Anda di halaman 1dari 36

KOMUNIKASI ARSITEKTUR

PADA BANGUNAN
ISTANA–ISTANA KEPRESIDENAN

DISUSUN OLEH :

ERRICA MAHDALIA
20143124731250009

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
JAKARTA
2016

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul KOMUNIKASI ARSITEKTUR PADA BANGUNAN ISTANA NEGARA.
Adapun makalah ini tentang ISTANA NEGARA yang berkomunikasi melalui gaya
arsitekturnya. penulis juga menuliskan istana-istana yang ada di Indonesia sebagai tambahan
pengetahuan tentang istana. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat memberikan
wawasan dan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Mai 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
BAB I ……………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI KOMUNIKASI ARSITEKTUR SECARA UMUM …………
1.2 LATAR BELAKANG SECARA ARSITEKTURAL …………………..
1.3 LATAR BELAKANG ISTANA NEGARA …………………………….

BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN ISTANA-ISTANA NEGARA …………………………
2.2 SEJARAH ISTANA-ISTA NEGARA ..………………………………
2.2.1 ISTANA NEGARA …………………………………………..
2.2.2 ISTANA MERDEKA ………………………………………..
2.2.3 ISTANA BOGOR …………………………………………..
2.2.4 ISTANA CIPANAS …………………………………………
2.2.4 ISTANA CIPANAS …………………………………………
2.2.6 GEDUNG AGUNG …………………………………………

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………
3.2 SARAN …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSAKA

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar tampak pada suatu bangunan ……………………………………


Gambar 2. Gambar Potongan ………………………………………………………...
Gambar 3. Tampak bangunan ………………………………………………………..
Gambar 4. Denah Rumah .............................................................................................
Gambar 5. Tapak Bangunan …………………………………………………………
Gambar 6. Potongan …………………………………………………………………
Gambar 7. Istana Negara …………………………………………………………….
Gambar 8. Istana Merdeka …………………………………………………………..
Gambar 9. Istana Negara …………………………………………………………….
Gambar 10. Tapak Istana Negara ………………………………………………………
Gambar 11. Istana Merdeka ……………………………………………………………
Gambar 12. Tapak Istana Merdeka …………………………………………………….
Gambar 13. Interior Istana Merdeka ……………………………………………………
Gambar 14. Istana Bogor ……………………………………………………………….
Gambar 15. Denah Istana Bogor ………………………………………………………..
Gambar 15. Tapak Istana Bogor ………………………………………………………..
Gambar 16. Istana Cipanas ……………………………………………………………..
Gambar 17. Tapak Istana Cipanas ………………………………………………………
Gambar 18. Istana Tampak Siring ………………………………………………………
Gambar 19. Tapak Istana Tampak Siring ……………………………………………….
Gambar 20. Gedung Agung Yogyakarta ………………………………………………..
Gambar 21. Tapak Gedung Agung Yogyakarta ………………………………………….

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI KOMUNIKASI ARSITEKTUR SECARA UMUM

Teknik Komunikasi Arsitektur adalah kemampuan dalam mewujudkan ide atau


gagasan dalam gambar atau tiga dimensi. Komunikasi dapat dilakukan secara nonverbal.
Konsep ini memungkinkan dunia arsitektur berbicara tentang komunikasi arsitektur.
Representasi menjadi sebuah cara untuk menjalin komunikasi lewat kegiatan arsitektur.
Untuk menjalin komunikasi yang baik, harus ada pemahaman yang sama antara si pengirim
dan si penerima pesan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat secara utuh bagaimana proses
komunikasi berlangsung dalam arsitektur, lewat praktek representasi yang seringkali
dilakukan dalam kegiatan perancangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang
disusun berdasarkan beberapa jurnal dan buku yang terkait. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proses komunikasi arsitektur sangat ditentukan oleh kecocokan antara pesan
yang dibuat oleh arsitek melalui bangunannya, dan pesan yang diterima masyarakat dari
bangunan tersebut. Dengan kata lain, jika pesan yang dihadirkan perancang dalam
bangunannya dinilai dapat merepresentasikan masyarakat yang bersangkutan, maka
komunikasi arsitektur telah berjalan dengan baik.

Representasi sebagai Bentuk Komunikasi dalam Arsitektur


Adanya kemampuan indera manusia yang luar biasa yang memungkinkannya untuk
bekerja secara bolak-balik, menyeberang dari satu indera ke indera lainnya untuk
memberikan informasi yang utuh, memberikan kesempatan bagi manusia untuk dapat
berkomunikasi secara nonverbal. Salah satu bidang yang diuntungkan dari kemampuan ini
adalah arsitektur. Manusia dapat berkomunikasi dengan lingkungan binaan di sekitar mereka.
Berkomunikasi, menurut Saliya (2003) merupakan sebuah proses yang berlangsung secara
bolak-balik (iterasi), antara pembentukan lambang-lambang sebagai sumber (source) dan
penafsirannya pada pihak penerima (receiver). Lebih lanjut, proses ini digambarkan sebagai
proses antara “pembentukan-sandi” (coding) dan “pembukaan-sandi” (decoding) dengan
berbagai muatan pesan dan berita, melalui suatu “saluran” (channel) yang berlangsung dalam
suatu konteks tertentu. Dengan demikian, maka benar bahwa berkomunikasi (dalam

5
arsitektur) berlangsung antara arsitek atau perancang (sebagai pembentuk sandi) dan
pengguna atau masyarakat sebagai pembuka atau penerima sandi. Sedangkan bangunan atau
lingkungan berperan sebagai salurannya. Dengan merujuk kepada pengertian representasi
yang telah dijelaskan, maka diketahui bahwa terjadi dalam dua tahap. Pertama adalah proses
mewakili, yaitu proses arsitek yang mengambil simbol-simbol tertentu dari konteks sebagai
sumber pesan yang ingin disampaikan lewat desainnya yang diharapkan mampu
merepresentasikan masyarakat setempat. Sedangkan yang kedua adalah proses terwakili,
yang merupakan proses penerimaan masyarakat terhadap karya representasi dari arsitek
tersebut. Sejauh mana masyarakat merasa terepresentasikan dari hasil representasi yang telah
dilakukan oleh si arsitek.

