Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK MODEL ARSITEKTUR POHON

BERDASARKAN LANSKAP

Nama : Anang Yanuar Ramadhan


NIM : B1B015015
Rombongan :I
Grup :-
Asisten : Endah Sulistiyowati

LAPORAN PRAKTIKUM ARSITEKTUR POHON

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran morfologi pohon pada suatu waktu disebut arsitektur pohon.


Arsitektur pohon merupakan sebuah fase sebentar dari suatu rangkaian seri
pertumbuhan pohon, nyata dan dapat diamati setiap waktu. Sedangkan program
pertumbuhan yang menentukan rangkaian fase arsitektur disebut model arsitektur.
Model arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon sebagai hasil dari
pertumbuhan meristematik yang dikontrol secara morfogenik. Elemen-elemen dari
arsitektur pohon terdiri dari pola pertumbuhan batang, percabangan dan
pembentukan terminal (Halle et al., 1978). Menurut Halle & Oldeman (1975),
model arsitektur pohon dapat dibedakan dalam 4 karakteristik utama, yaitu:.
1. Pohon tidak bercabang yaitu bagian vegetatif pohon hanya terdiri dari satu
aksis dan dibangun oleh sebuah meristem soliter, contohnya model Holttum
dan Corner.
2. Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang non-ekivalen, contohnya model
Prevost, Rauh, Cook, Kwan-Koriba, Fagerlind, Petit, Aubreville, Theoretical,
Scarrone, Attim, Nozeran, Massart dan Roux.
3. Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang ekivalen dan orthotropik,
contohnya model Tomlinson, Chamberlain, Leuwenberg dan Schoute.
4. Pohon bercabang dengan aksis vegetatif campuran ada yang ekivalen dan
non-ekivalen, contohnya model Troll, Champagnat dan Mangenot.
Lansekap sering diartikan sebagai taman atau pertamanan. Dalam KBBI
lansekap diartikan sebagai tata ruang di luar gedung (untuk mengatur
pemandangan alam). Menurut Simonds (1983), lansekap merupakan suatu
bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh
indera manusia, dengan karakter menyatu secara alami dan harmonis untuk
memperkuat karakter lansekap tersebut.
Secara umum Booth (1983) mengkategorikan elemen-elemen lansekap
tersebut kedalam 6 (enam) elemen dasar, yaitu :
1. Landform – bentukan lahan yang merupakan elemen sangat penting
sebagai tempat dimana elemen-elemen lainnya ditempatkan.
2. Tanaman – semua jenis tanamana yang dibudidayakan ataupun alami dari
penutup tanah sampai pohon, memerlukan pertimbangan khusus dalam
peletakkan menyesuaikan pertumbuhannya.
3. Bangunan – elemen lansekap yang membangun dan membatasi ruang luar,
mempengaruhi pemandangan, memodifikasi iklim mikro, dan
mempengaruhi organisasi fungsional lansekap.
4. Site structure – elemen-elemen yang dibangun dalam lansekap tertentu
seperti ramp, pagar, pergola, gazebo, kursi, dan lain sebagainya
5. Pavement – perkerasan merupakan elemen lanskap untuk mengakomodasi
penggunaan yang intensif di atas permukaan tanah.
6. Air – elemen yang bergerak, menghasilkan suara, dan bersifat reflektif
Elemen atau material lansekap digolongkan menjadi dua jenis yaitu softscape
dan hardscape. Softscape adalah istilah yang digunakan untuk unsur-unsur
material yang berasal dari alam. Elemen softscape merupakan elemen yang
dominan, terdiri dari tanaman atau pepohonan dan air. Tanaman tidak hanya
mengandung nilai estetis saja, tetapi untuk meningkatkan kualitas lingkungan..
Fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Kontrol pandangan (visual control)
Menahan silau yang berasal dari sinar matahari, lampu, pantulan sinar dari
perkerasan, kontrol pandangan terhadap ruang luar, membatasi ruang,
membentuk kesan privasi, menghalangi pandangan dari hal-hal yang tidak
menyenangkan.
2. Pembatas Fisik (physical barriers)
Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai penghalang dan
mengarahkan pergerakan manusia dan hewan.
3. Pengendali iklim (climate control)
Membantu menciptakan kenyamanan manusia yang berhubungan dengan
suhu, radiasi sinar matahari, suara, aroma, mengendalikan kelembaban,
serta menahan, menyerap dan mengalirkan angina.
4. Pencegah erosi (erosion control)
Akar tanaman dapat mengikat tanah, menahan air hujan yang berlebihan.
5. Habitat hewan (wildlife habitats)
Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan dan tempat
berlindung.
6. Nilai estetis (aesthetic values)
Menambah kualitas lingkungan, menciptakan pemandangan yang menarik,
membantu meningkatkan kualitas lingkungan. Nilai estetis diperoleh dari
perpaduan antara :
a. Warna (batang, daun, dan bunga)
b. Bentuk (batang, percabangan, tajuk)
c. Tekstur
d. Skala
e. Komposisi tanaman
Hardscape adalah unsur-unsur material buatan atau elemen selain vegetasi
yang dimaksudkan adalah benda-benda pembentuk taman, terdiri dari bangunan,
gazebo, kursi taman, kolam ikan, pagar, pergola, air mancur, lampu taman, batu,
kayu, dan lain sebagainya. Hardscape berfungsi sebagai :
1. Penambah suasana untuk meningkatkan nilai-nilai estetika atau keindahan
2. Dapat membangkitkan jiwa seni seseorang
3. Sebagai tempat untuk meningkatkan rasa nyaman, aman, dan nikmat
4. Menambah pengetahuan
5. Tempat rekreasi
Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar, yaitu :
1. Material keras alami (organic materials) yaitu kayu
2. Material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their
natural state) yaitu batu-batuan, pasir, dan batu bata
3. Material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly
modified state) yaitu aluminium, besi, perunggu, tembaga dan baja
4. Material keras buatan sintetis atau tiruan (synthetic materials) yaitu bahan
plastik atau fiberglas
5. Material keras buatan kombinasi (composite materials) seperti beton dan
Plywood.

