Nama Lengkap
NIM
i
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis literasi keuangan remaja terhadap perilaku
impulsive buying online food delivery. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif asosiatif. Responden dalam penelitian dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Peneliti memiliki kriterira tertentu dalam memilih responden penelitian
yaitu, remaja yang melakukan perilaku implusive buying online food delivery. Teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengisian
kuesioner dan dokumentasi. Kusioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert yang digunakan untuk mengukur literasi remaja dan perilaku implusive buying.
ii
ABSTRACT
This This paper aims to analyze adolescent financial literacy on impulsive buying behavior
online food delivery. The method used in this research is associative quantitative method.
Respondents in the study were selected using purposive sampling technique. Researchers
have certain criteria in selecting research respondents teenagers who have impulsive buying
behavior online food delivery. The data collection technique used in this study was filling out
questionnaires and documentation. The questionnaire used in this study used a Likert scale
which was used to measure behavior impulsive and buying online food.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Dalam proses penulisan tugas ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, saran
dan motivasi, maka dari itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa dan materi
kepada penulis untuk dapat terus berjuang menyelesaikan studinya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sumaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.
3. Bapak Dr. Heru Sriyono, M.M., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Sarjana Universitas
Indraprasta PGRI.
4. Bapak H. Akhmad Saefudin, S.E., M.M. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI.
5. Bapak Wiriadi Sutrisno, M.M., MBA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Universitas
Indraprasta PGRI.
6. Bapak Nicky Rosadi, S.S., M.Pd. Selaku Dosen Pengampu mata kuliah Penulisan Ilmiah
Universitas Indraprasta PGRI.
7. Seseorang yang selalu ada untuk membantu.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan saran dan motivasi.
Tugas ini berisi penelitian terkait Literasi Keuangan Remaja Terhadap Perilaku
Impulsive Buying Online Food Delivery. Dalam tugas ini juga dibahas teori-teori terkait
variabel yang penulis bahas.
iv
Penulis menyadari dalam penulisan tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena
memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca.
Endah
v
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................................ ii
Kata Pengantar .................................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori Impulsive Buying .......................................................................4
B. Landasan Teori Literasi Keuangan........................................................................13
C. Peneltian Relevan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Temuan hasil riset IDN Times juga didapati fakta bahwa dalam sepekan kaum
milenial Indonesia paling sedikit menghabiskan anggaran Rp50.000 hingga Rp150.000 per
individu untuk memesan makanan via aplikasi pesan-antar, sebanyak 44,2% dari mereka
masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa yang justru belum memiliki penghasilan
sendiri (Putriana, 2019). Tingkat pembelian ini saling terkait antara kepemilikan ponsel
dalam penggunaannya untuk membeli makanan via online atau Online Food Delivery
(OFD), serta tidak dipungkiri juga, hal ini memicu sikap impulsive buying Online Food
Deliery (OFD) terhadap produk makanan via ponsel.
Phillip Kotler dalam bukunya mangatakan bahwa perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan faktor psikologi (Kotler & Keller,
2012). Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
perilaku membeli atau dalam melakukan keputusan pembelian, tetapi ada sub faktor yang
mempunyai peran penting dalam perilaku konsumen yaitu sub faktor sosial dari
lingkungan keluarga dan teman sebaya, pribadi yaitu pengendalian diri yaitu sub faktor
psikologis dan sub faktor literasi keuangan (Dewi, Rusdanti, & Sunarto St., 2017),
sehingga kontrol dalam membeli sesuatu, termasuk secara impulsif, dapat dikaitkan
dengan literasi keuangan, lingkungan keluarga, teman sebaya serta pengendalian diri.
Literasi keuangan merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap
konsep keuangan dan berbagai manfaat, resiko dan kewajiban produk keuangan untuk
mengaplikasikannya kedalam kehidupan ekonomi (Fattah, Indriayu, & Sunarto, 2018).
Sehingga dianggap penting dalam melihat tingkat melek ekonomi di suatu negara. Remaja,
merupakan gambaran awal bagaimana sebuah tingkat literasi keuangan terlihat, dan pada
masa remaja ini pula, sebagian implementasi dari penanaman pendidikan literasi keuangan
dari faktor lingkungan, maupun keluarganya. Terdapat gap besar antara penggunaan
layanan keuangan dengan tingkat literasi yang dimiliki masyarakat, yang tidak sampai
setengahnya mampu memahami literasi keuangan dengan baik.