Hubungan Pemberi dan Penerima Pesan


Keberlangsungan sebuah komunikasi sangat ditentukan oleh adanya kesamaan
pengertian terhadap bahasa yang digunakan (Saliya, 2003). Oleh karena itu, kesamaan bahasa
yang dipakai oleh arsitek dan masyarakat sangat menentukan keberhasilan proses komunikasi
Kesamaan antara kode yang disusun dalam proses coding dan kode yang diterima dalam
proses decoding menjadi catatan penting dalam melihat keberhasilan proses representasi yang
dilakukan dalam dunia arsitektur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika pesan yang
ditangkap masyarakat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh perancang, maka
komunikasi telah berlangsung dengan baik. Proses representasi pada bangunan tersebut dapat
dikatakan berhasil. Dengan demikian telah terbentuk kesepakatan dan apresiasi yang sama
antara apa yang dilihat oleh arsitek dan apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Peran gambar memang sangat penting dalam memahami arsitektur, karena itulah kali
ini saya ingin membagikan sekelumit pengetahuan umum tentang gambar dalam arsitektur,
termasuk pengertian atau definisi denah, tampak,potongan, site plan, layout,dsb. Secara
umum, menurut fungsi dan tujuannya gambar dalam arsitektur dapat dibagi menjadi dua
jenis:

1. Gambar Presentasi
Gambar presentasi atau gambar arsitektur memang dibuat untuk keperluan showcase.
Oleh sebab itu, ia sengaja dibuat tampak seindah mungkin. Bahkan, tak jarang gambar ini
mendapat sentuhan efek dramatis agar lebih tampak impresif. Tujuannya, tentu agar menarik
perhatian dan menunjukkan pesona dari arsitektur itu sendiri.

6
Gambar 1. Gambar tampak pada suatu bangunan
Sumber : Kompasiana.com

Meskipun demikian, aspek informatif dari gambar tetap harus diperhatikan, karena
gambar arsitektur tidak sama dengan lukisan yang cukup indah saja, tapi harus bersifat
informatif juga bagi yang mengamati. Misalnya gambar denah, meskipun dalam denah
presentasi tidak selalu jelas manampilkan, misalnya, posisi kolom atau material dinding,
gambar tersebut tetap harus dapat menunjukkan dengan baik jenis ruang, sirkulasi, dsb.

2. Gambar Teknik

Gambar 2. Gambar Potongan


Sumber : Kompasiana.com

Sesuai namanya, gambar teknik atau gambar konstruksi memuat informasi-informasi


teknis suatu bangunan dengan lebih mendetail, misalnya material yang dipakai, konstruksi
sambungan, posisi kolom-balok, plumbing (perpipaan), kelistrikan, dsb. Gambar seperti ini
dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan di lapangan. Karena fungsinya

7
demikian, tidak seperti halnya gambar presentasi yang memang mengedepankan keindahan,
gambar teknik sangat menekankan ketepatan dan kelengkapan gambar.

Denah, Tampak, Potongan

Gambar 3. Tampak bangunan


Sumber : Kompasiana.com

Gambar arsitektur sendiri ada bermacam, seperti denah, tampak, potongan, site plan,
&lay out. Berikut adalah penjelasan mengenai gambar-gambar tersebut beserta pengertian
atau definisinya.

Denah
Denah adalah tampak atas bangunan yang seolah-olah dipotong secara horizontal
setinggi 1m dari ketinggian 0.00 bangunan tersebut. Bagian atas bangunan yang terpotong
dihilangkan sehingga bagian lantainya yang terlihat. Level (ketinggian) 0.00 ditentukan oleh
arsitek.
Pada gambar denah presentasi, ada yang menggambar bagian dinding yang terpotong
dengan diblok warna hitam, sementara kolom diberi warna putih atau warna kontras lain
untuk pembedaan. Ada juga yang menggambar dinding hanya dengan satu warna saja.
Sementara, pada gambar teknik, karena digunakan untuk pekerjaan lapangan, bagian yang
terpotong tersebut perlu dilengkapi dengan notasi material sebagai pedoman pengerjaan.
Untuk teknik penggambaran, bagian denah yang “terpotong” tadi digambar dengan garis
yang lebih tebal, sisanya digambar menggunakan garis yang lebih tipis.

8
Gambar 4. Denah Rumah
Sumber : Kompasiana.com
Fungsi denah sendiri antara lain untuk menunjukkan:
1. fungsi ruang
2. susunan ruang
3. sirkulasi ruang
4. dimensi ruang
5. letak pintu dan bukaan
6. isi ruang
7. fungsi utilitas ruang (air, listrik, AC, dll.) pada denah-denah tertentu.
Layout
Secara prinsip, lay out kurang lebih sama dengan denah, hanya saja ia digambarkan
mencakup area yang lebih luas. Jadi, tidak hanya menampilkan bangunan, gambar lay out
juga dilengkapi dengan lingkungan sekitar bangunan seperti misalnya taman, jalan, dan
bangunan-bangunan tetangga.
Kawasan
Gambar layout yang cakupannya sangat luas melebihi kota/desa/wilayah.
Site Plan
Site plan merupakan tampak atas bangunanbeserta lingkungan sekitarnya.
Tampak
Wujud luar fisik bangunan yang tampak secara dua dimensi. Gambar tampak dapat
digambar secara plain atau ditambah efek bayangan untuk mempertegas dimensi atau maju
mundurnya bidang pada bangunan.

9
Gambar 5. Tampak Bangunan
Sumber : architelago.blogspot.com

Fungsi gambar tampak antara lain untuk menunjukkan:


1. dimensi bangunan
2. proporsi
3. gaya arsitektur
4. warna & material
5. estetika
Arah pandang untuk gambar tampak sendiri tidaklah pasti. Bisa disesuaikan arah mata
angin (tampak utara, tampak timur, dll.) atau sesuai view tertentu seperi tampak dari danau,
tampak dari jalan raya, dsb. Selain itu bisa juga hanya dinamai tampak A, tampak B, dst.
sesuai keinginan arsitek yang ditentukan juga pada denah.

