Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM PROPOSAL BAB II


Mata Kuliah: Metodologi Penelitian

Dosen Pembimbing:

Ulya Qoulan Karima, SKM, M.Epid

Disusun Oleh

Kelompok 2

Natasya Anggraeni Azis 1910713007


Farhah Sukma Dewi 1910713013
Chusnul Khotimah 1910713073
Salma Rachim Habibah 1910713105
Ratu Wavia Nadiarta 1910713135
Kelas 4B

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Metodologi Penelitian. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua dorongan dan
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut kami
sampaikan Ibu Ulya Qoulan Karima, SKM, M.Epid
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Terlepas
dari itu semua, Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan , baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu,
kami siap menerima kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan makalah.

Jakarta, 25 Maret 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah


1. Tinjauan pustaka :
- Literature review
- Jenis sumber pustaka
- Contoh sumber pustaka
- Teknik mencari sumber pustaka
- Teknik menulis literatur
2. Kerangka teori

I.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Tinjauan Pustaka


II.1.1 Literature Review
a. Pengertian Lierature Review
Literature Review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian
lainnya yang di peroleh dari bahan acuan untuk di jadikan suatu landasan kegiatan
penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari suatu perumusan
masalah yang di teliti. Literature Review juga Literatur review juga bertujuan untuk
membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada terkait topik
yang akan diteliti untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan
dilakukan.
Literature Review Berisi tentang Ulasan, Rangkuman, dan PemikiranPenulis
tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet, dll)
tentang topik yang ada di bahas. Literature review yang baik harus bersifat relevan,
mutakhir, dan memadai. Landasan teori, tinjauan teori, dan tinjauan pustaka
merupakan beberapa cara untuk melakukan Literature Review.
Secara garis besar terdapat tiga bentuk review yaitu: narrative review,
kualitatif sistematik review, dan kuantitatif sistematik review (bisa ditambah
dengan meta-analisis). Terdapat 5 Bentuk narrative review, yaitu sebagai berikut :
1. Editorial
Tipe ini biasanya ditulis oleh editor suatu jurnal. Bisanya tulisannya ini
berupa review dari topik khusus yang mengacu hanya pada sebagian kecil dari
published paper. Selain itu, pada bagian ini biasanya dapat berupa opini dari
editor atau invited author.
2. Commentary
Tipe ini juga termasuk dalam narrative review akan tetapi biasanya
dilengkapi dengan opini dari penulis. Tidak ada metode dan merupakan sebuah
komentar dari artikel yang bias atau memliki konflik. Penulis memaparkan
pendapatnya dan menilai kekeurangan atau kesalahan dari artike yang telah
terpublikasi.
3. Narrative overview/unsystematic review
Narrative overview/unsystematic review merupakan bentuk objektif dari
penulisan review, dan tipe inilah yang digunakan sebagai Tugas Akhir
mahasiswa.
b. Tahapan dalam menulis literatur review
Dalam menulis literatur review terdapat 5 tahapan yang harus dilalui, berikut ini
merupakan 5 tahapan dalam menulis literatur review :
1. Mendefinisikan ruang 6 lingkup topik yang akan direview,
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang relevan,
3. Mereview literatur,
4. Menulis review, dan
5. Mengaplikasikan literatur pada studi yang akan dilakukan, menjelaskan empat
tahapan dalam membuat literatur review, yaitu memilih topik yang akan
direview, melacak dan memilih artikel yang cocok/relevan, melakukan analisis
dan sintesis literatur dan mengorganisasi penulisan review.
Dari tahapan yang harus diikuti dalam membuat literatur review, langkah yang
perlu diperhatikan adalah membuat sintesis dari artikel-artikel konseptual atau
empiris yang relevan dengan studi yang akan dilakukan. Saat menulis literatur
review, ada dua hal yang menjadi bagian yang wajib untuk merujuk terbitan atau
publikasi sebelumnya yaitu pendahuluan dan pembahasan. Dengan mengemukakan
referensi, akan menjadi pendukung dalam argumentasi sekaligus dapat menjadi
rujukan kembali literatur yang digunakan sebagai landasan dalam analisis yang
dikemukakan.
1. Konsep Sintesis dalam Penelitian
Membuat sintesis artikel hasil pemikiran atau hasil penelitian diawali
dengan menganalisis artikel-artikel yang relevan dengan topik yang akan
direview maksudnya adalah membahas/mengkaji artikel dengan cara membuat
identifikasi dan klasifikasi berdasarkan elemen-elemen yang akan direview dari
beberapa artikel yang membahas topik yang hampir sama. Menyintesis
merupakan proses mengintegrasikan hasil analisis terhadap artikel-artikel
berdasarkan kesamaan dan perbedaan masing-masing artikel dan membuat
kesimpulan berdasarkan kesamaan dan perbedaan setiap artikel tersebut dalam
bentuk simpulan kolektif dari beberapa artikel yang dianalisis.
2. Teknik dan Instrumen yang digunakan dalam Sintesis
Mengadopsi pendapat Cronin dan Sally menjelaskan bahwa salah satu
teknik yang digunakan dalam sintesis adalah dengan menggunakan matriks
sintesis (synthesis matrix) yang dikelola berdasarkan key studies pada topik
tertentu. Matrik sintesis ini sangat bermanfaat sebagai basis penelitian yang
akan dilakukan. Matrik sintesis adalah sebuah tabel/diagram yang
memungkinkan peneliti untuk 8 mengelompokkan dan menglasifikasi
argumen-argumen yang berbeda dari beberapa artikel dan mengombinasikan
berbegai elemen yang berbeda untuk mendapatkan kesan/simpulan terhadap
keseluruhan artikel secara umum. Matrik sintesis digunakan untuk mengelola
sumber-sumber literatur dan mengintegrasikannya dengan interpretasi yang
unik. Matrik sintesis dibuat dengan cara sebagai berikut :
a. Identifikasi minimal 20 artikel yang sangat relevan dengan fokus penelitian
b. Buat kolom-kolom untuk mengidentifikasi beberapa hal, seperti
 Pertanyaan penelitian yang diajukan penulis,
 Metode yang digunakan,
 Karakteristik sampel penelitian,
 Persamaan yang ditemukan dan
 Perbedaan masing-masing artikel yang tidak ditemukan pada artikel
yang lain.