Berbagai hasil survey nasional menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat
masih sangat rendah. Diperkuat dengan bukti hasil survei OECD PISA 2018, belajar di
Indonesia dengan usia remaja akhir menduduki level terendah dalan literasi keuangan dari
20 negara yang diujikan, selama 2 kurun waktu 2012 dan 2018 (OECD, PISA 2018
Results (Volume IV); Are Students Smart about Money?, 2020). Masih 5,3% lagi untuk
mencapai target nasional. Sehingga diperlukannya dorongan lebih untuk masyarakat dalam
memahami literasi keuangan. Sebab tingkat kesejahteraan suatu masyarakat sejalan dengan
tingkat melek keuangan dan kedekatan masyarakat terhadap akses keuangan (Akmal &
Saputra, 2016). Literasi keuangan membantu meningkatkan kualitas pelayanan keuangan
2
dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu
negara, semakin meningkatnya kompleksitas ekonomi, kebutuhan individu dan produk
keuangan, individu harus memiliki literasi keuangan untuk mengatur keuangan pribadinya
(Yushita, 2017).
Dari data di atas, literasi keuangan Indonesia masih belum mencapai angka yang
cukup. Untuk meningkatkan target nasional, pendekatan dalam bidang literasi keuangan,
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam
pembentukan pemahaman akan pentingnya literasi keuangan, dan keluarga merupakan unit
terdekat dalam menularkan pendidikan dini dalam membangun wawasan literasi keuangan
remaja, sebagai salah satu cara meningkatkan angka melek literasi skala nasional dan
global. Sehingga dipertanyakan tingkat literasi remaja dengan pengaruhnya terhadap
impulsive buying Online Food Delivery yang mereka lakukan.
Literasi keuangan Indonesia perlu ditanamkan sejak dini terutama di dalam
keluarga. Perilaku konsumtif dalam keputusan pembelian impulsif pada masa remaja
menggambarkan tingkat literasi keuangan yang dimilikinya. Sehingga dimasa mendatang,
mempenaruhi pengaturan keuangannya pula, dan memungkinkan melemahkan angka
indeks literasi keuangan nasional di Indonesia. Sehingga dari latar belakang dan
permasalahan tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan memfokuskan
pada literasi keuangan keluarga dan impulsive buying , dengan judul “Literasi Keuangan
Remaja terhadap Perilaku Impulsive Buying Online Food Delivery”.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Impulsive buying, atau pembelian impulsif, berasal dari dua kata, yaitu
buying (pembelian) dan impulsive (impulsif). Buy atau beli, dalam KBBI yaitu
memperoleh sesuatu melalui penukaran (pembayaran) dengan uang, sehingga
buying atau pembelian merupakan proses, cara, perbuatan membeli sesuatu
dengan alat tukar uang. Sedangkan berdasarkan etimologi impulsive menurut
bahasa inggris, berasal dari kata impulse, sesuatu yang dilakukan secara tidak
terencana, unreflective—tidak direfleksikan, dorongan untuk melakukan sesuatu,
yang dalam KBBI (2018) merupakan rangsangan, dorongan, tanpa pertimbangan,
sehingga disebutkan bahwa impulsive atau impulsif adalah bersifat cepat bertindak
secara tiba-tiba menurut gerak hati tanpa adanya rencana.
Menurut Piron, dkk dalam Muruganantham dan Bhakat (2013)
mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa impulsive buying sama dengan
unplanned purchasing, dimana pembelian dilakukan tanpa adanya perencanaan
matang, tidak disengaja pada suatu kondisi yang mendorong seseorang dalam
melakukan pembelian. Menurut Rookh, impulsive buying atau pembelian impulsif
merupakan pembelian yang tidak terencana dan terjadi tiba-tiba yang didorong
oleh kognitif dan afektif, sehingga seseorang yang impulsif akan mudah memiliki
dorongan untuk membeli barang (Renanita, 2017). Hampir sama seperti yang
diungkapkan oleh John Mowen dan Michael Minor (2002) bahwa impulsive
buying dilakukan dengan keterlibatan kognitif dan sebagian besar terjadi secara
otomatis, dan sesuai dengan yang diungkapkan oleh Verplanken dan Herabadi
bahwa impulsive buying termasuk dalam dua dimensi kecenderungan aspek
kognitif dan afektif, dimana keduanya saling berkesinambungan dalam
membentuk dorongan dalam dii seseorang untuk menghabiskan uang (Verplanken
& Herabadi, 2001). Bayley dan Nancarrow dalam Muruganantham dan Bhakat
(2013) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tiba-tiba,
menarik, dan hedonis, perilaku di mana kecepatan proses keputusan impulsif
menghalangi pertimbangan yang bijaksana dan terencana, mengikuti informasi
dan pilihan alternatif (Muruganantham & Bhakat, 2013).