Potongan
Gambar dari suatu bangunan yang dipotong vertikal dan memperlihatkan isi atau
bagian dalam bangunan tersebut. Bagian bangunan yang dipotong serta arah pandangnya
disertakan dalam denah agar gambar keseluruhan dapat dibaca secara komprehensif.

Fungsi potongan antara lain untuk menunjukkan:


1. Struktur bangunan
2. Dimensi tinggi ruang

10
Gambar 6. Potongan
Sumber : tsgbali.blogspot.com

Untuk kriteria penggambaran, menggambar potongan prinsipnya kurang lebih sama


dengan denah, yakni bagian yang terpotong digambar dengan garis tebal dan diberi notasi
material bila merupakan gambar kerja.
Potongan umumnya digambar secara dua dimensi. Namun, ada juga yang disebut
potongan ortogonal, yaitu gambar potongan yang berkesan tiga dimensi karena digambar
dengan teknik gambar perspektif satu titik lenyap yang diletakkan di dalam bangunan.

1.2 LATAR BELAKANG SECARA ARSITEKTURAL

Mendengar kata arsitektur tentunya yang akan terbayang dipikiran kita adalah suatu
bangunan gedung atau rumah yang telah berdiri megah. Hal tersebut tidaklah salah tetapi kata
arsitektur tidak terbatas hanya pada bangunan yang ada. Arsitektur memiliki pengertian yang
jauh lebih luas.
Bicara Arsitektur maka hal yang perlu diperhatikan adalah fisik dan non-fisik. Hal-hal
yang menyangkut fisik adalah suatu bentuk tata ruang yang dicptakan dan dapat terlihat
dengan jelas hasil karyanya. Sedangkan hal yang bersifat non-fisik lebih banyak berhubungan
kearah makna atau simbol yang dapat diketahui dari sejarah bangunan tersebut berdiri.

11
Suatu karya Arsitektur memiliki 6 prinsip dalam hal fisik :

1. Daya Tahan
Suatu rancangan harus mencakup daya tahan karena bagaimanapun suatu karya
arsitektur yang baik harus berdiri untuk jangka waktu yang lama bahkan tidak terbatas.
Konsep daya tahan bangunan terhadap berbagai gejala alam seperti gempa, banjir, cuaca, dan
lain sebagainya harus terpenuhi oleh Arsitek.
Sebagai contoh banyak karya arsitektur masa lampau yang tetap berdiri kokoh sejak
pembangunannya. Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa setiap karya arsitektur telah
memenuhi unsur daya tahan terhadap gejala alam. Hampir tidak ditemukan bangunan yang
telah memenuhi standar arsitektur yang baik mengalami keruntuhan kecuali dari gejala atau
tindakan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

2. Utility ( Manfaat )
Suatu rancangan arsitektur harus memiliki nilai manfaat atau fungsional. Dengan
adanya nilai manfaat inilah suatu karya arsitektur bermula. Tanpa adanya fungsi yang hendak
didapatkan adalah mustahil suatu rancangan arsitektur bermula.
Sebagai contoh adalah di bangunnya berbagai gedung pencakar langit disatu kawasan,
seperti jalan Gatot Subroto, MH Thamrin, HR Rasuna Said, tentunya bukan tanpa sebab
banyaknya gedung-gedung yang ada berdiri. Dapat dipastikan terdapat kepentingan yang
dalam hal ini manfaat yang akan didapatkan, yaitu sebagai perkantoran atau tempat berbisnis
bagi berbagai kalangan, itulah yang disebut dengan utility dari sebuah kayra arsitektur.

3. Keindahan
Karya Arsitektur akan terasa lebih lengkap jika pemenuhan akan unsur keindahan
terpenuhi, hal ini penting sebagai acuan menilai secara visual tentang apa yang ditampilkan
sebagai hasil dari suatu karya arsitektur, sehingga dunia arsitektur perlu memahami etika dan
estetika untuk mengejar suatu keindahan proporsional bagi seluruh pihak yang dapat melihat
tanpa terkecuali.
Suatu karya arsitektur juga dapat dikaitkan secara non-fisik, lebih kepada pemaknaan.
Disinilah simbol-simbol dari berbagai bangunan yang berdiri memiliki sejarah ataupun tanda
secara futuristik, berkaitan dengan itu maka ada beberapa hal yang menjadi simbol.

12
4. Kekuasaan
Pada simbol ini suatu bangunan hasil karya arsitektur lebih di identikan dengan
penunjukan kepentingan dan kekuasaan bagi pihak yang mendiami atau merebut bangunan
tersebut. Untuk masa sekarang hal tersebut hanya sebagai tanda bahwa bangunan yang
identik dengan simbol kekuasaan diartikan sebagai tempat kekuasaan itu didapatkan,
contohnya Istana Negara dan Gedung MPR DPR sebagai simbol kekuasaan bangsa Indonesia

5. Demokrasi
Pada simbol ini, suatu karya arsitektur dimaknai sebagai lahirnya atau berdirinya
paham demokrasi yang marak belakangan ini diberbagai Negara, termasuk Indonesia, pada
kesempatan kali ini, karya arsitektur tidak hanya mencakup karya bangunan yang berdiri,
akan tetapi juga mencakup wilayah dalam ruang lingkup sekitar bangunan karya arsitektur
yang ada, contohnya kebebasan berpendapat di bundaran Hotel Indonesia.

6. Ekonomi
Pada simbol ekonomi, suatu karya arsitektur memiliki makna sebagai kawasan atau
tempat kegiatan ekonomi berputar dan berlangsung, pada kesempatan kali ini karya arsitektur
yang ada dianggap sbagai pusat kekuatan ekonomi suatu wilayah atau Negara, sebagai contoh
Gedung Bursa Efek Indonesia sebagai simbol pergerakkan ekonomi di pasar modal.
Dengan demikian kita sudah mengerti jika karya arsitektur tidak hanya sebatas hasil
kreasi seorang arsitek, yang diwujudkan kedalam bentuk nyata suatu bangunan, tetapi lebih
lagi memiliki maksud yang luas dari segi pemaknaan, karena dari sanalah suatu karya
arsitektur memiliki nilai komunikatif yang sangat efektif, karena mengandung pesan bagi
seluruh orang tanpa adanya keterbatasan penguasaan bahasa.

