Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURNAL PENDIDIKAN PROFESI GURU


http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jppg
2723-0066 (Print)

Guru profesional di masa pandemi COVID-19: Review implementasi,


tantangan, dan solusi pembelajaran daring
Poncojari Wahyono a, 1*, H. Husamah a, 2, dan Anton Setia Budi b, 3
a Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia, 65144
b Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya

Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144


1 ponco1201@gmail.com; 2 usya_bio@umm.ac.id; 3 antonbudi@gmail.com

* penulis korespondensi

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat: Pemerintah memberlakukan kebijakan pembelajaran daring untuk
Diterima 13 Mar 2020 memperlambat penyebaran COVID-19, pola itu menuntut peran guru. Artikel
Revisi 15 Apr 2020 ini bertujuan mereview bagaimana guru di masa pandemi, yang difokuskan
Dipublikasikan 30 Apr 2020 pada aspek pembelajaran daring (pelaksanaan, tantangan, dan solusi).
Kata kunci: Penulisan artikel ini menggunakan metode studi perbadingan literatur.
COVID-19 Penulis menelusuri literatur primer secara daring, yang memiliki kriteria valid
Guru profesional dan bereputasi baik. Analisis data menggunakan paradigma analisis konten.
Pembelajaran daring Hasil review menunjukkan bahwa guru melaksanakan kebijakan pemerintah
melalui pembelajaran daring. Berbagai flatform digunakan dalam
pembelajaran daring. Berbagai respon positif disampaikan peserta didik
terkait pembelajaran daring. Namun demikian pelaksanaan pembelajaran
daring memiliki tantangan/kendala, baik dari aspek sumber daya manusia,
sarana-prasarana, dan teknis implementasi. Sebagai rekomendasi ke depan,
dibutuhkan kemitraan publik dan keterlibatan banyak pihak secara
berkelanjutan. Kompetensi dan keterampilan guru harus terus diperkaya,
didukung oleh kebijakan sekolah yang mendorong guru terus belajar. Pihak
terkait juga perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Beban belajar peserta didik
tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu.
Guru tidak boleh semata-mata memberikan tugas, tetapi harus
memperhitungkan secara matang. Guru tidak boleh lupa untuk mengapresiasi
capaian peserta didik. Kurikulum yang fleksibel dan siap menghadapi
pandemi juga dibutuhkan.
Abstract
Keywords: Professional teachers in the COVID-19 pandemic: A review
COVID-19 implementation, challenges and online learning solutions. The
e-learning government imposed an online learning policy to slow the spread of COVID-19,
Professional teacher a pattern that requires the role of the teacher. This article aims to review how
teachers in the pandemic period focused on aspects of online learning
(implementation, challenges and solutions). The writing of this article uses a
comparative study method of literature. The author traces the primary
literature online, which has valid criteria and is in good standing. Data analysis
uses the content analysis paradigm. The results of the review indicate that
teachers implement government policies through online learning. Various
platforms are used in online learning. Positive responses delivered by students
related to online learning. However, the implementation of online learning has
challenges / obstacles, both in terms of human resources, infrastructure, and
technical implementation. As a recommendation going forward, what is needed
is a public partnership and many ongoing parties. Teacher competencies and
skills must continue to be enriched, supported by school policies that encourage
Copyright © 2020, Wahyono, et al teachers to continue learning. The related parties also need to evaluate the
This is an open-access article under online learning so that the learning objectives can be achieved optimally. The
the CC–BY-SA license learning burden of students must of course be calculated, measured, both
materially and in time. Teachers must not merely give assignments, but must
calculate carefully. Teachers must not forget to appreciate the achievements of
students. A flexible curriculum that is ready for pandemics is also needed.

How to cite: Wahyono, P. & Husamah, H. (2020). Guru profesional di masa pandemi COVID-19: Review implementasi,
tantangan, dan solusi pembelajaran daring. Jurnal Pendidikan Profesi Guru. Vol 1 (No 1), 51-65. doi:
https://doi.org/10.22219/jppg.v1i1.12462
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

Pendahuluan
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 telah menginfeksi jutaan orang di lebih dari 200
negara di dunia dan menyebabkan banyak kematian (Khan et al., 2020; Lin et al., 2020;
Worldometers, 2020). Penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Resviratory Syndrome-
Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2 ini pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan Provinsi Hubei, China
(Khan et al., 2020; C. Li et al., 2020; T. Li et al., 2020; Phan, 2020; Su et al., 2020; Wang et al., 2020).
World Health Organisation (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global
(Cucinotta & Vanelli, 2020; Lloyd-Sherlock et al., 2020; Mahase, 2020; Sohrabi et al., 2020;
Watkins, 2020).
Pandemi COVID-19 mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, tak terkecuali aspek
pendidikan (Anderson, 2020; Azzi-Huck & Shmis, 2020; DHEC, 2019; Domenico et al., 2020; Horn,
2020; Huang et al., 2020; OSPI, 2020; van Fleet, 2020; World Health Organization, 2020; Yan,
2020; Zhang et al., 2020). Pada kondisi pandemi peran dan posisi aspek pendidikan adalah sangat
krusial (Bakhtiar, 2016; Barennes et al., 2010; Karlsen et al., 2015; Pogreba-Brown et al., 2012;
Yang et al., 2019). Untuk memutus mata rantai peyebaran COVID-19-dimana siswa dapat
berperan sebagai pembawa dan penyebar penyakit tanpa gejala-hampir semua negara
meniadakan kegiatan di sekolah. Hingga April 2020, lebih dari 400 juta siswa di dunia diwajibkan
untuk belajar di rumah (Domenico et al., 2020; Gee, 2020; UNESCO, 2020c).
Konsekuensi dari penutupan Lembaga Pendidikan secara fisik dan mengganti dengan
belajar di/dari rumah sebagaimana kebijakan pemerintah adalah adanya perubahan sistem
belajar mengajar (Arora & Srinivasan, 2020). Pengelola sekolah, siswa, orang tua, dan tentu saja
guru harus bermigrasi ke sistem pembelajaran digital atau online, yang lebih dikenal dengan
istilah e-learning (Aderholt, 2020; Karp & McGowan, 2020; UNESCO, 2020a) atau dikenal dengan
istilah pembelajaran dalam jaringan atau “pembelajaran daring” di Indonesia. Secara serempak,
mayoritas lembaga pendidikan memilih opsi pembelajaran daring (Azzi-Huck & Shmis, 2020;
Bartlett et al., 2020; Horn, 2020; Maine Department of Education, 2020; The International
Baccalaureate Organization, 2020; The World Bank, 2020; Ting et al., 2020; UNESCO, 2020b; van
Fleet, 2020; Yan, 2020; Zhang et al., 2020). Negara Indonesia juga relatif tidak berbeda dengan
Negara lain. Meskipun menyadari bahwa ada disparitas terhadap akses teknologi pembelajaran
dan beragamnya latar belakang orang tua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia dengan tegas memberlakukan kebijakan pembelajaran daring (Irawan, 2020; Katili,
2020; Kemendikbud, 2020; Makdori, 2020; Putsanra, 2020; N. Wahyudi, 2020).
Perubahan pola belajar dan mengajar tentu tak akan pernah terlepas dari peran guru
(Collie et al., 2011; Najeemah M Yusof, 2012; Thien et al., 2014; Zacharo et al., 2018), terlebih
perubahan ke pola pembelajaran daring. Guru harus siap dengan berbagai kondisi pembelajaran
dan kondisi siswa, termasuk perkembangan kehidupan di masyarakat (Abdullah, 2016; Darling-
Hammond & John Bransford, 2005; Zein, 2016). Sehubungan dengan itu, artikel ini bertujuan
untuk mereview tentang bagaimana menjadi guru profesional di masa pandemi, yang difokuskan
pada review aspek tuntutan digitalisasi dalam dunia pendidikan, khususnya pada aktivitas
pembelajaran. Ulasan akan difokuskan kepada bagaimana pelaksanaan pembelajaran di masa
pandemi COVID-19 di berbagai negara dan pembelajaran di Indonesia di masa Pandemi COVID-
19, tantangan yang dihadapi dan sekaligus solusi strategis ke depan.
Kajian ini sangat penting dan perlu untuk dilakukan, sebagai upaya antisipasi dunia
pendidikan-terlebih sekolah dan guru, dan sekaligus sebagai dasar pengambilan kebijakan ke
depan (futuristik). Sejalan dengan Anugrah (2020), pandemi COVID-19 kiranya bisa menjadi
pintu masuk untuk mengubah pembelajaran yang peka terhdap perkembangan zaman,
perkembangan IPTEK, dan kontekstual. Bagaimanapun, semua pihak harus menyadari,
sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Cluver et al (2020) bahwa COVID-19 bukanlah virus
pertama atau pandemi pertama yang mengancam atau mempengaruhi aktivitas umat manusia,
dan bisa jadi itu bukanlah yang terakhir. Sebagaimana menurut Contreras (2020) pada abad
kedua puluh, dunia telah mengalami beberapa penyakit baru dan bahkan penyakit tingkat
pandemi. Oleh karena itu, bangsa ini perlu belajar dari kondisi yang terjadi dan belajar dari
sejarah guna memanfaatkan strategi efektif untuk memperkuat semua sektor kehidupan, dan
52
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

