Anda di halaman 1dari 1

PATIH BUAYA YANG KORUPSI

Di sebuah sungai, tinggallah sekelompok buaya yang dipimpin oleh seorang raja yang arif
bijaksana. Raja buaya selalu memikirkan kehidupan rakyatnya, sehingga raja sangat
disayangi dan dicintai rakyatnya. Rakyat buaya pun hidup makmur dan tenteram.

Pada musim penghujan, keadaan buaya sedang menderita karena banjir melanda sungai.
Rakyat buaya kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Melihat rakyat buaya menderita,
raja merasa harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Semakin hari raja semakin prihatin
melihat pemderitaan yang dialami rakyatnya. Akhirnya raja memutuskan untuk membagikan
makanan yang disimpannya untuk berjaga-jaga sewaktu musim hujan tiba. Dengan segera
raja mengutus kedua patihnya untuk membagikan makanan itu pada rakyatnya secara adil.
Kedua patih kepercayaan raja buaya dengan senang hati menerima titah rajanya.

Kedua patih itu segera membagi-bagikan makanan seperti apa yang diperintahkan raja.
Namun pada waktu itu patih Karta melihat patih Narta mengurangi setengah dari makanan
yang akan dibagikan pada rakyat.

“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada
rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan
mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan
rakyat.

Dengan sabar patih Karta menasehati patih Narta. Namun patih Narta justru mengejek
nasehat patih Karta sehingga terjadilah adu mulut antara keduanya.

“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”

“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka
sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau
dihukum dengan setimpal!”

Namun belum sempat Patih Karta melapor ke raja, Patih Narta menyerangnya dari belakang.
Di antara mereka terjadi perkelahian hebat. Keduanya sama-sama kuat. Namun di mana pun
kejahatan pasti kalah oleh kebenaran. Begitu juga dengan patih Narta. Ia pun mati.
Kematiannya bukan karena serangan patih Karta, melainkan kepalanya membentur batu besar
di tepi sungai karena terlalu bernafsu menyerang Patih Karta.

Hari itu juga Patih Karta melaporkan kejadian itu pada raja buaya. Ia juga menceritakan
tingkah laku Patih Narta. Mendengar itu raja buaya sangat bangga pada Patih Karta yang
sangat setia padanya. Sejak itu kehidupan rakyat buaya semakin aman dan tenteram karena
dipimpin raja yang arif dengan seorang patih yang sangat setia.

Anda mungkin juga menyukai