Menurut (Kacen & Lee, 2002) menyatakan bahwa impulsive buying lebih
membangkitkan gairah dan sulit dicegah tetapi dilakukan dengan sengaja bila
dibandingkan dengan perilaku pembelian yang direncanakan (compulsive buying.
Pernyataan diperkuat oleh pernyataan Hirchman dan Stern dalam (Sumarwan,
2011) bahwa pembelian impulsif adalah kecenderungan konsumen untuk
melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan didorong
oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta tergoda oleh persuasi
pemasaran.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
impulsive buying merupakan perilaku konsumen, kecenderungan konsumen dalam
membeli barang secara cepat, melalui tindakan spontan, tidak terencana, didorong
oleh faktor kognitif yang kuat, faktor afektif, baik memperoleh kebutuhan,
keinginan atau kesenangan semata.
6
2.1.1.3. Aspek Impulsive Buying
7
2.1.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying
8
manusia lah yang mengalami keinginan membeli secara impulsif selama
berbelanja.
10
besar pada sikap dan perilaku konsumen dalam memesan makanan lewat
aplikasi atau secara daring (Prabowo & Nugroho, 2018).
11
remaja ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis
(Batubara, 2010).
13
2.1.2. Literasi Keuangan
2.1.2.1. Definisi Literasi Keuangan
Literasi berasal dari bahasa latin, kata literatus berarti orang yang belajar,
dalam KBBI (2018) Literasi merupakan kemampuan individu dalam mengolah
informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Uang dalam imbuhan,
keuangan, merupakan alat tukar, urusan berupa seluk beluk uang, keadaan uang,
sehingga jika diartikan bersamaan literasi keuangan merupakan kemampuan
seseorang dalam mengolah informasi dan pengetahuan, kecakapan hidup dalam
seluk beluk pengetahuan dan tata kelolanya mengenai seluk beluk uang, keadaan
uang, namun secara harfiahnya tidak sekedar pengatahuan uang secara umum,
tetapi terperinci (BPPB, 2018).
Literasi keuangan berkaitan dengan kompetensi seseorang untuk
mengelola keuangan (Akmal & Saputra, 2016). Diperkuat oleh pernyataan
Huston, bahwa literasi keuangan merupakan kemampuan membaca, menganalisis,
mengelola dan berkomunikasi tentang keuangan kondisi pribadi yang
memengaruhi kesejahteraan materi, termasuk kemampuan untuk membedakan
pilihan keuangan, mendiskusikan masalah uang dan keuangan tanpa (atau
meskipun) tidak nyaman, merencanakan masa depan dan merespons dengan
kompeten peristiwa kehidupan yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-
hari, termasuk perekonomian sehari-hari secara sederhana (Huston, 2010). Literasi
keuangan (financial literacy) juga dapat dipahami sebagai pengetahuan dan
kemampuan dalam mengelola keuangan guna meningkatkan kesejahteraan.
Literasi keuangan merupakan bagian dari pengetahuan, kecakapan dalam
keuangan. Literasi keuangan mempunyai esensi yang lebih mendetail
dibandingkan dengan pengetahuan keuangan secara umum, seperti pendapatan
dan pengeluaran (Rapih, 2016).
Menurut Chen dan Volpe dalam Lantara dan Kartini (2015) Literasi
keuangan menunjukkan pemahaman keuangan mengenai pengetahuan umum
keuangan investasi tabungan dan asuransi. Literasi keuangan sendiri merupakan
suatu kemampuan dalam mengelola pendapatan, menentukan berbagai
14
konsekuensi atas keputusan pribadi dalam pendapatan sekarang dan masa depan
(Tomášková, Němcová, & Mohelska, 2011).