khususnya sektor pendidikan dalam merespon pandemi ke depan (seperti kata pepatah, sedia
payung sebelum hujan).

Metode
Penulisan artikel ini menggunakan metode studi perbadingan literature dan analisis
konten. Perbandingan literatur dilakukan untuk mengungkap berbagai teori dan informasi yang
relevan dengan topik yang dikaji. Studi perbandingan literatur dilakukan dengan menelusuri
literatur primer secara daring, yaitu jurnal, laporan penelitian, laporan kegiatan, buku, majalah,
media berita, dan sumber literatur lainnya, yang memiliki kriteria valid dan bereputasi baik.
Jurnal, prosiding, dan buku yang digunakan diprioritaskan berasal dari database Scopus
(https://www.scopus.com/home.uri), dan ERIC Institute of Education (https://eric.ed.gov/).
Literatur juga diperoleh dari Google Cendekia (https://scholar.google.co.id/), khusus literatur
berbahasa Indonesia, literatur yang diterbitkan di Indonesia, dan literatur yang ditulis oleh
author dari Indonesia. Literatur lainnya ditelusur menggunakan mesin pencari Google. Kata kunci
yang digunakan untuk menelusur literatur menggunakan bahasa Inggris, yaitu COVID-19, COVID
and education, pandemic and education, outbreak and learning, teaching in pandemic, outbreak
and education, dan learning technology and pandemic era. Kata kunci yang digunakan untuk
menelusur literature menggunakan bahasa Indonesia, yaitu COVID-19 di Indonesia, Pendidikan
dan COVID, pendidikan masa bencana, pendidikan masa wabah, guru dan COVID, tantangan
pendidikan masa depan, dan pembelajaran daring dan COVID.
Tahapan dalam studi perbandingan literatur yang digunakan dalam penyusunan artikel ini
mengacu pada Zed (2008) dan Khatibah (2011). Ada empat langkah yang harus dilakukan, yaitu
(1) mempersiapkan peralatan untuk mengkaji: dalam bentuk pensil/ballpoint, buku catatan, dan
komputer/laptop yang terhubung dengan jaringan internal; (2) menyusun bibliografi yang
terplih atau sesuai (yang benar-benar digunakan); (3) mengatur waktu dan fokus pada kegiatan
sehingga mengurangi atau bahkan menghindari bias; dan (4) membaca dengan cermat, mencatat,
dan menulis hasil.
Analisis data menggunakan paradigma analisis konten. Penyajian data menggunakan
metode presentasi informal. Metode presentasi informal adalah metode penyajian data dalam
bentuk formulasi dengan kata-kata/frasa reguler yang sesuai dengan aturan linguistik. Dalam
menyajikan data, penulis menyertakan kutipan dari berbagai referensi yang digunakan, dalam
bentuk hasil analisis, menyebutkan sumber dan diilustrasikan berdasarkan ringkasan atau esensi
informasi (yang bisa saja akan berbentuk parafrase berbeda namun tetap sama makna) untuk
setiap topik yang dianalisis. Hal tersebut dilakukan dengan konteks pemikiran kritis dan analisis
informasi secara mendalam.
Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran di masa pandemi COVID-19
Dunia sedang berjuang melawan COVID-19, lembaga pendidikan harus cepat melakukan
antisipasi (Snelling & Fingal, 2020). Sebagaimana yang dilakukan pada pandemi influenza,
praktek yang paling sering diterapkan oleh sekolah adalah membatalkan atau menunda kegiatan
pembelajaran di sekolah, membatalkan kelas atau kegiatan dengan tingkat pencampuran/kontak
yang tinggi yang terjadi dalam jam belajar, dan mengurangi interaksi fisik selama menggunakan
alat transportasi (Uscher-Pines et al., 2018). Lembaga pendidikan di dunia harus ditutup
sementara, mengikuti instruksi pemerintah di negara masing-masing, sehingga mempengaruhi
sistem akademik. Mereka harus menemukan alternatif baru untuk melaksanakan pembelajaran,
dan kelas virtual/pembelajaran daring adalah jalan ke depan yang paling mungkin dilakukan
(Arora & Srinivasan, 2020).
Di Amerika Serikat, misalnya negara bagian Arizona telah mengeluarkan panduan
“Pandemic Preparedness” yang memasukkan pembelajaran daring sebagai solusi bagi lembaga
pendidikan. Menurut Arizona Department of Education (2020) pada sub bagian “Continuity of
Education Instruction” telah ditegaskan bahwa penting untuk mempertahankan pembelajaran,
dan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan konstruktif saat mereka tidak di sekolah. Melibatkan
peserta didik pada tingkat apa pun akan memberi mereka rasa normal selama krisis, serta
53
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

memberikan jalan keluar yang konstruktif terkait interaksi pembelajaran. Mempertahankan