II.1.2 Jenis Sumber Pustaka


Sumber pustaka merupakan elemen esensial dalam penyusunan suatu karya ilmiah
karena berisi keterangan mengenai rujukan yang digunakan [ CITATION Per20 \l 1033 ].
Sumber pustaka dapat berupa jurnal ilmiah, buku, textbook, laporan penelitian, skripsi,
tesis, dan media tulis ilmiah lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan.
Penulisan suatu karya ilmiah perlu disertai dengan referensi dari beragam literatur
ilmiah agar keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan. Pencantuman sumber
rujukan dalam karya ilmiah disebabkan oleh teori penulis yang bersandar kepada
laporan penelitian ilmiah, baik sebagai alat pembanding, acuan pendapat, data, atau
informasi dari sumber yang telah dirujuk. Tujuan diperlukannya penulisan sumber
pustaka pada karya ilmiah adalah: [ CITATION Per20 \l 1033 ]
a. Berfungsi sebagai acuan validitas referensi teori yang dapat dipertanggung
jawabkan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan atau fenomena tak
terduga lainnya dalam proses penulisan karya ilmiah
b. Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi penulis kepada pencipta karya ilmiah
yang telah ada sebelumnya.

Agar terjaga keilmiahannya sumber yang digunakan perlu memenuhi syarat-syarat


tertentu, misal sederhananya dengan tidak mengutip atau merujuk kepada artikel-artikel
terpajang dalam situs umum yang telah dibubuhi asumsi pribadi penulis artikel seperti
makalah atau majalah populer, brosur, pamflet, dan sebagainya, sehingga tidak
disarankan dalam menukil teori dari situs semacamnya. Pemilihan bahan referensi
sebagai sumber pustaka dianjurkan keluaran terbaru atau up to date karena umumnya
teori yang diulas cenderung lebih kontemporer, yaitu publikasi dalam kurun waktu 5
hingga 7 tahun terakhir [ CITATION Mas18 \l 1033 ]. Dengan demikian, tidak ada
pembatasan kebebasan bagi penulis dalam memilih sumber referensi yang lebih dari 5
tahun. Adapun berdasarkan literatur yang diperoleh, jenis sumber pustaka terbagi
menjadi 2 (jenis):

a. Sumber pustaka primer


Merupakan sumber yang diperoleh oleh penulis dalam menulis karya ilmiah
melalui kegiatan penelitian yang dilakukan langsung oleh peneliti terdahulu atau
sebelumnya. Seperti artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau jurnal
penelitian. Artikel-artikel penelitian yang diterbitkan pada laman instansi tertentu
dan penerbitannya dilakukan secara berkala baik per 1 bulan, per 3 bulan, per 6
bulan, atau per 1 tahun disebut dengan jurnal ilmiah. Media cetak selain dari artikel
penelitian banyak ditemukan tidak diterbitkan di laman instansi tertentu, melainkan
hanya berupa laporan lepas seperti karya tulis ilmiah, sksipsi, atau tesis [ CITATION
Hir19 \l 1033 ].
b. Sumber pustaka sekunder
Merupakan sumber yang mengacu kepada publikasi Sumber pustaka sekunder
merupakan pustaka yang penulis peroleh dari beragam sumber seperti ensiklopedia,
buku text yang memiliki akses secara on-line maupun off-line, atau referensi lain
dimana pengarang buku hanya merombak kembali tulisan dari beberapa penulis
yang kemudian diterbitkan menjadi suatu artikel atau buku cetak. Selain buku,
terdapat modul, buku ajar, atau artikel yang mengandung dan mengkaji temuan
dengan topik yang sama [ CITATION Set18 \l 1033 ].
Penulis suatu karya ilmiah dibebaskan saat memilih sumber pustaka, dalam
artian tidak ada pengkategorian khusus ketika mengaplikasikan laporan yang disusun
penulis. Namun terdapat hal penting yang perlu diketahui, yaitu dimana sumber
pustaka yang digunakan harus dipertimbangkan aspek kemutakhiran dan
relevansinya. Keterkaitan karya ilmiah dengan sumber bacaan yang telah diperbaharui
yaitu akan berdampak kepada penggunaan teori yang telah usang dapat dibantah
keabsahannya karena eksistensi teori-teori baru. Adapun aspek relevansi akan
bersangkutan dengan masalah penelitian sehingga perlu terus mengalami
pembaharuan [ CITATION Set18 \l 1033 ].

