
teknologi CSS-Mortar Busa ini juga telah dilaksanakan pada pembangunan 4 flyover di
Kabupaten Brebes dan Tegal pada tahun 2017, serta pembangunan FO Manahan di Kota
Surakarta pada tahun 2018. Pada pembangunan flyover Dermoleng di Kabupaten Brebes,
penggunaan CSS-Mortar Busa memberikan hasil 60-70% lebih efisien dari segi biaya serta 50%
lebih cepat dalam masa konstruksi dibandingkan konstruksi konvensional (Winurseto, 2018).
Teknologi baja struktur bergelombang dan timbunan ringan-mortar busa (CSS-Mortar
Busa) di Indonesia pertama kali diteliti, dikembangkan dan diaplikasikan oleh Pusat Jalan dan
Jembatan (Pusjatan), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian PUPR sejak tahun 2015,
termasuk penyusunan standar rujukan dan pedomannya. Saat ini, penggunaan material struktur
baja bergelombang dan mortar busa dapat merujuk pada pedoman dan spesifikasi khusus interim
sebagai berikut: (a) SE Menteri PUPR nomor 41/SE/M/2015 tanggal 18 Mei 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan, (b) SE
Menteri PUPR nomor 42/SE/M/2015 tanggal 18 Mei 2015 tentang Pedoman Perencanaan Teknis
Timbunan Material Ringan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan, (c) SE Menteri PUPR nomor
44/SE/M/2015 tanggal 18 Mei 2015 tentang Pedoman Perancangan Campuran Material Ringan
dengan Mortar-Busa untuk Konstruksi Jalan, (d) SE Menteri PUPR nomor 46/SE/M/2015 tanggal
18 Mei 2015 tentang Pedoman Spesifikasi Material Ringan dengan Mortar-Busa Untuk
Konstruksi Jalan, (e) Surat Dirjen Bina Marga nomor JB1001-Db/450 tanggal 26 Mei 2017
tentang Persetujuan dan Penyampaian Spesifikasi Khusus Interim Material Ringan-Mortar Busa
dan Struktur Baja Bergelombang. Berikut ini disampaikan perbedaan antara Struktur Baja
Bergelombang dengan Mortar Busa.
a) Baja Bergelombang
Bahan baja struktur bergelombang harus mempunyai sifat mekanis baja dan dibuat lembaran
baja seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Bahan Baku Baja Struktur Bergelombang
Spesifikasi Khusus Interim Skh-1.7.22
Material Lembaran Kuat Tarik Minimum Tegangan Leleh Minimum
Baja (MPa) (MPa)
SS400 400 245
SS490 490 285
SS540 540 400
SS590 590 450
Sumber: Ditjen Bina Marga (2017)
Keterangan:
d (depth) : kedalaman
p (pitch) : panjang antara dua
puncak lengkungan
r (radius) : jari-jari lengkungan
t (thickness) : ketebalan
Sumber: Ditjen Bina Marga (2017)
b) Lapisan Pelindung
Semua komponen baja struktur bergelombang harus digalvanisasi dengan sistem pencelupan
panas sesuai dengan AASHTO M 111M/m 111-04 Standard Specification for Zinc (Hot-Dip
Galvanized) Coatings on Iron and Steel Products atau ASTM A123M Specification for Zinc
(Hot-Dip Galvanized) Coatings on Iron and Steel Products.
g) Sertifikat
Semua komponen baja struktur bergelombang yang dipasok harus disertai sertifikat dari pabrik
yang menyatakan bahwa bahan tersebut diproduksi sesuai dengan formula standar dan
memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatnya. Sertifikat
harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku. Sertifikat juga harus
menunjukkan keterangan nama pembuat, ketebalan lapisan pelindung (zinc), berat lapisan
pelindung, dan komposisi elemen baja bergelombang.
Mortar Busa
Merujuk Spesifikasi Khusus Interim Material Ringan Mortar Busa (Bina Marga, 2017),
yang dimaksud dengan bahan material ringan mortar-busa adalah bahan adukan (mortar) yang
merupakan campuran dari pasir, semen, air dan busa (foam) yang memiliki sifat memadat sendiri
(self compacted) dan berfungsi sebagai bahan pengganti tanah; memiliki kekuatan tekan bebas
(UCS) dan densitas kering material campuran sesuai Tabel 2.
Mortar busa tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Spesifikasi
Interim, yaitu persyaratan bahan dan peralatan. Persyaratan peralatan tersaji pada Tabel 3, dan
persyaratan bahan tersaji pada Tabel 4.