kegiatan rutin atau normal selama keadaan darurat merupakan langkah penanganan positif yang
membantu mempercepat pemulihan setelah krisis. Kelangsungan pendidikan selama pandemi
akan tergantung pada berbagai faktor, seperti tingkat persiapan sekolah, kesiapan orang
tua/keluarga, serta kesiapan guru. Pertimbangan harus diberikan pada kebutuhan semua siswa
untuk terus memberikan pendidikan selama berlangsungnya pandemi. Selain menggunakan copy
dari bahan ajar, seperti buku, buku kerja, dan dokumen lain yang dikirim melalui pos atau kurir,
sekolah dapat menggunakan berbagai solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan
kemungkinan siswa dapat melanjutkan aktivitas pembelajaran mereka.
Lebih lanjut diuraikan bahwa tingkat kelanjutan dan kemungkinan intervensi pendidikan
meliputi: (1) Paparan terhadap konten: Siswa akan dapat melihat konten yang luas terkait dengan
materi yang diajarkan, seperti literasi dan berhitung. Pengembangan keterampilan yang terlalu
terfokus cenderung tidak diharapkan karena akan membuat siswa jenuh. Bahan yang digunakan
mungkin termasuk buku teks, buku kerja, lembar kerja, email, televisi (mis., DVD, kabel,
streaming), dan konten Internet (misalnya website dan game), namun itu bergantung pada
tingkat kelas dan kemampuan sekolah. (2) Konten tambahan: Siswa akan dapat melihat dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan langsung dengan keterampilan, tetapi
sebaiknya tidak perlu dilakukan penilaian atau evaluasi pekerjaan, ini lebih lebih pengayaan saja.
Diharapkan ada kemajuan yang diperoleh siswa meskipun secara terbatas. Selain materi yang
tercantum di atas, materi pelajaran yang lebih spesifik dapat disediakan melalui konten yang
dapat diunduh (misalnya menggunakan laptop dan smartphone) dan komunikasi melalui telepon
(misalnya video conference dan komunikasi video call satu-satu). (3) Kelanjutan terpisah: Siswa
juga dapat mengakses konten dan materi pelajaran yang lain. Jika dukungan instruksional
(termasuk penilaian dan evaluasi kerja) diberikan melalui media lain, pembelajaran
berkelanjutan mungkin perlu dilakukan. Terkait dengan hal ini, kemajuan siswa mungkin dapat
diukur. Bahan dan metode pengajaran yang digunakan mungkin mencakup semua yang
tercantum di atas serta pembelajaran daring yang bersifat sinkron (misalnya chatting, streaming,
video, pesan singkat, dan/atau web conference). (4) Kelanjutan penuh: Siswa dapat mengakses
konten dan materi pelajaran. Dukungan instruksional diberikan, termasuk penilaian dan evaluasi
pekerjaan. Kemajuan siswa yang terukur diharapkan. Bahan dan metode pengajaran yang
digunakan mungkin mencakup semua yang tercantum di atas serta pembelajaran daring yang
asinkron dengan kemampuan untuk komunikasi dan penilaian jarak jauh (misalnya, e-mail,
learning management systems, tracking, dan pengelolaan kelas atau proyek). (5) Penilaian: jadwal
ujian di seluruh negara bagian akan terbuka sesuai jadwal; Dinas pendidikan bekerja dengan
vendor jika waktu ujian perlu diperpanjang. Sekolah wajib mengikuti ujian yang dijadwalkan
sesuai rencana. Jika ada penutupan, sekolah mungkin perlu menunda ujian dan berkumpul
kembali pada saat adanya pembukaan. Jika ada penutupan, waktu ujian akan diperpanjang. Dinas
Pendidikan bekerjasama dengan Dewan Pendidikan Negara Bagian untuk menyelesaikan setiap
masalah yang muncul ketika ujian dan dampak yang mungkin terjadi terkait akuntabilitas.
Sekolah-sekolah di Indonesia telah berusaha menjalankan pembelajaran daring atau
pembelajaran jarak jauh. Salah satu contohnya seperti pada Gambar 1, dimana siswa SD Al Azhar
15 Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten menggelar kegiatan belajar-mengajar secara
daring. Guru dan siswa semakin mengenal teknologi yang digunakan untuk pembelajaran daring.
Aplikasi yang digunakan, yaitu WhatsApp Group, Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Google
Form, dan e-mail. Guru dan siswa mengunakan berbagai lokasi tersebut sesuai kondisi dan
kemampuan masing-masing. Perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh sekolah untuk
menyiasati keadaan yang tak diduga yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, termasuk
pandemi COVID-19 (Tim Kompas, 2020).

54
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

Gambar 1. Siswa SD Al Azhar 15 Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten menggelar kegiatan
pembelajaran daring (Tim Kompas, 2020).

Melania (2020) telah melakukan survei terhadap siswa yang melakukan kegiatan
pembelajaran daring. Hasil menunjukkan bahwa sebagian siswa menerima pembelajaran daring
dengan alasan bahwa pembelajaran daring lebih santai, menyenangkan, fleksibel, efisien, singkat,
praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, dan hemat tenaga. Cara itu juga bisa dilakukan
secara jarak jauh tanpa berkumpul di tempat yang sama. Selain itu, manfaat lain pembelajaran
daring adalah orang tua bisa mengawasi anak-anaknya belajar, membuat siswa atau guru
menjadi melek teknologi, mempercepat era 5.0, serta meningkatkan kemampuan di bidang
IPTEK. Siswa juga mengatakan bahwa mereka menjadi lebih kreatif dalam menyelesaikan tugas
dan dapat mengkondisikan diri senyaman mungkin untuk belajar tanpa aturan yang formal.
Mereka mengakui bahwa memanfaatkan teknologi yang ada untuk kebermanfaatan mungkin
merupakan salah satu inovasi yang bagus dan perlu untuk ditingkatkan dalam proses digital
mengingat perlu dikuasainya sistem informasi teknologi dalam mengembangkan IPTEK di era
yang serba canggih.
Tantangan pembelajaran daring dan solusi mengatasinya
Pembelajaran dengan menggunakan teknologi baru memang telah berjalan selama
beberapa dekade. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa dampak transformational sebagaimana
yang diharapkan belum tercapai (Trucano, 2014). Sehubungan dengan itu, peralihan ke
pembelajaran daring tentu saja bukanlah solusi yang benar-benar sempurna. Di Amerika Serikat
saja, banyak profesor yang tidak pernah mengajar secara daring, sementara dukungan teknis
sering kurang memenuhi. Beberapa kritik muncul tentang apakah perlu perubahan seperti itu
tanpa keterlibatan insititusi yang memadai. Lainnya mempertanyakan apakah model yang hanya
menggunakan daring akan menghukum siswa yang mungkin tidak memiliki akses digital atau
internet (The Chronicle of Higher Education, 2020).
Pelaksanaan pembelajaran daring bukan tanpa masalah. Di beberapa negara, dilaporkan
bahwa di antara mereka yang mengadopsi pembelajaran daring, rata-rata manfaat sebenarnya
jauh lebih kecil daripada yang diharapkan. Masalah jaringan, kurangnya pelatihan, dan
kurangnya kesadaran dinyatakan sebagai tantangan utama yang dihadapi oleh pendidik.
Kurangnya kesadaran dinyatakan sebagai alasan paling penting oleh mereka yang tidak
mengadopsi pembelajaran daring diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan
pembelajaran daring. Kurang kehadiran, kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi
karena masalah konektivitas ditemukan menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring
(Arora & Srinivasan, 2020). Menurut M. Wahyudi (2020) fakta di lapangan, kewajiban belajar di
rumah menjadi kendala serius khususnya peserta didik dari kalangan yang kurang beruntung

55
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

secara ekonomi. Mereka sering mengeluhkan habisnya paket kuota internet. Selain itu, teknologi
dianggap dapat membangun sikap instan bagi para penggunanya.
Menurut Tim Kompas (2020), laporan dari sejumlah daerah di Indonesia menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran daring belum berjalan optimal, terutama di daerah pelosok
dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Gambar 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2018
saja secara nasional hanya 39,90% penduduk yang mengakses internet. Kesiapan infrastruktur
sekolah, kemampuan guru mengajar secara daring, serta ketersediaan sarana smartphone
menjadi persoalan lain dalam penerapan pembelajaran daring di Indonesia.

