Anda di halaman 1dari 153

i

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. L DENGAN


IMPLEMENTASI PIJAT OKSITOSIN DAN TEKNIK MENYUSUI YANG
BENAR DI BPM BIDAN Y BEKASI

TAHUN 2018

Disusun oleh:
HANNA VITRIA SARI
P3.73.24.2.16.119

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN 2018
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. L DENGAN


IMPLEMENTASI PIJAT OKSITOSIN DAN TEKNIK MENYUSUI YANG
BENAR DI BPM BIDAN Y BEKASI TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah


Praktik Klinik Kebidanan II

Disusun Oleh:

HANNA VITRIA SARI


NIM. P3.73.24.2.16.119

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN 2018
i

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
NAMA PENULIS : HANNA VITRIA SARI
JUDUL :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSI
PADA NY. L DI BPM BD Y
BEKASI TAHUN 2018
JUMLAH HALAMAN & BAB : 128 & V

GAMBARAN KASUS
Kasus diambil di BPM Bd Y pada tanggal 20 Oktober 2018 sampai 21 November
2018. Kunjungan pertama tanggal 20 Oktober 2018 Ny. L G1P0A0 usia 26 tahun
hamil 35 minggu. Tanggal 8 Oktober 2018 pukul 20.00 WIB Ny. L dengan
keluhan mulas-mulas, G1P0A0 hamil 38 minggu partus kala I fase laten.
Keadaan ibu dan janin baik. Pukul 23.30 WIB ibu merasa mules yang sudah tak
tertahankan, G1P0A0 partus kala II. Keadaan ibu dan janin baik, Pukul 23.45 bayi
lahir spontan, menangis kuat, kulit kemerahan, cacat (-), tidak terdapat lilitan
tali pusat, Tidak ditemukan janin kedua, TFU sepusat, kandung kemih kosong,
kontaksi baik. Pukul 00.00 plasenta lahir spontan, lengkap, P1A0 partus kala III,
Keadaan ibu baik. Pukul 00.00 TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, terdapat laserasi jalan lahir grade II, perdarahan ± 100cc,
P1A0 partus kala IV. Pukul 00.45 WIB bayi Ny. L TTV, fisik dan refleks baik,
NCB-SMK usia 1 jam, Keadaan bayi baik. Pukul 05.45 WIB Ny. A TTV dalam
batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong,
pengeluaran darah ± 50cc, lochea rubra. P1A0 Nifas 6 jam, Keadaan ibu baik.
Tanggal 14 November 2018, bayi Ny. L TTV, fisik dalam batas normal,
NCB-SMK 6 hari. Ny. L TTV dalam batas normal, TFU pertengahan pusat
simfisis, pengeluaran darah ± 10 cc, lochea sanguilenta, P1A0 Nifas 6 hari.
Tanggal 21 November 2018, bayi Ny. L TTV, fisik dalam batas normal,
NCB-SMK 2 minggu. Ny. L TTV dalam batas normal, TFU pertengahan pusat
simfisis, pengeluaran darah ± 10 cc, lochea sanguilenta, luka laserasi sudah
mengering, P1A0 Nifas 2 minggu.Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu
berupa Pijat Oksitosin dan Teknik Menyusui yang benar.
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat Rahmat dan Anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi
kasus komprehensif yang berjudul Laporan Studi Kasus Komprehensif Asuhan
Kebidanan dan Implementasi Pijat Oksitosin dan teknik menyusi yang benar Pada
Ny.L di BPM Bd.Y tahun 2018.

Laporan Studi Kasus ini di susun dalam rangka memenuhi tugas akhir
program studi D-III Kebidanan Poltekkes Kesehatan Kementrian Kesehatan
Jakarta III dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif Asuhan
Kebidanan Praktik Fisiologis (PKKII) pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir
dan Nifas di BPM Bd.Y.

Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, penulis mendapatkan banyak


masukan, dukungan, saran dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :

1. Erika Yulita, SST,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik


Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III yang telah mencurahkan
pemikirannya demi kemajuan program studi Kebidanan ini.
2. Hamidah, SPd., MKes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III yang juga telah mencurahkan pemikirannya demi
kemajuan program studi Kebidanan ini.
3. Rusmartini,S.KM,M.Kes selaku pembimbing dalam pembuatan laporan studi
kasus ini, yang penuh perhatian dan selalu memberi masukan-masukan yang
membangun bagi penulis. Semoga Tuhan senantiasa membalas kebaikannya
dengan balasan yang berlipat ganda.
iii

4. Jehannara,SST,M.Keb selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan


bimbingan akademik ditambah dengan dukungan, doa dan dorongan kepada
penulis sejak awal semester hingga saat ini, semoga Tuhan senantiasa
merahmati dan memberikan lindungan.
5. Bd.Yulianti, Am.Keb Pemilik BPM yang telah mengizinkan dan membantu
penulis dalam pelaksanaan Studi Kasus Komprehensif ini, semoga Allah
senantiasa membalas amal baiknya dengan balasan yang berlipat ganda.
6. Ny.L beserta keluarga yang mau bekerja sama dengan penulis dalam
menyusun laporan studi kasus ini, semoga amal baik ibu dan keluarga
mendapat balasan dari Tuhan Yang Masa Esa.
7. Orangtua penulis karena telah memberikan support mental dan materil serta
doa-doanya dalam sepanjang proses hidup penulis selama ini, penulis
memohonkan rahmat dan kesejahteraan yang tiada habisnya dan dengan
iringan doa dan lubuk hati yang paling dalam semoga Bapak dan Mama
senantiasa mendapatkan lindungan dan keselamatan dari Allah SWT di dunia
dan akhirat.
8. Sahabat tercinta Nofi Endah Fatmawati, Delivia Yasmin, dan Yulis Erianti,
Nur Rizkiwati,Firda Ramadanti yang memberikan bantuan dan semangat
kepada penulis, semoga menjadi pribadi yang sukses dengan cita-cita
masing-masing.
9. Teman-teman kelas 3C dan teman-teman satu Pembimbing Kompre,
Teman-teman seangkatan Ansembel yang selalu memberikan semangat,
mengerjakan laporan dengan kerjasama, kerja keras, canda tawa dan juga
saling memotivasi.
10. Adik tingkat yang telah memberi semangat, terkhusus untuk adik asuhku
Galuh Ika. Terima kasih atas semua perhatian, dukungan serta doa yang selalu
diberikan.
11. Orang-orang terkasih yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan perhatian, dukungan dan doa. Terima kasih atas semua perhatian,
dukungan serta doa yang selalu diberikan semoga Allah SWT selalu
memberikan rahmat dan berkah-Nya serta lindungan di setiap langkahnya.
iv

Penulis sadar sepenuhnya akan keterbatasan pengetahuan dan waktu sehingga


masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Bekasi, Desember 2018

Penulis
v

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI


LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN KASUS…………………………………………………...... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………....... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B...Tujuan …………………………………………………………….. 5
C...Waktu dan Tempat pengambilan kasus……………………………. 6

BAB II TINJAUAN TEORI


A...Kehamilan…………………………………………………………. 7
B...Persalinan………………………………………………………...... 21
C...Bayi Baru Lahir…………………………………………………..... 33
D...Nifas ……………………………………………………………..... 40
E... Pijat Oksitosin Dan Teknik Menyusui Yang Benar………………. 47

BAB III PERKEMBANGAN KASUS…………………………………... 53


BAB IV PEMBAHASAN KASUS……………………………………….. 82
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A...Simpulan…………………………………………………………… 100
B...Saran………………………………………………………………... 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global

goals Melenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015.

Menurut Kemenkes RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan

nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030, mengurangi

angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup,

mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh

negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga

12 per 1.000 kelahiran hidup dan Aangka Kematian Balita 25 per 1.000

kelahiran hidup, mengurangi sepertiga kematian prematur akibat penyakit

tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan

dan kesejahteraan mental. Pada 2030 menjamin akses semesta kepada

pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana

(KB), informasi dan edukasi, serya integrasi kesehatan reproduksi ke dalam

strategi dan program nasional (Kemenkes RI, 2016).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
2

terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena

sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi

aksesibilitas maupun kualitas (Kemenkes RI, 2017).

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan

2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012

menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan

menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI, 2017).

AKB di Provinsi DKI Jakarta menurut data Seksi Kesehatan Keluarga

Dinkes DKI Jakarta tahun 2016 sebesar 4 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup

dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 3 bayi mati per 1.000 kelahiran

hidup, dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 7 bayi per 1.000 kelahiran

hidup. Daerah Jakarta Barat memiliki jumlah kematian bayi terbanyak ke dua

sebanyak 214 bayi mati. Angka kematian bayi dan balita di wilayah Jakarta

Barat dan Utara tinggi dibandingkan wilayah lain. Hal itu kemungkinan

karena kesadaran masyarakat untuk bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

masih rendah, serta angka dukun bersalin sebagai penolong persalinan masih

tinggi dibandingkan dengan wilayah lain diluar Kepulauan Seribu. Upaya

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi DKI Jakarta terus

meningkat yaitu sebesar 97,3% pada tahun 2016, dibandingkan dengan tahun

2015 sebesar 94,2%, meningkat 3,1%. Persentase persalinan ditolong tenaga

kesehatan tahun 2016 di Jakarta Barat sebesar 97% (Profil Kesehatan Jakarta

2016).
3

Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative,

sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang

dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.

Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun

1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Upaya lain yang juga telah dilakukan

yaitu strategi Making Pregnancy Safer yang dicanangkan pada tahun 2000

(Kemenkes RI, 2017).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin

agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,

seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan

pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2017).

Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan

kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan terlatih dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),

dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang

dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan (Kemenkes RI, 2017).

Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan

ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan


4

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya

kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

terdapat 80,61% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh

tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra sebesar

77% (Kemenkes RI, 2017).

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang

diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik

Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,

sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik

kebidanan. Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan

dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa

nifas, memfasilitasidan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan

memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup

upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu

dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta

melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.Bidan mempunyai tugas penting

dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,

tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup

pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas

pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan

asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di


5

rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. ( IBI,

2016)

Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan

kebidanan persalinan, asuhan kebidanan masa nifas, dan asuhan kebidanan

bayi baru lahir. (Varney,2007).

Banyak ibu yang masih sedikit memberikan ASI secara Esklusif, terlihat

dari Data Dinas Kesehatan Aceh Besar bahwa jumlah atau proporsi bayi yang

diberi Asi Esklusif tahun 2010 dari 241 bayi hanya 16 bayi yang diberi ASI

Ekslusif (Pofil Kesehatan Aceh Besar tahun 2010) Ada beberapa masalah

yang muncul akibat kegagalan ASI esklusif itu sendiri salah satunya masalah

dari ibu yang timbul selama menyusui seperti dimulai sejak sebelum

persalinan (periode antenatal), pada masa post partum dini dan masa post

partum lanjut dan lain-lain. Beberapa keluhan yang ibu ungkapkan seperti ibu

sering mengeluh bayinya sering menangis atau menolak menyusu. Sering

diartikan bahwa ASInya tidak cukup, sehingga sering menyebabkan

diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. Dari beberapa

faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi ASI tersebut maka adanya

beberapa alternatif atau tindakan dalam meningkat Produksi ASI salah

satunya pijat oksitosin, dimana pijat oksitosin ini tindakan atau intervensi

untuk merangsang hipofisis anterior dan posterior sehingga mengeluarkan

hormone oksitosin tindakan ini diperkuat dengan adanya penelitian terkait

oleh (Muarif 2006) menyimpulkan bahwa oksitosin digunakan untuk


6

memperbaiki kontraksi uterus setelah melahirkan dalam upaya mencegah

perdarahan post partum.

Penelitian mengungkapkan sebagian besar usia ibu menyusui adalah

20-35 tahun (73,6%), diikuti ibu yang berusia lebih dari 35 tahun (22,9%) dan

di bawah 20 tahun (3,6%). Posisi menyusui yang baik sebagian besar pada

kelompok ibu berusia >35 tahun, sedangkan posisi yang cukup hampir sama

besarnya pada kelompok usia 30- 35 tahun dan kelompok >35 tahun dan

posisi menyusui yang kurang lebih banyak terjadi pada kelompok usia 35

tahun, sedangkan perlekatan yang cukup sebagian besar pada kelompok usia

25-35. Karena posisi menyusui mempengaruhi bounding dan asi yang

dikeluarkan. Maka pentingbuntuk mengajarkan teknik menyusui yang benar

kepada ibu.

Berdasarkan data diatas, penulis berusaha menerapkan asuhan kebidanan

yang komprehensif pada Ny.L G1 PO A0 mulai dari usia kehamilan 35 minggu

hingga masa nifas dan bayi baru lahir 14 hari agar dapat tercapai

kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi yang optimal dengan implementasi

pijat oksitosin dan cara menyusui yang benar.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.L

G1 P0 A0 dimulai saat masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

dengan menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan kebutuhan klien

dan pendokumentasian secara SOAP di BPM Bidan Y.


7

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.L G1 P0 A0 mulai masa

kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

b. Mampu menginterprestasikan diagnosa/menentukan masalah dan

kebutuhan pada Ny.L G1 P0A0 mulai masa kehamilan, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir.

c. Mampu mengantisipasi masalah dan diagnosa kebutuhan segera pada

Ny.L G1 P0 A0 mulai masa kehamilan,, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir.

d. Mampu mengantisipasi akan kebutuhan segera pada Ny.L G1 P0 A0

mulai masa kehamilan,, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

e. Mampu membuat perencanaan pada Ny.L G1 P0 A0 mulai masa

kehamilan,, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana pada Ny.L

G1 P0 A0 mulai masa kehamilan,, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

g. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan pada Ny.L G1 P0 A0 mulai masa

kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

h. Mampu melakukan pendokumentasian secara SOAP pada Ny.L

G1 P0 A0 mulai masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.


8

C. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus

Pengambilan kasus dilakukan di BPM bidan Y dengan menerapkan asuhan

kebidanan yang dimulai tanggal :

20-10-2018 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama

27-10-2018 : Pemeriksaan Kehamilan Kedua

03-11-2018 : Pemeriksaan Kehamilan Ketiga

08-11-2018 : Pemeriksaan Kehamilan Keempat

08-11-2018 : Pertolongan Persalinan

09-11-2018 : Kunjungan nifas 6 jam

14-11-2018 : Kunjungan rumah pertama, nifas 6 hari

21-11-2018 : Kunjungan rumah kedua, nifas 2 minggu


9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ASUHAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE)

1. Definisi Kehamilan

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak

HPHT hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode

antepartum. Periode ini terbagi menjadi tiga trimester. TM I berlangsung

pada minggu pertama hingga ke-12, TM II minggu ke 13 hingga ke 27,

TM III minggu ke 28 hingga ke 40 (Varney, 2007).

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan

antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan

normal. Kehamilan preterm adalah kehamilah yang berlangsung pada

umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan posterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat

waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,

postdate/ pos datisme atau pascamaturitas adalah kehamilan yang

berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari

pertama haid terakhir menurut rumus Neagele dengan siklus rata-rata 28

hari (Prawirohardjo, 2013).


10

2. Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan serta masalah lain pada masa kehamilan

menurut Buku KIA 2016 :

a. Muntah terus dan tak mau makan

b. Demam tinggi

c. Bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang

d. Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya

e. Pendarahan pada hamil muda

f. Air ketuban keluar sebelum waktunya

g. Demam tinggi menggigil dan berkeringat. Bila ibu berada didaerah

endemis malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit malaria

h. Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau gatal-gatal

didaerah kemaluan

i. Batuk lama (lebih dari 2 minggu)

j. Jantung berdebar-debar atau nyeri dada

k. Diare berulang

l. Sulit tidur dan cemas berlebihan

3. Faktor Risiko

Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO) dengan 7 terlalu dan 3 pernah.

Tujuh terlalu itu diantaranya adalah primi muda, primi tua, primi tua

sekunder, umur ≥35 tahun, grande multi, anak terkecil umur <2 tahun,

tinggi badan rendah ≤145 dan 3 pernah adalah riwayat obstetri jelek,

persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan dengan infus/


11

transfuse, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sectio cesarea.

Ibu dengan kelompok faktor resiko ini selama hamil sehat membutuhkan

KIE pada tiap kontak yang berulang kali mengenai kemungkinan

terjadinya komplikasi persalinan. (Prawirohardjo, 2013).

Umur ibu yang paling aman untuk hamil adalah 20-35 tahun karena

pada wanita mulai umur 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah

benar-benar siap untuk menerima kehamilan, juga pada umur tersebut

biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu. Hal ini karena

kesiapan seorang perempuan untuk bisa menerima kehamilannya antara

lain dari segi fisik, emosi, psikologi, sosial, dan ekonomi (Qurniyawati,

2014).

4. Adaptasi Perubahan Fisik Kehamilan pada Trimester III

a. Kulit

Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul

garis-garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang

kadang juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan

warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita

multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis

mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan

sebelumnya (Prawirohardjo, 2013). Striae gravidarum pada kulit perut

ada dua macam yaitu striae livide pada primigravida dan striae

albicans pada multigravida dan kadang gatal (Karnasih, 2009)


12

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan

linea nigra. Kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada

wajah, leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum

(Prawirohardjo, 2013).

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.

Adanya peningkatan kadar serum melanocycte stimulating hormone

sehingga terjadinya hiperpigmentasi. Estrogen dan progesteron

diketahui mempuyai peran dalam melanogenesis (Prawirohardjo,

2013).

b. Serviks

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas

kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi

sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka

saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian

bawah janin kebawah (Prawirohardjo, 2013).

c. Uterus

Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan


13

menipis. Batas antara segmen yang tebal dan segmen bawah yang tipis

disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis. Pada bulan terakhir

kehamilan biasanya terjadi kontraksi braxton hicks yang meningkat

pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Hal ini karena

meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction diantara

sel-sel miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10-20

menit dan pada akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa

tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu (Prawirohardjo,

2013).

d. Sistem Kardiovaskular

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena cava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

terlentang. Penekanan vena cava inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya erjadinya penurunan preload dan

cardiac output sehingga menyebabkan hipotensi arterial yang dikenal

dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat

dapat mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta

ini akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama

trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal

menurun jika dalam posisi terlentang (Prawirohardjo, 2013).

