Anda di halaman 1dari 7

Nomor 1

Bagian a
Menurut pendapat saya, dengan adanya kurikulum prototype merupakan suatu inovasi
dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan industri
atau perubahan global saat ini. Akan tetapi dalam penerapannya perlu adaptasi terlebih dahulu,
kurikulum prototype ini ditawarkan hanya sebagai alternatif bagi satuan Pendidikan yang siap
melaksanakannya (Rosmana et al., 2022). Pada tataran implementasinya secara bertahap, tidak
sekaligus diterapkan pada semua tingkatan pada setiap Lembaga Pendidikan. Hal ini guna
mereview ulang kekurangan dan kelebihannya. Kurikulum ini dijadikan inovasi baru guna
melengkapi dan meningkatkan mutu Pendidikan. Kualitas yang diharapkan tidak sebatas pada
output, tetapi menghasilkan outcome yang bisa menjadi nilai jual bagi masyarakat dan dunia.
Struktur kurikulum prototype intinya memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan, guru
dan siswa dalam berinovasi dan mengembangkan karakter yang dimilikinya. Semua warga
sekolah bersama-sama membangun negara dengan inovasi, kreasi, dan idenya untuk menjadikan
negara yang berdaulat, masyarakat yang sadar akan hukum, hidup dengan nilai-nilai pancasila,
berakhlak mulia serta mampu menjadi bangsa yang mencintai negaranya. Jika semua ini
terwujudkan dengan khidmat, maka Indonesia akan menjadi negara yang berperadaban yang
dibuktikan dengan kualitas kognitif masyarakatnya yang luas, piskomotor masyarakatnya yang
berkualitas, serta memiliki daya sikap yang dapat memacu dan memicu untuk lebih beradan dan
berkemanusiaan.

Bagian b
Menurut pendapat saya pemerintah memunculkan atau menciptakan kurikulum prototype
sebagai opsi dalam pemulihan pendidikan di Indonesia saat ini. Dengan adanya kondisi Pandemi
Covid-19, salah satu yang terdampak adalah perkembangan serta pertumbuhan pendidikan yang
ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terdapat banyak perubahan dengan adanya pandemi
Covid-19 salah satunya yaitu dengan berubahnya sistem pembelajaran dari tatap muka (offline)
menjadi secara tidak langsung (online). Perubahan tersebut yang menjadi terhambatnya
perkembangan pendidikan di Indonesia karena stakholder pendidikan dari siswa, guru hingga
pemangku kebijakan pendidikan perlu adaptasi dan menciptkan sistem pendidikan yang baru
sesuai dengan kondisi tersebut. Salahsatunya yaitu dengan adanya kurikulum protoype.
Kurikulum prototype sebagai alternatif agar pendidikan di Indonesia menjadi efisien serta efektif
dalam mengejar ketertinggalan atau kekurangan dari terhambatnya pendidikan yang diakibatkan
pandemi Covid-19. Dengan adanya kurikulum prototype berbasis project maka siswa dengan
diarahka oleh guru dapat menentukan pembelajaran apa yang diinginkan dengan sistem berbasis
project dalam mata pelajaran tersebut. Kurikulum prototype diharpkan mampu menjadi solusi
dari kondisi pendidikan saat ini.

Bagian c

Menurut pendapat saya berdasarkan 5 karakteristik yang dikemukakan oleh Rogers (1983)
bahwa yang melekat pada kurikulum protorype agar dapat digunakan secara luas dan
menyeluruh yaitu meliputi keunggulan relatif, kompatibilitas, kemampuan diujicobakan serta
kemampuan untuk diamati. 4 dari 5 karakteristik tersebut perlu diadopsi oleh kurikulum
prototype tersebut agar banyak sekolah yang menggunakan hal tersebut dikarenakan dengan
keunggulan relatif pada kurikulum tersebut maka dianggap sebagai suatu inovasi dari kurikulum
lainnya. Hal tersebut dapat diukur dari berbagai segi seperti ekonomi, prestise sosial,
kenyamanan dan kepuasan. Selanjutnya, pada kompatibilitas derajat dimana inovasi tersebut
dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku seperti pengalaman dan kebutuhan. Dengan
adanya nilai tersebut maka kurikulum protoype sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang ada.
Selain itu, kemampuan diujicobakan merupakan derajat dimana suatu inovasi dapat diuji coba
pada batas tertentu. Suatu inovasi dapat diuji coba dalam hal kondisi yang nyata maka akan dapat
dilihat hasilnya apakan sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Dan yang terakhir kemampuan
untuk diamati, kemampuan untuk diamati merupakan derajat dimana hasil suatu inovasi dapat
dilihat orang lain. Semakin mudah seseorang melihat dan menggunakan kurikulum tersehut
maka dapat mempengaruhi sekitar atau dunia pendidikan lainnya.
Nomor 4

