Anda di halaman 1dari 3

Aku dan Majikanku

Oleh : Meswanti Febriyanti Safitri

Apalagi yang perlu di ucap selain rasa syukur ketika mata ini dapat melihat
pemandangan indah sore hari di sudut kota. Sungguh lukisan Tuhan yang paling indah. Sore
ini sama seperti sore biasanya. Senja berpulang dengan warna yang sama selalu saja
menjingga di setiap wujudnya. Senja selalu saja menorehkan segala kehangatan dan
keindahannya mengetuk damai pintu masuk cakrawala. Ombak pantai dengan tenang
menggulung bibir pantai dikala senja pamit. Pulangnya senja bukan untuk sebuah perpisahan
karna senja akan datang tepat waktu dan tidak pernah ingkar janji.

Di sudut kota yang elok di pandang nan ramai dengan hiruk pikuknya kehidupan, aku
berjalan sendiri keasana kemari mencari sisa makanan. Mengorek-ngorek tong sampah di
sepanjang jalan. Saat aku berdiri di depan sebuah restoran aku melihat ke jendela kaca
restoran tersebut tak pernah terduga sebelumnya tubuh yang mungil ini terhempas jauh.
Mereka menendangku dan mengusirku tanpa ampun, padahal diriku hanya ingin melihat-lihat
saja tanpa mengambil sedikitpun makanan mereka.

Apa salahku? Dengan tega mereka mengusirku dan menghardikku setengah mati. Aku
sudah berjalan terlalu jauh mengelilingi sudut-sudut kota melewati gedung-gedung, dengan
tubuh yang kurus kering mencari sisa-sisa makanan untuk bertahan hidup.

Mungkin saja mereka memperlakukanku seperti itu karena tubuhku yang kurus,
kumuh dan kotor. Aku adalah kucing jalanan yang sangat kelaparan. Setiap hari aku pergi
kesana kemari untuk mencari makan. Kota ini tidaklah kecil dan tidak pula besar. Satu tempat
yang sangat ku sukai adalah ketika aku berada di atap rumah aku selalu saja memandang dan
menyaksikan indahnya senja yang seakan pamit pulang kepada penduduk bumi dan seisi
alam semesta.

Aku ingat sekali saat hari pertama bertemu dengan Mira majikanku. Saat itu aku
sedang berada di tumpukan sampah berebut makanan dengan kucing jalanan lain yang
bernasib sama sepertiku. Aku kehilangan makananku. Mira yang ketika itu pulang dari kerja
melihatku dan menatapku dengan penuh belas kasih. Tak lama dari situ Mira
menggendongku. Kemudian ia membawaku pulang bersamanya. Mira menamaiku Hana, itu
bukanlah nama yang buruk bagiku.

Sesampainya di rumah aku di mandikan air hangat. Memberiku makanan dan susu.
Setiap harinya aku selalu merasakan kasih sayang Mira. Sudah lama sekali Mira merawatku
hingga tulang pun tak lagi terlihat tidak seperti saat pertama kali Mira memungutku. Selama
berbulan-bulan aku menjadi bagian dari keluarga wanita itu. Dia sangat menyayangiku. Ini
adalah pertama kali aku merasakan kasih sayang dari manusia. Selama ini aku salah, aku
selalu menilai manusia itu jahat karena setiap kali melihatku mereka memukul hingga
menendangku. Namun Mira sangatlah berbeda, aku selalu merasakan kasih sayang yang lebih
saat berada di sampingnya. Pelukan hangat dan usapan tangan yang lembut membuatku betah
dan ingin lebih lama lagi bersamanya.

Saat matahari mulai meninggi aku merasa sedih, itu menandakan Mira tak lagi
bersamaku sebab Mira harus berangkat bekerja. Aku selalu menunggu Mira pulang bekerja di
teras rumahnya. Hingga pada suatu ketika aku sempat mendengar pembicaraan Mira dengan
adik perempuannya yang kudengar bahwa Mira di pindahkan keluar negeri dari kantor
tempatnya bekerja.

Tidak lama ucapnya hanya beberapa tahun saja disana aku titip kucingku, sayangilah
dia. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan mentransfer uang tiap bulannya gunakan sebaik
mungkin, aku harap kamu tidak boros. Makanlah tepat waktu jangan pilih-pilih makanan,
rajin-rajinlah pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, kerjakan tugas kuliahmu jangan
pernah kau menundanya. Begitulah pesan Mira kepada adik perempuan semata wayangnya
itu.

Mira sosok wanita yang amat penyayang, bijaksana dan pintar. Dia tinggal hanya
dengan adiknya, dia seorang wanita pekerja keras demi menyekolahkan adiknya. Dia menjadi
tulang punggung sejak beberapa tahun yang lalu. Bahunya yang kuat mampu menompang
segala beban kehidupan bersama adiknya. Kehidupan Mira sangatlah sulit. Dia berusaha
keras agar hidupnya pantas.