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke

6-8 kehamilan dan mencapai puncak pada minggu ke 32-34. Volume

plasma akan meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh

aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur
14

renin angiostensin dan aldosteron. Eritropoetin ginjal akan

meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30 % tetapi tidak

sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan

mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi haemoglobin.

Pada kehamilan lanjut, kadar Hb < 11 gr/dl merupakan hal yang

abnormal dan lebih berhubungan defisiensi zat besi. Penambahan

asam folat dan zat besi dapat membantu mengembalikan kadar

haemoglobin. Kebutuhan zat besi selama kehamilan kurang lebih

1.000 mg atau 6-7 mg/hari(Prawirohardjo, 2013).

Sebagian ibu hamil mengeluh sesak dan nafas pendek (dispnea)

akibat adanya penekanan uterus kediafragma pada usia kehamilan

lebih dari 32 minggu. Mekanika respirasi berubah pada saat hamil,

tulang rusuk menonjol kearah luar dan ketinggian diafragma naik 4

cm (Karnasih, 2009).

e. Perubahan Metabolik

Diperkirakan selama kehamlan berat badan akan bertambah 12,5

kg. pada trimester dua dan tiga perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg

sedangkan perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dainjurkan

menambah berat badan 0,5 kg/ minggu dan 0,3 kg/minggu

(Prawirohardjo, 2013).

Perhitungan Indeks Massa Tubuh (Varney, 2007)


Berat Badan dalam kilogram
IMT = Tinggi Badan dalam meter)
15

Tabel 2.1

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah <19,8 12,5-18

Normal 19,8-26 11,5-16

Tinggi 26-29 7-11,5

Obesitas >29 >7

Gemeli 16-20,5

Sumber : Prawirohardjo, 2013

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 gr kalsium yang

sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin. Asam folat

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel dalam sintesis

DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan akan

menyebabkan anemia megaloblastik (Prawirohardjo, 2013).

f. Payudara

Estrogen meningkatkan perkembangan duktus pada payudara dan

perumbuhan kelenjar mammae, progesteron menstimulasi sistem

alveolar. Progesteron dan estrogen memiliki efek menstimulasi

melanosit (Varney, 2007).

Putting payudara akan lebih besar, terjadinya hiperpigmentasi

aerola karena adanya peningkatan hormon MSH. Keluarnya cairan

kekuningan yang disebut colostrum. Hal ini berasal dari kelenjar

asinus yang mulai bersekresi. Peningkatan hormon prolaktin akan


16

merangsang sintesis laktose dan akan meingkatkan produksi ASI.

Kelenjar montgomery yaitu kelenjar sebasea dari aerola akan

membesar dan cenderung akan menonjol keluar (Prawirohardjo,

2013).

g. Traktus Digestivus

Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau

bagian persentasi dapat menurunkan motilitas saluran gastrointestinal

sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi akibat penurunan

peristaltik otot polos usus besar ketika peningkatan jumlah

progesteron (Varney, 2007). Otot-otot usus relaks dengan disertai

penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih

banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, merupakan salah satu

keluhan utama wanita hamil. (Prawirohardjo, 2013).

h. Traktus Urinarius

Pada akhir kehamilan jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu

atas panggul, maka kantong kemih akan tertekan oleh uterus sehingga

menimbulkan sering berkemih. Ginjal akan membesar, glomerular

filtration rate dan renal plasma flow akan meningkat. Glukosauria

suatu hal yang umum, tapi pertimbangkan adanya kemungkinan

diabetes melitus (Prawirohardjo, 2013). Nokturia dapat diatasi dengan

menganjurkan untuk mengurangi asupan cairan setelah makan sore

(Varney, 2007).
17

i. Sistem Endokrin

Hormon estrogen meningkatkan produksi globulin (pengikat

tiroid oleh hati) sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi

hormon TSH. Kadar kalsium serum menurun selama kehamilan

sehingga meningkatkan hormon paratiroid dimana pengaruh konversi

kolekalsiferol vit D menjadi metabolit dalam plasenta. Hal tersebut

menyebabkan peningkatan absorbsi kalsium di usus. Aldosteron dan

kortisol meningkat selama kehamilan. Prolaktin meningkat selama

kehamilan dan nifas (Karnasih, 2009).

j. Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan progesteron dan relaktin sebabkan pengendoran

jarigan ikat dan otot sebagai akibat peningkatan kapasitas panggul

untuk persiapan persalinan, hilangnya tonus otot selama trimester III

disebabkan musculus rectus abdominalis terpisah sehingga isi

abdomen menonjol pada garis tengah dan umbilicus ibu lebih

menonjol. Peningkatan estrogen menyebabkan hyperplasia otot

terutama pada rahim untuk menampung isi uterus (Karnasih, 2009).

Sendi sympisis pubis menjadi lunak dan sendi sakrocoksigeal

menjadi kendor disebabkan coksigis ke arah belakang yang

mengakibatkan meningkatnya kapasitas rongga panggul, rasa nyeri

bagian bawah punggung, pinggang dan kesulitan berjalan pada akhir

kehamilan (Karnasih, 2009).

Membesarnya uterus dan isinya menyebabkan perubahan

terdadap titik pusat gravitasi bumi dan garis bentuk tubuh. Perubahan
18

lengkung tulang belakang untuk keseimbangan tubuh (lordosis). Hal

tersebut normal pada ibu hamil tetapi biasa menyebabkan rasa nyeri,

mati rasa dan kelemahan ekstremitas atas (Karnasih, 2009).

5. Adaptasi Perubahan Psikologis Kehamilan pada Trimester III

a. Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya (Dewi dan Sunarsih, 2011).

b. Merasa khawatir bayi cacat

c. Sikap melindungi bayinya dengan menghindari orang atau benda yang

membahayakan bayinya

d. Rasa takut akan sakit saat melahirkan

e. Rasa tidak nyaman timbul kembali

f. Merasa jelek

g. Ibu merasa sedih akan berpisah dengan bayinya

h. Merasa takut akan kehilangan perhatian yang didapat selama hamil

(Karnasih, 2009).

Trimester ketiga adalah persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi

orang tua. Keluarga mulai menduga-duga jenis kelamin bayinya dan

bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya

(Dewi dan Sunarsih, 2011).


19

6. Standar Pelayanan Antenatal Care

Menurut PP IBI (2016), menyatakan bahwa dalam penerapan praktis

asuhan kebidanan pada ibu menggunakan standar minimal pelayanan

antenatal menjadi 10T yang terdiri :

a. Timbang berat badan dan ukuran tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada

pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko

pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm

meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion) (PP IBI, 2016).

b. Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥

140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeclampsia (hipertensi disertai

edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria). Tekanan

darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama

dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi dalam kehamilan

(PP IBI, 2016).


20

c. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK.

Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)

dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (PP IBI, 2016).

d. Ukur Tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24

minggu (PP IBI, 2016).

Tabel 2.2

Pengukuran TFU berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 2 jari diatas symphisi pubis

16 minggu pertengahan simpisis pubis – pusat

20 minggu 2 jari dibawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 2 jari diatas pusat

32 minggu Pertengahan pusat-PX

36 minggu 2 jari dibawah PX


21

40 minggu 3 jari dibawah PX

Sumber : Karnasih,2009

Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu

dapat diperkirakan dengan rumus : usia kehamilan dalam minggu + 2

cm (Kemenkes, 2013). Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga

dapat menghitung tafsiran berat janin dengan menggunakan rumus

Johnson-Tausack = (TFU – N) x 155. Dengan Md adalah jarak

simfisis ke fundus uteri dan N = 13 (Apabila janin belum masuk PAP),

12 (Apabila kepala janin masih berada diatas spina ischiadika) dan 11

(apabila kepala sudah dibawah spina ischiadika). Namun metode

pengukuran uterus tidak memiliki keakuratan karena secara klinis

dengan mengkaji ukuran uterus dan membandingkannya dengan

gestasi tidak selalu diperoleh hasil yang akurat karena ukuran dan

jumlah janin serta cairan amnion bervariasi. Variasi ukuran ibu dan

paritas juga mempengaruhi perkiraan (Salmah, 2006).

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke

panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah

lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120x/menit


22

atau DJJ cepat lebih dari 160x/menit menunjukkan adanya gawat janin

(PP IBI, 2016).

f. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil

minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan

terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 ( Long

life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (PP IBI, 2016).

Tabel 2.3

Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi
Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
TT

TT1 Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap

penyakit tetanus

TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun

TT5 12 bulan setelah TT4 > 25 tahun

Sumber : Buku KIA, 2016


23

g. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat

tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet

selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama (PP IBI,

2016).

h. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan

laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus

dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin

darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik daerah

endemis/epidemic (malaria, IMS, HIV, dll) (PP IBI, 2016). Sementara

pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium

lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan

kunjungan antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat

antenatal tersebut meliputi

1) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan (PP IBI, 2016).

2) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester


24

ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil

tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena

kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang

janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu

hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi (PP IBI, 2016).

Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekuragan sel

darah merah atau haemoglobin dengan kadar Hb < 11 g/dl (pada

trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada trimester II) (Kemenkes,

2013). Derajat Anemia pada Ibu Hamil Menururt Word Health

Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu

dengan kadar Hb < 11 %. Anemia pada ibu hamil di Indonesia

sangat bervariasi, yaitu:

(a) Tidak anemia : Hb >11 gr%,

(b) Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%,

(c) Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%,

(d) Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ).

3) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indicator terjadinya

pre-eklampsia pada ibu hamil (PP IBI, 2016).

i. Tatalaksana/penanganan kasus
25

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standard an kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan (PP IBI, 2016).

j. Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal (PP IBI, 2016).

7. Persiapan Persalinan

a. Tanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan

b. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa kehamilan

c. Persiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan

biaya lainnya

d. Rencanakan melahirkan ditolong oleh dokter atau bidan di fasilitas

kesehatan

e. Siapkan KTP, KK, Kartu Jaminan Kesehatan, keperluan lainnya untuk

ibu dan bayi

f. Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama

dan bersedia menjadi pendonor jika diperluka

g. Suami, keluarga, dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika

sewaktu-waktu diperlukan

h. Pastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan

dalam stiker P4K dan sudah ditempelkan didepan rumah


26

i. Rencanakan ikut KB setelah bersalin (Buku KIA, 2016).

8. Evidance Base

a. Menurut Saifuddin (2009), Setiap wanita hamil menghadapi risiko

komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama

periode antenatal.

1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke 36).

Tabel 2.4

Jadwal Kunjungan ANC

Kunjungan Waktu Tujuan

Trimester Sebelum  Mendeteksi masalah yang dapat

I 14 minggu ditangani sebelum membahayakan

jiwa

 Mencegah masalah misal : tetanus

neonatorum, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya

 Membangun ubungan saling percaya

 Memulai persiapan kelahiran dan

kesiapan menghadapi komplikasi


27

 Mendorong perilaku sehat

Trimester 14-28  Sama dengan trimester I ditambah

II minggu kewaspadaan khusus terhadap

hipertensi dalam kehamilan (deteksi

gejala preeklamsia, pantau TD,

evaluasi edema, proteinuria)

28-36  Sama, ditambah deteksi kehamilan

minggu ganda
Trimester
Setelah 36  Sama, ditambah deteksi kelainan letak
III
minggu atau kondisi yang memerlukan

persalinan di RS

Sumber : Dewi dan Sunarsih, 2011

b. Memperkirakan perhitungan hemoglobin dalam kehamilan

Kehamilan normal akan mengalami penurunan kadar hemoglobin.

Penurunan terendah akan terjadi umur kehamilan 30 minggu yang

disebabkan hemodilusi. Sehingga diharapkan ibu hamil perlu

dilakukan pemeriksaan hemoglobin minimal dua kali selama

kehamilan yaitu pada awal periksa kehamilan dan pada usia

kehamilan 30 minggu (Dewi dan Sunarsih, 2011)

c. Pemberian suplemen
28

Pemberian tablet FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat

sebanyak 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual

hilang. Pemberian selama 90 hari atau 3 bulan. Ibu harus dinasehati

agar tidak meminumnya bersama teh atau kopi karena dapat

mengganggu absorpsi, sebaiknya diminum dengan air jeruk (Dewi dan

Sunarsih, 2011)

d. Supine Hypotensi Syndrome

Hal ini diakibatkan ketika ibu hamil dalam posisi tidur terlentang

terutama pada usia kehamilan lanjut, karena bobot badan yang berat

akibat pembesaran rahim dan vena cava inferior pada system venous.

Pembuluh vena mengalami hambatan yang akan mengurangi jumlah

darah yang menuju hati dan jantung. Keadaan ini dapat menyebabkan

jantung janin jadi abnormal (Karnasih, 2009).

e. Olahraga atau senam hamil

Senam hamil yoga sebagai intervensi yang dapat diterapkan dalam

asuhan keperawatan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan ibu hamil, mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis

dalam menghadapi persalinan dan dapat mengatasi ketidaknyamanan

yang timbul selama kehamilan (Rusmita, 2015).


29

B. ASUHAN PERSALINAN (INTRANATAL CARE)

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati, 2011).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang berintergrasi dan lengkap serta intervensi

minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo, 2010).

2. Macam – Macam Persalinan

a. Partus spontan (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses

lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan

alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya.

b. Partus buatan, disebut partus buatan apabila persalinan dibantu dengan

tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi

Sectio Caesaria.

c. Persalinan anjuran, adalah Persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

pemberian pitocin atau prostaglandin.


30

3. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanyalah teori-teori yang kompleks. Berikut adalah teori yang

mengungkapkan terjadinya persalinan (Sofian, 2012) :

a. Teori penurunan hormon, 1-2 minggu sebelum partus terjadi

penurunan kadar esterogen dan progesteron. Progesteron berfungsi

untuk penenang otot-otot rahim, oleh karena progesteron turun, terjadi

kontraksi otot rahim (his).

b. Teori penuaan plasenta, penuaan plasenta akan menyebabkan

penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.

c. Teori Oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh

karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

d. Keregangan otot-otot. Seperti halnya dengan kandung kencing dan

lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka

timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan

rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot

rahim makin rentan.

e. Teori Prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua,

disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari

percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang

diberikan secara intravena, intra dan extraamnial menimbulkan

kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam


31

air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama persalinan.

4. Tanda – Tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya

wanita memasuki kala pendahuluan yang memberikan tanda - tanda

sebagai berikut (Sofian, 2012) :

a) Lightening atau setting atau dropping. Yaitu kepala yang turun

memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primigravida. Pada

multigravida tanda ini tidak begitu terasa.

b) Perut terlihat lebih melebar karena fundus uteri turun.

c) Perasaan nyeri di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah pada uterus yang kadang disebut dengan braxton hicks atau false

labour pain.

d) Sekresi menjadi lembek, mulai melembek dan sekresinya bertambah

yang mungkin bercampur darah yang disebut bloody show.

Tanda persalinan yang sesungguhnya adalah rasa nyeri yang datang terasa

kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak,

terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam

didapatkan serviks sudah ada pembukaan.

5. Evidance Based

a. Asuhan sayang ibu dan bayi harus dimasukan dalam sebagai bagian dari

persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau


32

orang-orang yang member dukungan bagi ibu.

b. Menggunakan partograf untuk memantau persalinan dan berfungsi

sebagai suatu catatan rekam medik.

c. Manajemen aktif kala III, termasuk penjepitan dan pemotongan tali

pusat secara dini, memberikan suntikan oktitosin secara IM, Melakukan

penegangan tali pusat terkendali atau PTT dan segera melakukan

massase fundus, dilakukan pada semua persalinan normal.

d. Penolong persalinan harus tetap tinggal pada ibu dan bayi setidaknya 2

jam pasca melahirkan atau jika keadaaan ibu telah stabil. Fundus harus

diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit pada jam kedua.

Massase fundus harus sering diperiksa untuk memastikan tonus uterus

tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.

e. Setelah 24 jam pasca persalinan, fundus harus sering diperiksa dan di

massase sampai tonus baik. Ibu dan anggota keluarga dapat diajarkan

melakukannya.

6. Tahapan Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu kala I yaitu waktu untuk

pembukaan serviks dari pembukaan 1 sampai menjadi pembukaan 10 cm,

kala II yaitu kala pengeluaran janin, kala III yaitu waktu pelepasan

plasenta dan kala IV adalah waktu setelah keluaarnya plasenta sampai 2

jam.
33

a. Kala I / Kala Pembukaan

Kala I fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang

menyebababkan pembukaan serviks secara bertahap, pada multigravida

pembukaan kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung kira-kira hingga 4

jam. Kala 1 adalah dimulai dari saat persalinan mulai sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten

(8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks

membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering dalam

fase aktif (Prawirohardjo, 2009). Dimulai dari his persalinan yang

pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan

kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi :

1) Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0

sampai 3 cm yang membutuhkan waktu ±8 jam.

2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi

menjadi: Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

a) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang

dicapai dalam 2 jam.

b) Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm selama 2 jam.

Lama berbagai sumber, proses membukanya serviks disebut dalam

berbagai istilah seperti melembek (softening), menipis (thinned out),

terobliterasi (oblitrated), mendatar dan tertarik keatas (effaced and taken

up), dan membuka (dilatation). Fase diatas berbeda jika dijumpai oleh
34

primigravida dan multigravida. Pada primigravida serviks mendatar dulu

baru berdilatasi. Lama kala I pada primigravida adalah 13-14 jam.

Sedangkan multi mendatar dan membuka terjadi secara bersamaan yang

berlangsung 6-7 jam (Sofian, 2012).

Penanganan kala I :

a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan

kesakitan.