II.1.3 Contoh Sumber Pustaka

Penulisan sumber pustaka umumnya mengacu kepada kaidah penulisan yang


populer digunakan. Dalam pengaplikasiannya, sumber pustaka dapat ditemukan dalam
beragam bentuk, ada beberapa jenis yang memiliki akses publik dan sebagian
membutuhkan akses khusus. Contoh sumber pustaka yang dapat dijadikan sebagai
bahan acuan penulisan karya ilmiah antara lain:

1. Buku
Buku tidak sama halnya dengan textbook, satu hal yang sama namun yang
membedakan ialah letak penerbitan karya tersebut. Buku merupakan publikasi
dalam negeri adapun textbook merupakan terbitan luar negeri. Penulisan sumber
pustaka yang mengacu kepada buku baik yang diakses secara on-line maupun off-
line umumnya mengikuti aturan urutan: Nama belakang pengarang, nama depan
pengarang. Tahun terbitan. Judul buku. Nama kota: nama penerbit. Dan pada
beberapa format kaidah penulisan ada yang membutuhkan komponen pelengkap
lainnya dalam menyusun daftar referensi. akan lebih baik apabila buku yang
digunakan berbentuk revisi terbaru dan tentunya relevan dengan topik penelitian.
Buku acuan yang paling sering digunakan sebagai acuan penulisan tinjauan
pustaka adalah : [ CITATION Hir19 \l 1033 ]
a. Bibliografi yang memuat data publikasi dari artikel penelitian maupun buku
tertentu.
b. Buku abstraks dan buku indeks, secara garis besar memiliki kesamaan
komponen informasi, yang membedakan adalah pada buku indeks tidak
disertakan ringkasan artikel, laporan penelitian, atau bentuk karya ilmiah
lainnya. Sedangkan buku abstraks, didalamnya memuat ringkasan artikel atau
makalah terkait pembahasan yang ada didalamnya.
2. Jurnal penelitian
Jurnal penelitian atau jurnal ilmiah berisikan kumpulan artikel penelitian yang
sudah disahkan secara instusional. Artikel jurnal pun memiliki tingkatan cakupan
yang dapat digunakan sebagai referensi yaitu pada level loka, nasional, regional,
dan internasional [ CITATION Swa12 \l 1033 ]. Berikut adalah contoh laman
penyediaan sumber pustaka lingkup internasional :
 Science Direct
 Ebsco
 Proquest
 Pubmed
 NCBI
Dan jurnal dengan lingkup nasional, seperti :
 Garuda
 Indonesia Onesearch
 Google Scholar

[ CITATION Hid19 \l 1033 ]

3. Lembaga atau insitusi


Laman instansi atau lembaga tertentu yang hingga saat ini dapat
dipertanggung jawabkan keabsahannya sehingga diperkenankan untuk dijadikan
sebagai bahan acuan yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), World Health
Organization (WHO), sumber data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin),
Profil Kementerian Kenegaraan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan lainnya.
Penggunaan Wikipedia, blogspot, wordpress atau laman non lembaga lainnya
sangat tidak diperkenankan, informasi yang terkandung didalamnya dianggap
tidak kredibel karena biasanya sudah terintervensi oleh asumsi-aumsi pribadi dan
laman situs tersebut tidak terverifikasi secara legal sehingga belum terbebas dari
aspek kekeliruan atau kecurangan lainnya [ CITATION Mas18 \l 1033 ].
II.1.4 Teknik Mencari Sumber Pustaka

Penelusuran literatur adalah kegiatan mencari atau menemukan kembali informasi


kepustakaan mengenai suatu bidang tertentu yang ada di perpustakaan maupun di luar
perpustakaan dengan menggunakan bantuan literatur sekunder dan atau sarana
penelusuran lainnya (Nashihuddin 2015, hlm. 41).

Pada proses penelusuran informasi, kita memerlukan strategi dan teknik untuk
mendapatkan informasi yang kita inginkan (Rifai, 2014). Pemustaka harus mempunyai
strategi jitu untuk menemukan informasi yang diinginkan agar sesuai dengan informasi
yang dibutuhkan, karena tidak semua informasi yang ada dapat diambil sebagai
informasi yang “berguna” atau “valid” (Mutiarani dan Rahmah 2018, hlm. 371).

Sulistiyo-Basuki (1992) dalam Nashihuddin (2015, hlm. 42), menyatakan bahwa


penentuan kata kunci adalah suatu kata/istilah penting untuk digunakan sebagai titik
akses dalam penelusuran informasi yang terkandung dalam bahan pustaka. Selain kata
kunci, Sulistiyo-Basuki (1992) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan penelusur ketika mengakses sumber-sumber informasi perpustakaan,
antara lain :

a. Mengungkapkan keinginan yang menyangkut subjek, waktu yang diperlukan,


jenis dokumen, informasi yang diinginkan (bentuk, bahasa, dan sebagainya);
b. Memutuskan sumber yang akan digunakan;
c. Komunikasi pertanyaan, tentang bahasa dokumen, strategi menelusur, dan format
telusur kaitannya dengan sumber sekunder;
d. Subsistem temu balik informasi diperiksa untuk mencari sumber rujukan;
e. Cantuman bibliografis yang sudah dikumpulkan dicek kembali;
f. Skrining, artinya pemilihan rujukan yang paling terkait dengan permintaan dan
subjek utama atau karakteristik sekunder;
g. Memberitahu hasil penelusuran;
h. Memeriksa kesahihan dokumen;
i. Mengekstrak informasi dari dokumen primer; dan
j. Menilai relevansi jawaban dan mengkaji efisiensi jasa yang diterimanya.
Elis, Cox, dan Hall dalam Laloo (2000) memberikan penjelasan mengenai tahapan
perilaku pencarian informasi sebagai berikut :