Gambar 2. Persentase penduduk yang mengakses internet (Tim Kompas, 2020)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Purwanto et al (2020) ini yaitu terdapat beberapa
kendala yang dialami oleh murid, guru dan orang tua dalam kegiatan belajar mengajar daring
yaitu penguasaan teknologi masih kurang, penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan
tambahan bagi orang tua dalam mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar
siswa, guru, dan orang tua menjadi berkurang dan Jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi
guru karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua, guru lain, dan kepala
sekolah. Selain itu, menurut Anugrah (2020) seiring perjalanan waktu muncul banyak
permasalahan dalam implementasi pembelajaran daring. Di antara permasalahan itu adalah
tugas guru yang terlalu banyak dan keluhan soal kuota dan jaringan internet yang serba terbatas.
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil riset Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak pada bulan Maret 2020 dengan subyek peserta didik usia 14-17 tahun (69%
perempuan dan 31% laki-laki) berjumlah 717 dari 29 provinsi di seluruh Indonesia. Hasil
menunjukkan bahwa 58% peserta didik tidak suka menjalani program belajar dari rumah. Faktor
penyebabnya adalah peserta menganggap bahwa komunikasi dengan teman menjadi terbatas,
mereka mengalami keterbatasan teknologi: berupa fasilitas internet, gawai, dan buku elektronik.
Mereka juga mengangap bahwa sekolah tidak memiliki program yang baik untuk sistem belajar
di rumah. Sekolah dan guru hanya memberi tugas secara beruntun sesuai rencana pelajaran dan
materi pelajaran dalam kondisi non-pandemi/kondisi biasa (Satriawan, 2020).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga melaporkan bahwa mereka telah menerima
sebanyak 213 pengaduan peserta didik dan orang tua di berbagai daerah terkait pembelajaran
daring. Kebanyakan peserta didik melaporkan perihal tugas harian yang diberikan guru yang
dianggap berat sementara waktu pengerjaan rekatif pendek. Proses pembelajaran daring terasa

56
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

semakin berat bagi peserta didik yang tidak memiliki kuota internet, atau bahkan mereka tidak
memiliki komputer (Madrim, 2020).
Meskipun demikian, patut diduga bahwa ada satu hal yang menjadi pendukung atau
pendorong positif, yaitu semakin tingginya angka pengguna smartphone-sehingga menyebabkan
teknologi ini menjadi kebutuhan primer-mendorong kemudahan mengakses internet secara
massif dan lebih luas. Menurut Mila (2018), banyaknya penduduk yang menggunakan
smartphone menyebabkan teknologi ini yang paling banyak digunakan untuk mengakses
internet. Pada tahun 2014 saja, akses internet di Indonesia sebesar 85% menggunakan
smartphone.
Pertimbangan strategis ke depan
Munculnya COVID-19 berfungsi untuk mengingatkan kita di semua lintas disiplin yang
berbeda bahwa kita selalu harus siap dengan mengikuti pendekatan semua-bahaya (all-hazards
approach). Pentingnya kemitraan publik dan pribadi yang berkelanjutan tidak cukup hanya
ditekankan. Kita akan melewati COVID-19 dengan menerapkan komunikasi, kolaborasi, kerja
sama, dan koordinasi yang baik (Contreras, 2020).
Bagaimanapun, kompetensi guru menjadi penentu utama keberhasilan proses
pembelajaran, termasuk di Indonesia. Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan
pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar
dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi
aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau
pembimbing ke arah pusat-pusat belajar. Guru berperan untuk mengarahkan dan memberi
fasilitas belajar kepada peserta didik (directing and facilitating the learning) agar proses belajar
berjalan secara memadai, tidak semata-mata memberikan informasi (Zein, 2016). Bagaimana dan
apapun bentuk strategi, model, dan media pembelajaran yang digunakan guru, sejatinya
diorientasikan pada satu syarat utama, yaitu menarik sehingga menumbuhkan minat belajar
siswa (Abdullah, 2016). Hal ini juga berlaku di masa pandemi COVID-19.
Dalam konteks pembelajaran daring, tentu apresiasi layak diberikan kepada guru, sekolah,
peserta didik, dan bahkan orang tua/wali murid karena mereka mampu beradaptasi dengan
cepat. Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi pembelajaran daring
tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. Beban belajar peserta didik harus logis dan
terukur. Banyaknya tugas atau tagihan yang diberikan guru menjadi keluhan umum dalam
pembelajaran daring. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik
secara materi maupun waktu. Guru dapat memberikan yang lebih menantang dan menarik,
misalnya mengamati, mencoba, dan menganalis. Dalam pembelajaran daring pun-meskipun
dilakukan secara jarak jauh-sapaan, respon, umpan balik, penghargaan terhadap hasil pekerjaan
peserta tidak boleh terlupakan. Jangan sampai muncul anggapan bahwa peserta didik seakan
diperdaya karena tugas yang sangat banyak, tidak logis, dan tanpa umpan balik. Jangan sampai
pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal oleh peserta didik, tetapi guru tidak mengoreksi
(Anugrah, 2020).
Lebih lanjut menurut Anugrah (2020), apresiasi terhadap capaian siswa perlu diberikan
guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk dalam hal
ini pembelajaran daring adalah pencapaian kompetensi peserta didik yang dikenal dengan 4C,
yaitu (1) critical thinking (berpikir kritis) yang mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem solving); (2) creativity thinking (berpikir kreatif) dapat
dimaknai guru dapat mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi mampu
berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif; (3) collaboration (bekerja
sama atau berkolaborasi) agar peserta didik mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa
saja dalam kehidupannya mendatang; dan (4) communication (berkomunikasi) dapat dimaknai
sebagai kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas,
dan efektif.
Pembelajaran daring dikembangkan untuk mewujudkan sistem pendidikan terpadu yang
dapat membangun konektivitas antar komponen yang ada dalam Pendidikan. Oleh karenanya
pendidikan menjadi lebih dinamis dan fleksibel bergerak untuk pengembangan pendidikan.
Sudah barang tentu semua ini harus diikuti oleh kesiapan seluruh komponen sumber daya
57
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

manusia baik dalam cara berpikir, orientasi, perilaku, sikap, dan sistem nilai yang mendukung
pemanfaatan pembelajaran daring untuk kemaslahatan umat manusia. Selain itu, akses ke
jaringan internet juga harus disediakan. Seorang pengguna bisa berhubungan dengan internet
dengan mengakses komputer pada lembaga pendidikan yang telah terkoneksi ke internet atau
perlu menjadi pelanggan dari sebuah ISP (internet service provider). ISP adalah organisasi
komersial yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa akses ke internet. Bisa juga melakukan
pengaksesan pada warung internet (Munir, 2017). Hal inilah yang harus dipikirkan oleh
penyelenggara pendidikan, khususnya pemerintah.
Terkait pembelajaran daring, meyakinkan peserta didik dan orang tua adalah elemen vital
dari respons institusional (guru dan sekolah). Sebagai upaya meningkatkan kapasitas untuk
pembelajaran daring, sekolah harus memanfaatkan kondisi asinkron. Seperti halnya pelajaran
kelas normal, pembelajaran daring harus mencakup berbagai tugas dan pekerjaan yang
menempatkan COVID-19 dalam konteks global dan historis. Saat memutuskan implementasi
pembelajaran daring, harus dirancang penilaian yang membantu guru untuk fokus. Sudut
pandang ini menyarankan cara-cara yang fleksibel untuk menutupi kekurangan sistem
pembelajaran sampai pandemi berakhir (Daniel, 2020).
Peyravi, Marzaleh, Shamspour, dan Soltani (2020) menawarkan panduan praktis dan
pragmatis kepada guru, kepala sekolah dan pejabat negara yang harus mengelola konsekuensi
pendidikan dari krisis ini. Berbagai kursus daring yang sederhana, fungsional, dan gratis harus
tersedia secara luas. Selain itu, komentar pengguna terkait pelatihan yng bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas metode pelatihan perlu menjadi pertimbangan. Konten pendidikan
dalam format media yang berbeda dapat dikembangkan dan disiapan sesuai tingkat usia individu
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran daring. Sehubungan dengan itu, menurut
Moorhouse (2020), pelatihan harus diberikan kepada tutor kursus daring, sehingga mereka siap
untuk memberikan kursus secara daring jika terjadi pandemi atau keadaan darurat kesehatan.
Sementara itu, Snelling dan Fingal (2020) memaparkan bahwa International Society for
Technology in Education (ISTE) di Amerika Serkat telah berupaya mengidentifikasi praktik-
praktik utama untuk pembelajaran daring yang sukses. Berikut adalah beberapa ide terbaik dari
pendidik dari seluruh dunia, banyak dari mereka telah mengajar selama pandemi COVID-19.
Pertama, “mempersiapkan dan berlatih”. Ada lima hal yang harus diperhatikan, yaitu (1) pastikan
ekuitas digital. Kesetaraan adalah hambatan terbesar dalam mempersiapkan pembelajaran
daring, dan inilah hal pertama yang harus dipikirkan guru. Guru dan seklah perlu memastikan
bahwa semua peserta yang terlibat memiliki perangkat. Itulah mengapa perlu dilakukan survei
atau pendataan guru dan keluarga untuk mengetahui siapa yang akan membutuhkan perangkat
daring dan paket data (bandwidth). Selama penutupan sekolah, orang tua mungkin juga bekerja
dari rumah, yang berarti beberapa orang dapat bersaing untuk satu-dua computer atau sarana
daring. Karena itu, pastikan semua aplikasi daring berfungsi pada perangkat seluler seandainya
laptop tidak tersedia. Untuk guru atau siswa yang tidak memiliki Wi-Fi di rumah, pemerintah
sejatinya harus mencari cara untuk membeli atau menyewa hotspot Wi-Fi dan kemudian memiliki
rencana untuk mendistribusikan perangkat daring dan hotspot. (2) Berlatih. Sekolah yang sudah
terbiasa melaksanakan pembelajaran daring, tentu tidak lagi melalui kendala konektivitas
dengan peserta didik di rumah dan masalah perangkat. Tetapi bagi sekolah yang belum memiliki
pengalaman atau masih pada level dasar, sehrusnya momentum ini dianggap sebagai peluang.
Guru belum menggunakan sistem manajemen pembelajaran secara teratur, perlu belajar
sekarang dan cepat sehingga tidak akan ada gangguan dalam komunikasi setelah adanya
kebijakan penutupan aktivitas di sekolah. Guru harus melatih diri dan peserta didik mereka
tentang aplikasi dan teknologi yang mungkin perlu mereka gunakan saat belajar di/dari rumah.
Berlatih di kelas/sekolah dan kemudian meminta pesert didik untuk mencoba menggunakan alat-
alat dari rumah. (3) Berikan harapan yang jelas kepada staf dan orang tua. Selama kegiatan
pembelajaran daring, komunikasi antara administrator, staf, orang tua dan peserta didik lebih
penting dari sebelumnya. Untuk komunikasi gambar besar, siapkan FAQ yang menguraikan
semua detail tentang bagaimana sekolah akan beroperasi selama penutupan sehingga staf dan
orang tua dapat mengakses website atau fasilitas daring yang sama. Untuk komunikasi gambar
besar, siapkan FAQ yang menguraikan semua detail tentang bagaimana sekolah akan beroperasi
58
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