1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

2) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya

3) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadapnya

b. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan

c. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya

setelah buang air kecil atau besar

d. Jika ibu merasa panas dan banyak keringat, gunakan kipas angin atau

AC dalam kamar, menggunakan kipas biasa.

e. Memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi

f. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

Tabel 2.8 Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan

normal

Frekuensi pada fase Frekuensi pada fase


Parameter
laten aktif
35

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

*dinilai pada setiap pemeriksaan dalam (Saifuddin, 2010).

b. Kala II / Kala Pengeluaran Janin

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih

lama. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga

terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung

refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu

merasa seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada

waktu his, kepala janin mulai kelihatan dan vulva membuka dan

perineum meregang. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 sampai

dengan 2 jam dan pada multi 0.5 jam sampai 1 jam (Sofian, 2012).

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Saifuddin, 2010). Gejala dan

tanda kala dua persalinan adalah :


36

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau

vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pastikala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)

yang hasilnya adalah:

1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau

2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-KR,

2008).

Selama kala II, petugas harus terus memantau :

a) TENAGA, atau usaha mengedan dan kontraksi uterus.

b) JANIN, yaitu penurunan presentasi janin, dan kembali normalnya

detak jantung bayi setelah kontraksi.

c) Kondisi ibu (Saifuddin, 2010).

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman. Ibu dapat

mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat

membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling

efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.

1) Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman

bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat diantara

kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi

untuk membantu ibu melahirkan bayinya.


37

2) Jongkok atau berdiri membantu mempercepat kemajuan kala dua

persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

3) Merangkak dan berbaring miring kekiri membuat mereka lebih

nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan

membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar

menjadi posisi oksiput anterior. Posisi merangkak seringkali

membantu ibu mengurangi nyeri punggung saat persalinan. Posisi

berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi

risiko terjadinya laserasi perineum (JNPK-KR, 2008).

Cara Meneran

a) Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama

kontraksi.

b) Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.

c) Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.

d) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah

untuk meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan ke

dada.

e) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

f) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu

kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia

bahu dan ruptur uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak

mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan itu.


38

Penanganan kala II :

1) Memberi dukungan terus menerus kepada ibu : mendampingi ibu,

menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.

2) Menjaga kebersihan diri : ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar

dari infeksi, jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera

dibersihkan

3) Mengipasi dan massase untuk menambah kenyamanan bagi ibu

4) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan dan

ketakutan ibu: menajaga privasi ibu, penjelasan tentang proses dan

kemajuan persalinan, penelasan tentang prosedur dan kemajuan

persalianan.

5) Mengatur posisi ibu alam membimbing mengedan

6) Menjaga kandung kemih tetap kosong

7) Memberikan cukup minum (Saifuddin, 2010).

c. Kala III / Kala Pengeluaran Uri

Kala tiga adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Prawirohardjo,

2009). Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi

plasenta yang menjadidua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa

saat timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit

seluruh plasenta terlepas dan lahir spontan. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Penanganan kala III


39

(manajeman aktif kala III) :

1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang

juga mempercepat pelepasan plasenta

2) Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)

3) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Ulangi

langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas

4) Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan menggerakkan

tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan

plasenta dengan gerakkan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan

lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar

plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

5) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, massase fundus

agar menimbulkan kontraksi selama 15 detik.

6) Jika plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan

oksitosin 10 unit IM dosis kedua, dalam jarak waktu 15 menit dari

pemberian oksitosin dosis pertama.

7) Jika plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit :

(a) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung

kemih penuh.

(b) Periksa adnaya tanda-tanda pelepasan plasenta

(c) Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga, dalam jarak waktu 15

menit dari pemberian oksitosin dosis pertama

(d) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta


40

8) Periksa robekan jalan lahir (Saifuddin, 2010).

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

(a) Tali pusat bertambah panjang

(b) Adanya semburan darah secara tiba-tiba dan singkat

(c) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

(JNPK-KR, 2008).

d. Kala IV

Kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum (Prawirohardjo, 2009).

Pemantauan kala IV :

1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30

menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak adekuat, massase

uterus sampe keras.

2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan settiap

15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.

3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.

4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan

kering.

5) Biarkan ibu istirahat, bantu ubu pada posisi nyaman.

6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu

dan bayi.
41

7) Jika ibu ingin ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu

dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing. Pastikan

ibu sudah BAK dalam 3 jam pascasalin.

8) Ajari ibu atau anggota keluarga tantang :

(a) Cara memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi

(b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Saifuddin, 2010).

Asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pasca persalinan

1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).

2) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI

sesuai dengan yang di inginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI

eksklusif.

3) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup

setelah melahirkan.

4) Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayi.

5) Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya

yang mungkin terjadi(JNPK-KR, 2008).

7. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Definisi IMD

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu

dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Cara bayi
42

menyusui dini ini dinamakan teh breast crawl atau merangkak mencari

payudara. (Saleha, 2009)

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi harus mendapatkan

kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling

sedikit satu jam. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu

dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta

memberi bantuan jika diperlukan. (Affandi, 2008)

b. Manfaat IMD

(1) Manfaat bagi ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Oksitosin dapat

membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan

lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk

kelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak

merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan

lainnya. Prolaktin dapat meningkatkan produksi ASI, mendorong ibu

untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu, dan menunda

ovulasi.

(2) Manfaat bagi bayi

Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera

kepada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi

mengkoordinasikan hisap, telan, dan napas, meningkatkan jalinan

kasih sayang ibu dan bayi, mengendalikan temperatur tubuh bayi.


43

Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan

merupakan imunisasi pertama. (Affandi, 2008)

8. Patograf

Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan untuk

keselamatan ibu, hasil observasi dicatat didalam partograf. Partograf

membantu bidan mengenali apakah ibu masih dalam kondisi normal atau

mulai ada penyulit. Dengan selalu menggunakan partograf, bidan dapat

mengambil keputusan klinik secara cepat dan tepat sehingga dapat

terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu bersalin (IBI, 2016).

Penggunaan partograf :

a. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di

partograf tetapi di tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau rekam

medik)

b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis obgyn, bidan,

dokter umum, residen swasta, rumah sakit, dll)

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.

Partograf membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal

maupun yang disertai dengan penyulit. Pencatatan pada partograf dimulai

saat proses persalinan memasuki fase aktif. Untuk menyatakan ibu masuk

dalam fase aktif harus ditandai dengan kontraksi yang teratur minimal 3
44

kali dalam 10 menit, lama kontraksi minimal 40 detik, pembukaan 4 cm

disertai penipisan, bagian terendah sudah masuk PAP. Komponen yang

harus diobservasi adalah DJJ setiap 30 menit, kontraksi setiap 30 menit,

nadi setiap 30 menit, pembukaan dan penurunan serta tekanan darah setiap

4 jam, dan suhu setiap 2 sampai 4 jam (IBI, 2016)

C. ASUHAN BAYI BARU LAHIR

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan

lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Kristiyanasari dalam Dewi,

2009). Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan

baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2010).

2. Masa Bayi

Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan dibagi menjadi 2 periode:

a) Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ - organ.

Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:

(1) Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari


45

(2) Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari

b) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan

berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya sistem saraf.

Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai

unit pertama yang dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan akan

pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan

penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai

umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang

sesuai (Depkes RI, 2010).

3. Perawatan Neonatal Esensial Saat Lahir

Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2013

perawatan neonatal esensial saat lahir diantaranya adalah :

a) Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan

upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat

mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk

mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah

terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak

segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan

yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan
46

untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh

menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)

Mekanisme Kehilangan Panas pada BBL

1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat

tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh

bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme

konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat

mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika

ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin

melalui ventilasi/pendingin ruangan.

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan

cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas

tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

Mencegah Kehilangan Panas

1) Ruang bersalin yang hangat : Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup

semua pintu dan jendela.


47

2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan

membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah

dengan handuk atau kain yang kering.

3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi

4) Inisiasi Menyusu Dini

5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas

6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir .

Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak

kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil

7) Rawat Gabung

Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.

Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan

ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar

bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan

mencegah paparan infeksi pada bayi.

b) Perawatan Tali Pusat

Prinsip terpenting perawatan tali pusat adalah tetap kering dan bersih

dan terkena oksigen (Prawirohardjo, 2013). Adapun cara melakukan

perawatan tali pusat menurut Kemenkes RI, 2013 adalah

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.


48

2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga

kepada ibu dan keluarganya.

3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi

- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa

tali pusat mengering dan terlepas sendiri.

- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit

sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda

infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas

kesehatan.

c) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif

selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan

pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga

meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik

(asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).

d) Pencegahan Perdarahan
49

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,

maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan.

Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan

intrakranial. Untuk mencegahnya diberikan suntikan vitamin K1

(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada

antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses

IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan

dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah

dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.

e) Pencegahan infeksi mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera

setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah

lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata

antibiotik tetrasiklin 1% (Kemenkes RI, 2013). Konjungtivitis dapat

dicegah dengan pemberian salep mata (Prawirohardjo, 2013).

f) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,

terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru

lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada

waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan

demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus

diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.


50

g) Pemeriksaan Fisik

Berat badan 2500-4000 gram. Dalam minggu pertama berat badan

bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia

2 minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya. Penurunan

maksimal berat badan untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal

10% dan untuk bayi yang kurang bulan maksimal 15%. Panjang badan

normal 48-52 cm. Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm. Lingkar

dada normal adalah 30-38 cm. Frekuensi denyut jantung 120-160

x/menit. Frekuensi pernafasan 40-60x/menit dan tidak ada tarikan

dinding dada kedalam. Mata tidak ada kotoran atau sekret. Kulit

kemerahan. Gerakan aktif. Suhu normal 36,5-37,5 0C. Bibir, gusi,

langit-langit utuh . Perut bayi datar teraba lemas, tidak ada perdarahan,

pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau

kemerahan sekitar tali pusat. Tulang punggung tidak ada lubang dan

tidak ada benjolan. Ekstremitas jumlah jari-jari tangan dan kaki

lengkap. Terlihat lubang anus, biasanya mekonium keluar dalam 24

jam setelah lahir. Genetalia : bayi perempuan kadang terlihat cairan

vagina berwarna putih atau kemerahan, labia mayor tertutup labia

minor. Bayi laku-laki testis sudah turun dan terdapat lubang uretra

pada ujung penis (Kemenkes, 2013)

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir meliputi

a) Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit


51

b) Terlalu hangat (>380C) atau terlalu dingin (<36,50C)

c) Kulit bayi kering (terutama pada 24 jam pertama), biru, pucat, atau

memar,

d) Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering mutah, dan mengantuk

berlebihan

e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah

f) Terdapat tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak,

bau busuk, keluar cairan, dan pernafasan sulit

g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek cair

sering berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah

h) Menggigil, rewel, lemas, kejang, tidak bisa tenang (Dewi, 2010).

5. Evidence Base

a. Pemakaian Gurita pada bayi

Bayi jangan dibedong ketat karena dapat membatasi gerak sehingga

aktivitas otot berkurang dan tidak menghasilkan panas dan dapat

membuat kedinginan. Pemakaian gurita tidak dianjurkan karena dapat

menekan lambung sehingga menyebabkan muntah dan membatasi

pernafasan (Kemenkes RI, 2013).

b. Perawatan Tali Pusat

Penelitian terbaru membuktikan bahwa penggunaan

povidone-iodine dapat menimbulkan efeksamping karena diabsorpsi

oleh kulit dan berkaitan dengan terjadinya transien hipotiroidisme.

Alkohol juga tidak dianjurkan untuk merawat tali pusat karena dapat
52

mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat (Prawirohardjo,

2013). Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka (tidak

dibungkus) sesuai anjuran Kemenkes (2011) akan lebih cepat kering

dan puput sehingga meminimalisir risiko terjadinya infeksi dan Tetanus

neonatorum. Tali pusat yang terbuka akan banyak terpapar dengan

udara luar sehingga air dan Wharton,s jelly yang terdapat di dalam tali

pusat akan lebih cepat menguap. Hal ini dapat mempercepat proses

pengeringan tali pusat sehingga cepat puput. Sebagaimana diketahui,

bahwa tali pusat yang masih menempel pada pusar bayi merupakan

satu-satunya pintu masuk spora kuman Clostridium tetani ke dalam

tubuh bayi. Dengan mempercepat proses pelepasan tali pusat, maka

meminimalisir risiko bayi terkena tetanus neonatorum. Mayoritas lama

pelepasan tali pusat yang dirawat dengan perawatan tertutup

menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 13 bayi (65%).

Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka, tanpa

menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi (75%)

(Asiyah dkk, 2017).

c. IMD

Keuntungan IMD bagi bayi dapat mengurangi infeksi bayi

dikarenakan adanya kolonisasi kuman di usus bayi akibat kontak kulit

ibu dengan bayi dan bayi menjilat kulit ibu, memperbaiki kadar gula,

mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian

ikterus BBL, serta mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari

kebawah (JPNK-KR, 2014). Adapun keuntungan IMD untuk ibu adalah


53

membantu merangsang oksitosin dan prolaktin. Oksitosin ini membantu

kontraksi uterus sehingga menurunkan risiko perdarahan pasca

persalinan, merangsang pengeluaran kolostrum, meningkatkan produksi

ASI, membantu mengatasi stress ibu. Prolaktin membantu

meningkatkan produksi ASI dan menunda ovulasi (JPNK-KR, 2014)

d. Paparan sinar matahari mencegah ikterus neonatorum

Bayi yang kurang mendapatkan sinar matahari berpeluang 2,5 kali

untuk terjadi risiko ikterus neonatorum berat dibandingkan bayi yang

mendapat sinar mataharidengan baik (Nursanti, 2012). Paparan sinar

matahari pagi berpengaruh terhadap penurunan tanda ikterus pada

ikterus neonatorum fisiologis dan waktu penjemuran yang efektif

adalah selama 30 menit (Puspitosari dkk, 2006).

D. ASUHAN MASA NIFAS (POSTNATAL CARE)

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

berlangsung kira - kira 6 minggu (Dewi, 2011).

2. Periode Masa Nifas dan Tahapan Masa Nifas

Nifas adalah masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah partus

selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat

genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu

tiga bulan. (Prawirohardjo, 2007).


54

Menurut Vivian (2011), nifas dibagi dalam 3 tahapan, antara lain

sebagai berikut:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal

lainnya.

b. Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat

genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi.

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Ibu yang mengalami masa nifas akan mengalami perubahan-perubahan

fisiologi (Dewi, 2011), yaitu:

a. Involusi alat–alat kandungan

1) Uterus secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.9 : Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu pertengahan pusat simfisis 500 gram


55

2 minggu tak teraba di atas simfisis 300 gram

6 minggu bertambah kecil 50 gram

8 mingg sebesar normal 30 gram

Sumber : Dewi (2011)

2) Lockea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uteus. Lockea terdiri dari 4 tahapan :

a) Lochea Rubra : muncul pada hari 1 - 3 post partum. Cairan yang

keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan

mekonium.

b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan dan berlendir,

berlangsung dari hari 3 -5 postpartum.

c) Lochea serosa : berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari 5-9

postpartum.

d) Lochea alba : hari ke 10 lebih. mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

(Dewi,2011).

e) Perubahan pada serviks. Warna serviks merah kehitam - hitaman

karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang -

kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan


56

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari,

pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.

3) Kembalinya menstruasi dan ovulasi. Jika wanita setelah melahirkan

tidak menyusui, menstruasi mungkin akan kembali dalam 6-8 minggu

setelah persalinan. Tetapi secara klinis sulit untuk menentukan waktu

spesifik masa menstruasi pertama setelah melahirkan.

4) Perubahan pada vagina. Vagina adalah jalan lahir bayi pada persalinan

spontan/normal pada saat persalinan terjadi peregangan dan luka-luka

pada vagina tersebut karena di lalui oleh bayi akan tetapi luka-luka

pada vagina akan berangsur-angsur pulih seperti sedia kala pada saat

nifas.

b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler

Setelah melahirkan volume darah pada ibu relatif bertambah. Keadaan ini

menimbulkan beban pada jantung, keadaan ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga

volume darah dapat kembali seperti semula. Umumnya hal ini terjadi pada

hari ke 3-15 post partum.

c. Perubahan Sistem muskulosletal

Pada periode post partum, terjadi sedikit relaksasi otot dan hypermobilitas

persendian. Ibu akan mengalimi kelelahan otot akibat proses persalinan.

Kondisi otot akan kembali normal pada minggu pertama post partum.
57

d. Perubahan tanda-tanda vital

Tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi perlu diatasi karena merupakan

gejala kelainan apabila keadaan tidak normal. Tekanan darah mengalami

sedikit perubahan pada 48 jam pertama post partum. Sehabis melahirkan

biasanya suhu tubuh meningkat akibat efek dehidrasi selama persalinan.

Pada nadi terjadi peningkatan pada jam-jam pertama post partum.

Sedangkan pada pernafasan dalam 1-2 jam post partum.

e. Perubahan pada sistem perkemihan

Ibu setelah bersalin diharapkan maksimal 6 jam persalinan post partum ibu

sudah kencing sendiri akibat pada partus muskulus spingter vesika ex

uretra mengalami tekanan oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu.

Bila hal ini terjadi, lakukan kateterisasi pada ibu tersebut.

f. Perubahan pada pencernaan

Pada sistem pencernaan sangat disarankan pada ibu setelah bersalin

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein untuk proses

penyembuhan luka-luka setelah persalinan. Banyak mengandung serat

agar mempermudah pada saat defekasi dan cukup kalori dan air untuk

pemulihan tenaga selama persalinan.


58

g. Perubahan pada perineum

Perineum ibu pada saat persalinan spontan kadang-kadang mengalami luka.

Hal ini sering tejadi pada ibu yang mempunyai perineum kaku sehingga

luka-luka tersebut harus dijahit agar kembali seperti semula.

h. Perubahan pada endokrin

Akan terjadi perubahan sistem hormon, terutama hormon progesteron akan

menurun dan hormon prolaktin meningkat untuk persiapan laktasi.

Hormon FSH akan kembali muncul sehingga pematangan sel telur akan

segera terjadi, akan tetapi FSH sedikit tertekan oleh hormon prolaktin

sehingga jarang terjadi ovulasi pada ibu yang menyusui. (Ambarwati,

2008).

4. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

a. Nutrisi

Kebutuhan nutrisi pada ibu nifas yaitu dengan tambahan kalori 500 kkal,

minum minimal 3 liter sehari, suplemen vitamin A 200.000 IU sebanyak

2 butir dan dimunum 1x24 jam, dan suplemen tablet besi (Kemenkes RI,

2014).

b. Tanda Bahaya Nifas

Peradraahan berlebihan, sekret vagina berbau, demam, nyeri perut berat,

kelelahan atau sesak, bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit


59

kepala yang hebat, nyeri payudara, pembengkakkan payudara, luka atau

perdarahan puting (Kemenkes RI, 2014).

c. Kunjungan Nifas

Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang nifas minimal 4 kali,

pada 6-8 jam sebelum persalinan (sebelum pulang), 6 hari setelah

persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

Menurut Vivian (2011), pada kebijakan program nasional masa nifas

paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut

1) Enam sampai delapan jam setelah persalinan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Enam hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan


60

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkancukup makanan, cairan, dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali

pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Dua minggu setelah persalinan

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba

bagian rahim.

4) Enam minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

d. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makanan dan

minuman selama 0-6 bulan. Perhatikan hal-hal berikut ketika

menyusui:

1) Posisi bayi yang benar. Kepala, leher dan tubuh bayi satu garis lurus.

Badan bayi menghadap badan ibu. Seluruh badan bayi tersangga

dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja

2) Tanda bayi melekat dengan baik yaitu dagu bayi menempel pada

payudara ibu.mulut bayi terbuka lebar. Bibir bawah membuka lebar,

lidah terlihat di dalamnya. Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak

hanya puting susu


61

3) Setelah selesai bayi melepas payudara secara spontan, bayi tampak

tenang dan mengantuk serta bayi tampak tak berminat lagi pada ASI.

b. Tanda bayi cukup ASI yaitu buang air kecil sebanyak 6 kali dalam 24

jam, buang air besar bayi berwarna kekuningan dan seperti berbiji, bayi

tampak puas setelah minum ASI, frekuensi bayi 10-12 kali dalam 24jam,

payudara terasa lembut dan kosong, serta berat badan bayi bertambah.

c. Nifas dan Menyusui untuk Ibu Bekerja (Manajemen Laktasi)

1. Selama Cuti Melahirkan

 Menyusi eksklusif selama cuti melahirkan. Prinsip produksi ASI

adalah semakin sering dikeluarkan semakin banyak ASI yang

diproduksi. Semakin sering bayi menyusu pada ibunya maka ASI

yang diproduksipun semakin meningkat. Bayi tidak perlu tambahan

air putih atau susu formula yang akan menyebabkan bayi

kenyang/jarang menyusu pada ibu.

 Menyiapkan perlatan untuk memerah dan menyimpan ASI. Beberapa

peralatan yang biasa disiapkan adalah alat memerah manual atau

elektrik, botol kaca/plastik penyimpan ASIP yang diberikan penanda

tanggal, freezer untuk tempat menyimpan ASIP di rumah, cooler bag

dan ice gel atau termos es berisi es batu untuk penyimpanan ASIP

selama di kantor dan perjalanan.

 Memerah ASI dan membuat stok ASIP segera setelah melahirkan.

Memerah ASI sejak awal membantu meningkatkan produksi ASI


62

 Dalam mempunyai stok ASIP untuk 1-2 bulan. Berikut ini panduan

ketahanan ASIP pada beberapa keadaan.

Suhu ruang (sekitar 25ºC) : sekitar 6-8 jam

Cooler bag/ termos es (suhu 15 - 4ºC) : 24 jam

Refrigerator (kulkas bawah) (suhu 0- 4ºC) : 5 hari

Freezer pada kulkas berpintu satu (suhu -15 ºC) : 2 minggu

Freezer pada kulkas berpintu dua (suhu - 18 ºC) : 3-4 bulan

Freezer khusus/freezer untuk es krim (suhu -20 ºC) : 6-12 bulan

Mengajarkan ibu dan keluarga waktu dan cara memberikan ASIP.

Keluarga harus mengetahui sinyal bayi yang merasa lapar dan jumlah

ASIP yang sebaliknya diberikan perhari. Sebaiknya ASIP diberikan

menggunakan sendok atau gelas kepada bayi. Pengunaan dot dapat

menyebabkan risiko bingung putting pada bayi sehingga produksi ASI

menurun.

E. PIJAT OKSITOSIN DAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

1.PIJAT OKSITOSIN

A.Definisi Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari

nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf

parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga

oksitosin keluar (Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010).

Pijat oksitosin juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan

oleh keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa pijatan pada
63

punggung ibu untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin. Sehingga

dapat mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah

perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI. Pijat stimulasi oksitosin untuk

ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat

memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu.

B.Manfaat Pijat Oksitosin

Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui, diantaranya :

a. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta

b. Mencegah terjadinya perdarahan post partum

c. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus

d. Meningkatkan produksi ASI

e. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui

f. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga

C. Efek Fisiologis Dari Pemijatan Oksitosin

Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos

uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga

bisa mempercepat proses involusi uterus.

D. Cara Menstimulasi Hormon Oksitosin

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Saat

ibu menyusui merasa nyaman dan rileks pengeluaran oksitosin dapat

berlangsung dengan baik. Mengutip artikel Tri Sulistiyani, menurut dr. H.M.
64

Daris Raharjo, Akp., menerangkan bahwa terdapat titik-titik yang dapat

memperlancar ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik di atas putting,

titik tepat pada putting, dan titik di bawah putting. Serta titik di punggung

yang segaris dengan payudara. Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui

berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI

dan meningkatan kenyamanan ibu.

Berikut cara yang dilakukan untuk menstimulasi refleks oksitosin:

a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu menyusui mampu menyusui

dengan lancar.

b. Gunakan teknik relaksasi misalnya nafas dalam untuk mengurangi rasa

cemas atau nyeri.

c. Pusatkan perhatian ibu kepada bayi

d. Kompres payudara dengan air hangat

e. Pemijatan oksitosin

E. Persiapan Alat Untuk Pijat Oksitosin

a. Meja

b. Kursi

c. Handuk kecil 1 buah

d. Handuk besar 2 buah

e. Baskom berisi air hangat

f. Waslap 2 buah

g. Baby oil

h. Kom kecil 1 buah


65

i. Kassa

j. Gelas penampung ASI

k. Baju ganti ibu

F. Cara Pemijatan Oksitosin

1) Menstimulir puting susu : bersihkan putting susu ibu dengan

menggunakan kassa yang telah dibasahi air hangat, kemudian tarik

putting susu ibu secara perlahan. Amati pengeluaran ASI

2) Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah pangkal

payudara kearah putting susu.

3) Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian licinkan

kedua telapak tangan dengan menggunakan baby oil. Pijat leher,

posisikan tangan menyerupai kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini

sebatas leher selama 2 – 3 menit.

4) Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara) menggunakan

ibu jari. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil – kecil.

Lakukan gerakan sebatas tali bra selama 2 – 3 menit

5) Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua tangan

menyerupai kepalan tinju dan ibu jari menghadap kearah atas atau

depan.

6) Amati respon ibu selama tindakan

2.TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

A. Pengertian Teknik Menyusui


66

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu

menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

B.Cara Menyusui Yang Benar

Menurut Ari Sulistyawati (2009 ; h. 28-29), cara menyusui dengan benar adalah

sebagai berikut :

1. Posisi ibu dan bayi yang benar

a. Berbaring miring

Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu

merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada saat ibu menyusui yang

melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah

perhatikan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu

ibu harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui.

b. Duduk
67

Untuk posisi menyusui duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan bayi

yang paling nyaman seperti dibawah ini :

2. Proses Pelekatan Bayi dengan ibu

Langkah-langkah perlekatan/menyusui yang benar :

a. Keluarkan Asi sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum

menyusui

b. Pegang payudara dengan c Hold di belakang areola

c. Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan

d. Sentuh pipi bayi merangsang rooting raflek

e. Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur

f. Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu keatas menyusuri langit

mulut bayi

g. Petting susu, areola, dan sebagaian besar gudang ASI tertangkap oleh

mulut

h. Dan perhatikan perlekatan bayi yang benar


68

i. Jika bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses menyusui

dengan memasukkan kelingkikng ke dalam mulut bayi menyusuri

langit-langit mulut bayi.

j. Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum prosses menyusui diakhiri.

Lebih jelas lagi lihat gambar dibawah ini :

c. Menyendawakan Bayi

Menurut Ambarwati dkk, (2009; h. 40), mengajarkan kepada ibu tentang cara

menyendawakan bayi bertujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara


69

dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui. Cara

menyendawakan bayi :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan

b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap

punggung bayi sampai bayi bersendawa.

d. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Dewi dkk, (2011; h. 24) tanda bayi cukup ASI adalah sebagai

berikut:

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan

ASI 8 kali pada 2-3 minngu pertama

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi

lebih muda pada hari kelima setelah lahir

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari

4) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

5) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal

6) Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan

grafik pertumbuhan
70

7) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai dengan

rentang usianya)

8) Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun dan tidur

dengan cukup
71

BAB III

TINJAUAN KASUS

Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. L Tn. A

Umur : 26 Tahun 30 Tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Suku : Betawi Betawi

Alamat : Kp. Jaha rt09/11, Jati Mekar, Jati Asih, Bekasi

A. Asuhan Pada Ibu Hamil (ANC)

1. ANC I

Pada tanggal 20 Oktober 2018

Di Bidan Praktik Mandiri Y

DATA SUBJEKTIF (S)

Alasan Datang

Ibu datang untuk melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilannya,

ibu mengatakan perutnya belum terasa mulas, pergerakan janin aktif ± 12 kali

dalam sehari.

Riwayat Haid

Haid pertama hari terakhir tanggal 17 Februari 2018, lamanya 7 hari

banyaknya 2-3 kali ganti pembalut, siklus teratur ± 28 hari, konsistensi cair,
72

terdapat stolsel, kadang bergumpal dan terkadang mengalami nyeri saat

menstruasi (Dismenorhea). Tafsiran persalinan 24 November 2018.

Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan menikah satu kali, menikah pada saat usia 26 tahun

dengan suaminya pada umur 31 tahun, lamanya pernikahan 1 tahun dan diakui

oleh agama yang dianut.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :

Riwayat Keluarga Berencana

Riwayat Penyakit dan yang sedang di derita

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung, tuberkulosis,

kelainan ginjal, kelainan darah, ataupun riwayat operasi. Ibu mengatakan

mempunyai riwayat penyakit maagh

Riwayat dan Kebiasaan sehari-hari

Ibu mengatakan makan sehari-hari dengan lauk-pauk, sayur-sayuran, susu.

Makan sehari 2-3 kali. Ibu mengaku BAB dan BAK normal tidak ada keluhan.

BAB sehari 1 kali dan BAK sehari ± 6 kali. Ibu mandi 2 kali sehari. Ibu

mengatakan pola istirahat teratur, tidur siang 3 jam dan tidur malam ± 8 jam.

Dalam perilaku kesehatan, ibu mengatakan tidak pernah menggunakan NAPZA,

obat-obatan bebas/jamu serta ibu mengatakan tidak pernah merokok, dan tidak

pernah minum-minuman alkohol.


73

Kondisi Psikososial

Ibu mengatakan kehidupan sehari-hari dengan keluarga baik, hubungan

dengan suami baik, tidak ada kepercayaan yang berhubungan dengan ibu selama

kehamilan. Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu suami. Kehamilan ini

merupakan kehamilan yang direncanakan.

Riwayat Kehamilan Trimester I, II, dan III

Ibu mengatakan selama kehamilan ini pada Trimester I tmemeriksakan diri

ke bidan praktk mandiri di kampung sebanyak 1 kali pada tanggal 13 April 2018

dengan usia kehamilan 8 minggu. Kunjungan Trismester II sebanyak 2 kali pada

tanggal 8 Juni 2018 dengan usia kehamilan 16 minggu, tanggal 16 Agustus 2018

dengan usia kehamilan 26 minggu dan pada kunjungan Trimester III sebanyak 5

kali yaitu pada tanggal 9 September 2018 dengan usia kehamilan 31 minggu,

tanggal 20 Oktober 2018 dengan usia kehamilan 35minggu, tanggal 27 Oktober

2018 dengan usia kehamilan 36 minggu, tanggal 3 November 2018 dengan usia

kehamilan 37 minggu dan tanggal 8 November 2018 dengan usia kehamilan

37-38 minggu.

Riwayat Imunisasi TT

Imunisasi TT3

TT 1 : usia 12 tahun

TT 2 : usia 13 tahun

TT 3 : sebelum menikah

TT4 : saat hamil


74

DATA OBJEKTIF (O)

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, TD

100/70 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,5 ºC, RR : 20 x/menit dengan BB sebelum

hamil 45 kg, TB 158 cm, dan BB sekarang 60 kg, Lila 26

Rambut hitam dan bersih. Muka tidak oedema, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak kuning atau tidak ikterik.

Pada pemeriksaan mulut, lidah tidak stomatitis, gusi tidak berdarah,

geraham tidak karies, gigi bersih. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

dan kelenjar getah bening.

Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, tidak ada nyeri ketuk pada

pinggang, ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, tidak ada varises, dan reflex

patella positif kanan dan kiri.

Pada pemeriksaan payudara, putting susu menonjol, bersih dan tidak ada

pembesaran abnormal.

Pada pemeriksaan secara inspeksi ditemukan bentuk abdomen membesar

sesuai usia kehamilan dan tidak ada bekas luka operasi. Pemeriksaan palpasi

tinggi fundus uteri (TFU) 28 cm . Leopold I pada bagian fundus teraba agak bulat,

lunak, dan tidak melenting yaitu bokong janin, Leoplod II sebelah kanan perut ibu

teraba bagian kecil dan berongga yaitu ekstremitas dan sebelah kiri perut ibu

teraba bagian yang panjang, keras seperti papan yaitu punggung janin. Leopold III

pada bagian simfisis teraba bulat, keras dan melenting yaitu kepala janin. Leopold

IV belum masuk PAP (konvergen), DJJ teratur 138 x/menit punctum maksimum

berada disebelah kiri di bawah pusat ibu, dan TBJ = (28-12) x 155 = 2.480 gram.

Pemeriksaan Genitalia tidak dilakukan.


75

ANALISA (A)

G1P0A0 hamil 35 minggu Janin tunggal hidup presentasi kepala

PENATALAKSANAAN (P)

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan memberitahukan ibu bahwa akan

dijadikan pasien binaan mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

nifas dan neonatus. Ibu bersedia.

2. menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan kondisi ibu dan janin

baik. Sudah dilakukan , ibu mengerti.

3. Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan

seimbang seperti nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah. Dan lebih

meningkatkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi

seperti ati ampela, pisang, kuning telur, bayam, brokoli, jus jeruk, daging

merah, kurma, madu, dan havermut untuk mengoptimalkan hemoglobin

ibu yang saat ini kurang dari kadar normalnya yaitu 11 gr%. Ibu mengerti.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 2 jam dan

tidur malam minimal 8 jam. Ibu mengerti apa yang telah dijelaskan dan

bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan.

5. Memberikan ibu terapi obat seperti tablet Fe 2x1 sehari, Kalk 1x1 sehari,

dan menganjurkan pada ibu cara meminumnya dengan air putih karena

dapat mepercepat proses penyerapan vitamin dan tidak boleh dengan kopi,

teh, bahkan susu karena dapat mengganggu proses penyerapan obat. Ibu

mengerti dan dapat menjelaskan kembali cara meminum tablet Fe


76

6. Menganjurkan ibu cek darah pada tanggal 21 Oktober di Laboratorium

untuk mengetahui kadar Haemoglobin, protein urin & reduksi ,dan

golongan darah. Ibu mengerti dan mau melakukannya

7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang yang telah

ditetapkan bidan KIA yaitu pada tanggal 27 Oktober 2018 di Bidan

Praktik Mandiri Yulianti. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang pada

waktu yang telah ditentukan atau bila ada indikasi. Ibu bersedia

melakukan kunjungan pada tanggal 27 Oktober 2017

8. Pendokumentasian.

2. ANC II

Pada tanggal 27 Oktober 2018

Di Bidan Praktik Mandiri Y

DATA SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan untuk kunjungan kehamilan, Ibu mengatakan saat ini ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan pergerakan janin masih aktif ± 12

kali dalam sehari.

DATA OBJEKTIF (O)

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital TD 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR :

20 x/menit, S : 36,5 ºC, BB 62 kg. Pada pemeriksaan secara palpasi ditemukan

tinggi fundus uteri 29 cm dan Leopold I pada bagian fundus teraba agak bulat,

lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II sebelah kanan perut ibu

teraba bagian terkecil dan berongga yaitu ekstremitas dan sebelah kiri perut ibu
77

teraba bagian yang panjang, keras seperti papan yaitu punggung janin, Leopold III

teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala janin, Leopold IV masuk PAP

(divergen), DJJ teratur 134 x/menit punctum maksimum berada di sebelah kiri di

bawah pusat ibu, TBJ = (29-12)x 155 = 2.635 gram.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan Rambut hitam dan bersih. Muka tidak

oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning atau tidak ikterik. Pada

pemeriksaan mulut, lidah tidak stomatitis, gusi tidak berdarah, geraham tidak

karies, gigi bersih. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar

getah bening. Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, tidak ada nyeri ketuk

pada pinggang, ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, tidak ada varises, dan

reflex patella positif kanan dan kiri. Pada pemeriksaan payudara, putting susu

menonjol, bersih dan tidak ada pembesaran abnormal.

Pemeriksaan Genitalia tidak dilakukan.

Pemeriksaa Penunjang. Melakukan tes laboratorium tanggal 21 Oktober 2018

dengan hasil Golongan darah : B, Hb : 11,4 gr%, protein (-), reduksi (-).

ANALISA (A)

G1P0A0 hamil 36 minggu Janin tunggal hidup presentasi kepala

PENATALAKSANAAN (P)

1) Melakukan informed consent. Informed consent di tanda tangani oleh ibu.

2) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dan janin dalam

keadaan baik-baik saja. Ibu mengerti.

3) Mengingatkan kembali pada ibu untuk istirahat yang cukup untuk tidur

siang minimal 2 jam dan tidur malam 8 jam. Ibu mengerti dan mau

melakukan apa yang telah dijelaskan.


78

4) Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan Trimester III seperti

sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, pergerakan janin

menurun, keluar dah dan cairan dari jalan lahir. Jika ibu mengalami hal hal

tersebut ibu segera datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ibu

mengerti dan dapat menyebutkan semua tanda bahaya kehamilan.

5) Mengingatkan pada ibu untuk minum terapi obat tablet Fe 2x1 hari, Kalk

1x1 hari dan mengajarkan pada ibu cara meminumnya dengan

menggunakan air putih atau jus jeruk karena dapat mepercepat proses

penyerapan vitamin dan tidak boleh dengan kopi, teh, bahkan susu karena

dapat mengganggu proses penyerapan vitamin. Ibu mengerti dengan

penjelasan tersebut , dan dapat menjelaskan kembali cara meminum tablet

fe.

6) Menganjurkan ibu untuk kontrol ke Bidan yaitu pada tanggal 3 November

2018 atau jika terdapat keluhan. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

7) Pendokumentasian.

3. ANC III

Pada tanggal 03 November 2018

Di Bidan Praktik Mandiri Y

DATA SUBJEKTIF (S)

Ibu datang untuk melakukan kunjungan kehamilan , ibu mengatakan

kehamilan ibu sudah memasuki usia kehamilan 37 minggu. Ibu mengatakan sakit

perut bagian bawah. Ibu mengatakan pergerakan janin masih aktif ± 12 kali dalam

sehari.
79

DATA OBJEKTIF (O)

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital TD 120/80 mmHg, N : 78 x/menit, RR :

20 x/menit, S : 36,5 ºC, BB 62 kg. Pada pemeriksaan secara palpasi ditemukan

tinggi fundus uteri 29 cm dan Leopold I pada bagian fundus teraba agak bulat,

lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II sebelah kanan perut ibu

teraba bagian terkecil dan berongga yaitu ekstremitas dan sebelah kiri perut ibu

teraba bagian yang panjang, keras seperti papan yaitu punggung janin, Leopold III

teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala janin, Leopold IV belum masuk

PAP (konvergen), DJJ teratur 138 x/menit punctum maksimum berada di sebelah

kiri di bawah pusat ibu, TBJ = (29-12)x 155 = 2.635 gram.

Pemeriksaan Genitalia tidak dilakukan.

ANALISA (A)

G1P0A0 hamil 37 minggu Janin tunggal hidup presentasi kepala

PENATALAKSANAAN (P)

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dan janin dalam

keadaan baik-baik saja. Ibu mengerti.

2) Mengingatkan pada ibu untuk selalu mengonsumsi makanan yang bergizi

yang terdiri dari lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan ditambah dengan

susu agar ibu dan bayi selalu sehat. Ibu mau melakukannya.

3) Mengingatkan kembali pada ibu untuk istirahat yang cukup untuk tidur

siang minimal 2 jam dan tidur malam 8 jam. Ibu mengerti dan mau

melakukan apa yang telah dijelaskan.


80

4) Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan Trimester III seperti

sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, pergerakan janin

menurun, keluar dah dan cairan dari jalan lahir. Jika ibu mengalami hal hal

tersebut ibu segera datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ibu

mengerti.

5) Mengingatkan pada ibu untuk minum terapi obat tablet Fe 2x1 hari, Kalk

1x1 hari dan mengajarkan pada ibu cara meminumnya dengan

menggunakan air putih atau jus jeruk karena dapat mepercepat proses

penyerapan vitamin dan tidak boleh dengan kopi, teh, bahkan susu karena

dapat mengganggu proses penyerapan vitamin. Ibu mnegerti dengan

penjelasan bidan.

6) Menganjurkan ibu untuk kontrol ke bidan yaitu pada tanggal 10 November

2018 atau jika terdapat keluhan. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

7) Pendokumentasian.

4. ANC IV

Pada tanggal 08 November 2018

Di Bidan Praktik Mandiri Y

DATA SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan datang dengan keluhan keputihan yang banyak dan nyeri

perut bagian bawah. Ibu mengatakan pergerakan janin masih aktif ± 12 kali dalam

sehari.

DATA OBJEKTIF (O)

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N : 82 x/menit,


81

RR : 20 x/menit, S : 36,5 ºC, BB 63 kg. Pada pemeriksaan secara palpasi

ditemukan tinggi fundus uteri 29 cm dan Leopold I pada bagian fundus teraba

agak bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II sebelah kanan

perut ibu teraba bagian terkecil dan berongga yaitu ekstremitas dan sebelah kiri

perut ibu teraba bagian yang panjang, keras seperti papan yaitu punggung janin,

Leopold III teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala janin, Leopold IV

sudah masuk PAP (divergen), DJJ teratur 141 x/menit punctum maksimum berada

di sebelah kiri di bawah pusat ibu, TBJ = (29-12)x 155 = 2.635 gram.

Pemeriksaan Genitalia tidak dilakukan.

ANALISA (A)

G1P0A0 hamil 36 minggu Janin tunggal hidup presentasi kepala

PENATALAKSANAAN (P)

1)Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dan janin dalam keadaan

baik-baik saja. Ibu mengerti dan senang mendengar hasil pemeriksaan

2)Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mandi 2x sehari

dan mengganti pakaian dalam sesering mungkin. Ibu mengerti

3)Mengingatkan kembali pada ibu untuk istirahat yang cukup untuk tidur

siang minimal 2 jam dan tidur malam 8 jam. Ibu mengerti dan mau

melakukan apa yang telah dijelaskan.

4)Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan Trimester III seperti sakit

kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, pergerakan janin

menurun, keluar dah dan cairan dari jalan lahir. Jika ibu mengalami hal hal

tersebut ibu segera datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ibu


82

mengerti dan dapat menyebutkan semua tanda bahaya kehamilan

Trimester III.

5)Mengingatkan pada ibu untuk minum terapi obat tablet Fe 1x1 hari, Kalk

1x1 hari dan mengajarkan pada ibu cara meminumnya dengan

menggunakan air putih atau jus jeruk karena dapat mepercepat proses

penyerapan vitamin dan tidak boleh dengan kopi, teh, bahkan susu karena

dapat mengganggu proses penyerapan vitamin. Ibu mengerti dan dapat

menjelaskan kembali cara meminum tablet Fe

6)Menganjurkan ibu untuk kontrol ke Bidan yaitu pada tanggal 17 November

2018 atau jika terdapat keluhan. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

7)Pendokumentasian.

B. MASA PERSALINAN (INTRANATAL CARE)

Tanggal : 08-11-2018

Tempat : BPM Bidan Y

IDENTITAS

Istri Suami

Nama : Ny. L : Tn. A

Usia : 26 tahun : 30 tahun

Agama : Islam : Islam

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Wiraswasta

Alamat : Kp. Jaha rt009/011 Jatimekar, Jati Asih, Bekasi


83

KALA I tanggal 08-11-2018 pukul 20.00

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan mulas sejak tadi siang sekitar pukul 14:00 wib, belum keluar

air-air, belum keluar lendir campur darah. HPHT : 17-02-2018 TP :

24-11-2018. Ibu sudah makan siang pukul 13.00, sudah BAK tetapi belum

BAB hari ini, ibu mengakui ini kehamilan pertama dan belum pernah

keguguran. Ibu tidak memiliki penyakit yang sedang di derita, tidak ada

penyakit sistemik seperti jantung, ginjal, paru, asma, liver, DM, alergi, tidak

pernah operasi

Riwayat Persalinan, dan Nifas yang lalu -

OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. TTV :

TD 110/80 mmHg, Nadi 86 x/m, RR 20x/m, Suhu 36,70C

5. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema

b. Mata : konjungtiva tak pucat, sklera tak kuning

c. Payudara : simetris, putting menonjol, hiperpigmentasi

aerola,ASI sudah keluar

d. Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada luka operasi

TFU 28 cm DJJ: 134x/m His : 3x10’x30’’

 Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting (bokong)


84

 Leopold II : kanan (teraba bagian kecil) : ekstremitas

kiri (teraba panjang keras seperti papan) : punggung

 Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

 Leopold IV : divergen penurunan 4/5 bagian

e. Genetalia dan VT :

Vulva vagina tidak ada kelainan, Portio tebal lunak, Pembukaan 3 cm,

Ketuban utuh, Persentasi kepala, dan Penurunan HI

f. Ekstremitas Atas : tidak ada oedema

g. Ekstremitas Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varices

ANALISA

G1P0A0 hamil 38 minggu partus kala I fase laten

Janin Tunggal Hidup Intrauterin Persentasi Kepala

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu dan Suami hasil pemeriksaan. Ibu dan suami telah

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu ibu dan suami mempersiapkan kebutuhan bayi dan ibu

untuk bersalin. Suami sudah membawanya

3. Menganjurkan ibu untuk makan minum. Ibu makan roti 1 buah dan

minum teh manis hangat pukul 21:00 wib

4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB atau BAK. Ibu mnegerti

5. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar RB. Ibu tidak mau

melakukannya dan ibu memilih untuk duduk dan berbaring ditempat

tidur

6. Memberitahu ibu untuk tidak meneran sebelum waktunya. Ibu mengerti


85

7. Mengajarkan ibu dan suami cara mengatasi nyeri persalinan dengan

mengusap punggung atau pinggang ibu oleh suami, serta mengajarkan

ibu untuk menarik nafas panjang dalam hidung dan dikeluarkan perlahan

dari mulut. Ibu dan suami dapat melakukannya.

8. Menyiapkan alat partus dan hecting set. Alat sudah disiapkan

9. Melakukan observasi

Pukul TD N S DJJ HIS

20:00 - 80 x/m - 138x/m 3x10’x30’’

21:00 - 81 x/m - 144x/m 3x10’x35’’

22:00 - 84 x/m - 132x/m 3x10’x40’’

KALA I tanggal 08-11-2018 pukul 22:30

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan keluar air-air

OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. TTV : TD 110/70 mmHg, Nadi 86 x/m, RR 20x/m, Suhu 36,80C

5. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen : DJJ: 134x/m His : 4x10’x30’’ Penurunan 2/5

bagian

b. Genetalia dan VT :
86

Vulva vagina tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, Pembukaan 7 cm,

Ketuban putih keruh, Persentasi kepala, Penurunan HII, UUK Kiri

Depan, dan Molase tida ada

c. Ekstremitas Atas : tidak ada oedema

d. Ekstremitas Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varices

ANALISA

G1P0A0 hamil 38 minggu partus kala I fase aktif

Janin Tunggal Hidup Intrauterin Persentasi Kepala

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu dan Suami hasil pemeriksaan. Ibu dan suami telah

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Membantu ibu untuk pindah ke ruang partus. Suami membantu ibu untuk

pindah ruangan

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri. Ibu melakukannya

4. Memberitahu ibu untuk tetap makan dan minum. Ibu tidak mau makan

tetapi minum teh manis pukul 23:00 wib

5. Melakukan observasi menggunakan partograf

KALA II tanggal 08-11-2018 pukul 23:30

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan sering, dan ibu ingin meneran

OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis


87

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Tanda Gejala Kala II : ibu ingin meneran, tekanan pada anus, vulva

membuka, perineum menonjol

5. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen : DJJ: 134x/m His : 4x10’x45’’ Penurunan 0/5

bagian

b. Genetalia dan VT :

Vulva vagina tidak ada kelainan, Portio tidak teraba, Pembukaan 10

cm, , Persentasi kepala, Penurunan HIII+, Molase tidak ada,

Denominator UUK depan

c. Ekstremitas Atas : tidak ada oedema

d. Ekstremitas Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varices

ANALISA

G1P0A0 hamil 38 minggu partus kala II

Janin Tunggal Hidup Intrauterin Persentasi Kepala

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu dan Suami hasil pemeriksaan. Ibu dan suami telah

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menghadirkan pendamping ibu. Suami sudah ada di ruang partus.

3. Memberitahu ibu posisi bersalin. Ibu memilih posisi setengah duduk

karena posisi tersebut lebih nyaman bagi ibu.

4. Mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan benar. Ibu mengerti

dan mampu melakukannya.

5. Memberitahu ibu untuk tidak meneran jika tidak ada his atau kontraksi.
88

Ibu mengerti

6. Memberitahu ibu untuk istirahat jika tidak ada his. Suami memberikan

minum air mineral.

7. Melakukan DJJ disela his. Hasil DJJ baik

8. Memimpin persalinan. Bayi lahir pukul 23;45 spontan,kemerahan,

menangis,tonus otot aktif , jenis kelamin laki-laki, dan mengeringkan bayi

sambil memberikan rangsangan taktil, bayi sudah mekonium.

KALA III tanggal 08-11-2018 pukul 23:45

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan masih terasa mulas

OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. TFU sepusat, Kontraksi baik, Kantong kemih kosong, Tidak ada janin

kedua, dan Tali pusat nampak didepan vulva

ANALISA

P1A0 partus kala III

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu dan Suami hasil pemeriksaan. Ibu dan suami telah

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menjepit dan memotong tali pusat + 3cm dan meletakkan bayi didada ibu

untuk IMD. Sudah dilakukan


89

3. Melakukan Manajemen Aktif Kala III

a. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di paha ibu. Sudah

dilakukan

b. Melakukan Peregangan tali pusat terkendali dan melakukan

dorsokranial serta mengobservasi tanda-tanda pelesapasan plasenta

yaitu uterus globuler, tali pusat memanjang, dan adanya semburan

darah tiba-tiba. Plasenta lahir pukul 00:00 wib

c. Massase fundus uteri sebanyak 15x. Kontraksi baik

4. Memeriksa kelengkapan plasenta. Selaput plasenta ada 2 dan utuh,

kotiledon utuh, panjang tali pusat + 52 cm, diameter + 17 cm, dan insersi

tali pusat marginalis.

KALA IV tanggal 09-11-2018 pukul 00:00

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

OBJEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. TTV : TD 110/70 mmHg, Nadi 84 x/m, RR 20x/m, Suhu 36,80C

5. TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi baik, Kantong kemih kosong,

Terdapat laserasi grade 2, Perdarahan post plasenta + 100 cc

ANALISA

P1A0 partus kala IV


90

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu dan Suami hasil pemeriksaan. Ibu dan suami telah

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Membersihkan ibu, memakaikan celana dalam dan pembalut. Sudah

dilakukan

3. Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya nifas. Ibu mengerti dan

dan dapat menyebutkannya yaitu perdarahan, pusing, rahim terasa

lembek.

4. Memberikan penkes tentang personal hygine. Ibu mengerti dan akan

melakukannya

5. Memberikan penkes pada ibu tentang mobilisasi dini setelah 2 jam

bersalin. Setelah dua jam ibu dapat miring kiri kanan dan duduk.

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ibu mengerti

7. Memberikan penkes pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

hidrasi serta tidak ada pantangan. Ibu mengerti

8. Memberikan vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kapsul 1x1, asam

mefenamat 500 mg x 3x1, amoxilin 500 mg xv 3x1, SF 1x1. Ibu

mengerti cara meminum vitamin dan obatnya

9. Melakukan observasi kala IV selama 2 jam

Jam waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi Kantong Perdarahan

ke darah kemih

00:00 110/70 84 36,8 2 JBP Baik Kosong + 5 cc

1 00:15 120/60 86 2 JBP Baik Kosong + 5 cc

00:30 120/80 80 2 JBP Baik Kosong + 10 cc


91

00:45 120/70 83 2 JBP Baik Kosong + 10 cc

01:15 120/80 80 36,7 2 JBP Baik Kosong + 10 cc


2
01:30 120/80 81 2 JBP Baik Kosong + 5 cc

C. BAYI BARU LAHIR (BBL)

1. SOAP BBL 1 JAM

Tanggal : 09-11-2018 Pukul : 00:45 WIB

Tempat : BPM BIDAN Y

IDENTITAS ANAK

Nama Anak : By. Ny. L

Usia : 1 jam

TTL : Jakarta, 08-11-2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

a. SUBJEKTIF

1) Keluhan pada bayi : ibu mengatakan tidak ada keluhan

2) Riwayat kehamilan : ibu hamil anak pertama, belum pernah

keguguran, usia kehamilan terakhir 38 minggu, selama hamil ibu

mengalami keluhan fisiologis seperti mual pada trimester I, nyeri

perut bagian bawah dan sering BAK pada trimester III

3) Riwayat persalinan : ibu melahirkan di Bidan Praktik Mandiri pada

tanggal 08-11-2018 pukul 23:45 WIB

b. OBJEKTIF

1) Pemeriksaan umum :
92

Menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan masih terdapat

verniks

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

DJB 132x/ menit, Suhu 36,9 0C, Respirasi 46x/ menit

3) Antropometri :

BB 3400 gram, PB 48 cm, LK 33 cm, LD 32 cm

4) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : bentuk simetris, tidak ada molase, tidak ada caput

suksadaneum, tidak ada cepal hematoma

b) Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak

ikterus, tidak ada pengeluaran sekret

c) Hidung : simetris, terbentuk sempurna, tidak ada nafas cuping

hidung, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada polip

d) Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran sekret, tulang spina

sudah sempurna

e) Mulut : bibir terebentuk sempurna, tidak ada labioskizis dan

labiopalatoskizis

f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

g) Dada : simetris, berbentuk datar, tidak ada rektraksi dada

kedalam, bunyi jantung normal

h) Abdomen : berbentuk datar, tak ada kelainan, tali pusat masih

basah dan segar, tak ada perdarahan tali pusat

i) Tangan : simetris, jumlah jari lengkap, jari tangan kanan 5 dan

jari tangan kiri 5


93

j) Kaki : simetris, jumlah jari lengkap, jari kaki kanan 5, dan jari

kaki kiri 5

k) Punggung : tak ada benjolan, tidak ada spina bifida, tulang

belakang lurus

l) Genetalia : testis sudah turun, terdapat lubang uretra

m) Anus : terdapat lubang anus, sudah mekonium

5) Reflek

Labirin (+), Glabella (+), Rooting (+), Sucking (+), Swallowing (+),

Grasping (+), Tonic Neck (+), Babinky (+), Moro (+)

c. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 jam

d. PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik. Ibu mengerti

2) Memberikan salep mata antibiotika 1% kloramfenikol pada kedua

mata. Salep mata sudah diberikan satu kali pada kedua mata

3) Menyuntikkan vitamin K 1 mg secara IM di 1/3 paha kiri

anterolateral. Sudah dilakukan.