1.3 LATAR BELAKANG ISTANA NEGARA

Istana Negara dibangun tahun 1796 untuk kediaman pribadi seorang warga negara
Belanda J.A van Braam. Pada tahun 1816 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia
Belanda dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur
Jendral Belanda. Karenanya pada masa itu istana ini disebut juga sebagai Hotel Gubernur
Jendral.

13
Gambar 7. Istana Negara
Sumber : satupedang.blogspot.com

Pada mulanya bangunan yang berarsitektur gaya Yunani kuno itu bertingkat dua,
namun pada tahun 1848 bagian atasnya dibongkar, dan bagian depan lantai bawah dibuat
lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah
yang bertahan sampai sekarang, tanpa perubahan yang berarti. Luas bangunan ini lebih
kurang 3.375 meter persegi.
Sesuai dengan fungsi istana ini, pajangan serta hiasannya cenderung memberi suasana
sangat resmi. Bahkan kharismatik. Ada dua buah cermin besar peninggalan pemerintah
Belanda, disamping hiasan dinding karya pelukis - pelukis besar, seperti Basoeki Abdoellah.
Banyak peristiwa penting yang terjadi di Istana Negara. Diantaranya ialah
ketika Jendral de Kock menguraikan rencananya kepada Gubernur Jendral Baron van der
Capellen untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya
dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol. Juga saat Gubernur Jendral Johannes van de Bosch
menetapkan sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Setelah kemerdekaan, tanggal 25 Maret
1947, di gedung ini terjadi penandatanganan naskah persetujuan Linggarjati. Pihak Indonesia
diwakili oleh Sutan Sjahrir dan pihak Belanda oleh Dr. Van Mook.
Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, diantaranya
menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan
pejabat - pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional,
pembukaan kongres bersifat nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.

14
Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik
Indonesia, sudah lebih kurang 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan
Istana Negara sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan Negara.

Gambar 8. Istana Merdeka


Sumber : presidenri.go.id

15
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN ISTANA NEGARA

Istana Negara merupakan Istana Kepresidenan yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta
Pusat. Istana Negara juga terletak satu kompleks dengan Istana Merdeka yang letaknya di
bagian selatan Istana ini. Dengan total luas keseluruhannya mencapai 68,000 m², kompleks
ini meliputi 3 bangunan penting lainnya seperti Bina Graha, Wisma Negara, dan
kantor Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Yang menjadi perbedaan antara
kedua Istana ini yaitu Istana Negara menghadap ke arah Jalan Veteran, sedangkan Istana
Merdeka menghadap ke arah Medan Merdeka.

Indonesia tercatat memiliki enam istana kepresidenan yakni : Istana Negara, Istana
Merdeka di Jakarta, Istana Bogor di Bogor, Istana Cipanas di Cipanas, Istana Tampaksiring
di Bali dan Istana Gedung Agung di Yogyakarta.

Dari Sejarahnya, Istana Merdeka, Istana Negara, Gedung Agung, Istana Cipanas, dan
Istana Bogor dibangun pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Istana Tampaksiring dibangun
pada masa Presiden Soekarno.

Karena pemerintahan Republik Indonesia sejak pengakuan kedaulatan berpusat di


Jakarta, maka Istana yang sering digunakan adalah Istana Negara dan kadang-kadang Istana
Merdeka yang dulu dikenal dengan Istana Gambir. Baik untuk pemerintahan maupun upacara
maupun acara resmi kenegaraan. Selain berfungsi sebagai kantor, Istana Negara digunakan
sebagai kediaman Presiden yang sebelumnya merupakan kediaman Gubernur Jendral Hindia
Belanda dan Panglima pendudukan Jepang. Sejak Indonesia merdeka tercatat Presiden
Soekarno (sejak tahun 1950, sebelumnya di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur 56, dan
di Gedung Agung Yogyakarta), Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Sementara Presiden Soeharto dan Presiden B.J.Habibie lebih sering
menggunakan Bina Graha sebagai ruang kerjanya. Presiden Soeharto sendiri memilih tinggal
di Jalan Cendana sementara Presiden B.J.Habibie tinggal di kawasan Patra Kuningan.

16
Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri, ruang kerja presiden pindah di Istana
Negara dengan alasan karena Bina Graha berada di Jalan Veteran yang lalu lintasnya ramai
sehingga mengganggu, selain pertimbangan keamanan. Bina Graha sendiri diubahfungsinya
menjadi Museum Istana. Untuk kediamannya, Presiden Megawati memilih tinggal di
kediamannya di Jalan kebagusan atau Jalan Teuku Umar.

Istana Bogor jarang digunakan sebagai tempat kantor kepresidenan. Pernah digunakan
ketika ada acara acara kenegaraan seperti Konfrensi Tingkat Tinggi APEC 1996. Sedangkan
Istana Cipanas, Istana Tampaksiring dan Gedung Agung digunakan sebagai tempat
peristirahatan atau acara acara informal kenegaraan.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda,khususnya pada tahun 1920-1930’an pusat


pemerintahan yang berada di Batavia (Jakarta) dianggap tidak ideal khususnya dari segi
pertahanan dan militer serta agar pemerintah Hindia Belanda dapat bertindak “lebih
independen”. Untuk itu dicari daerah yang dianggap cocok sebagai Ibukota pemerintahan
selain Bogor. Pilihan tersebut jatuh ke kota Bandung ditambah letaknya yang strategis
(dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 709 meter diatas permukaan laut). Sehingga
pemerintah Hindia Belanda membangun pusat pusat militer, pos dan telekomunikasi di sana
ditambah mulai maraknya pusat pusat perdagangan di sana. Untuk mempersiapkan kota
Bandung sebagai ibukota, dibangunlah Gedung Sate, dan gedung lainnya seperti Gedung
Merdeka. Namun karena dihalang-halangi oleh pemerintah Belanda di Den Haag serta
pecahnya Perang Dunia II, rencana itu dibatalkan.