selama penutupan sehingga staf dan orang tua ada di halaman yang sama. Selain memposting dan
mendistribusikan FAQ, sekolah-sekolah harus mengatur SMS di seluruh komunitas untuk
berkomunikasi dengan cepat dan kemudian memberi tahu orang-orang di mana menemukan
pesan tindak lanjut melalui e-mail atau website. Selanjutnya, siapkan panduan langkah demi
langkah tentang cara mengakses dan menggunakan alat dan kurikulum pembelajaran daring.
Pastikan Anda menyajikan informasi ini dalam berbagai format termasuk video dan teks dan
termasuk screenshot dan tutorial. Mintalah orang tua untuk memastikan semua peserta didik -
terutama yang masih anak-anak - tahu cara masuk ke aplikasi dan mengetahui kata sandi mereka.
Para guru perlu mengetahui cara login dan menggunakan fasilitas. Berikan dukungan teknis
ekstra dan pastikan orang tua dan guru tahu cara meminta bantuan bila diperlukan. (4) Luangkan
waktu untuk merencanakan. Jika penutupan sekolah terjadi sebelum semua guru siap untuk
melaksanakan pembelajaran daring, maka luangkan waktu - bahkan jika itu hanya satu atau dua
hari - untuk bersiap sebelum meluncurkan sistem pembelajaran daring dengan siswa. Penundaan
sementara dalam memulai pembelajaran daring akan terbayar dalam jangka panjang. (5) Siapkan
kebutuhan pribadi, lengkapi sarana-prasarana. Pastikan Anda memiliki akses ke semua yang
Anda butuhkan dari rumah jika Anda tidak dapat kembali ke sekolah atau membawa pulang
komputer yang sering digunakan di sekolah Anda dan memindahkan file Anda ke Cloud.
Kedua, Implementasi. Ada lima hal yang harus diperhatikan, yaitu (1) tetapkan jadwal
harian. Sangat diharapkan adanya kejelasan tentang kapan guru dan siswa melaksanakan
pembelajaran daring. Harus diingat bahwa sehari penuh di depan layar untuk anak-anak dan
guru, terutama untuk keluarga yang mungkin berbagi satu perangkat akan sangat tidak
efektif/tidak baik. Banyak sekolah yang memilih dua waktu, check-in di pertemuan pagi dan
check-in di pertemuan sore - dan kemudian memberi keluarga fleksibilitas tentang bagaimana
mereka mengatur jadwal di rumah. Sekolah lain dapat mengatur ulang jadwal sekolah, dengan
menyebarkan satu hari sekolah full satu hari off. Siswa menghadiri tiga kelas di pagi hari dan
memiliki sore hari untuk bekerja secara independen dan berinteraksi dengan guru-guru selama
"jam kantor." Keesokan harinya, mereka menghadiri sisa kelas mereka secara daring di pagi hari
dan kemudian memiliki jadwal dengan para guru di sore hari. (2) Berikan pembelajaran yang
kuat. Dalam keadaan ekstrem seperti penutupan dadakan, guru mungkin tertarik untuk
mengunggah lembar kerja agar diisi dan dikembalikan oleh siswa. Tetapi pembelajaran daring
selama penutupan - terutama selama penutupan yang diperpanjang - harus setidaknya sama
menariknya dengan pengalaman kelas (jika tidak lebih), bila tidak maka siswa akan menderita.
Oleh karena itu, untuk kepala sekolah rekomendasi utama ISTE adalah: Buatlah pembelajaran
daring menjadi kegiatan-kegiatan kecil. Perjelas target untuk partisipasi secara daring. Berikan
umpan balik segera (atau setidaknya sering) melalui pemeriksaan pengetahuan secar daring,
komentar pada dokumen kolaboratif dan obrolan untuk membuat siswa termotivasi dan
konstruktif. Sertakan rapat virtual, obrolan langsung, atau tutorial video untuk menjaga koneksi
manusia. (3) Desain pembelajaran mandiri. Ingatlah bahwa orang tua mungkin sedang bekerja
atau bekerja dari rumah dan tidak dapat banyak membantu. Penting untuk merancang
pembelajaran yang tidak memerlukan banyak dukungan dari orang tua, yang mungkin sudah
kewalahan. (4) Perhatikan kondisi emosional. Periksa dengan siswa dan rekan kerja, terutama
mereka yang kurang nyaman dengan alat digital untuk melihat apakah mereka membutuhkan
bantuan atau seseorang untuk diajak bicara sehingga bisa membantu. Merasa diasingkan di
rumah dapat memperburuk keadaan, bahkan memperparah rasa takut menghadapi krisis global.
Meluangkan waktu untuk menanyakan perasaan peserta didik (terutama mungkin perasaan
cemas) sama pentingnya dengan memeriksa pekerjaan akademik peserta didik. Meskipun
bekerja di rumah mungkin terasa menyenangkan, namun tetap sulit untuk tetap pada jadwal
reguler. Beberapa hal yang dapat membantu, misalnya beristirahatlah secara teratur, luangkan
waktu untuk berolahraga, pertahankan jadwal tidur yang teratur, dan batasi gangguan jika
memungkinkan (misalya matikan sementara waktu notifikasi media sosial). Tetapkan tujuan
harian dan mingguan. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, Bersama keluarga. (4) Pilih alat yang
tepat dan tetap menggunakannya. Berbagai macam alat teknologi, banyak yang gratis, tersedia
untuk membantu pembelajaran daring. Dengan begitu banyaknya fasilitas, guru bisa tergoda
untuk mencoba menggunakan semuanya. Sebaliknya, batasi jumlah alat, aplikasi, dan platform
agar peserta didik dan orang tua mereka tidak kewalahan. Video conference dapat dilakukan,
59
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