3. METODE PENELITIAN
Pada penelitian terkait pemilihan alternatif tipe konstruksi pembangunan jalan layang ini,
digunakan studi kasus pembangunan flyover Antapani di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Adapun tahapan penelitian dimulai dengan kajian pustaka dan pengumpulan data, meliputi: data
perencanaan dan DED, inventarisasi item dan volume pekerjaan, serta harga satuan pekerjaan.
Selanjutnya dilakukan proses perhitungan biaya konstruksi dari alternatif tipe konstruksi yang
diusulkan. Perhitungan biaya konstruksi dilakukan menggunakan perangkat Analisa Harga
Satuan Pekerjaan (AHSP) yang dikembangkan oleh Ditjen Bina Marga dengan mengacu pada
Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3. Langkah akhir berupa pembahasan terhadap perbandingan hasil
perhitungan biaya konstruksi dan penarikan kesimpulan serta rekomendasi dari kajian yang
dilakukan. Langkah-langkah penelitian dijelaskan menggunakan bagan alir pada Gambar 4.
Pusjatan (2016) mengusulkan alternatif tipe konstruksi pada pembangunan jalan layang
Antapani menggunakan struktur CSS-Mortar Busa, dengan baja corrugated atau bergelombang
yang terdiri dari 3 bentang. Panjang untuk bentang tengah (utama) adalah 22 meter dengan tinggi
ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter dengan tinggi
ruang bebas vertikal 5,1 meter. Total panjang jalan layang Antapani adalah 320 meter dengan
lebar 9 meter. Data teknis tipe konstruksi alternatif 1 tersaji pada Tabel 5 dan Gambar 5.
Tabel 5. Data Teknis Tipe Konstruksi Alternatif 1
No Jenis Keterangan
1 Tipe Struktur Corrugated atau Armco
2 Panjang Total 320 meter
3 Lebar Jembatan 9 meter
4 Jumlah Lajur 2 Lajur 2 Arah
5 Lebar Lalu Lintas 6.50 meter
6 Lebar Bahu 2 x 0.75 meter
7 Jumlah bentang jembatan 3 bentang,
bentang utama: 1 x 22 meter dan
bentang samping: 2 x 11 meter
8 Tinggi bebas 5.1 meter
9 Oprit Mortar Busa
Sumber: Puslitbang Jalan dan Jembatan (2016)
Sebagai perbandingan alternatif lain pemilihan konstruksi jalan layang, maka dipilih tipe
konstruksi yang lazim digunakan pada struktur jalan layang, yaitu PCI-Girder dengan panjang
total jalan layang dan lebar yang sama. Data teknis tipe konstruksi alternatif 2 tersaji pada Tabel
6 dan Gambar 6.
Tabel 6. Data Teknis Tipe Konstruksi Alternatif 2
No Jenis Keterangan
1 Tipe Struktur PCI-Girder
2 Panjang Total 320 meter
3 Lebar Jembatan 9 meter
4 Jumlah Lajur 2 Lajur 2 Arah
5 Lebar Lalu Lintas 6.50 meter
6 Lebar Bahu 2 x 0.75 meter
7 Jumlah bentang jembatan 7 bentang,
bentang utama: 1 x 40 meter dan
bentang samping: 6 x 30 meter
8 Tinggi bebas 5.1 meter
9 Oprit Timbunan Pilihan
Sumber: PT. Bukaka Teknik Utama (2016)
Asumsi yang digunakan dalam perbandingan item pekerjaan yang digunakan mengacu
pada Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 (Bina Marga, 2014), dimana beberapa divisi pekerjaan
dianggap mempunyai nilai yang sama yaitu: Divisi 1 mencakup umum, Divisi 6 mencakup
perkerasan aspal, Divisi 9 mencakup pekerjaan harian dan Divisi 10 mencakup pemeliharaan
rutin.
Perbandingan item pekerjaan pada tipe konstruksi Alternatif 1 (CSS-Mortar Busa) dan
Alternatif 2 (PCI-Girder) disajikan pada Tabel 7.