4) Memberikan penkes pada ibu dan keluarga untuk menjaga suhu

bayinya agar tidak hipotermi dengan memakaikan baju, dibedong

tidak ketat, tidak memakai gurita, dan didekatkan pada ibunya. Ibu

dan keluarga mengerti serta dapat melakukannya.

5) Memberikan penkes pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif 6

bulan tanpa tambahan makanan, menyusui sesering mungkin,


94

mengajarkan teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar. Ibu

mengerti dan melakukannya.

6) Memberikan penkes tentang perawatan talipusat dengan prinsip

bersih, kering, terkena oksigen. Ibu mengerti dan akan

melakukannya

7) Memberikan penkes pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya

bayi baru lahir. Ibu mengerti dan akan mengawasi bayinya.

8) Memberitahui ibu bahwa 1 jam setelah pemberian vitamin K, bayi

akan diberi imunisasi HB0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan. Ibu

menyetujuinya dan bayi diberikan HBO pukul wib 01.45 wib

9) Melakukan bounding kembali antara ibu dan bayi

2. SOAP BBL USIA 6 JAM

Tanggal : 09-11-2018 Pukul : 05:45 WIB

Tempat : BPM Bidan Y

a. SUBJEKTIF

Usia gestasi 38 minggu, BBL 3400 gram, Ibu mengatakan bayi sudah

BAK, bayinya nampak kotor setelah persalinan, masih ada darah

dirambut bayinya.

b. OBJEKTIF

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : composmentis

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital :


95

DJB 128x/ menit, Suhu 36,7 0C, Respirasi 45x/ menit

3) Pemeriksaan Fisik

a) Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat

b) Kulit : kemerahan, tidak kuning, dan tidak ada sianosis

c) Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi

c. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 6 jam

d. PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik. Ibu mengerti

2) Memberitahu ibu bahwa bayi akan dimandikan. Ibu menyetujui

3) Memberitahu ibu untuk menyiapkan alat mandi seperti shampoo atau

sabun, minyak telon, pakaian, kain bedong, handuk, topi, sarung

tangan kaki. Perlengkapan sudah disiapkan.

4) Menyiapkan bak mandi serta air hangat. Sudah disiapkan

5) Memandikan bayi setelah yakin bahwa bayi dalam keadaan sehat.

Bayi sudah dimandikan

6) Melakukan perawatan tali pusat dengan prinsip bersih, kering, dan

terkena oksigen. Tali pusat terbungkus kassa steril.

7) Mengenakan pakaian bayi, topi, sarung tangan kaki. Bayi sudah

mengenakan pakaian

8) Mengingatkan kembali pada ibu untuk melakukan bounding dengan

bayinya. Ibu memeluk bayinya.


96

9) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setelah bayi mandi

dengan teknik dan pelekatan yang baik dan benar. Ibu menyusui

bayinya dan bayi aktif menyusu.

10) Memberikan penkes pada ibu untuk menjemur bayi nya + 30 menit

setiap pagi untuk mencegah penyakit kuning. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

3. SOAP BBL USIA 6 HARI

Tanggal : 14-11-2018 Pukul : 17:00 WIB

Tempat : BPM Bidan Y

a. SUBJEKTIF

Usia gestasi 38 minggu, BBL 3400 gram, Ibu mengatakan tidak ada

keluhan, bayi hari ini sudah BAB + 2x, BAK +3x

b. OBJEKTIF

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : composmentis

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

DJB 130 x/ menit, Suhu 36,6 0C, Respirasi 46x/ menit

3) Antropometri :

BB saat ini 3100 gram, PB 48 cm

4) Pemeriksaan Fisik

a) Mata : konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus

b) Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi, tali pusat sudah puput
97

c) Kulit : tidak kuning, tidak sianosis

d) Ekstremitas : gerak aktif

5) Reflek

Rooting (+), Sucking (+), Swallowing (+)

c. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 6 hari

d. PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik. Ibu mengerti

2) Memberikan penkes pada ibu dan keluarga untuk menjaga

kebersihan bayi seperti bayi dimandikan 2x sehari, mengganti popok

bayi apabila BAK/BAB. Ibu memandikan bayinya 2x sehari dan

selalu mengganti pakaian atau popok bila BAB/BAK.

3) Memberikan penkes pada ibu untuk melakukan imunisasi sesuai

dengan jadwal imunisasi yang ada di buku KIA. Ibu mengerti dan

akan melakukan imunisasi bayinya sesuai jadwal

4) Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya on demand. Ibu

menyusui bayinya pagi, siang, sore, dan malam.

5) Mengingatkan ibu untuk menjemur bayi nya saat pagi hari untuk

mencegah penyakit kuning. Ibu selalu menjemur bayinya saat pagi

hari.

6) Melakukan informed consent kepada ibu untuk kunjungan rumah pada

tanggal 21-11-18. Ibu setuju


98

4. SOAP BBL USIA 14 HARI

Tanggal : 21-11-2018 Pukul : 17:00 WIB

Tempat : Rumah Klien

a. SUBJEKTIF

Usia gestasi 38 minggu, BBL 3400 gram, BB saat ini 3400 gram. Ibu

mengatakan . tidak ada keluhan terhadap bayinya.Bayi hari ini sudah

BAB + 3x, BAK +6x.

b. OBJEKTIF

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : composmentis

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

DJB 128 x/ menit, Suhu 36,6 0C, Respirasi 44x/ menit

3) Pemeriksaan Fisik

a) Mata : konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus

b) Kulit : kemerahan

c) Ekstremitas : gerak aktif

4) Reflek

Rooting (+), Sucking (+), Swallowing (+)

c. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 14 hari

d. PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik. Ibu mengerti


99

2) Memberikan penkes pada ibu dan keluarga untuk menjaga

kebersihan bayi seperti bayi dimandikan 2x sehari, mengganti popok

bayi apabila BAK/BAB, tidak memakai lotion pada kulit bayi, tidak

memakaikan bedak pada bayi. Ibu akan berhenti menggunakan

lotion pada kulit bayinya

3) Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya on demand. Ibu

menyusui bayinya pagi, siang, sore, dan malam serta dapat

menyusui dengan teknik dan pelekatan yang benar.

D. MASA NIFAS (POST NATAL CARE)

1. SOAP NIFAS 6 JAM

Tanggal : 09-11-2018 Pukul : 05:45

Tempat : BPM Bidan Y

a) IDENTITAS

Istri Suami

Nama : Ny. L : Tn. A

Usia : 26 tahun : 30 tahun

Agama : Islam : Islam

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Wiraswasta

Alamat : Kp. Jaha rt009/011 Jatimekar, Jati Asih, Bekasi

b) SUBJEKTIF

1) Keluhan : ibu mengatakan masih terasa mulas seperti haid


100

2) Riwayat persalinan terakhir :Ibu mengatakan telah melahirkan anak

pertama di BPM Bidan Y tanggal 08-11-2018 pukul 23:45 WIB, jenis

kelamin laki-laki, BB 3400 gram, PB 48 cm, tidak pernah keguguran,

dan tidak ada komplikasi

3) Riwayat Kesehatan:

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit hipertensi, jantung, paru,

ginjal, liver, diabetes melitus, tidak pernah SC, tidak ada alergi obat,

ada alergi udang, tidak ada asma

4) Kebiasaan :

Ibu mengatakan tidak pernah minum alkohol atau jamu

5) Pola makan dan minum :

Ibu sudah makan sore dengan menu ayam, sayur, buah, nasi. Ibu

sudah minum + 600 cc (1 botol aqua). Ibu mengatakan tidak ada

masalah untuk makan dan minum

6) Pola eliminasi

Ibu sudah BAK pukul 05:00 dan belum BAB. Tidak ada nyeri pada

saat BAK

7) Personal Hygine

Ibu sudah mengganti pembalut pukul 05:00, perdarahan ½ pembalut

maternity yang panjang (+ 15 cc), sudah mencuci kemaluannya

dengan air bersih mengalir, dan ibu belum mandi

8) Pola istirahat dan tidur

Ibu mengatakan untuk saat ini tidak ada masalah dengan pola tidur

atau istirahatnya
101

9) Aktivitas atau mobilisasi

Ibu sudah dapat berjalan mandiri tanpa masalah

10) ASI

Ibu mengatakan ASI berwarna kuning (kolostrum) sudah keluar,

sudah menyusui bayinya

c) OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : compos mentis

c) Emosi : stabil

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD 110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,80C,Respirasi

20x/menit

3) Pemeriksaan fisik

a) Wajah : tidak ada pembengkakan, tidak pucat

b) Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat

c) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret

d) Telinga : tidak ada pengeluaran sekret

e) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfa, dan vena

jugularis

f) Payudara : simetrsi, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan,

putting susu menonjol, tidak ada lecet pada putting, ASI sudah

keluar

g) Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, kantong


102

kemih kosong

h) Ekstremitas Atas : tidak ada pembengkakan

i) Ekstremitas Bawah : tidak ada pembengkakan, varices -/-,

tanda homan -/-

j) Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, laserasi grade 2,

tidak ada pembengkakan, terdapat pengeluaran darah merah,

lochea : rubra

d) ANALISA

P1A0 post partum 6 jam

b) PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil

pemeriksaan

2) Memberikan penkes tentang tanda bahaya nifas. Ibu dapat

menyebutkan tanda bahaya.

3) Memberikan penkes pada ibu tentang pola nutrisi dan hidrasi serta

tidak ada pantangan. Ibu mengerti dan akan menerapkannya

4) Memberikan penkes tentang personal hygine. Ibu telah

menerapkannya seperti mengganti pembalut, mencuci kemaluan, serta

membersihkan diri atau mandi

5) Memberikan penkes pada ibu tentang ASI eksklusif, serta teknik

menyusui yang baik dan benar. Ibu sudah menerapkannya.

6) Memberikan penkes pada ibu tentang pola istirahat dan tidur. Ibu akan

menerapkannya.

7) Mengingatkan ibu untuk minum obat dan vitamin sesuai dosisnya. Ibu
103

akan meminumnya sesuai anjuran.

2. SOAP NIFAS 6 HARI

Tanggal : 14-11-2018 Pukul : 17:00 wib

Tempat : BPM Bidan Y

a) SUBJEKTIF

1) Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan

2) Pola makan dan minum :

Ibu sudah makan siang dengan menu lauk, sayur, buah, nasi. Ibu

sudah minum + 9 gelas. Ibu mengatakan tidak ada masalah untuk

makan dan minum

3) Pola eliminasi

Ibu sudah BAK dan BAB. Tidak ada nyeri pada saat BAK, serta

BAB tidak ada masalah

4) Personal Hygine

Ibu sudah mengganti pembalut, darah yang keluar seperti flek-flek

dan tidak banyak, sudah mencuci kemaluannya dengan air bersih

mengalir, dan ibu sudah mandi

5) Pola istirahat dan tidur

Ibu mengatakan tidur malam sedikit terganggu karena bayi menyusu,

istirahat siang + 30 menit karena ibu harus menjaga ketiga anaknya.

6) Aktivitas

Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengasuh 4 anak,

memasak, mencuci dan lain-lain, akan tetapi pekerjaan ini dibantu


104

oleh suaminya

7) ASI

Ibu mengatakan ASI keluar, sudah menyusui bayinya, setiap malam

ibu bangun untuk menyusui bayinya

b) OBJEKTIF

B. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : compos mentis

c) Emosi : stabil

C. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 37 0C, Respirasi

20x/menit

D. Pemeriksaan fisik

a) Wajah : tidak ada pembengkakan, tidak pucat

b) Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat

c) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret

d) Telinga : tidak ada pengeluaran sekret

e) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfa, dan vena

jugularis

f) Payudara : simetrsi, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan,

putting susu menonjol, tidak ada lecet pada putting, ASI sudah

keluar

g) Abdomen : TFU pertengahan antara pusat dan siymphisis ,

kontraksi baik, kantong kemih kosong


105

h) Ekstremitas Atas : tidak ada pembengkakan

i) Ekstremitas Bawah : tidak ada pembengkakan, varices -/-, tanda

homan -/-

j) Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, luka jahitan

masih kering, tidak ada pembengkakan, terdapat pengeluaran darah

kecoklatan seperti flek dan sedikit, lochea : sanguinolenta

c) ANALISA

P1A0 nifas 6 hari

d) PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil

pemeriksaan

2) Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya nifas. Ibu masih ingat

dan dapat menyebutkannya kembali

3) Mengingatkan kembali pada ibu tentang pola nutrisi dan hidrasi serta

tidak ada pantangan. Ibu sudah menerapkannya dengan makan nasi,

lauk, sayur.

4) Mengingatkan kembali tentang personal hygine. Ibu telah

menerapkannya seperti mengganti pembalut, mencuci kemaluan, serta

membersihkan diri atau mandi

5) Mengingatkan kembali pada ibu tentang ASI eksklusif, serta teknik

menyusui yang baik dan benar. Ibu sudah menerapkannya dan sering

menyusui bayinya pagi, siang, sore, dan malam.

6) Memberikan penkes pada ibu tentang pola istirahat dan tidur. Ibu akan

menerapkannya.
106

7) Mengingatkan ibu untuk minum obat dan vitamin sesuai dosisnya. Ibu

akan meminumnya sesuai anjuran.

8) Melakukan informed consent kepada ibu untuk kunjungan nifas ke

rumahnya tanggal 22-11-2018. Ibu akan melakukannya.

3. SOAP NIFAS 14 HARI

Tanggal : 22-11-2018 Pukul : 17:00 wib

Tempat : Rumah Klien

a. SUBJEKTIF

1) Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan

2) Pola makan dan minum :

Ibu sudah makan siang dengan menu lauk, sayur, buah, nasi. Ibu

sudah minum + 9 gelas. Ibu mengatakan tidak ada masalah untuk

makan dan minum

3) Pola eliminasi

Ibu sudah BAK dan BAB. Tidak ada nyeri pada saat BAK, serta

BAB tidak ada masalah

4) Pola istirahat dan tidur

Ibu mengatakan sudah terbiasa dengan pola tidurnya yang sekarang.

Tidur malam + 6 jam, istirahat siang + 30 menit.

5) Aktivitas sehari-hari

Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengasuh bayi,

memasak, mencuci dan lain-lain, akan tetapi pekerjaan ini dibantu

oleh suaminya
107

6) ASI

Ibu mengatakan ASI keluar, sudah menyusui bayinya, setiap malam

ibu bangun untuk menyusui bayinya

7) Aktivitas Seksual

Ibu tidak melakukan aktivitas seksual sejak melahirkan

8) Rencana KB

Ibu mengatakan ingin KB suntik dan pilihannya sudah mantap,

suami sudah setuju.

b. OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : baik

b) Kesadaran : compos mentis

c) Emosi : stabil

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD 110/80 mmHg, Nadi 72x/menit, Suhu 36,80C, Respirasi

20x/menit

3) Pemeriksaan fisik

a) Wajah : tidak ada pembengkakan, tidak pucat

b) Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat

c) Hidung : tidak ada pengeluaran sekret

d) Telinga : tidak ada pengeluaran sekret

e) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfa, dan vena

jugularis

f) Payudara : simetrsi, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan,


108

putting susu menonjol, tidak ada lecet pada putting, ASI sudah

keluar

g) Abdomen : TFU tidak teraba

h) Ekstremitas Atas : tidak ada pembengkakan

i) Ekstremitas Bawah : tidak ada pembengkakan, varices -/-, tanda

homan -/-

j) Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, luka jahitan

sudah mengering, tidak ada pembengkakan, tidak ada pengeluaran

darah, lochea alba

c. ANALISA

P1A0 nifas 14 hari

d. PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil

pemeriksaan

2) Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya nifas. Ibu masih ingat

dan dapat menyebutkannya kembali

3) Mengingatkan kembali pada ibu tentang pola nutrisi dan hidrasi

serta tidak ada pantangan. Ibu sudah menerapkannya

4) Mengingatkan kembali tentang personal hygine. Ibu telah

menerapkannya seperti mengganti pembalut, mencuci kemaluan,

serta membersihkan diri atau mandi

5) Mengingatkan kembali pada ibu tentang ASI eksklusif, serta teknik

menyusui yang baik dan benar. Ibu sudah menerapkannya dan

sering menyusui bayinya pagi, siang, sore, dan malam.


109

6) Memberikan penkes tentang KB. Ibu mengerti

7) Mengajarkan ibu dan keluarga Pijat Oksitosin. Ibu mengerti dan

akan melakukannya

8) Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar. Ibu mengerti dan

akan melakukannya
110

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas Manajemen Kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir normal yang dikaitkan dengan teori

asuhan kebidanan. Pada masa hamil Ny. L, penulis mulai melakukan ANC pada

usia kehamilan 35 minggu sampai 38 minggu sebanyak 4 kali hingga kunjungan

nifas 14 hari.

A. KEHAMILAN

KUNJUNGAN I

Pada tanggal 20-10-2018 dilaksanakan kunjungan pertama dengan klien

di BPM Bidan Y. Setelah dilakukan anamnesa didapatkan bahwa umur ibu 26

tahun. Berdasarkan usia ibu, ini merupakan usia seorang wanita pada saat

hamil tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur ibu yang paling aman

untuk hamil adalah 20-35 tahun karena pada wanita mulai umur 20 tahun

rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima

kehamilan, juga pada umur tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk

menjadi ibu. Hal ini karena kesiapan seorang perempuan untuk bisa

menerima kehamilannya antara lain dari segi fisik, emosi, psikologi, sosial,

dan ekonomi (Qurniyawati, 2014). Selain itu ibu juga tidak memiliki faktor

risiko seperti Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO) dengan 7 terlalu dan 3

pernah. Tujuh terlalu itu diantaranya adalah primi muda, primi tua, primi tua

sekunder, umur ≥35 tahun, grande multi, anak terkecil umur <2 tahun, tinggi
111

badan rendah ≤145 dan 3 pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu

mengalami perdarahan pasca persalinan dengan infus/ transfuse, uri manual,

tindakan pervaginam, bekas operasi sectio cesarea (Prawirohardjo, 2013).