tetapi pertimbangkan aspek privasi siswa dan guru di rumah. Berpakaianlah sesuai keinginan
Anda untuk menghadiri sekolah dan mengharapkan siswa melakukan hal yang sama.
Pembelajaran daring juga menghadirkan peluang besar untuk menekankan etika daring dan
menanamkan aturan warga negara yang bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan
media daring.
Sejalan dengan itu, Miller (2020) memberikan enam saran bagi guru yang melaksanakan
embelajaran daring, dengan dua tujuan utama yaitu mempertahankan kontinuitas pengajaran
sebanyak mungkin dan menyelesaikan semester dengan baik. (1) Mulailah dengan mempelajari
tugas selama beberapa minggu mendatang. Apakah materi dapat diakses secara daring, sehingga
peserta didik dapat menemukan instruksi dan materi yang mereka butuhkan? Apakah jelas
bagaimana peserta didik akan berubah dalam pekerjaan mereka? Apakah tenggat waktu telah
diubah, dan apakah semua tenggat waktu itu dikirim secara jelas? (2) Bagaimana guru akan
memberi umpan balik tentang kemajuan peserta didik? Pertimbangkan bagaimana peserta didik
akan dapat mempraktikkan keterampilan dan tujuan utama yang diharapkan-hal-hal yang
biasanya mereka lakukan di kelas? Bagaimana guru akan memberi peserta didik kesempatan
untuk latihan dan umpan balik, untuk penugasan kecil dan berisiko tinggi? Tidak diragukan lagi
peluang itu akan berbeda dari sebelumnya sebelum guru memindahkan kelas secara daring.
Pastikan bahwa sangat jelas bagaimana peserta didik dapat mengakses peluang itu. Dan jika guru
tidak menghabiskan banyak waktu di kelas untuk melatih peserta didik dan mendapatkan umpan
balik, sekarang adalah saat yang tepat untuk meningkatkan aspek pembelajaran-mengingat guru
tidak akan menyajikan konten secara langsung. (3) beralihlah ke pengalaman di dalam kelas
daring. Cobalah menentukan apa yang guru lakukan di kelas pada tingkat yang lebih tinggi, lebih
berorientasi pada tujuan (misalnya presentasi konten, memeriksa pemahaman, kerja proyek
kolaboratif - alih-alih hanya "kuliah," "kuis," "diskusi" biasa). Jika guru mengingat tujuan-tujuan
tersebut, guru akan memiliki ide yang lebih baik tentang bagaimana mencapainya secara daring,
serta aspek-aspek apa dari pengalaman kelas yang harus difokuskan untuk disimulasikan. (4)
Putuskan apa yang akan dilakukan tentang penilaian berisiko tinggi, khususnya ujian. Sebaiknya,
jangan ada soal dengan jawaban yang mudah, terutama jika guru berencana untuk memiliki
sebagian besar nilai siswa bergantung pada apa yang akan menjadi tes langsung, yang diprogram
secara langsung. Gunakan pula beberapa jenis proyek dan berbagai pengolah data aktivitas
daring yang bisa digunakan. (5) Pertimbangkan materi yang akan diberikan. Kemungkinan,
bacaan dan materi lainnya ada dalam bentuk digital, dan guru mungkin sudah mempostingnya.
Tetapi guru harus memeriksa ulang apakah bacaan, video, kumpulan masalah, kuis, dan
sejenisnya dapat diakses, bersama dengan dokumen-dokumen utama seperti silabus dan jadwal.
(6) Setelah guru memeriksa hal-hal tersebut, maka pastikan semua terkomunikasikan dengan
baik. Guru perlu menjelaskan sedetail mungkin apa yang dapat diharapkan dari peserta didik
tentang pembelajaran daring dalam beberapa minggu ke depan. Pastikan untuk membahas apa
yang menjadi tanggung jawab peserta didik untuk dilakukan, bagaimana mereka dapat
menemukan hal-hal yang mereka butuhkan untuk memenuhi tanggung jawab itu, dan apa yang
harus mereka lakukan terlebih dahulu. Pastikan juga jalur komunikasi dua arah, tawarkan lebih
banyak cara untuk berkomunikasi dengan guru (misalnya WhatsApp, e-mail, video call).
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah saat ini dibutuhkan kurikulum yang fleksibel
dan siap menghadapi pandemi. Menurut Wangi (2020), Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini di
Indonesia tidak dirumuskan untuk menghadapi pandemi COVID-19 di tahun 2020. Padahal
bangsa ini membutuhkan kurikulum yang fleksibel. Indonesia juga membutuh skenario
pembelajaran (silabus, lesson plan) yang fleksibel, dan multi-skenario pembelajaran. Indonesia
pun membutuhkan pedagogi yang fleksibel, sejenis multimodal pedagogy–atau apapun namanya
itu. Selain itu, dibutuhkan pula asessmen yang fleksibel dengan tanpa mengurangi kualitas, agar
di saat-saat tertentu ketika muncul hal-hal tak terduga/tak terprediksi (bencana, konflik, riots),
dunia pendidikan akan tetap berlangsung. Tentu saja semua itu disiapkan dengan tetap
mengutamakan aspek “manusia” di atas kurikulum, metode, media, dan teknis asessmen
tersebut.

60
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

Simpulan
Sekolah dan guru melaksanakan kebijakan pemerintah untuk belajar dari rumah sebagai
upaya memperlambat penyebaran COVID-19 namun sekaligus tetap memastikan peserta didik
dalam kegiatan konstruktif melalui pembelajaran daring. Berbagai flatform digunakan dalam
pembelajaran daring, sementara guru, peserta didik, dan orang tua diharapkan terus melakukan
penyesuaian seiring berjalannya waktu. Berbagai respon positif disampaikan peserta didik
terkait pembelajaran daring karena dirasa lebih santai, menyenangkan, fleksibel, efisien, singkat,
praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, dan hemat tenaga. Pembelajaran dapat
dilakukan secara jarak jauh, orang tua bisa mengawasi anak-anaknya belajar, membuat peserta
didik menjadi melek teknologi, dan lebih kreatif.
Namun demikian pelaksanaan pembelajaran daring memiliki hambatan/kendala baik dari
aspek sumber daya manusia maupun sarana-prasarana. Keterbatasan jaringan, kurangnya
pelatihan, kurangnya kesadaran, serta minat dinyatakan sebagai tantangan utama yang dihadapi.
Kewajiban belajar daring menjadi kendala serius khususnya peserta didik dari kalangan ekonomi
lemah. Pembelajaran daring di sejumlah daerah di Indonesia tidak berjalan optimal, terutama di
daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Kesiapan infrastruktur sekolah,
kemampuan guru mengajar, serta ketersediaan sarana smartphone menjadi persoalan lain dalam
penerapan pembelajaran daring di Indonesia. Peserta didik juga mengangap bahwa sekolah tidak
memiliki program yang baik untuk sistem belajar di rumah. Sekolah dan guru hanya memberi
tugas secara beruntun sesuai rencana pelajaran dan materi pelajaran dalam kondisi non-
pandemi/kondisi biasa.
Sebagai rekomendasi ke depan, yang dibutuhkan adalah kemitraan publik dan banyak
pihak yang berkelanjutan. Dibutuhkan adanya komunikasi, kolaborasi, kerja sama, dan
koordinasi yang baik. Kompetensi guru menjadi penentu utama keberhasilan proses
pembelajaran daring sehingga mereka harus terus memperkaya kompetensi dan keterampilan
dan didukung oleh kebijakan sekolah yang mendorong mereka terus belajar. Pihak terkait juga
perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara
optimal. Beban belajar peserta didik harus logis dan terukur. Beban belajar peserta didik
tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Guru tidak boleh
semata-mata memberikan tugas, tetapi harus memperhitungkan secara matang. Guru tidak boleh
lupa untuk mengapresiasi capaian peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran
bisa tercapai. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam pembelajaran daring ke depan adalah
adanya kurikulum yang fleksibel dan siap menghadapi pandemi.

Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan akses
untuk menggunakan jaringan internet, sehingga sangat membantu dalam penelusuran literatur
yang sesuai.

References
Abdullah, R. (2016). Pembelajaran dalam perspektif kreativitas guru dalam pemanfaatan media
pembelajaran. Lantanida Journal, 4(1), 35–49. https://doi.org/10.22373/lj.v4i1.1866
Aderholt, R. (2020, March). Coronavirus outbreak shining an even brighter light on internet
disparities in rural America. The Hill.
Anderson, J. (2020, March). Should schools close when coronavirus cases are still rare? Quartz.
Anugrah, D. (2020). Dinamika pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19. Berita Magelang.
Arizona Department of Education. (2020). Pandemic preparedness (Issue March). Arizona
Departmernt of Education.
Arora, A. K., & Srinivasan, R. (2020). Impact of pandemic COVID-19 on the teaching – learning
process: A study of higher education teachers. Prabadhan: Indian Journal of Management,
13(4). https://doi.org/10.17010/pijom/2020/v13i4/151825
61
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

Azzi-Huck, K., & Shmis, T. (2020). Managing the impact of COVID-19 on education systems around
the world: How countries are preparing, coping, and planning for recovery. World Bank Blogs.
Bakhtiar, T. (2016). Optimal intervention strategies for cholera outbreak by education and
chlorination. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 31(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/31/1/012022
Barennes, H., Harimanana, A. N., Lorvongseng, S., Ongkhammy, S., & Chu, C. (2010). Paradoxical
risk perception and behaviours related to Avian Flu outbreak and education campaign, Laos.
BMC Infectious Diseases, 10(March 2006). https://doi.org/10.1186/1471-2334-10-294
Bartlett, J. D., Griffin, J., & Thomson, D. (2020). Resources for supporting children’s emotional well-
being during the COVID-19 pandemic. Child Trend.
Cluver, L., Lachman, J. M., Sherr, L., Wessels, I., Krug, E., Rakotomalala, S., Blight, S., Hillis, S.,
Bachman, G., Green, O., Butchart, A., Tomlinson, M., Ward, C. L., Doubt, J., & McDonald, K.
(2020). Parenting in a time of COVID-19. The Lancet, 2019(20), 30736.
https://doi.org/10.1016/s0140-6736(20)30736-4
Collie, R. J., Shapka, J. D., & Perry, N. E. (2011). Predicting teacher commitment: The impact of
school climate and social–emotional learning. Psychology in the Schools, 48(10), 1034–1048.
https://doi.org/10.1002/pits.20611
Contreras, G. W. (2020). Getting ready for the next pandemic COVID-19: Why we need to be more
prepared and less scared. Journal of Emergency Management, 18(2), 87–89.
https://doi.org/10.5055/jem.2020.0461
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic. Acta Bio-Medica : Atenei
Parmensis, 91(1), 157–160. https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
Daniel, S. J. (2020). Education and the COVID-19 pandemic. Prospects, 2020, 1–6.
https://doi.org/10.1007/s11125-020-09464-3
Darling-Hammond, L., & John Bransford. (2005). Preparing teachers for a changing world: What
teachers should learn and be able to do. Jossey-Bass. https://doi.org/10.5860/choice.43-
1083
DHEC. (2019). Higher education guidance on novel coronavirus or COVID-19 (Vol. 2019).
Domenico, L. Di, Pullano, G., Coletti, P., Hens, N., & Colizza, V. (2020). Expected impact of school
closure and telework to mitigate COVID-19 epidemic in France.
Gee, G. (2020). COVID-19: Impact on student predictions.
Horn, M. B. (2020, March). COVID-19’s long-term impacts on education in 2020 and beyond.
EdSurge.
Huang, R. H., Liu, D. J., Tlili, A., Yang, J. F., & Wang, H. H. (2020). Handbook on facilitating flexible
learning during educational disruption: The Chinese experience in maintaining undisrupted
learning in COVID-19 Outbreak. In Smart Learning Institute of Beijing Normal University
UNESCO.
Irawan, H. (2020). Inovasi pendidikan sebagai antisipasi penyebaran Covid-19 (Educational
innovations anticipating the spread of [Covid-19]). In Ombudsman RI. Ombusman RI.
Karlsen, H., Mehli, L., Wahl, E., & Staberg, R. L. (2015). Teaching outbreak investigation to
undergraduate food technologists. British Food Journal, 117(2), 766–778.
https://doi.org/10.1108/BFJ-02-2014-0062
Karp, P., & McGowan, M. (2020, March). “Clear as mud” schools ask for online learning help as
coronavirus policy confusion persists Australia news. The Guardian.

62
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

Katili, D. L. (2020). Belajar bahagia dalam bencana COVID-19 (Learn to be happy in the COVID-19
disaster). LPMP DKI Jakarta.
Kemendikbud. (2020). Belajar dari rumah, satuan pendidikan dapat pilih platform pembelajaran
jarak jauh sesuai kebutuhan (Learning from home, education units can choose distance
learning platforms as needed). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik
Indonesia.
Khan, M., Kazmi, S., Bashir, A., & Siddique, N. (2020). COVID-19 infection: Origin, transmission,
and characteristics of human coronaviruses. Journal of Advanced Research, 24, 91–98.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005
Khatibah, K. (2011). Penelitian kepustakaan. Jurnal Iqra’, 5(1), 36–39.
Li, C., Yang, Y., & Ren, L. (2020). Genetic evolution analysis of 2019 novel coronavirus and
coronavirus from other species. Infection, Genetics and Evolution, 82(March), 1–3.
https://doi.org/10.1016/j.meegid.2020.104285
Li, T., Lu, H., & Zhang, W. (2020). Clinical observation and management of COVID-19 patients.
Emerging Microbes & Infections, 9(1), 687–690.
https://doi.org/10.1080/22221751.2020.1741327
Lin, Q., Zhao, S., Gao, D., Lou, Y., Yang, S., Musa, S. S., Wang, M. H., Cai, Y., Wang, W., Yang, L., & He,
D. (2020). A conceptual model for the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in
Wuhan, China with individual reaction and governmental action. International Journal of
Infectious Diseases, 93, 211–216. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.02.058
Lloyd-Sherlock, P. G., Kalache, A., McKee, M., Derbyshire, J., Geffen, L., Casas, F. G.-O., & Gutierrez,
L. M. (2020). WHO must prioritise the needs of older people in its response to the covid-19
pandemic. BMJ (Clinical Research Ed.), 368(m1164), 1. https://doi.org/10.1136/bmj.m1164
Madrim, S. (2020, April). KPAI: Siswa keluhkan pembelajaran berat di tengah wabah corona. VOA
Indonesia.
Mahase, E. (2020). Covid-19: WHO declares pandemic because of “alarming levels” of spread,
severity, and inaction. BMJ (Clinical Research Ed.), 368(m1036), 1.
https://doi.org/10.1136/bmj.m1036
Maine Department of Education. (2020). Coronavirus (COVID-19) resources for schools. Maine
Department of Education.
Makdori, Y. (2020, April). Kemendikbud luncurkan platform guru berbagai untuk bantu pengajar
lakukan pembelajaran daring (The Ministry of Education and Culture launches various
teacher platforms to help teachers do online learning). Liputan 6.
Melania, E. P. (2020, April). Pembelajaran daring, apakah efektif untuk Indonesia. Kompas.
Mila, M. (2018). Pengembangan media multi representasi berbasis Instagram sebagai alternatif
pembelajaran daring. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Miller, M. D. (2020, March). Going online in a hurry: What to do and where to start. The Chronicle
of Higher Education, 8–10.
Moorhouse, B. L. (2020). Adaptations to a face-to-face initial teacher education course ‘ forced ’
online due to the COVID-19 pandemic ‘ forced ’ online due to the COVID-19 pandemic.
Journal of Education for Teaching, 00(00), 1–3.
https://doi.org/10.1080/02607476.2020.1755205
Munir, M. (2017). Pembelajaran digital. Penerbit Alfabeta.
Najeemah M Yusof. (2012). School climate and teachers’ commitment: A case study of Malaysia.
International Journal of Economics Business and Management Studies, 1(2), 65–75.
OSPI. (2020). Novel coronavirus (COVID-19) in K-12 Sschools: A parent guide.