Pada awalnya di kompleks Istana di Jakarta ini hanya terdapat satu bangunan, yaitu Istana
Negara. Gedung yang mulai dibangun 1796 pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai 1804 pada masa pemerintahan Gubernur
JenderalJohannes Siberg ini semula merupakan rumah peristirahatan luar kota milik
pengusaha Belanda, J A Van Braam. Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan
nama Harmoni memang merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru.

Pada tahun 1820 rumah peristirahatan van Braam ini disewa dan kemudian dibeli (1821)
oleh pemerintah kolonial untuk digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat
tinggal para gubernur jenderal bila berurusan di Batavia (Jakarta). Para gubernur jenderal
waktu itu kebanyakan memang memilih tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi

17
kadang-kadang mereka harus turun ke Batavia, khususnya untuk menghadiri
pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu.

Rumah van Braam dipilih untuk kepala koloni, karena Istana Daendels di Lapangan
Banteng belum selesai. Tapi setelah diselesaikan pun gedung itu hanya dipergunakan untuk
kantor pemerintah.

Selama masa pemerintahan Hindia Belanda, beberapa peristiwa penting terjadi di gedung
yang dikenal sebagai Istana Rijswijk (namun resminya disebut Hotel van den Gouverneur-
Generaal, untuk menghindari kata Istana) ini. Di antaranya menjadi saksi ketika sistem tanam
paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch.

Lalu penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947, yang pihak Indonesia
diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.

Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat
dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih
besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang
bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.

Karena Istana Rijswijk mulai sesak, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van
Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru pada kaveling yang sama, Istana tersebut
dinamakan Paleis te Koningsplein atau Istana Gambir yang kemudian dikenal dengan
nama Istana Merdeka setelah Indonesia merdeka.

Sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara menjadi tempat
penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain seperti pelantikan pejabat-
pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat
nasional dan internasional, serta jamuan yang bersifat kenegaraan.

Indonesia tercatat memiliki enam istana kepresidenan yakni :

1. Istana Negara di Jakarta


2. Istana Merdeka di Jakarta
3. Istana Bogor di Bogor
4. Istana Cipanas di Cipanas
5. Istana Tampaksiring di Bali
6. Istana Gedung Agung di Yogyakarta

18
Gambar 9. Istana–Istana Kepresidenan
Sumber : www.hdesignideas.com

Dari Sejarahnya, Istana Merdeka, Istana Negara, Gedung Agung, Istana Cipanas, dan
Istana Bogor dibangun pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Istana Tampaksiring dibangun
pada masa Presiden Soekarno.

Karena pemerintahan Republik Indonesia sejak pengakuan kedaulatan berpusat di


Jakarta, maka Istana yang sering digunakan adalah Istana Negara dan kadang-kadang Istana
Merdeka yang dulu dikenal dengan Istana Gambir. Baik untuk pemerintahan maupun upacara
maupun acara resmi kenegaraan. Selain berfungsi sebagai kantor, Istana Negara digunakan
sebagai kediaman Presiden yang sebelumnya merupakan kediaman Gubernur Jendral Hindia
Belanda dan Panglima pendudukan Jepang. Sejak Indonesia merdeka tercatat
Presiden Soekarno (sejak tahun 1950, sebelumnya di kediamannya di Jalan Pegangsaan
Timur 56, dan di Gedung Agung Yogyakarta), Presiden Abdurrahman Wahid, dan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara Presiden Soeharto dan Presiden
B.J.Habibie lebih sering menggunakan Bina Graha sebagai ruang kerjanya. Presiden Soeharto
sendiri memilih tinggal di Jalan Cendana sementara Presiden B.J.Habibie tinggal di kawasan
Patra Kuningan. Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri, ruang kerja presiden pindah di
Istana Negara dengan alasan karena Bina Graha berada di Jalan Veteran yang lalu lintasnya
ramai sehingga mengganggu, selain pertimbangan keamanan. Bina Graha sendiri
diubahfungsinya menjadi Museum Istana. Untuk kediamannya, Presiden Megawati memilih
tinggal di kediamannya di Jalan kebagusan atau Jalan Teuku Umar.

Istana Bogor jarang digunakan sebagai tempat kantor kepresidenan. Pernah digunakan
ketika ada acara acara kenegaraan seperti Konfrensi Tingkat Tinggi APEC 1996. Sedangkan

19
Istana Cipanas, Istana Tampaksiring dan Gedung Agung digunakan sebagai tempat
peristirahatan atau acara acara informal kenegaraan.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda,khususnya pada tahun 1920-1930'an pusat


pemerintahan yang berada di Batavia (Jakarta) dianggap tidak ideal khususnya dari segi
pertahanan dan militer serta agar pemerintah Hindia Belanda dapat bertindak "lebih
independen". Untuk itu dicari daerah yang dianggap cocok sebagai Ibukota pemerintahan
selain Bogor. Pilihan tersebut jatuh ke kota Bandung ditambah letaknya yang strategis
(dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 709 meter di atas permukaan laut). Sehingga
pemerintah Hindia Belanda membangun pusat pusat militer, pos dan telekomunikasi di sana
ditambah mulai maraknya pusat pusat perdagangan di sana. Untuk mempersiapkan kota
Bandung sebagai ibukota, dibangunlah Gedung Sate, dan gedung lainnya seperti Gedung
Merdeka. Namun karena dihalang-halangi oleh pemerintahBelanda di Den Haag serta
pecahnya Perang Dunia II, rencana itu dibatalkan.