Ibu mengatakan HPHT tanggal 17-02-2018, TP tanggal 24-11-2017.

Sehingga usia kehamilan ibu saat ini adalah 35 minggu. Ibu telah melakukan

kunjungan ANC pada trimester I tidak pernah karna ibu memeriksakan

kehamilannya pertama kali pada usia kehamilan 8 minggu , trimester II

sebanyak 1x dan trimester III sebanyak 2x.

Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif didapatkan tinggi badan ibu 157

cm hal ini menandakan bahwa ibu tidak memiliki risiko terjadinya CPD hal

ini sesuai dengan teori bahwa pengukuran tinggi badan pada pertama kali

kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil.

Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk

terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) (PP IBI, 2016). Hasil

pengukuran BB Ny. L saat ini adalah 60 kg sedangkan BB sebelum hamil

adalah 45 kg. IMT Ny. L menurut (Varney, 2007) rumus IMT =


Berat Badan dalam kilogram
Tinggi Badan dalam meter)
24.34. Hal ini menunjukkan bahwa Ny.L dalam

kategori normal (IMT 19,8 – 26). Kenaikan berat badan ibu sebesar 13 kg ini

sudah cukup karena berdasarkan kategori IMT normal rekomendasi kenaikan

berat badan sekitar 11,5-16 kg (Prawirohardjo, 2013). Selain itu, hal ini

menunjukkan tidak adanya gangguan pertumbuhan janin sesuai dengan teori

bahwa penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama


112

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin (PP IBI, 2016).

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan N: 80x/menit, RR

20x/menit, S : 36,50C, dan TD: 100/70 mmHg. Tekanan darah ibu terpantau

normal dan sesuai dengan teori bahwa Pengukuran tekanan darah pada setiap

kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg). Tekanan darah normal 100/70 mmHg (PP

IBI, 2016). Panjang LILA Ny. L adalah 26 cm sehingga tidak menunjukkan

ibu hamil menderita KEK karena seorang ibu hamil dikatakan KEK apabila

LILA < 23,5 cm dan berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (PP

IBI, 2016).

Pada pemeriksaan head to toe bagian payudara terdapat hiperpigmentasi

dan pada abdomen terdapat linea nigra. Hal ini karena cadangan melanin pada

daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.

Adanya peningkatan kadar serum melanocycte stimulating hormone

sehingga terjadinya hiperpigmentasi. Estrogen dan progesteron diketahui

mempuyai peran dalam melanogenesis (Prawirohardjo, 2013). Pemeriksaan

TFU sebesar 29 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa Tinggi fundus

uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan

dengan rumus : usia kehamilan dalam minggu + 2 cm (Kemenkes, 2013).

Namun hal ini sesuai dengan teori bahwa metode pengukuran uterus tidak

memiliki keakuratan karena secara klinis dengan mengkaji ukuran uterus dan

membandingkannya dengan gestasi tidak selalu diperoleh hasil yang akurat


113

karena ukuran dan jumlah janin serta cairan amnion bervariasi. Variasi

ukuran ibu dan paritas juga mempengaruhi perkiraan (Salmah, 2006).

Pemeriksaan leopold didapatkan posisi kepala. DJJ terdengar dibawah

pusat 138x/menit teratur hanya disatu tempat. Hal ini menandakan kondisi

janin dalam keadaan baik karena DJJ lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ

cepat lebih dari 160x/menit menunjukkan adanya gawat janin (PP IBI, 2016).

Status imunisai TT Ibu yaitu SD 1x, SMP 1x, sebelum menikah 1x,

kehamilan pertama 1x sehingga ibu sudah mendapatkan TT4 dan tidak

diberikan suntik TT karena Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2

agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus (PP IBI, 2016).

Selain itu jangka waktu perlindungan TT4 adalah 10 tahun (KIA, 2016).

KUNJUNGAN II

Pada tanggal 27-10-2018 dilaksanakan kunjungan kedua dengan klien di

BPM. Usia kehamilan Ny. L adalah 36 minggu. Hasil pemeriksaan

didapatkan TFU 29 cm hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa Tinggi

fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat

diperkirakan dengan rumus : usia kehamilan dalam minggu + 2 cm

(Kemenkes, 2013). Namun hal ini sesuai dengan teori bahwa metode

pengukuran uterus tidak memiliki keakuratan karena secara klinis dengan

mengkaji ukuran uterus dan membandingkannya dengan gestasi tidak selalu

diperoleh hasil yang akurat karena ukuran dan jumlah janin serta cairan

amnion bervariasi. Variasi ukuran ibu dan paritas juga mempengaruhi

perkiraan (Salmah, 2006). Leopold I: teraba bulat tidak melenting : bokong,

Leopold II : kanan (teraba keras panjang seperti papan) : punggung dan kiri
114

(teraba bagian kecil-kecil) : ekstremitas, Leopold III : teraba bulat melenting :

kepala, dan Leopold IV konvergen.

KUNJUNGAN III

Pada tanggal 03-11-2018 dilaksanakan kunjungan ketiga dengan klien di

BPM. Usia kehamilan Ny. L adalah 37 minggu. Hasil pemeriksaan

didapatkan berat badan ibu naik menjadi 62 kg. TFU 29 cm hal ini tidak

sesuai dengan teori bahwa Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia

kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus : usia kehamilan

dalam minggu + 2 cm (Kemenkes, 2013). Namun hal ini sesuai dengan teori

bahwa metode pengukuran uterus tidak memiliki keakuratan karena secara

klinis dengan mengkaji ukuran uterus dan membandingkannya dengan

gestasi tidak selalu diperoleh hasil yang akurat karena ukuran dan jumlah

janin serta cairan amnion bervariasi. Variasi ukuran ibu dan paritas juga

mempengaruhi perkiraan (Salmah, 2006). Leopold I : teraba bulat tidak

melenting : bokong, Leopold II: kanan (teraba keras panjang seperti papan) :

punggung dan kiri (teraba bagian kecil-kecil) : ekstremitas, Leopold III :

teraba bulat melenting : kepala, dan Leopold IV: divergen. Asuhan yang

diberikan adalah memberikan tablet Fe, vitamin C, vitamin B12, kalk, serta

asam folat. Pemberian tablet FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat

sebanyak 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang.

Pemberian selama 90 hari atau 3 bulan. Ibu harus dinasehati agar tidak

meminumnya bersama teh atau kopi karena dapat mengganggu absorpsi,

sebaiknya diminum dengan air jeruk (Dewi dan Sunarsih, 2011)


115

KUNJUNGAN IV

Pada tanggal 8-11-201 dilaksanakan kunjungan keempat dengan klien di

BPM. Usia kehamilan Ny. L adalah 38 minggu. Hasil pemeriksaan

didapatkan berat badan ibu naik menjadi 63 kg. TFU yang didapatkan 29 hal

ini sesuai dengan teori bahwa Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia

kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus : usia kehamilan

dalam minggu + 2 cm (Kemenkes, 2013). hasil palpasi didapatkan

persentasi kepala.

B. PERSALINAN

KALA I

Ibu datang ke BPM Bidan Y tanggal 08-11-2018 pukul 20:00 pada saat

usia kehamilan 38 minggu. Ibu mengatakan mulas sejak tadi siang sekitar

pukul 14:00 wib, belum keluar air-air, sudah keluar lendir campur darah tadi

pagi sebelum ke puskesmas. Ibu belum makan pagi, sudah BAK tetapi belum

BAB hari ini. TFU 28 cm DJJ: 134x/m His : 3x10’x30’’.

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting (bokong), Leopold II: kanan

(teraba bagian kecil) : ekstremitas dan kiri (teraba panjang keras seperti

papan) : punggung, Leopold III: teraba bulat keras melenting (kepala),

Leopold IV: divergen, penurunan 4/5 bagian. Genetalia dan VT : Vulva

vagina tidak ada kelainan, Portio tebal lunak, Pembukaan 3 cm, Ketuban utuh,

Persentasi kepala, dan Penurunan HI. Berdasarkan hasil anamnesa bahwa Ny.

L memasuki partus kala 1 fase laten. Hal ini sesuai dengan teori yaitu Kala I

adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 1 – 10 cm


116

(pembukaan lengkap). Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam (Sulistyawati, 2010).

Pembukaan laten adalah pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm,

berlangsung dalam 7 – 8 jam (Rukiah dkk, 2009). Selain itu sudah ada

tanda-tanda persalinan sesuai dengan teori yaitu terjadinya his persalinan

teratur. (Sulistyawati, 2010).

Adapun asuhan yang diberikan yaitu Menganjurkan ibu untuk makan

minum. Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan

akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi

dapat memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak

teratur dan tidak efektif (JNPK-KR, 2014). Menganjurkan ibu untuk tidak

menahan BAB atau BAK hal ini karena Kantung kemih yang penuh

berpotensi untuk memperlambat turunnya janin, mengganggu kemajuan

persalinan, menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan risiko perdarahan

pasca salin akibat atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu,

dan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca salin. Anjurkan ibu

untuk buang air besar jika perlu (JNPK-KR, 2014).

Mengajarkan ibu dan suami cara mengatasi nyeri persalinan dengan

mengusap punggung atau pinggang ibu oleh suami hal ini karena pijatan atau

massase pada punggung untuk mengurangi nyeri akibat proses penurunan

kepala (Sulistyawati, 2010). Intensitas nyeri ibu bersalin normal kala I fase

laten pada kelompok yang dimasase lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok yang tidak dimasase, nyeri persalinan dapat dikurangi melalui

endorphine massage, endorphine massage dapat menghambat hantaran nyeri


117

sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin

kala I fase persalinan normal. Pijatan mempunyai efek distraksi yang dapat

merangsang reseptor opiat endogen (endorfin) yang berada pada otak dan

spinal cord yang dapat membuat relaksasi otot. Endorfin mempengaruhi

transmisi nyeri yang di interpretasikan oleh pusat pengatur nyeri. Pemijatan

ringan dapat meningkatkan pelepasan oksitosin sebuah hormon yang

memfasilitasi persalinan yang dapat mempercepat proses persalinan (Aryani

dkk, 2015).

Mengajarkan ibu untuk menarik nafas panjang dalam hidung dan

dikeluarkan perlahan dari mulut hal ini sesuai dengan teori bahwa tujuan dari

menarik nafas kuat dan menghembuskannya untuk meningkatkan relaksasi,

membersihkan nafas dari kemungkinan hiperventilasi selama kontraksi, dan

memutus pola nafas yang cepat (Sulistyawati,2010).

Pukul 22:00 dilakukan pemeriksaan kembali karena ibu mengeluh

keluar air-air. Hasil pemeriksaan didapatkan DJJ: 134x/m His :

4x10’x30’’ Penurunan 2/5 bagian, Genetalia dan VT: Vulva vagina tidak

ada kelainan, Portio tipis lunak, Pembukaan 7 cm, Ketuban putih keruh,

Persentasi kepala, Penurunan HII, UUK Kiri depan, Molase tidak ada. Hal ini

menandakan ibu sudah memasuki kala 1 fase aktif hal ini kurang sesuai

karena pembukaan ibu lebih cepat sedangkan teori bahwa Fase aktif :

pembukaan serviks 4-10 cm, berlangsung ± 6 jam (Rukiah dkk, 2009)

KALA II
118

Pukul 23:30 WIB ibu mengatakan mulas semakin kuat dan sering, ibu

ingin meneran, terdapat tanda gejala kala II : ibu ingin meneran, tekanan pada

anus, vulva membuka, perineum menonjol. DJJ: 134x/m His : 4x10’x45’’

Penurunan 0/5 bagian, Genetalia dan VT : Vulva vagina tidak ada kelainan,

Portio tidak teraba, Pembukaan 10 cm, Ketuban negatif, Persentasi kepala,

Penurunan HIII+, Molase tidak ada, Denominator UUK depan. Pada kondisi

ini ibu sudah memasuki kala II sesuai teori yaitu Kala II dimulai ketika

pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2014).

Adapun asuhan yang diberikan yaitu Menghadirkan pendamping ibu

yaitu suami. Hal ini merupakan asuhan sayang ibu selain itu selama proses

persalinan dan kelahiran bayinya karena hasil persalinan yang baik ternyata

erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu

selama proses persalinan (JNPK-KR, 2014).

Memberitahu ibu posisi bersalin dan ibu memilih posisi setengah duduk

karena posisi tersebut lebih nyaman bagi ibu. Posisi duduk atau setengah

duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan

baginya untuk istirahat diantara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini

adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya. Sedangkan

posisi terlentang tidak dianjurkan karena berat uterus dan isinya akan

menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen

melalui sirkulasi uteroplasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada

bayi dan mengganggu kemajuan persalinan serta menyulitkan ibu untuk

meneran secara efektif (JNPK-KR, 2014).


119

Mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan benar serta

memberitahu ibu untuk tidak meneran jika tidak ada his atau kontraksi. Hal

ini karena mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat

menurunkan pH pada arteri umbilicus yang dapat menyebabkan denyut

jantung tidak normal dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai

akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta. Minta ibu untuk bernafas

selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum

meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan

(JNPK-KR, 2014).

Memberitahu ibu untuk istirahat jika tidak ada his dan suami

memberikan minum air mineral. Hal ini karena Ibu bersalin mudah

mengalami dehidrasi selama persalinan dan proses kelahiran. Cukupnya

asupan cairan dapat mencegah dehidrasi (JNPK-KR, 2014). Melakukan DJJ

disela his dan hasil DJJ baik. Hal ini karena Periksa DJJ setelah setiap

kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120) selama

mengedan yang lama, akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke

janin (JNPK-KR, 2014). Kemudian memimpin persalinan. Bayi lahir pukul

23.45 spontan, menangis, tidak terdapat lilitan tali pusat, jenis kelamin

laki-laki, tonus otot aktif kulit kemerahan dan mengeringkan bayi sambil

memberikan rangsangan taktil, bayi sudah mekonium.

Persalinan Ny. L adalah persalinan normal karena Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir dengan presentasi belakang

kepala yang tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
120

(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2013). Selain itu, persalinan ini

merupakan persalinan spontan yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir dan ini merupakan Partus matur atau aterm :

pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat

badan bayi diatas 2500 gram (Mochtar dalam Rukiah dkk, 2009).

Waktu yang diperlukan ibu mulai dari pembukaan 3-10 cm adalah + 4

jam 45 menit. Menurut teori Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam

(Sulistyawati, 2010). Sehingga berdasarkan teori waktu yang diperlukan

adalah + 6 jam. Perbedaan waktu antara teori dan realita sedikit berbeda .

Sedangkan waktu yang diperlukan ibu dari pembukaan lengkap hingga bayi

lahir adalah + 15 menit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa proses persalinan

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida

(Sulistiyawati, 2010).

KALA III

Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan dan

pengeluaran uri (plasenta) yang bgerlangsung tidak lebih dari 30 menit

(JNPK-KR, 2014). Pada pukul 23:45 didapati TFU sepusat, kontraksi baik,

kantong kemih kosong, tali pusat nampak didepan vulva, dan memeriksa

janin kedua: janin tunggal. Pemeriksaan janin kedua diperlukan karena

Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi kuat dan dapat menyebabkan

hipoksia berat pada bayi kedua atau ruptura uteri (JNPK-KR, 2014). Sehingga

dapat dibuat diagnosa kebidanan untuk Ny. L adalah P1A0 partus kala III.
121

Penatalaksanaan yang diberikan diantaranya melaksanakan manajemen aktif

kala III. Tujuan manajemen aktif kala III adalah membuat uterus berkontraksi

lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan

mengurangi kehilangan darah selama kala III persalinan jika dibandingkan

dengan pelepasan plasenta secara spontan (JNPK-KR, 2014). Adapun

langkah manajemen aktif kala III meliputi

a) Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM. Sudah diberikan.

Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi efektif sehingga akan

memperceat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah

(JNPK-KR, 2014).

b) Melakukan PTT sambil mengobservasi tanda-tanda pelepasan plasenta

yaitu tali pusat memanjang, uterus globuler, dan semburan darah tiba-tiba.

Plasenta lahir pukul 00:00 wib.

c) Massase fundus uteri selama 15 detik. Sudah dilakukan dan kontraksi

uterus baik. Memeriksa kelengkapan plasenta : selaput utuh, kotiledon

utuh, diameter + 17 cm, panjang tali pusat + 52 cm, tebal + cm, insersi tali

pusat marginalis

Lama kala III Ny. L adalah 15 menit. Hal ini sesuai teori JNPK-KR,

2014 bahwa partus kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi

bebentuk bundar, tali pusat bertambah panjang, terjadinya perdarahan

(Sulistiyawati, 2010). Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta sesuai dengan

teori JNPK-KR, 2014 yaitu adanya semburan darah karena penyumbatan


122

retroplasenter pecah saat plasenta lepas, Pemanjangan tali pusat karena

plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga vagina, dan

Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat) hal ini

disebabkan oleh kontraksi uterus.

KALA IV

Setelah plasenta lahir, maka dimulailah kala IV pada Ny. L. Kala IV adalah

kala pengawasan dari 1- 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk

memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama

dan setiap 30 menit pada jam kedua (JNPK-KR, 2014). Hasil pemeriksaan

didapatkan bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari bawah

pusat, kontraksi baik, kantong kemih kosong, tidak ada laserasi dan

perdarahan post plasenta + 100 cc. Setelah dua jam ibu sudah mampu

melakukan mobilisasi dini seperti miring kiri kanan dan duduk. Ambulasi

dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing

ibu secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya

ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan

untuk mencegah adanya trombosis) (Modul Askeb Nifas, 2016). Perawatan

mobilisasi dini mempunyai keuntungan untuk melancarkan pengeluaran

lochea sehingga mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat

kandungan, melancarkan fungsi alat gestrointestinal dan alat perkemihan,

serta meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

pengeluaran ASI (Dewi, 2011). Memberikan vitamin A 200.000 IU sebanyak


123

2 kapsul 1x1, asam mefenamat 500 mg x 3x1, amoxilin 500 mg xv 3x1,

dan SF x 1x1. Ibu mengerti cara meminum vitamin dan obatnya. Menurut

WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian

vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali dalam selang waktu 24 jam pada ibu

pasca bersalin untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah

terjadinya lecet putting susu. Selain itu, suplementasi vitamin A akan

meningkatkan daya tahan ibu terhadap infeksi laserasi selama persalinan

(JNPK-KR, 2014).