a. Starting, artinya individu mulai mencari informasi yang dibutuhkan misalnya


mencari informasi ke perpustakaan atau bertanya kepada orang lain.
b. Chaining merupakan kegiatan pencatatan hal-hal yang dianggap penting ke dalam
catatan kecil.
c. Browsing kegiatan mencari informasi secara terstruktur, mencari informasi yang
lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan pencari informasi.
d. Differentiating merupakan kegiatan memilah dan memilih sumber informasi
berdasarkan tingkat kepentingan, ketepatan, relevansinya dengan kebutuhan
informasi.
e. Monitoring kegiatan memantau perkembangan informasi, agar pengguna
informasi tidak ketinggalan perkembangan informasi.
f. Extracting mengidentifikasi sumber informasi secara lebih selektif agar dapat
memperoleh informasi yang dibutuhkan (Rindharto & Husna, 2019).

Menurut Hasnawati (2015), dilihat dari cara dan alat yang digunakan, maka
penelusuran informasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Penelusuran informasi konvensional


Penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui cara-cara konvensional atau
manual seperti:
1) Penelusuran informasi melalui katalog perpustakaan
Penelusuran menggunakan katalog perpustakaan ini biasanya
difokuskan untuk menemukan sebuah kode atau angka klasifikasi yang akan
menuntun pemakai ke dalam sumber informasi atau koleksi perpustakaan
yang dibutuhkan. Pemakai akan diarahkan kepada jajaran koleksi
perpustakaan. Pemustaka maupun pustakawan dapat menelusur melalui tiga
entri penting yakni berdasarkan judul, pengarang atau subyek.
2) Penelusuran informasi melalui bibliografi
Teknik ini mirip dengan katalog, hanya bibliografi cakupannya lebih
luas lagi yakni tidak hanya berupa koleksi yang dimiliki perpustakaan akan
tetapi juga di luar perpustakaan. Teknik penelusuran ini memanfaatkan daftar
bahan pustaka baik yang berupa buku, jurnal maupun sumber lainnya untuk
menelusur lebih jauh informasi dan sumber informasi aslinya.
3) Penelusuran Informasi melalui indeks
Indeks sering diartikan sebagai daftar istilah penting yang terdapat
dalam sebuah karya tulis atau bahan pustaka yang disusun secara alphabetis.
Indeks ini akan memudahkan orang dalam melakukan penelusuran informasi,
karena dapat membawa penelusur kepada sumber informasi secara langsung.
Indeks ini dapat berupa bagian dari sebuah karya tulis atau bahan pustaka dan
dapat pula berupa buku yang diterbitkan khusus.
4) Penelusuran Informasi melalui abstrak
Hal yang membedakan antara indeks dan abstrak adalah indeks hanya
sampai pada informasi kepada penunjukkan tempat suatu informasi disimpan,
sedangkan abstrak di samping menunjukkan tempat informasi, juga memuat
ringkasan informasi dari subyek yang ada.Abstrak merupakan pemadatan dari
sebuah karya seperti laporan penelitian, artikel majalah atau jurnal, prosiding,
dan lain-lain (Mutiarani dan Rahmah 2018, hlm. 373).
b. Penelusuran informasi digital
Penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media digital atau elektronik
seperti melalui OPAC (Online Public Access Catalog), Search Engine (di
Internet), Database Online, Jurnal Elektronik, dan informasi lain yang tersedia
secara elektronik atau digital.
Chowdhury and Chowdury (2001) dalam buku Penelusuran Literatur (Rifai, 2014),
menjelaskan teknik-teknik dalam penelusuran informasi diperlukan untuk memperoleh
efisiensi dalam penemuan kembali informasi. Berikut ini adalah teknik-teknik
penelusuran dalam temu kembali informasi :