15
2.1.3. Kerangka Teoritik
16
uang dan penggunaannya, semakin jelas pula arah uangnya digunakan dan
ditransaksikan, dalam bentuk apa uangnya dibelanjakan atau disimpan, sehingga
melemahkan adanya dorongan ingin membeli sesuatu secara sia-sia, karena
memahami uang secara simple dan kompleks, memahami perputaran transaksi
dan pemanfaatannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan (Anisa & dkk, 2020)
partisipan dalam penelitiannya yang memiliki pemahaman literasi keuangan yang
buruk menggunakan pengetahuannya terhadap uang dan transaksi secara praktis
lebih mudah membeli secara impulsif ketimbang dengan yang memiliki
pemahaman baik terhadap literasi keuangannya.
Aspek perencanaan dan pengelolaan keuangan. Merupakan aspek yang
memegang peran penting akan kemana uang dibelanjakan, akan di simpan di
mana ketika uang belum akan dipakai, dan bagaimana perputaran keuangannya
dialirkan, bagaimana tata kelola keuangan ketika telah diperoleh. Pada masa
pandemi ini, perolehan pendapatan uang jajan contoh paling mudah digunakan
secara positif digunakan untuk ditabung, atau diaturnya pembagian kemana dan
akan digunakan apa uang yang diperolehnya. Pengaruh negatif atas pemahaman
literasi keuangan yang rendah mampu memicu pengaruh pada faktor afektif
remaja setelah mengerjakan tugas yang sulit lewat daring/online, mood yang
berubah-ubah, serta pada faktor kognitifnya seperti dorongan memenuhi
keinginan atau rasa penasaran yang tinggi dengan pemahamannya dalam
mudahnya bertransaksi online, kemudahan dalam menikmati layanan, sehingga
mendorong remaja untuk segera membeli makanan secara impulsive.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan yakni ditujukan kepada setiap remaja
untuk mempunyai rencana terhadap masa depan nya. Hal ini dapat dilakukan dan
direncanakan dengan cara mengguakan keuangan kita dengan bijak dan tepat.
Selain itu, remaja mampu memahami situasi dan kondisi sehingga apa yang di
rencakan oleh remaja merupakan hal yang baik untuk kehidupannya. Maka dari
itu memahami literasi keuangan dan menahan diri untuk tidak melakukan belanja
online secara berleebihan merupakan suatu hal yang sangat diuntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustriyana, N. A., & Suwanto, I. (2017). Fully Human Being pada Pencapaian
Perkembangan Identitas. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 9-11.
Akmal, H., & Saputra, E. Y. (2016). Analisis Tingkat Literasi Keuangan. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam (JEBI), 235-244.
Anisa, N. A., & dkk. (2020). Financial Literacy on Impulsive Buying Behavior in
Y Generation . Quantitative Economics and MAnagement Studies
(QEMS), 70-75.
Azmi, Z., Anriva, D. H., Rodiah, S., Ramashar, W., Ahyaruddin, M., Agustiawan,
. . . Lawita, N. F. (2018). Peningkatan Literasi Keuangan melalui
Perencanaan Keuangan Keluarga. Jurnal Pengabdian Untuk Mu NegeRI ,
66-73.
Dewi, N., Rusdanti, & Sunarto St. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga,
Teman Sebaya, Pengendalian Diri dan Literasi Keuangan Terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa . Journal of Economic Education, 35.
Fattah, F. A., Indriayu, M., & Sunarto. (2018). Pengaruh Literasi Keuangan dan
Pengendalian Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar. BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan
Ekonomi, 21.
Harmancioglu, N., Finney, R. Z., & Joseph, M. (2009). Impulse purchases of new
products: an empirical analysis . Journal of Product & Brand
Management, 27-37.
Jeffrey, S., & Hodge, R. (2007). Factors Influencing Impulse Buying during an
Online Purchase. Electronic Commerce Search, 367-379.
OECD. (2020). PISA 2018 Results (Volume IV); Are Students Smart about
Money? Paris: OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development).
Prabowo, G. T., & Nugroho, A. (2018). Factors that Influence the Attitude and
Behavioral Intention of Indonesian Users toward Online Food Delivery
Service by the Go–Food Application. Advances in Economics, Business
and Management Research, 204-210.
Putriana, C. (2019, Februari 19). IDN Times. Dipetik Januari 4, 2020, dari IDN
Times:
https://www.idntimes.com/food/dining-guide/putriana-cahya/millennials-
kecanduan-pesan-antar-makanan-hemat-waktu-atau-malas/4