63
Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Wahyono, et.al. 2020. Guru professional di masa …

Peyravi, M., Marzaleh, M. A., Shamspour, N., & Soltani, A. (2020). Public education and electronic
awareness of the new coronavirus (COVID-19): Experiences from Iran. Disaster Medicine and
Public Health Preparedness, 2020, 1–5. https://doi.org/10.1017/dmp.2020.94
Phan, T. (2020). Genetic diversity and evolution of SARS-CoV-2. Infection, Genetics and Evolution,
81(February), 104260. https://doi.org/10.1016/j.meegid.2020.104260
Pogreba-Brown, K., Ernst, K., & Harris, R. (2012). Teaching epidemiology concepts experientially:
A “real” foodborne outbreak in the classroom. Public Health Reports, 127(5), 549–555.
https://doi.org/10.1177/003335491212700512
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Budi Santoso, P., Mayesti Wijayanti, L., Chi Hyun, C., &
Setyowati Putri, R. (2020). Studi eksploratif dampak pandemi COVID-19 terhadap proses
pembelajaran online di sekolah dasar. Journal of Education, Psychologi and Counseling, 2(1),
1–12.
Putsanra, D. V. (2020). Daftar e-learning Kemendikbud, sekolah online untuk mencegah corona.
Tirto.Id.
Satriawan, Y. (2020, May). Hardiknas: Belajar di rumah, berdamai dengan tekonologi di tengah
pandemi. VOA Indonesia.
Snelling, J., & Fingal, D. (2020). 10 Strategies for Online Learning During a Coronavirus Outbreak.
Deas, Content and Resources for Leading-Edge Educators.
Sohrabi, C., Alsafi, Z., Neill, N. O., Khan, M., Kerwan, A., Al-jabir, A., Iosifidis, C., & Agha, R. (2020).
World Health Organization declares global emergency: A review of the 2019 novel
coronavirus (COVID-19). International Journal of Surgery, 76, 71–76.
https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.02.034
Su, L., Ma, X., Yu, H., Zhang, Z., Bian, P., Han, Y., Sun, J., Liu, Y., Yang, C., Geng, J., Zhang, Z., & Gai, Z.
(2020). The different clinical characteristics of corona virus disease cases between children
and their families in China – the character of children with COVID-19. Emerging Microbes &
Infections, 9(1), 707–713. https://doi.org/10.1080/22221751.2020.1744483
The Chronicle of Higher Education. (2020, March). Moving online now. Moving Online Now,
296(7843), 1.
The International Baccalaureate Organization. (2020). Online learning, teaching and education
continuity planning for schools.
The World Bank. (2020). Remote learning, EdTech & COVID-19. BRIEF.
Thien, L. M., Abd Razak, N., & Ramayah, T. (2014). Validating teacher commitment scale using a
Malaysian sample. SAGE Open, 4(2), 1–9. https://doi.org/10.1177/2158244014536744
Tim Kompas. (2020). Era baru pendidikan di Indonesia. Kompas.
Ting, D. S. W., Carin, L., Dzau, V., & Wong, T. Y. (2020). Digital technology and COVID-19. Nature
Medicine. https://doi.org/10.1038/s41591-020-0824-5
Trucano, M. (2014). Education & technology in an age of pandemics (revisited). EduTech.
UNESCO. (2020a). Distance learning solutions. UNESCO’s COVID-19 Education Response.
UNESCO. (2020b). Motivating learners during remote learning due to COVID-19 - Tips for teachers
(p. 1). UNESCO.
UNESCO. (2020c). School closures caused by Coronavirus (Covid-19). COVID-19 Educational
Disruption and Response.

64
10.22219/jppg.v1i1.12462
Volume 1 No 1 Tahun 2020

Uscher-Pines, L., Schwartz, H. L., Ahmed, F., Zheteyeva, Y., Meza, E., Baker, G., & Uzicanin, A. (2018).
School practices to promote social distancing in K-12 schools: Review of influenza pandemic
policies and practices. BMC Public Health, 18(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s12889-
018-5302-3
van Fleet, J. (2020). Education in the time of COVID-19. Global Partnership for Education.
Wahyudi, M. (2020, April). Covid-19 dan potret pembelajaran berbasis e-learning. Republika
Online.
Wahyudi, N. (2020). Imbas pandemi virus corona bagi dunia pendidikan Indonesia dan global (The
impact of the corona virus pandemic for the world of education in Indonesia and globally).
Kumparan.
Wang, H., Wang, Z., Dong, Y., Chang, R., Xu, C., Yu, X., Zhang, S., Tsamlag, L., Shang, M., Huang, J.,
Wang, Y., Xu, G., Shen, T., Zhang, X., & Cai, Y. (2020). Phase-adjusted estimation of the number
of Coronavirus Disease 2019 cases in Wuhan, China. Cell Discovery, 6(1), 4–11.
https://doi.org/10.1038/s41421-020-0148-0
Wangi, N. B. S. (2020). Belajar dari krisis pandemi Covid-19, Indonesia butuh kurikulum fleksibel.
Lenteratoday.
Watkins, J. (2020). Preventing a covid-19 pandemic. The BMJ, 368(February), 1–2.
https://doi.org/10.1136/bmj.m810
World Health Organization. (2020). Key messages and actions for COVID-19 prevention and control
in schools (L. Bender (ed.); Issue March). UNICEF.
Worldometers. (2020). COVID-19 coronavirus pandemic. Coronavirus.
Yan, W. (2020, March). How will COVID-19 impact global education. China Daily.
Yang, J., Park, E. C., Lee, S. A., & Lee, S. G. (2019). Associations between hand hygiene education
and self-reported hand-washing behaviors among Korean adults during MERS-CoV
outbreak. Health Education and Behavior, 46(1), 157–164.
https://doi.org/10.1177/1090198118783829
Zacharo, K., Marios, K., & Dimitra, P. (2018). Connection of teachers’ organizational commitment
and transformational leadership. A case study from Greece. International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research, 17(8), 89–106.
https://doi.org/10.26803/ijlter.17.8.6
Zed, M. (2008). Metode penelitian kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.
Zein, M. (2016). Peran guru dalam pengembangan pembelajaran. Journal UIN- Alauddin, 5(2),
274–285. https://doi.org/10.24252/ip.v5i2.3480
Zhang, W., Wang, Y., Yang, L., & Wang, C. (2020). Suspending classes without stopping learning:
China’s education emergency management policy in the COVID-19 outbreak. Journal of Risk
and Financial Management, 13(3), 55. https://doi.org/10.3390/jrfm13030055

65
Jurnal Pendidikan Profesi Guru

Anda mungkin juga menyukai