a. Penelusuran dengan kata atau frase


Istilah “frase” merujuk pada pengertian kumpulan atau gabungan dua kata atau
lebih yang bersifat nonpredikatif (tidak memiliki suatu predikat), dan memiliki
satu pengertian. Dalam kegiatan penelusuran, baik kata maupun frase dapat
digunakan untuk menelusuri infomasi. Kata tunggal maupun kata gabungan dapat
menjadi isttilah carian dalam penelusuran informasi sesuai dengan subjek yang
diinginkan
b. Penelusuran dengan logika Boolean
1) Operator AND
Dalam penelusuran informasi dengan menggunakan operator AND ini
akan menemukan dokumen atau sumber-sumber informasi yang berisi dua
atau lebih konsep seperti yang dikehendaki dalam penelusuran.
2) Operator OR
Operator OR dalam penelusuran merupakan teknik penelusuran untuk
menelusur informasi yang mengandung satu atau seluruh konsep yang
menjadi istilah carian tersebut. Jika menelusur informasi dengan
menggunakan Operator OR, kita akan memperoleh hasil penelusuran tentang
hasil kedua istilah carian ditambah dengan gabungan dari kedua istilah
tersebut.
3) Operator NOT
Operator NOT banyak digunakan dalam penelusuran
informasi.Operator NOT ini berfungsi untuk membatasi informasi yang kita
telusur. Operator ini akan membatasi suatu penelusuran dengan cara
mengarahkan penelusuran untuk mengeluarkan sumber-sumber informasi
yang berisi kata atau informasi yang diinginkan.
4) Penelusuran dengan penggalan kata
Teknik penggalan kata ini memungkinkan melakukan penelusuran
seluruh bentuk kata yang berbeda-beda tetapi memiliki akar yang sama.
Meskipun demikian, untuk melakukan penelusuran ini diperlukan simbol-
simbol yang menunjukkan bahwa ada bagian kata tersebut yang hilang,
misalnya simbol #, ?, dan $.
Misalnya akan menampilkan kata yang mengandung kata INTERN
atau ditengah terdapat kata TERN, maka ketikkan #TERN#, maka akan
muncul istilah seperti INTERNATIONAL, INTERNET, INTERNAL,
INTERMEZO, dan sebagainya (Nashihuddin 2015, hlm. 43).
5) Penelusuran dengan kedekatan
Teknik penelusuran kedekatan merupakan penelusuran dengan
kedekatan istilah atau kata yang dimaksud. Artinya sistem akan mencari kata
yang terdekat letaknya dengan kata carian.
6) Penelusuran dengan field atau metatag
Penelusuran berdasarkan field merupakan teknik penelusuran yang
memungkinkan penelusur untuk memperoleh hasil yang lebih spesifik dengan
cara menambahkan pilihan berdasarkan meta tag. Untuk melakukan
penelusuran dengan meta tag ini, penelusur hanya menambahkan field atau
meta tag yang akan ditambahkan pada kata atau istilah carian.
7) Penelusuran dengan pembatasan
Teknik penelusuran ini memungkinkan kita untuk menelusur informasi
dengan dibatasi oleh kategori atau kriteria tertentu seperti bahasa, tipe atau
jenis sumber informasi, tahun terbit, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa teknik penelusuran
informasi terbagi menjadi enam teknik, yaitu penelusuran dengan kata, penelusuran
dengan logika Booleanl, penelusuran dengan penggalan kata, penelusuran dengan
kedekatan, penelusuran dengan field atau meta tag, dan penelusuran dengan
pembatasan.

II.1.5 Teknik Menulis Literatur


Studi pustaka merupakan istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian
teoritis, landasan teori, telaah pustaka (literature review), dan tinjauan teoritis (Embun,
2012 dalam Melfianora, 2019).
Menurut Wibowo (2014), tinjauan pustaka atau telaah pustaka merupakan proses
memahami dan menganalisis substansi/konten (teori dan metodologi) dari kepustakaan
berupa buku teks, artikel ilmiah, laporan ilmiah yang dilakukan secara kritis tentang
topik tertentu. Sedangkan Burns & Groove dalam Brink (2009) mendefinisikan telaah
pustaka sebagai proses mencari, membaca, memahami, dan membuat kesimpulan atas
hasil penelitian dan teori yang telah dipublikasikan dan menyajikannya secara
terorganisir.
Berdasarkan definisi tersebut, maka karakteristik suatu kegiatan tinjauan pustaka
adalah :
a. Sebuah proses
Kegiatan tinjauan pustaka bukan kegiatan yang dilakukan sekali saja, namun
merupakan sebuah proses yang panjang. Hal ini bisa terjadi sejak lama sebelum
peneliti menyusun proposal, saat penyusunan proposal, bahkan hingga saat
penyusunan hasil penelitian. Dengan demikian, kegiatan peninjauan pustaka akan
memiliki kualitas yang baik jika dilakukan terus menerus hingga mendapatkan
“benang merah” antara masalah penelitian dengan konsep/teori yang didapat
(Heryana, 2019).
b. Proses mencari dan membaca konten/masalah penelitian
Menyusun tinjauan pustaka merupakan proses mencari landasan teori dan
konsep yang kuat terhadap permasalahan/topik penelitian yang akan dipilih atau
telah dipilih. Namun demikian proses ini bukan hanya mencari lalu disimpan
dalam kotak/rak buku, melainkan harus dibaca untuk mendapatkan pemahaman.
Sehingga seorang peneliti harus memiliki kebiasaan membaca yang baik
(Heryana, 2019).
c. Proses memahami substansi/konten (teori dan metodologi)
Proses tinjauan pustaka bukan hanya kegiatan membaca, namun juga
memahami. Peneliti dianjurkan memahami konsep atau hasil penelitian yang
didapat, bahkan bila memungkinkan melakukan penelusuran hingga ke sumber
awal informasi. Misalnya untuk memahami hasil penelitian dari jurnal, peneliti
bisa melakukan komunikasi (tatap muka atau melalui email) dengan penulisnya
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam. Untuk memahami masalah
penelitian yang diperoleh dari seminar/konferensi, peneliti bisa langsung
menghubungi narasumber atau pembicara pada topik tersebut (Heryana, 2019).
d. Proses menganalisis substansi/konten (teori dan metodologi)
Setelah memahami konsep/teori yang didapat, seorang peneliti dianjurkan
menganalisis informasi yang didapat. Peneliti dapat melakukan komparasi dengan
sumber pustaka yang lain, membandingkan dengan data-data terdahulu, atau
menganalisis stuasi dan kondisi yang melatarbelakangi konsep/teori tersebut
(Heryana, 2019).
e. Dilakukan secara kritis
Proses tinjauan pustaka bukan kegiatan membaca secara pasif, melainkan
melakukan kajian tentang kelebihan dan kekurangan dari isi maupun cara
penyajian pustaka atau artikel tersebut. Bisa saja sebuah pustaka diambil dari
sumber pustaka dengan metodologi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, seperti ada ketidaksesuaian antara instrumen penelitian (kuesioner) dengan
karakteristik sampel atau responden (Heryana, 2019).
f. Bentuk kepustakaan bisa berbentuk buku teks, artikel ilmiah, laporan ilmiah
Bentuk sumber pustaka sebaiknya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Pustaka yang masih diragukan validitas dan kebenarannya sebaiknya
ditelusuri kredibilitas dan kesahihan sumber awalnya, misalnya berita di surat
kabar atau internet, blog pribadi, website, dan sebagainya. Bentuk sumber pustaa
dibahas pada sub bab jenis informasi dan sumber pustaka (Heryana, 2019).
g. Proses menyajikan secara terorganisir
Berbagai pustaka yang sudah dicatat kemudia disajikan kepada pembaca
dalam cara yang terstruktur rapi dan terorganisir sesuai dengan pedoman atau
standar penulisan proposal/laporan penelitian (Heryana, 2019).
Menurut Heryana (2019), tidak ada tahapan-tahapan yang baku dalam menyusun
tinjauan pustaka. Namun pada dasarnya terdapat tiga tahapan yang harus diperhatikan
yaitu tahap persiapan, pencarian & pencatatan, penulisan, dan penyelesaian. Pada tahap
penulisan atau penyusunan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai
berikut :
a. Penulisan tinjauan pustaka harus merupakan satu kesatuan utuh dalam konten,
gaya bahasa dan kalimat yang dipakai, sehingga bukan sebagai bentuk “tambal
sulam” dari berbagai penulis. Untuk itu peneliti harus memiliki kemampuan
parafrase yaitu menuliskan kembali kutipan dari sumber pustaka dengan bahasa
yang dibuatnya sendiri.
b. Melakukan kutipan, parafrase dan sintesis (meringkas dan mengintisarikan)
bahan-bahan yang dibaca, hal ini dilakukan untuk mencegah tuntutan plagiarisme
dari penulis lain.
c. Selalu mencantumkan rujukan asal tulisan. Penulisan kutipan sesuai dengan
standar yang ditetapkan misalnya standar APA, Harvard, Vancouver dan
sebagainya;
d. Memperhatikan gaya bahasa penulisan agar tidak membosankan dan mudah
dimengerti dan menggunakan gaya bahasa sendiri. Peneliti sebaiknya
memperhatikan urutan dan variasi Subyek-Predikat-Obyek dalam kalimat, agar
pembaca tidak merasa bosan.
e. Menghindari penggunaan kata-kata pengganti orang seperti saya, dia, mereka,
kalian. Untuk merujuk pada sebuah bacaan sebaiknya menggunakan nama penulis.
f. Menghindari terjadinya redundacy (pengulangan dan berlebihan menggunakan
kata-kata yang sama), artinya dalam satu kalimat hindari pengulangan kata.
g. Kualitas penulisan tinjauan pustaka tidak berdasarkan jumlah halaman (jumlah
halaman yang banyak tidak menjamin kualitas penulisan), sehingga jangan
terpaku pada tebal tipisnya pustaka. Kualitas penulisan tinjauan pustaka dilihat
dari relevansi dan urutan logis penyusunannya.

