Anda di halaman 1dari 8

3.1.2.

Rumus Umum
Perhitungan Beda Tinggi

Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS

Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah


Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Contoh Asesmen

Pengantar

Perhitungan Beda Tinggi (=∆H) antara suatu titik dengan


titik referensi, diperlukan untuk mengetahui elevasi titik.

Dari pengolahan data, akan dapat diperoleh juga jarak


optis, selain beda tinggi dan elevasi titik.
Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Contoh Asesmen

Fakta

RUMUS UMUM PERHITUNGAN BEDA TINGGI

ADALAH

RUMUS BEDA TINGGI, RUMUS JARAK OPTIS, DAN


RUMUS ELEVASI
Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Contoh Asesmen

Konsep

Selisih tinggi atau Beda Tinggi A dan B, atau ∆H ab = Ha-Hb


Selisih Tinggi ini diperoleh dari bacaan belakang dikurangi bacaan muka
Jika Ha < Hb, maka ∆H negative, atau B lebih rendah dari A (menurun)
Jika Ha > Hb, maka ∆H positif, atau B lebih tinggi dari A (naik)
Jarak antara alat ke TITIK (ditandai dengan rambu/baak
ukur) dapat juga ditentukan dari bacaan benang pada alat
disebut sebagai jarak optis atau jarak tak langsung..

D = 100 (BA-BB)

D = jarak

BA = Benang Atas

BB = Benang Bawah
Rumus Elevasi Titik yang dicari (misal B )

adalah :

= ∆H B-A + Elevasi Titik diketahui (misal A sebagai BM)


Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Contoh Asesmen

Ringkasan

RUMUS BEDA TINGGI, RUMUS JARAK OPTIS,

DAN RUMUS ELEVASI

dapat dimanfaatkan dalam penentuan Elevasi Titik serta


penggambaran hasil perhitungan.
Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Contoh Asesmen

Alat berdiri (ketinggian t) di titik M yang diketahui elevasinya,


Pada pembacaan suatu titik P dari Titik M diketahui BA BT BB,
maka ;

Jarak alat ke titik adalah DM-P = 100 (BAP-BBP)

Beda Tinggi adalah ∆HM-P = talat – BT

Elevasi Titik P adalah Elevasi P = Elevasi M + ∆HM-P

Anda mungkin juga menyukai