“untuk hari esok dan seterusnya kamu akan tinggal bersama adikku” ucap Mira
sambil mengelus kepalaku.

Aku melihat wajahnya yang tertekuk tidak seperi biasanya, matanya berkaca-kaca aku
tau dia merasa sedih karna hendak meninggalkanku dan adik tercintanya. Begitu besar kasih
sayang Mira hingga akupun ikut merasakan kesedihannya itu. Tak kuasa aku melihat Mira
bersedih. Aku tahu dalam hati kecilnya Mira tak ingin meninggalkan kami namun apa boleh
buat demi tuntutan agar bisa hidup layak Mira melaksanakan tugasnya untuk pergi keluar
negeri.

Setelah keberangkatan Mira ke luar negeri aku terus menunggu. Harap-harap cemas
akankah majikanku baik-baik saja disana? Sedang apa dia sekarang? Semoga ia selalu tegar
seperti biasanya. Aku yakin Mira bisa melewati segalanya.

Hari demi hari, minggu demi minggu bulan demi bulan aku tak kunjung berjumpa
dengannya. Yang ku lihat saat di dapur hanyalah adik dari majikanku. Betapa aku rindu
belaian tanganmu yang hangat penuh kasih sayang saat mengelus kepalaku. Aku merasa
kesepian. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah melihat Mira. Aku terus saja menanti. Aku
sangat yakin bahwa majikanku akan kembali kerumah ini. Tak pernah bosan aku
menunggunya di teras. Hari-hari ku sepi. Terasa separuh jiwa ku telah pergi. Seseorang yang
amat sangat menyayangiku kini tidak lagi berada di sampingku.

Rumah ini terasa tak berpenghuni tanpa kehadiran Mira. Hujan semakin deras malam
semakin dingin. Aku melihat kearah jendela menanti seseorang yang sangat kuharapkan
kepulangannya. Hari semakin malam, dibawah sinar lampu yang menggantung adik Mira
nampaknya kelelahan menjalani hari yang panjang di kampusnya. Ia mulai tertidur pulas.
Terlukis jelas di wajahnya bahwa ia juga sangat merindukan Mira. Ruang tidur yang lumayan
besar itu terasa sunyi, dinding yang tebal meredam suara hujan dari luar. Aku meyakinkan
diri bahwa segala penantian panjang ini suatu saat akan terbayar pada waktunya.

Beberapa tahun berlalu, aku melihat seorang perempuan turun dari taxi saat aku
duduk di jendela kamar Mira. Tidak terlalu jelas sebab begitu jauh jarak antara kamar Mira
dan jalan raya. Wanita itu berjalan menuru rumah Mira. Siapakah wanita itu? Tubuh yang
tinggi semampai berpakakian rapih membawa sebuah koper dan tas kecil di pundaknya.
Seperti tidak asing dari cara dia berjalan. Adik mira sedang di dapur tidakkah dia mengetahui
bahwa ada seseorang yang datang menuju rumah ini?.

Wanita itu mengetuk pintu. Aku berjalan kebawah melewati anak tangga menuju
ruang tamu. Nampak adik Mira membukkan pintu. Sontak Adik Mira kaget menangis
memeluk wanita itu rupanya wanita itu adalah Mira majikanku. Betapa bahagianya diriku
majikanku telah kembali, penantianku terbayarkan. Aku menghampiri Mira menempelkan
kepalaku di kakinya hal ini di lakukan oleh setiap kucing untuk menunjukkan bahwa Mira
adalah majikanku.

“kemarilah kucing manis…maaf telah membuatmu kesepian dan menungguku terlalu


lama. Kau semakin gemuk saja Hana” ucap Mira memelukku dan mengecup keningku.

“terima kasih Dik, sudah merawat Hana”

“bagiku Hana anugrah Tuhan yang harus ku jaga. Kami senang kau kembali dengan
selamat. Selamat datang di rumah kita.” Kata Adik Mira tersenyum lebar.

Sejak kepulangan Mira aku tidak lagi merasakan kesepian. Setiap harinya aku
mendapatkan kasih sayang dari tangan yang hangat nan lembut itu. Aku di sayangi dan di
cintai oleh Mira dan Adiknya. Sesuatu yang pernah hilang kini ku temukan kembali di dalam
diri Mira. Sejauh apapun kau pergi rumah adalah tempat kau kembali, dimana terdapat orang-
orang terkasih yang akan selalu menyayangimu dan menunggu kepulanganmu.

Terima kasih Mira atas kasih sayang yang kau beri kepadaku si kucing jalanan yang
kumuh dan kotor ini. tanpamu mungkin hidupku tak akan seperti sekarang ini yang masih
saja berjalan mengelilingi kota mencari makan kesana kemari di tumpukan sampah yang
kadang kala harus berebut makanan dengan temanku sendiri. Aku akan selalu menunggumu
untuk pulang. Jadilah dirimu sendiri yang kuat dan tegar dalam menghadapi segala kenyataan
hidup.

***TAMAT***

Anda mungkin juga menyukai