II.2 Kerangka Teori


A. Penjelasan Teori
Brink (2019) dalam Heryana (2019) menyatakan bahwa definisi teori dalam
ilmu kesehatan ada yang luas dan ada yang sempit. Dalam arti sempit, ada yang
menyamakan teori dengan kerangka konsep, model konseptual, paradigm,
metaparadigma, kerangka teori, dan perspektif teori (Heryana, 2019). Dalam
terjemahan bebasnya dalam Brink (2009) yang dimuat dalam Heryana (2019),
teori adalah proses abstraksi realitas secara sistematik yang digunakan untuk
beberapa tujuan. Sehingga dalam penciptaan teori, realitas-realitas yang ada pada
bumi diabstaksikan secara terorganisir. Teori diciptakan untuk berbagai macam
tujuan antara lain penggambaran, penjelasan dan prediksi suatu masalah. Teori-
teori tersebut kemudian diuji secara sistematik dalam “dunia nyata” oleh peneliti.
Contoh teori yang cukup dalam ilmu kesehatan adalah teori kebutuhan manusia
dari Maslow, teori Health Belief Model dari Rosenstock, teori adaptasi fisiologis
terhadap stress dari Selye, teori pengendalian sakit, dan model promosi kesehatan
dari Pender (Heryana, 2019).
Defini lain diberikan oleh Fain (2004) dalam Heryana (2019), teori adalah
sekumpulan interrelasi berbagai pernyataan (atau konsep) yang terorganisasi dan
sistematik yang secara khusus menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
variabel, yang bertujuan untuk memahami permasalahan atau latar belakang
masalah. Sementara itu “konsep” adalah pernyataan simbolis yang menjelaskan
suatu fenomena atau sub fenomena tertentu (Heryana, 2019). Demikian demikian
menurut Fain, teori memiliki karakteristik :
1. Sekumpulan pernyataan (atau konsep) terorganisir dan tersusun secara
sistematik yang menghubungkan beberapa variable
2. Bertujuan untuk memahami permasalahan atau latar belakang dari
permasalahan
Berdasarkan tingkatan dalam proses abstraksi, teori terbagi dalam enam jenis
yaitu meta-teori (metatheory), paradigm/model/filosofi (paradigms-
modelphilosophy), teori dasar (grand theory), teori antara (middle-range theory),
teori aplikatif (practice theory), dan teori yang harus diuji (test/refine theory).
Gambar 1. Tingkatan Proses Abstraksi