C. BAYI BARU LAHIR

BBL 1 JAM

Bayi Ny. L lahir pada usia kehamilan 38 minggu dimana bayi sudah

cukup bulan. Setelah bayi lahir langsung dikeringkan dan diletakkan didada

ibu. Hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan panas tubuh bayi sesuai

dengan teori bahwa saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL,

belum berfungsi sempurna, segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan

panas dengan cara mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk

basah dengan handuk atau kain yang kering. Metakkan bayi di dada atau

perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi dan Inisiasi Menyusu Dini

(Kemenkes RI, 2013). Keuntungan IMD bagi bayi dapat mengurangi infeksi

bayi dikarenakan adanya kolonisasi kuman di usus bayi akibat kontak kulit

ibu dengan bayi dan bayi menjilat kulit ibu, memperbaiki kadar gula,

mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus


124

BBL, serta mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah

(JPNK-KR, 2014).

Pukul 00:45 setelah 1 jam bayi lahir, dilakukan pemeriksaan fisik dan

antopometri. Hasil pemeriksaan yang didapat DJB 132x/ menit, Suhu ( Axila )

36,9 0C, Respirasi 46x/ menit, BB 3400 gram, PB 48 cm, LK 33 cm, dan LD

32 cm. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan antopometri didapatkan hasil

sesuai dengan teori yaitu berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan normal

48-52 cm , Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm , Lingkar dada normal

adalah 30-38 cm, Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, Frekuensi

pernafasan 40-60x/menit dan tidak ada tarikan dinding dada kedalam, dan

Suhu normal 36,5-37,5 0C (Kemenkes RI, 2013).

Bayi Ny.L adalah bayi baru lahir normal karena bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram

sampai dengan 4000 gram (Kristiyanasari dalam Dewi, 2009). Pada usia 1

jam, By. Ny. O memasuki masa neonatal dini (umur 0-7 hari) dimana pada

tahap ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, terjadi perubahan sirkulasi

darah serta mulainya berfungsi organ-organ (Kemenkes RI, 2010).

Asuhan yang diberikan pada By. Ny. L usia 1 jam meliputi Memberikan

salep mata antibiotika 1% kloramfenikol pada kedua mata. Hal ini karena

salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah

proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.

Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik

tetrasiklin 1% (Kemenkes RI, 2013). Konjungtivitis dapat dicegah dengan

pemberian salep mata (Prawirohardjo, 2013). Menyuntikkan vitamin K 1 mg


125

secara IM di 1/3 paha kiri anterolateral. Hal ini untuk mencegah perdarahan

ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan intrakranial yang

diakibatkan karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum

sempurna (Kemenkes RI, 2013).

Memberikan penkes tentang perawatan talipusat dengan prinsip kering

dan bersih dan terkena oksigen (Prawirohardjo, 2013). Tali pusat dibungkus

dengan kassa steril tanpa betadine dan alkohol. Hal ini karena luka tali pusat

harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan

terlepas sendiri (Kemenkes RI, 2013). Selain itu Penelitian terbaru

membuktikan bahwa penggunaan povidone-iodine dapat menimbulkan

efeksamping karena diabsorpsi oleh kulit dan berkaitan dengan terjadinya

transien hipotiroidisme. Alkohol juga tidak dianjurkan untuk merawat tali

pusat karena dapat mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat

(Prawirohardjo, 2013). Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka

(tidak dibungkus) sesuai anjuran Kemenkes (2011) akan lebih cepat kering

dan puput sehingga meminimalisir risiko terjadinya infeksi dan Tetanus

neonatorum. Tali pusat yang terbuka akan banyak terpapar dengan udara luar

sehingga air dan Wharton,s jelly yang terdapat di dalam tali pusat akan lebih

cepat menguap. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan tali pusat

sehingga cepat puput. Sebagaimana diketahui, bahwa tali pusat yang masih

menempel pada pusar bayi merupakan satu-satunya pintu masuk spora kuman

Clostridium tetani ke dalam tubuh bayi. Dengan mempercepat proses

pelepasan tali pusat, maka meminimalisir risiko bayi terkena tetanus

neonatorum. Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat dengan


126

perawatan tertutup menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 13

bayi (65%). Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka, tanpa

menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi (75%) (Asiyah

dkk, 2017).

Memberikan penkes pada ibu dan keluarga untuk menjaga suhu bayinya

agar tidak hipotermi dengan memakaikan baju, dibedong tidak terlalu ketat,

tidak memakai gurita,, dan didekatkan pada ibunya. Bayi jangan dibedong

ketat karena dapat membatasi gerak sehingga aktivitas otot berkurang dan

tidak menghasilkan panas dan dapat membuat kedinginan. Pemakaian gurita

tidak dianjurkan karena dapat menekan lambung sehingga menyebabkan

muntah dan membatasi pernafasan (Kemenkes RI, 2013).

Memberikan penkes pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya bayi

baru lahir yaitu Pernafasan sulit, suhu bayi terlalu hangat atau dingin, kulit

bayi biru, pucat, isapan saat menyusu lemah, rewel, sering mutah, tali pusat

merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah, tidak BAB dalam

3 hari, tidak BAK dalam 24 jam (Dewi, 2010). Memberikan penkes pada ibu

untuk ASI eksklusif 6 bulan tanpa tambahan makanan, menyusui sesering

mungkin, mengajarkan teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar.

Selain itu bayi akan diberi imunisasi HB0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan

setelah 1 jam dari suntik vit K. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk

mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan

ibu-bayi (Kemenkes RI, 2013).

BBL 6 JAM
127

Pukul 05:45 ibu mengatkan bayinya sudah BAK kemudian dilakukan

pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital. DJB 128x/ menit, Suhu ( Axila ) 36,7
0
C, Respirasi 45x/ menit, Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat,

Kulit : kemerahan, tidak kuning, dan tidak ada sianosis, Tali pusat : tidak ada

tanda-tanda infeksi. Hasil pemeriksaan semua dalam batas normal dan usia

By. Ny. L adalah 6 jam sehingga dilakukan asuhan memandikan bayi. Bayi

sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam

jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil (Kemenkes RI, 2013). Selain itu,

memberikan penkes pada ibu untuk menjemur bayinya + 30 menit setiap pagi

untuk mencegah penyakit kuning. Hal ini karena bayi yang kurang

mendapatkan sinar matahari berpeluang 2,5 kali untuk terjadi risiko ikterus

neonatorum berat dibandingkan bayi yang mendapat sinar mataharidengan

baik (Nursanti, 2012). Paparan sinar matahari pagi berpengaruh terhadap

penurunan tanda ikterus pada ikterus neonatorum fisiologis dan waktu

penjemuran yang efektif adalah selama 30 menit (Puspitosari dkk, 2006).

BBL 6 HARI

Tanggal 14-11-2018 dilakukan pemeriksaan By.Ny. L usia 6 hari. Hasil

anamnesa didapatkan Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi hari ini sudah

BAB + 2x, BAK +3x, BB 3100, PB 48 cm. Hasil pemeriksaan DJB, suhu dan

respirasi adalah normal, pemeriksaan mata :konjungtiva tidak pucat dan

sklera tidak ikterus, Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi, tali pusat sudah

puput, Kulit : tidak kuning, tidak sianosis, Ekstremitas : gerak aktif, reflel

rooting, sucking, swallowing baik. Tali pusat sudah puput pada hari ke-6 hal
128

ini sesuai dengan teori bahwa Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang

dirawat dengan perawatan tertutup menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari

sebanyak 13 bayi (65%). Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat

terbuka, tanpa menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi

(75%) (Asiyah dkk, 2017).

BBL 14 HARI

Tanggal 21-11-2018 dilakukan pemeriksaan By.Ny.L usia 14 hari. Ibu

mengatakan tidak ada keluhan pada bayi. Bayi hari ini sudah BAB + 3x,

BAK +6x.. Hasil pemeriksaan DJB, suhu dan respirasi adalah normal,

pemeriksaan mata :konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus, kulit :

ruam kemerahan disekitar lipatan lengan siku serta kaki kanan kiri, tidak

kuning, tidak sianosis, Ekstremitas : gerak aktif, reflel rooting, sucking,

swallowing baik. Adapun asuhan yang diberikan yaitu memberikan penkes

pada ibu untuk menjaga kebersihan bayi seperti bayi dimandikan 2x sehari,

mengganti popok bayi apabila BAK/BAB.Ibu mengerti

D. NIFAS

KUNJUNGAN I

Tanggal 09-11-2018 pukul 05:45 dilakukan pemeriksaan terhadap Ny.L

pasca bersalin 6 jam. Post partum adalah waktu yang diperlukan oleh ibu

untuk memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan

bayi setelah 1 jam pertama persalinan yang berlangsung antara 6 minggu (42

hari) (Prawirohardjo, 2013). Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir
129

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Ibu

sudah memasuki tahap immediate peurperium atau peurperium dini yaitu

Suatu keadaan yang terjadi setelah persalinan sampai 24 jam sesudah

persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan). Kepulihan yang ditandai dengan

ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Saleha,2009).

Hasil anamnesa ibu mengatakan masih terasa mulas seperti haid. Ibu

sudah BAK pukul 05:00 dan belum BAB. Tidak ada nyeri pada saat BAK.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu post partum diharapkan ibu dapat

berkemih 4-6 jam pascapersalinan (Modul Akeb Nifas dan Menyusui,

2016).Ibu sudah mengganti pembalut pukul 05:00, perdarahan ½ pembalut

maternity yang panjang (+ 15 cc), sudah mencuci kemaluannya dengan air

bersih mengalir, dan ibu belum mandi. Hasil pemeriksaan TTV dalam

keadaan normal, pemeriksaan head to toe bagian abdomen TFU 2 jari bawah

pusat, kontraksi baik, kantong kemih kosong hal ini menandakan involusi

uteri baik. Involusi uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60-70

gram (Modul Akeb Nifas dan Menyusui, 2016). Involusi uteri bisa dinilai

dengan penurunan rata-rata fundus uteri, TFU ibu sesuai dengan teori yaitu

TFU setelah plasenta lahir adalah 2 jari bawah pusat (MMN, 2014). Kontraksi

uterus ibu baik sehingga tidak ada tanda atonia uteri. Atonia uteri adalah salah

satu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan jika ini terjadi

maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak

terkendali (JNPK-KR, 2014). Kontraksi uterus yang baik terjadi karena


130

adanya hormon oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah,

dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan

mengurangi suplai darah ke uterus sehingga akan membantu mengurangi

bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan pada ibu

postpartum (Modul Akeb Nifas dan Menyusui, 2016).

Pada genetalia didapatkan pengeluaran darah merah, lochea rubra. Lokia

adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa

nifas. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks casaeosa, lanugo, dan

mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Lokia ini keluar selama dua

sampai tiga hari post partum (Saleha, 2009).

Asuhan nifas 6 jam ditekankan untuk mencegah terjadinya pendarahan

masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

pendarahan, dan segera lakukan rujukan bila pendarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai

bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian

ASI pada masa awal menjadi ibu. Mengajarkan cara mempererat hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia (Saleha, 2009).

KUNJUNGAN II

Tanggal 14-11-208 pukul 17:00 dilakukan pemeriksaan pada Ny.L nifas

hari ke 6. Hasil anamnesa ibu Ibu mengatakan tidur malam sedikit terganggu
131

karena bayi menyusu, istirahat siang + 30 menit karena ibu harus menjaga

ketiga anaknya. Pemeriksaan TTV dalam keadaan normal, pemeriksaan head

to toe bagian abdomen TFU pertengahan antara pusat dan siymphisis ,

kontraksi baik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa TFU masa nifas 1 minggu

adalah pertengahan pusat simfisis (MMN, 2014). Pada pemeriksaan

genetalia laserasi jalan lahir masih basah dan pengeluaran darah kecoklatan

seperti flek dan sedikit, lochea : sanguinolenta. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang

keluar pada hari ke- 3-7 pasca persalinan (Saleha, 2009).

Asuhan nifas 6 hari ditekankan untuk Memastikan involusi uterus

berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, dan perdarahan abnormal pasca melahirkan. Memastikan ibu

mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. Memastikan ibu

menyusui bayinya dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat,

serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Saleha, 2009).

Memberikan penkes pada ibu tentang istirahat dan tidur seperti saat bayi tidur

ibu juga istirahat.

KUNJUNGAN III

Tanggal 21-11-2018 pukul 17:00 dilakukan pemeriksaan Ny.L nifas hari

ke 14. Hasil anamnesa ibu sudah mulai terbiasa dengan pola tidur saat ini, ibu
132

tidak melakukan aktivitas seksual sejak melahirkan dan Ibu mengatakan ingin

KB steril dan pilihannya sudah mantap, suami sudah setuju.

Pada pemeriksaan TTV dalam batas normal, pemeriksaan head to toe

bagian abdomen TFU tidak teraba. Hal ini sesuai dengan teori bahwa TFU

nifas 2 minggu adalah tidak teraba diatas simfisis (MMN, 2014). Pada

pemeriksaan genetalia tidak ada perdarahan, laserasi jalan lahir sudah mulai

mengering, lochea alba. Lokia alba dimulai dari hari ke 14. Bentuknya seperti

cairan putih yang terdiri dari leukosit dan sel desidua (Saleha, 2009).

Asuhan nifas 2 minggu sama seperti 6 hari setelah melahirkan.serta

memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba

bagian rahim (Saleha,2009). Memberikan penkes pada ibu untuk tidak

berhubungan terlebih dahulu selama masa nifas, serta memberikan informasi

tentang KB. Ibu telah dilakukan pijat oksitosin karena ini merupakan anak

pertamanya. Tujuan dilakukan hal ini agar ASI yang dikeluarkan oleh ibu

lebih banyak. Sesuai teori pijat ini dilakukan oleh keluarga, terutama suami

pada ibu menyusui yang berupa pijatan pada punggung ibu untuk

meningkatkan produksi hormone oksitosin. Sehingga dapat mempercepat

penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta

memperbanyak produksi ASI. Dan ibu diberikan penkes mengenai teknik

menyusui yang benar.


133

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif

yang dimulai dari masa kehamilan hingga masa nifas dan bayi baru lahir

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penulis mendapatkan pengalaman yang bermanfaat melalui Studi Kasus

Komprehensif karena dapat memberikan asuhan komprehensif pada Ny. L

di BPM Bidan Yulianti

2. Asuhan kebidanan yang komprehensif menyeluruh dapat memberikan

kualitas pelayanan yang lebih optimal karena setiap masalah serta asuhan

yang diberikan secara continue sehingga terlihat progress kemajuan

penyelesaian masalah yang dihadapi Ny. L

3. Asuhan kebidanan yang komprehensif membuat klien menjadi lebih

nyaman, lebih dekat, dan percaya dengan petugas kesehatan seperti ANC

rutin dan persalinan ditolong oleh nakes di faskes

4. Kesesuaian antara teori asuhan kebidanan dengan realita dilapangan tidak

berbeda jauh

B. SARAN

1. Bagi Institusi Pendidikan

a. Meningkatkan pemberian materi dan studi laboratorium mengenai

asuhan kebidanan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir bagi mahasiswi kebidanan


134

b. Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan kesehatan

guna memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan

2. Bagi Mahasiswi

a. Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktek

mengenai asuhan kebidanan baik untuk kehamilan, persalinan, nifas

maupun bayi baru lahir

b. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir yang sesuai dengan teori

dan evidence based

3. Bagi Puskesmas

a. Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

b. Meningkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya peran

Puskesmas di masyarakat guna menurunkan AKI dan AKB

4. Bagi Ny. L

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan,

persalinan, nifas, asuhan bayi baru lahir dan keluarga berencana melalui

membaca atau bertanya kepada tenaga kesehatan

5. Bagi keluarga Ny. L

Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari segi

psikologi pada ibu dalam proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi

baru lahir agar proses yang dijalani ibu dapat berjalan dengan baik.

Keluarga juga boleh membantu ibu dalam mengambil keputusan yang

berhubungan dengan kesehatannya.


135

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal (APN), Edisi 2008.

Astutik Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan


Menyusui.Jakarta :TIM.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2012. Edisi 2

Hamranani, S. 2010, Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
post partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten
Klaten. Tesis UI: tidak dipublikasikan

JNPK-KR.2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan


Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi

Kiftia,Mariatul. 2016, Pengaruh Terapi Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI


pada Ibu Post Partum. Universitas Syiah Banda Aceh

Pratami, Evi. 2016. Evidence Base dalam Kebidanan. Jakarta:


EGC___________________No. 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo. ___________________. 2007. Ilmu Kebidanan. 2 ed.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. ___________________.2010. Ilmu Kebidanan.
4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.___________________. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo.___________________. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina


Pustaka.
136

RAKERNAS AIPKEMA 2016 “Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian


Masyarakat” 128 TEKNIK MENYUSUI POSISI, PERLEKATAN DAN
KEEFEKTIFAN MENGHISAP - STUDI PADA IBU MENYUSUI DI RSUD
SIDOARJO

Rohani, 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba


Medika.

Sari Eka Puspita, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Masa nifas (Postnatal Care).
Jakarta : TIM

Suhermi, Dkk. 2008 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.

https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150112004/definisi.html dilihat
pada 02-12-2018 pukul 14.00

https://id.scribd.com/doc/52773100/profesi-bidan dilihat 02/12/2018

Anda mungkin juga menyukai