Baja tulangan U-39 ulir, Baja tulangan U-39 ulir, Jumlah tulangan ulir yang
Tidak ada Beton Diafragma, Ada Beton Diafragma, dibutuhkan menggunakan
Tidak ada Deck Slab. Ada struktur Deck Slab. teknologi CSS-Mortar Busa
lebih sedikit
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Tabel 7 menunjukkan beberapa perbedaan item pekerjaan pada tipe konstruksi Alternatif 1
(CSS-Mortar Busa) dan Alternatif 2 (PCI-Girder) yang tentu saja akan berpengaruh pada biaya
yang dibutuhkan. Selanjutnya item-item pekerjaan tersebut diolah menggunakan software Analisa
Harga Satuan Pekerjaan yang merupakan perangkat tambahan dari Spesifikasi Umum 2010 yang
dikembangkan oleh Ditjen Bina Marga. Berikut ini disajikan perbandingan rekapitulasi biaya
untuk Alternatif 1 (CSS-Mortar Busa) dan Alternatif 2 (PCI-Girder) dalam Tabel 8 dan Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 didapatkan perkiraan biaya pekerjaan jalan layang dengan
total panjang 320 meter dan lebar 9 meter, jika menggunakan tipe konstruksi PCI-Girder sebesar
Rp. 42.848.087.000,- sedangkan jika menggunakan tipe konstruksi CSS-Mortar Busa sebesar Rp.
23.684.298.000,-. Bila dihitung biaya per m2 untuk masing-masing tipe konstruksi jalan layang,
maka akan diperoleh besaran biaya seperti tersaji pada Tabel 10 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa dengan penggunaan alternatif tipe konstruksi
CSS-Mortar Busa dapat mereduksi biaya konstruksi jalan layang sebesar 44,7% bila
dibandingkan dengan tipe konstruksi PCI-Girder.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
Penggunaan Struktur Baja Bergelombang yang dikombinasikan dengan Mortar Busa (CSS-
Mortar Busa) dapat digunakan sebagai alternatif pengganti konstruksi jalan layang/jembatan yang
lebih efisien. Namun, tentu saja harus dipertimbangkan pemenuhan dari kriteria desain dan aspek-
aspek teknis lainnya. Penggunaan CSS-Mortar busa sebagai alternatif konstruksi jalan layang (fly
over) Antapani dapat mereduksi biaya konstruksi sebesar 44,7% bila dibandingkan dengan tipe
konstruksi PCI-Girder.
Keberhasilan penggunaan material mortar busa di lapangan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: faktor cuaca, faktor kehilangan, faktor efisiensi waktu, faktor
peralatan, serta dampak lingkungan. Faktor kehilangan (loose factor) material mortar busa cukup
tinggi, yaitu 1,20 – 1,30. Salah satu penyebabnya adalah jarak dan lamanya waktu pengangkutan,
sehingga foam agent tidak lagi bekerja secara efektif di dalam campuran mortar busa.
Rekomendasi
a) Perlu dilakukan evaluasi dan kajian lebih lanjut terkait kekuatan dan durabilitas material
mortar busa terhadap beban yang bekerja, serta solusi perbaikan bila timbunan mortar busa
mengalami kerusakan, baik akibat beban lalu lintas, fatigue akibat repetisi beban lalu lintas,
penurunan tanah dasar (subgrade), maupun pengaruh lingkungan/cuaca.
b) Perlu evaluasi dan kajian lebih lanjut mengenai efisiensi biaya konstruksi dikaitkan dengan
faktor kehilangan (loose factor) material mortar busa, baik akibat metode kerja maupun jarak
& waktu pengangkutan dari batching plant ke lokasi pekerjaan.
c) Perlu adanya inovasi terkait metode pelaksanaan di lapangan dan alat bantu yang tepat,
sehingga target pemenuhan tepat mutu, waktu dan biaya dapat dicapai.
REFERENSI
Aldiamar, F., et.al. (2015). Kajian Perencanaan Struktur Baja Bergelombang Untuk Lintas Atas
dan Penanganan Longsoran Lereng Jalan. Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Aldiamar, F., Putra, H., dan Ariestianty, S.K. (2016). Teknologi Corrugated-Mortar Busa Pusjatan
(CMP). Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Bina Marga. (2014). Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3. Ditjen Bina Marga, Jakarta.
Bina Marga. (2017). Spesifikasi Khusus Interim Seksi 7.21 Material Ringan-Mortar Busa dan
Seksi 7.22 Struktur Baja Bergelombang. Ditjen Bina Marga, Jakarta.
Bina Marga. (2017). Spesifikasi Khusus Interim Seksi 7.22 Struktur Baja Bergelombang. Ditjen
Bina Marga, Jakarta.
Gunawan, H.A. (2018). Presentasi Teknologi CMP - Keunggulan dan Tantangan yang Dihadapi
di Lapangan. Jakarta.
Kementerian PUPR. (2015). Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun 2015-2019. Jakarta.
PT. Bukaka Teknik Utama. (2016). Pembangunan Jembatan Layang Antapani, Jakarta.
Winurseto, W. S. (2018). Penerapan Teknologi Corrugated-Mortar Busa Pusjatan (CMP) Pada
Fly Over Dermoleng. Kurvatek. 03(2): 67-74.