Brink (2009) dijelaskan dalam Heryana (2019) menjelaskan bahwa metatheory


merupakan jenis teori dengan tingkat abstaksi yang paling tinggi. Metatheory
berfungsi dalam pembuatan rancangan teori dan pengembangan teori sehingga
berfokus pada isu-isu yang luas, seperti menganalisis tujuan dan jenis kebutuhan
teori, melakukan kritisi dan memberikan saran terhadap pengembangan teori.
Tingkatan berikutnya adalah paradigma. Paradigma atau model atau filosofis
sering dipersamakan tingkat abstraksinya dengan grand theory, yang
menghasilkan perspektif secara global dari disiplin ilmu dan aplikasinya.
Tingkatan berikutnya dengan proses abstraksi dan lingkup lebih sempit di bawah
grand theory adalah middle-range theory. Teori ini memfokuskan pada
fenomena/masalah yang sudah pasti, misalnya tentang rasa nyeri, stress,
mekanisme penanganan stress, dan ketergantungan kimia. Sebenarnya terdapat
satu tingkatan lagi di bawah middle-range theory yaitu narrow-range theory atau
micro-theory yang mengabstraksikan masalah pada satu individu, satu situasi dan
satu sudut pandang (Heryana, 2019).
Teori aplikatif atau practice theory bertujuan untuk menjelaskan penerapan
teori dalam dunia nyata. Menurut Dickhoff & James (1968) dalam Brink (2009)
yang dimuat dalam Heryana (2019) menyebutkan bahwa teori aplikatif dapat
diklasifikasikan dalam empat tingkatan dari yang rendah hingga tinggi, yaitu
(Heryana, 2019):
a. Situation-producing theory. Jenis teori dengan tingkat paling rendah ini
bertujuan memprediksi situasi, sehingga sering disebut dengan prescriptive
theory atau teori yang memberikan petunjuk awal. Pada teori ini dijelaskan
bagaimana seorang tenaga kesehatan harus berbuat.
b. Situation-relating theory. Jenis teori ini menghubungkan situasi yang
diperoleh atau digambarkan dari situation-producing theory. Teori ini
menghasilkan dasar-dasar pengujian hubungan antar situasi atau menjawab
pertanyaan “apakah yang akan terjadi jika…”.
c. Factor-relating theory. Jenis teori ini bertujuan menguji hubungan antar
konsep. Konsep-konsep tersebut dihasilkan dari penggambaran hubungan
situasi yang dihasilkan situation-relating theory.
d. Factor-isolating theory. Jenis teori ini bertujuan untuk mengobservasi,
menggambarkan dan memberi “nama” pada konsep-konsep. Berdasarkan
hubungan antar konsep yang diperoleh dari factor-relating theory, maka
peneliti dapat membentuk teori yang hasilnya adalah mengisolasi faktor-faktor
dan penamaan konsep.
B. Penjelasan Kerangka Teori
Dalam praktik penyusunan laporan penelitian, istilah kerangka teori sering
diartikan dengan istilah lain seperti model konseptual, paradigma, metapradigma,
persepektif teori, atau kerangka berfikir. Bahkan ada yang mempertukarkannnya
dengan kerangka konsep. Brink (2009) dalam Heryana (2019) membedakan istilah
kerangka teori dan kerangkan konsep sebagai berikut :
 Kerangka teori, disusun berdasarkan pernyataan-pernyataan yang berasal dari
teori yang ada
 Kerangka konsep, disusun melalui identifikasi dan penentuan konsepkonsep
dan hubungan antar konsep yang disarankan (Heryana, 2019).
Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai konsep,
teori, dan literatur yang digunakan oleh peneliti. Penentuan kerangka teori harus sesuai
dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian. Tidak terdapat
perbedaan yang khusus untuk menyusun kerangka teori pada penelitian kualitatif
maupun kuantitatif. Keduanya menggunakan pedoman dan aturan yang sama. Dan perlu
diingat bahwa dalam mengutip teori, jangan pernah lupa mencantumkan nama
penggagas teori tersebut dan sumber informasinya (Wibowo, 2018).
Misalnya pada penelitian kualitatif jika topik penelitian adalah implementasi
promosi kesehatan di RS (PKRS) yang bertujuan ingin mengevaluasi
pelaksanaannya, maka kerangka teori yang dipakai bisa menggunakan konsep
promosi kesehatan, konsep evaluasi program kesehatan, atau konsep evaluasi
kinerja organisasi. Sementara pada penelitian kuantitatif jika topik penelitian
adalah masalah pembukaan pelayanan kesehatan yang baru di RS yang bertujuan
ingin menilai kelayakan pelayanan tersebut, maka pemilihan kerangka teori bisa
menggunakan konsep studi kelayakan, konsep manajemen pelayanan, atau konsep
manajemen keuangan.
Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara berbagai variabel untuk
menjelaskan sebuah fenomena (Wibowo, 2018). Hubungan antara berbagai
variabel digambarkan dengan lengkap dan menyeluruh dengan alur dan skema
yang menjelaskan sebab akibat suatu fenomena. Sumber pembuatan kerangka
teori adalah dari paparan satu atau lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka.
Pemilihan teori dapat menggunakan salah satu teori atau memodifikasi dari
berbagai teori, selama teori yang dipilih relevan dengan keseluruhan substansi
penelitian yang akan dilakukan.
Kerangka teori yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar dalam menyusun kerangka teori yang menghasilkan hipotesis. Di
bidang rekam medis dan informasi kesehatan, teori yang berkembang belum
sebanyak teori-teori di bidang kesehatan lainnya. Teori yang diadopsi masih
rujukan lama untuk pendokumentasian rekam medis dan masih dipakai hingga
sekarang. Selama belum terjadi perubahan pada teori lama, maka teori tersebut
masih dapat dipergunakan.
Di bidang perilaku kesehatan, teori tentang perilaku menurut Bloom dalam
Notoatmodjo (2010) yang dimuat dalam Anggita dan Masturoh (2018) membagi
perilaku manusia ke dalam tiga domain yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Teori ini masih banyak diadopsi dan digunakan untuk keperluan penelitian di
bidang kesehatan. Termasuk di bidang rekam medis, teori perilaku tersebut dapat
digunakan dengan cara dikompilasi dengan teori rekam medis (Anggita dan
Masturoh, 2018).
Berikut ini contoh cara membuat kerangka teori. Contoh:
Judul : Analisis Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Kasus
Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Tahun 2016
Tujuan :
1. Mengetahui gambaran kelengkapan identifikasi Dokumen Rekam Medis
Rawat Inap Kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
2. Mengetahui gambaran kelengkapan autentikasi Dokumen Rekam Medis
Rawat Inap Kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016.
3. Mengetahui gambaran kelengkapan laporan yang penting Dokumen Rekam
Medis Rawat Inap Kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
4. Mengetahui gambaran kelengkapan pencatatan yang baik Dokumen Rekam
Medis Rawat Inap Kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya Tahun 2016.
Kerangka Teori :
Teori yang digunakan mengacu pada teori analisis kuantitatif menurut
Huffman (1995). Kerangka teori disusun dalam bentuk alur skema variabel-
variabel yang menjelaskan tentang kelengkapan dokumen rekam medis. Berikut
ini merupakan contoh kerangka teori berdasarkan judul dan tujuan diatas.
Gambar 2. Contoh Kerangka Teori
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anggita, N., dan Masturoh, I. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
(RMIK): Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI.