Bagian a

Pada masa Pandemi Covid-19 dengan sistem pembelajaran yang dilakukan secara dalam
jaringan (daring), peran Guru dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran dituntut untuk
dapat memanfaatkan teknologi secara inovatif. Dalam hal ini, Guru harus memiliki kompetensi
untuk menguasai teknologi pembelajaran khususnya media yang digunakan. Sejalan dengan
pendapat sejalan dengan pendapat Tounder (2011) yang mengatakan bahwa tenologi digital
dalam lembaga pendidikan sebagai sarana pendukung dalam pembelajaran, baik sebagai sarana
dalam mengakses informasi sumber belajar ataupun sebagai sarana penunjang kegiatan belajar
dan berkaitan dengan tugas. Selanjutnya Lestari (2018) berpendapat bahwa teknologi pendidikan
merupakan sistem yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran sehingga tercapai hasil yang
diinginkan. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan merupakan segala upaya yang
dilakukan Pendidik untuk memberikan materi kepada peserta didik dengan kondisi dan
kebutuhan tertentu. Peserta didik dapat mengambil waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik
memberikan materi. Asynchronoustraining popular dalam e-learning karena peserta didik dapat
mengakses materi pembelajaran dimanapuun dan kapanpun (Astini,2020).
Inovasi yang saya lakukan dalam memanfaatkan multimedia pembelajaran yaitu dengan
menggunakan berbagai macam aplikasi pembelajaran yang memiliki fungsi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penggunaan media
pembelajaran yang saya lakukan juga melihat intensitas penggunaan media pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan agar pembelajaran yang diberikan kepada siswa tidak mononton dan
memberikan motivasi kepada siswa. Pembelajaran yang saya lakukan dengan memanfaatkan
multimedia yaitu dengan membagi menjadi 3 aspek, yaitu aspek pengondisian, penyampaian
serta evaluasi. Berikut ini penjelasan dan contoh dari ke-3 aspek tersebut:

1. Aspek pengondisian
Pada aspek pengondisian bertujuan untuk membuat suasana pembelajaran seperti halnya pada
di kelas. Untuk mengimplementasikan hal tersebut maka menggunakan aplikasi Google
Classroom. Penggunaan aplikasi tersebut memudahkan saya sebagai Guru untuk mengontrol
siswa dengan sistem pembelajaran daring seperti memberikan absensi, materi, diskusi dan
menilai pekerjaan siswa. Sehingga dengan fitur tersebut memudahkan saya sebagai Guru
untuk memastikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, siswa dapat mengakses aplikasi classroom tersebut yang sudah memuat materi
pembelajaran baik secara powerpoint, video, e-book dan lain sebagainya sehingga siswa
mengakses dimana saja dan kapan saja dan pembelajaaran yang dilakukan bersifat fleksibel.

2. Aspek penyampaian
Perlunya aspek penyampaian pada pembelajaran daring yaitu sebagai media interaktif yang
dilakukan Guru kepada siswa untuk memberikan kontrol dan memastikan bahwa
pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan baik. Dalam hal tersebut saya menggunakan
aplikasi Zoom untuk memberikan materi secara langsung kepada siswa serta melakukan tanya
jawab. Penggunaan aplikasi zoom sangat mudah untuk digunakan dan terdapat fitur yang
mendukung pembelajaran yang dilakukan.

3. Aspek Evaluasi
Pada aspek evaluasi saya memanfaatkan aplikasi sosial media Whatsapp dengan membuat
grup dengan orangtua serta siswa. Tantangan dalam pembelajaran daring yaitu kita tidak
dapat mengetahui kondisi secara detail siswa terkait pembelajaran yang dilakukan. Maka
dengan adanya grup tersebut, orangtua dan siswa dapat menginformasikan terkait kondisi dan
kendala terhadap masalah yang dihadapi.
Dari aspek yang sudah diuraikan diatas, banyak multimedia pembelajaran yang digunakan
seperti penggunaan aplikasi Quizizz, Kahoot, Skribbl io dan masih banyak lain. Hal tersebut
dilakukan sebagai inovasi dalam pembelajaran dan siswa merasa termotivasi dengan
pembelajaran secara daring yang seru dan menarik.

Berikut ini contoh pembelajaran yang saya lakukan menggunakan media.