2.2 SEJARAH

1. ISTANA NEGARA

Gambar 10. Istana Negara


Sumber : www.wikimedia.org

Istana Negara dan Istana Merdeka yang berada di satu kompleks di Jalan Medan
Merdeka Utara, Jakarta, merupakan dua buah bangunan utama yang luasnya 6,8 hektare (1
hektare = 1 hektometer persegi = 10000 meter persegi) dan terletak di antara Jalan Medan
Merdeka Utara dan Jalan Veteran, serta dikelilingi oleh sejumlah bangunan yang sering
digunakan sebagai tempat kegiatan kenegaraan.

20
Gambar 11. Tapak Istana Negara
Sumber : Google Map

Dua bangunan utama adalah Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen
Nasional (Monas)(Jalan Medan Merdeka Utara) dan Istana Negara yang menghadap ke
Sungai Ciliwung (Jalan Veteran). Sejajar dengan Istana Negara ada pula Bina Graha.
Sedangkan di sayap barat antara Istana Negara dan Istana Merdeka, ada Wisma Negara.

Pada awalnya di kompleks Istana di Jakarta ini hanya terdapat satu bangunan, yaitu
Istana Negara. Gedung yang mulai dibangun 1796 pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai 1804 pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Johannes Siberg ini semula merupakan rumah peristirahatan luar kota milik
pengusaha Belanda, J A Van Braam.

Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni memang
merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru. Pada tahun 1820 rumah peristirahatan
van Braam ini disewa dan kemudian dibeli (1821) oleh pemerintah kolonial untuk digunakan
sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para gubernur jenderal bila
berurusan di Batavia (Jakarta). Para gubernur jenderal waktu itu kebanyakan memang
memilih tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi kadang-kadang mereka harus turun
ke Batavia, khususnya untuk menghadiri pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu.

Rumah van Braam dipilih untuk kepala koloni, karena Istana Daendels di Lapangan
Banteng belum selesai. Tapi setelah diselesaikan pun gedung itu hanya dipergunakan untuk
kantor pemerintah. Selama masa pemerintahan Hindia Belanda, beberapa peristiwa penting
terjadi di gedung yang dikenal sebagai Istana Rijswijk (namun resminya disebut Hotel van

21
den Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata Istana) ini. Di antaranya menjadi saksi
ketika sistem tanam paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den
Bosch. Lalu penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947, yang pihak
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.

Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani Kuno ini
bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah
dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848
inilah yang bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.

Sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara menjadi tempat
penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain pelantikan pejabat-pejabat
tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional
dan internasional, dan jamuan kenegaraan. Karena Istana Rijswijk mulai sesak, pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru
pada kaveling yang sama, yang waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir.

Istana yang diarsiteki Drossares pada awal masa pemerintahan RI sempat menjadi
saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J Lovinnk, wakil
tinggi mahkota Belanda di Indonesia.

Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan Bendera
Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-
tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih
dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah
kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana
Gambir dinamakan Istana Merdeka.

Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949
Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya
mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950.

22
Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik
Indonesia, sudah lebih dari 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan
Istana Merdeka sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan negara.

Sebagai pusat pemerintahan negara, kini Istana Merdeka digunakan untuk


penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi,
upacara penyambutan tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara
sahabat, dan pelantikan perwira muda (TNI dan Polri).

Bangunan seluas 2.400 m2 itu terbagi dalam beberapa ruang. Yakni serambi depan,
ruang kredensial, ruang tamu/ruang jamuan, ruang resepsi, ruang bendera pusaka dan teks
proklamasi. Kemudian ruang kerja, ruang tidur, ruang keluarga/istirahat, dan pantry (dapur).
Sepeninggal Presiden Soekarno, tidak ada lagi presiden yang tinggal di sini, kecuali Presiden
Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Presiden Soeharto yang menggantikan Soekarno memilih tinggal di Jalan Cendana.


Tapi Soeharto tetap berkantor di gedung ini dengan men-set up sebuah ruang kerja bernuansa
penuh ukir-ukiran khas Jepara, sehingga disebut sebagai Ruang Jepara serta lebih banyak
berkantor di Bina Graha.

Istana Negara dibangun tahun 1796 untuk kediaman pribadi seorang warga negara
Belanda J.A van Braam. Pada tahun 1816 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia
Belanda dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur
Jendral Belanda. Karenanya pada masa itu istana ini disebut juga sebagai Hotel Gubernur
Jendral.

Pada mulanya bangunan yang berarsitektur gaya Yunani kuno itu bertingkat dua,
namun pada tahun 1848 bagian atasnya dibongkar, dan bagian depan lantai bawah dibuat
lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah
yang bertahan sampai sekarang, tanpa perubahan yang berarti. Luas bangunan ini lebih
kurang 3.375 meter persegi.

Sesuai dengan fungsi istana ini, pajangan serta hiasannya cenderung memberi suasana
sangat resmi. Bahkan kharismatik. Ada dua buah cermin besar peninggalan pemerintah
Belanda, disamping hiasan dinding karya pelukis - pelukis besar, seperti Basoeki Abdoellah.

23
Banyak peristiwa penting yang terjadi di Istana Negara. Diantaranya ialah ketika
Jendral de Kock menguraikan rencananya kepada Gubernur Jendral Baron van der Capellen
untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya dalam
menghadapi Tuanku Imam Bonjol. Juga saat Gubernur Jendral Johannes van de Bosch
menetapkan sistem tanam paksa atau cultuur stelsel. Setelah kemerdekaan, tanggal 25 Maret
1947, di gedung ini terjadi penandatanganan naskah persetujuan Linggarjati. Pihak Indonesia
diwakili oleh Sutan Sjahrir dan pihak Belanda oleh Dr. Van Mook.

Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, diantaranya


menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan
pejabat - pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional,
pembukaan kongres bersifat nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.

Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik
Indonesia, sudah lebih kurang 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan
Istana Negara sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan Negara.
(Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI,2004)

2 .ISTANA MERDEKA

Istana Merdeka adalah tempat resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia yang
terletak satu kompleks dengan Istana Negara dan Bina Graha. Letaknya menghadap ke
Taman Monumen Nasional (Monas) Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Istana dengan luas sekitar 2.400 m² ini dibangun pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873 dalam kaveling yang sama dengan Istana Rijswijk
yang mulai sesak. Awalnya bernama Istana Gambir.