Heryana, Ade, 2019, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat, Jakarta: e-
book tidak dipublikasikan, diakses pada 11 Maret 2021.
https://www.researchgate.net/publication/342144107_Buku_Ajar_Metodologi_Penel
itian_pada_Kesehatan_Masyarakat

Hidayat, D. S., Saputra, D. F., & Ulum, A. (2019). Pemanfaatan Sumber Pustaka dan
Perangkat Penunjang Publikasi Ilmiah. Jakarta: Kementerian RISTEKDIKTI, LIPI.

Hiriansah. (2019). Ready for Research (Principles and Practices) Metodologi Penelitian,
suatu tinjauan konsep dan konstruk. Pasuruan: Qiara Media Partner. Dipetik Maret
12, 2021, dari
https://www.google.co.id/books/edition/Ready_For_Research/w5OhDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=sumber+pustaka+primer&pg=PA238&printsec=frontcover

Masturoh, I., & T., N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PPSDMK: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Dipetik Maret 12, 2021, dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Metodologi-
Penelitian-Kesehatan_SC.pdf

Melfianora, 2019, Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur, Pekan Baru, diakses
pada 11 Maret 2021. https://osf.io/gfe9w/

Mutiarani, W & Rahmah, E 2018, ‘Strategi dan Teknik Penelusuran Informasi Pemustaka di
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat’ Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 7, No. 1, September 2018, Seri D, diakses 12 Maret
2021.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/101018
Nashihuddin, W 2015, ‘Pemahaman Pemustaka dalam Menelusur Sumber-Sumber Literatur
di Perpustakaan PDII-LIPI’ Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 22 No. 2, 2015, diakses
12 Maret 2021.
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1326903
Perdana, F. J. (2020). Pelatihan Membuat Daftar Pustaka Otomatis Dengan Aplikasi
Mendeley Desktop Bagi Mahasiswa Dalam Persiapan Penyusunan Tugas Akhir.
Dimasejati, 2(1), 75-93. doi: http://dx.doi.org/10.24235/dimasejati.v2i1.6652.g3025

Rindharto, D & Husna, J 2019, ‘Perubahan Perilaku Pencarian Informasi terhadap


Ketersediaan Layanan Internet di UPT Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945
Semarang ( Studi Kasus terhadap Pemustaka )’ Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol.6 No. 2,
Februari 2019, diakses 12 Maret 2021.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/23111/21137

Setiana, A., & Nuraeni, R. (2018). Riset Keperawatan. (A. Rahmawati, Penyunt.) Cirebon:
LovRinz Publishing. Dipetik Maret 12, 2021, dari https://books.google.co.id/books?
id=wnweEAAAQBAJ&pg=PA28&dq=jenis+sumber+pustaka&hl=id&sa=X&ved=2a
hUKEwii3pXXoaLvAhWNT30KHbOVAh4Q6AEwAXoECAgQAg#v=onepage&q=
jenis%20sumber%20pustaka&f=true

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. (I. Nastiti, Ed.) Yogyakarta: CV


Andi Offset. Dipetik Maret 12, 2021, dari
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kesehatan/NOkOS2
V7vVcC?hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover

Wibowo, Adik, 2014, Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan, Depok: Rajawali
Pers.

Anda mungkin juga menyukai