Link media pembelajaran :

https://youtu.be/eYhoqPvaRNE
https://youtu.be/tAvsFHsB22U
Bagian b

Pembelajaran yang dilakukan sebelum masa pandemi Covid-19 sebagian besar proses
pembelajaran dilakukan secara konvensional. Artinya, sekolah masih menerapkan pembelajaran
yang bersumber dengan buku dan metode ceramah. Dengan adanya pandemi Covid-19 dan
memberikan dampak terhadap pendidikan mengubah sistem pendidikan di Indonesia yang
sebelumnya dilakukan secara langsung (offline) dan sekarang menjadi tidak langsung (online).
Perubahan sistem pembelajaran tersebut perlu adanya adaptasi pada pendidikan di Indonesia,
dari pemerintah menyusun dan mengatur ulang kurikulum dan pencampaian belajar, sekolah
menerapkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan serta siswa yang mulai
membiasakan diri untuk melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi
& Komunikasi (TIK). Setelah masa pandemi Covi-19 mulai membaik dan sekolah diperbolehkan
kembali melakukan pembelajaran tatap muka (offline) maka dalam proses pembelajaran perlu
adanya penyesuaian kembali serta evaluasi yang dilakukan agar pembelajaran dapat efektif. Jika
pembelajaran dilakukan secara konvensional pada sebelumnya, maka siswa perlu adaptasi dari
kebiasaan yang dilakukan. Sistem konvensional dapat dikatakan menjadi tidak efektif jika dalam
proses belajar mengajar sama sekali menggunakan sistem konvensional ini, karena seiring
dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan lebih cepat, tetapi
lembaga yang masih menggunakan sistem pengajaran tradisional ini (di tingkat sekolah
menengah mempertimbangkan untuk memberikan informasi) sangat lambat dan tidak sejalan
dengan perkembangan IT.
Menurut pendapat saya yang menjadi tantangan dalam pembelajaran dengan berubahnya
sistem pendidikan dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yaitu kesiapan dari stakeholder
pendidikan tersebut. Apakah kita mampu beradaptasi serta mencari solusi dari permasalahan
tersebut. Oleh sebab itu, maka perlu adanya kesiapan yang dilakukan dalam lingkungan
pendidikan untuk menyesuaikan kondisi dan perkembangan secara global khususnya dalam
pemanfaatan TIK pada proses pembelajaran yang dilakukan. Berikut ini persiapan yang harus
dilakukan oleh stakeholder pendidikan di sekolah setelah pasca pandemi Covid-19:
1. Kesiapan Sekolah
Sekolah dalam hal ini dapat menyusun kembali perencanaan dan capaian pembelajaran yang
dilakukan dengan melakukan rapat dengan struktural dan pengajar terkait model pembelajaran
yang dilakukan. Model pembelajaran yang dilakukan dapat memanfaatkan TIK serta
mengkombinasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang dimiliki. Seperti
halnya model pembelajaran blended learninig, model ini menggabungkan pembelajaran antara
offline dengan online. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur, materi peserta didik, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Fungsi
Model Pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan
dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Selain
itu, model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Istilah model Pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada strategi, metode, atau prosedur.

2. Kesiapan Pengajar
Pengajar dalam hal ini yaitu Guru memiliki peran untuk melaksankan proses pembelajaran
yang dilakukan. Untuk memanfaatkan penggunaan TIK dalam pembelajaran maka perlu
adanya kesiapan kompetensi yang dimiliki. Guru yang memiliki kompetensi dalam mengelola
kelas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini tentunya sangat relevan dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Serta kurikulum yang mendukung dapat memudahkan
guru untuk menerapkan pembelajaran yang dilakukan.

3. Kesiapan Siswa
Siswa dalam menunjang pembelajaran dengan pemanfaatan TIK pasca pandemi Covid-19
diperlukan sarana dan prasarana seperti handphone, laptop dan lain sebagainya. Hal tersebut
memudahkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan siswa secara mandiri/
Kesimpulannya, Kesiapan yang diperlukan pada pasca pandemi Covid-19 yaitu terkait
teknis sistem pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran pada pasca pandemi Covid-19
menuntut kita untuk dapat memanfaatkan TIK serta melakukan inovasi dalam pembelajaran yang
dilakukan sehingga dapat meningkatkan pendidikan secara keseluruhan.

Sumber :

Astini, N. K. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar
pada Masa Pandemi Covid-19. JURNAL LAMPUHYANG : LEMBAGA PENJAMINAN
MUTU STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA, 13-25.
Lestari, S. (2018). Peran Teknologi Dalam Pendidikan Di Era Globalisasi. Edureligia; Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 95-96.
Pribadi, B. A. (2011). Peranan Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran In Optimalisasi Peranan Teknologi Pendidikan Dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran. Padang: Universitas Terbuka Repository.

Pujilestari, Y. (2020). Dampak Positif Pembelajaran Online dalam Sistem Pendidikan Indonesia
Pasca Pandemi Covid-19. ADALAH : Buletin Hukum dan Keadilan, 50-56.
Rohana, S. (2020). Model Pembelajaran Daring Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Prodi
Pendidikan Agama Islam, 192-208.

Anda mungkin juga menyukai