Gambar 12. Istana Merdeka


Sumber : wartawan.istanapresiden.go.id

24
Gambar 13. Tampak Istana Merdeka
Sumber : Google Map

Gambar 14. Denah Istana Merdeka


Sumber : http://nailafithria.blogspot.co.id/

25
Gambar 15. Detail Denah Istana Merdeka
Sumber : http://nailafithria.blogspot.co.id/

Gambar 16. Interior Istana Merdeka


Sumber : Merdeka.com

26
Istana yang diarsiteki Drossaers ini pada awal masa pemerintahan Republik Indonesia
(RI) sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI
diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J.
Lovink, wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia.

Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan Bendera
Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-
tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih
dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah
kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana
Gambir dinamakan Istana Merdeka.

Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949
Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya
mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950.

Tercatat selain Presiden Sukarno, yang mendiami istana ini adalah Presiden
Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan,


antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara,
penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, dan pelantikan perwira muda
(TNI dan Polri).Mulai tahun 1975, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia akan berpindah
dari Istana Merdeka ke Monumen Nasional.

3. ISTANA BOGOR

Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia
yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya.
Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap
terjaga dari dulu sampai sekarang.

27
Gambar 17. Istana Bogor
Sumber : nytraveler.net

Gambar 18. Tapak Istana Bogor


Sumber : Google Map

Gambar 19. Denah Istana Bogor


Sumber : http://disimplivity.blogspot.co.id/

28
Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi, khalayak umum
diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke
Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.

4. ISTANA CIPANAS

Profil istana Cipanas - Istana Kepresidenan Cipanas terletak di antara jalur Jalan
Raya Jakarta dan Bandung melalui puncak. Terletak sekitar 103 kilometer dari Jakarta, atau
sekitar 20 kilometer dari kota Kabupaten Cianjur. Istana Cipanas berada di desa Cipanas,
kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, pada ketinggian
1.100 meter dpl. Bangunan istana berdiri di atas areal lebih kurang 26 hektar, dengan luas
bangunan sekitar 7.760 meter persegi.
Istana Cipanas dibangun sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan. Halamannya
terbagi dalam dua areal, yakni areal taman istana dan areal hutan istana. Dalam areal hutan
istana hingga tahun 2001, menurut katalog Pertama Daftar Tanaman Koleksi Istana
Kepresidenan Cipanas terbitan Istana Kepresidenan Cipanas, yang bekerja sama dengan
Kebun Raya Cibodas, LIPI, tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga ( yang
14 nomor di antaranya diketahui nama marganya), serta 61 suku. Istana Kepresidenan terdiri
dari sebuah bangunan induk, enam buah paviliun, sebuah gedung khusus, dan dua buah
bangunan yang lain, yaitu penampungan sumber air panas dan sebuah masjid.

Gambar 20. Istana Cipanas


Sumber : http://www.gurusejarah.com

29
Gambar 21. Tapak Istana Cipanas
Sumber : Google Map

Bangunan Induk, yang secara resmi disebut Gedung Induk Istana Kepresidenan
Cipanas, berdiri di atas areal seluas 982 meter persegi. Sesuai dengan namanya, gedung ini
merupakan gedung yang paling besar jika dibandingkan dengan gedung-gedung lainnya yang
ada di kompleks istana ini. Gedung Induk merupakan gedung peristirahatan Presiden dan
Wakil Presiden beserta keluarganya.

Gambar 22. Gedung Bentol


Sumber : http://www.gurusejarah.com

Gedung Induk Istana Kepresidenan Cipanas, sesuai dengan fungsinya, terdiri dari
ruang tamu, ruang tidur, ruang kerja, ruang rias, ruang makan. Dan serambi belakang. Secara
khusus ruang tamunya berupa bangunan panggung yang berlantaikan kayu. Salah satu
dinding lorong utama Gedung Induk dipajangi dengan sebuah lukisan karya Soejono D.S.,
yang dibuatnya pada tahun 1958; lukisan ini dikenal dengan nama Jalana Seribu Pandang.

30
Nama tersebut diabadikan kepada lukisan itu karena keistimewaannya sendiri, yaitu bahwa
dari arah mana pun lukisan itu di pandang mata memandang. Lukisan Jalan Seribu Pandang
tersebut judul aslinya adalah Jalan Menuju Kaliurang.
Sekalipun dibangun secara bertahap, enam buah paviliun istana akhirnya berdiri di
sekitar Gedung Induk, tepatnya di halaman belakang gedung ini. Keenam buah paviliun
tersebut diberi nama Paviliun Yudistira, Paviliun Bima, Paviliun Arjuna, Paviliun Nakula,
Paviliun Sadewa, dan Paviliun Abimanyu. Di samping itu juga terdapat dua bangunan lainnya
yang diberi nama Paviliun Tumaritis I dan Paviliun Tumaritis II, yang lokasinya agak
terpisah dari sekitar Gedung Induk dan keenam paviliun itu.
Gedung Bentol terletak di belakang Gedung Induk, gedung ini amat mungil karena
bangunannya memang jauh lebih kecil daripada Gedung Induk dan keenam paviliunnya.
Namun, gedung ini berdiri lebih tinggi daripada bangunan-bangunan yang lain, termasuk
Gedung Induk. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa gedung ini memang berada di lereng
gunung. Seperti telah dikemukakan, gedung ini amat unik; namanya Gedung Bentol. Gedung
ini merupakan produk dua arsitek anak bangsa, yang bernama R.M. Soedarsono dan F
Silaban.
Di bagian belakang Gedung Induk, masih terdapat beberapa bangunan. Namun, yang
paling besar peranannya terhadap keberadaan Istana Kepresidenan Cipanas adalah sumber
mata air panas yang mengandung mineral itu. Maslahatnya bagi kesegaran dan kebugaran
raga memang sangat alami. Oleh karena itu, untuk menampung limpahan air dari sumber
alam tersebut didirikan dua buah bangunan pemandian. Bangunan yang satu dikhususkan
untuk mandi Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, sedang bangunan satunya
yang lebih besar disediakan untuk rombongan yang menyertai Presiden atau Wakil Presiden.
Baik dalam bangunan pemandian yang pertama maupun yang kedua, perabotannya berkaitan
dengan keperluan mandi.
Tidak jauh sebelum Gedung Pemandian itu tampak sebuah danau terbuka yang berdiri
di atas kolam pemancingan ikan. Selain itu, di sebelah kiri halaman belakang Gedung Induk
juga terdapat sebuah bangunan masjid bernama Masjid Baiturrahim serta beberapa rangkaian
bangunan kecil lainnya sebagai ruang perkantoran istana ini. Di samping itu, di sisi sebelah
kiri Gedung Induk tampak Rumah Kebun, tempat pembibitan dan perancangan taman bunga
dan taman hutan istana. Sebenarnya bangunan induk istana ini pada awalnya adalah milik
pribadi seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa

31
pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff, bangunan ini dijadikan
sebagai tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun
Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916.
Penamaan ini dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Sukarno. Di bagian
belakang agak ke utara terdapat “Gedung Bentol”, yang dibangun pada 1954 sedangkan dua
bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.
Sebuah peristiwa penting yang pernah terjadi di istana ini setelah kemerdekaan adalah
berlangsungnya sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember
1965, yang menetapkan perubahan nilai uang dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-.
Sedangkan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, gedung ini hanya digunakan
sebagai tempat persinggahan pembesar-pembesar Jepang dalam perjalanan mereka dari
Jakarta ke Bandung ataupun sebaliknya. Gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan
dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden atau Wakil Presiden beserta
keluarga setelah kemerdekaan, seperti halnya Camp David Amerika Serikat.

5. ISTANA TAMPAK SIRING

Istana Tampaksiring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang
terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Nama
Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu “tampak” dan “siring”, yang
masing-masing bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam
pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang
bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara
murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Akibat dari
tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa
pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan
memiringkan telapak kakinya.
Namun demikian, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, ia
dengan sisa kesaktiannya berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan
banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara
Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun itu yang
kemudian bernama “Tirta Empul” (“air suci”). Kawasan hutan yang dilalui Raja

32
Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya itu terkenal dengan nama
Tampaksiring.

Gambar 23. Istana Tampak Siring


Sumber : www.lahkokbisa.info

Gambar 24. Tapak Istana Tampak Siring


Sumber : Google Map
Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat
peristirahatan yang hawanya sejuk jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik
Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.
Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara bertahap.
Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama yaitu Wisma Merdeka seluas
1.200 m dan Wisma Yudhistira seluas 2.000 m dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan
Wisma Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957. Pada
1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan Wisma Bima.

33
6. GEDUNG AGUNG

Gambar 25. Gedung Agung Yogyakarta


Sumber : Wikipedia

Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat
keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro,
jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan
Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 m
dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43.585 m².

Gambar 26. Tapak Gedung Agung Yogyakarta


Sumber : Google Map

34
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
A. Dari segi komunikasi arsitektur :
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam
arsitektur berlangsung dalam label representasi. Representasi ini mengandung dua poin besar,
yaitu kegiatan “mewakili” dan kegiatan “terwakili”. Proses ini dihubungkan oleh sebuah
media, yaitu bangunan. Dalam praktek arsitektur, arsitek merupakan si pembuat pesan yang
berusaha mewakili seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan masyarakat merupakan
objek yang diwakili dari karya arsitektur tersebut. Dengan demikian, keberhasilan proses
representasi (komunikasi) dalam arsitektur ditentukan oleh kesesuaian pesan yang dikirim
oleh arsitek dan pesan yang diterima oleh masyarakat dari bangunan tersebut. Untuk
mengetahui hal ini, maka dibutuhkan studi tentang proses kreatif arsitek dalam merumuskan
kode (pesan) dalam bangunan yang dirancangnya dan juga studi tentang persepsi masyarakat
terhadap bangunan. Kesesuaian di antara keduanya akan menjadi sebuah bentuk alur
komunikasi yang baik di dalam dunia arsitektur.

B. Dari segi pembahasan istana-istana Negara.

Indonesia tercatat memiliki enam istana kepresidenan yakni :

1. Istana Negara di Jakarta


2. Istana Merdeka di Jakarta
3. Istana Bogor di Bogor
4. Istana Cipanas di Cipanas
5. Istana Tampaksiring di Bali
6. Istana Gedung Agung di Yogyakarta

3.2 SARAN

Saran saya adanya monument atau museum khusus untuk istana kepresidenan agar
masyarakat lebih mengenal sejarah-sejarah istana kepresidenan, karna memang istana
kepresidenan tidak sembarang orang dapat masu

35
DAFTAR PUSAKA

1. http://kapita-fikom-
untar.blogspot.co.id/search/label/Arsitektur%20dan%20Komunikasi
2. http://istananegara-indonesia.blogspot.co.id/
3. http://www.kompasiana.com/djuhdie/profil-singkat-6-istana-presiden-
ri_550ed61f813311b82dbc63cc
4. http://www.kompasiana.com/djuhdie/profil-singkat-6-istana-presiden-
ri_550ed61f813311b82dbc63cc
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Negara
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Presiden_Indonesia
7. Google Map
8. http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/11/TI2015-E-187-190-
Representasi-sebagai-Bentuk-Komunikasi-dalam-Arsitektur.pdf
9. http://www.gurusejarah.com/2013/03/profil-istana-cipanas.html
10. www.lahkokbisa.info
11. http://disimplivity.blogspot.co.id/
12. wartawan.istanapresiden.go.id
13. architelago.blogspot.com
14. tsgbali.blogspot.com
15. satupedang.blogspot.com
16. presidenri.go.id
17. www.wikimedia.org
18. www.hdesignideas.com
19. http://nailafithria.blogspot.co.id/
20. Merdeka.com
21. nytraveler.net

36

Anda mungkin juga menyukai