B. Tujuan

Tujuan praktikum pada acara ini adalah mengetahui karakteristik model


arsitektur pohon berdasarkan lanskap, mendeskripsikan fungsi pohon hasil
observasi dan mengetahui fungsi dari pohon hasil observasi.
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum acara ini adalah alat tulis, kertas
worksheet, GPS atau HP dengan View Ranger, kamera, penggaris dan busur.
Bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah Pohon Trembesi
(Albizia saman (Jacq.) Merr), Pinang Merah (Cyrtosachys lakka Becc.), Cemara
(Casuarina equisetifolia), Pucuk merah (Syzygium myrtifolium; Walp), Mangga
(Mangifera indica), Jati (Tectona grandis), Kelapa (Cocos nucifera), Kopi
(Coffea sp.) dan Damar (Agathis dammara).

B. Cara Kerja

1. Praktikan mengamati data lanskap yang telah disiapkan oleh asisten


2. Data dimasukkan ke dalam lembar kerja: jumlah total pohon dan jumlah
pohon per model arsitektur
3. Tiga foto pohon palng dominan (jumlah terbanyak) dimasukkan ke lembar
kerja
4. Pembahasan ditulis sesuai poin pembahasan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diversitas Arsitektur PohonUntuk lanskap

Hari & Tanggal : Kamis, 19 November 2020


Nama : Anang Yanuar Ramadhan No Mhs: B1B015015 Tanda Tangan:
Nama ilmiah pohon:
Nama lokal:
Lokasi: Sebuah petak 20 x 20 m2 di Baturaden
Posisi geografis: 7º28’4,8” LS sampai 7º28’4,9” LS
109º14’23” BT sampai 109º14”53” BT

Amati pohon pada lanskap di depan saudara, tuliskan jumlah pohonnya, arsitektur
pohon apa yang dominan. Gambarkan secara skematis 3 pohon yang dominan.

Jumlah pohon = 52
Jumlah Model Holttum’s = -
Jumlah Model Corner’s = 1
Jumlah Model Tomlinson’s = 25
Jumlah Model Chamberlain = -
Jumlah Model Leuwenberg’s = -
Jumlah Model Schoute’s = -
Jumlah Model Kwan Koriba’s = -
Jumlah Model Prevost’s = -
Jumlah Model Fagerlind’s = -
Gambar 1. Pohon paling dominan
Jumlah Model Petit’s = 9
Pinang merah (Cyrtosachys lakka)
Jumlah Model Aubreville = -
Jumlah Model Scarrone’s = 2
Jumlah Model Rauh’s = -
Jumlah Model Attim’s = 7
Jumlah Model Nozeran’s = -
Jumlah Model Massart’s = 1
Jumlah Model Roux’s = 4
Jumlah Model Cock’s = ........
Gambar pohon dominan ke 2 Jumlah Model Champagnat’s = -
Pucuk merah (Syzygium myrtifolium)
Jumlah Model Mangenot’s = -
Jumlah Model Champagnat’s = -
Jumlah Model Troll’s = 3
.......................................................
.......................................................
.......................................................
.......................................................
.......................................................

Gambar pohon dominan ke 3


Cemara (Casuarina equisatifolia)
B. Pembahasan

Lanskap merupakan konfigurasi khusus dari topografi, penutupan vegetasi,


tata guna lahan dan pola pemukiman yang membatasi prosesproses alam dan
budaya (Green et al., 1996). Tanaman yang ada di jalur hijau jalan memiliki
fungsi lanskap (plant in landscape). Fungsi-fungsi tersebut antara lain sebagai
visual control (kontrol pandangan), physical barriers (pembatas fisik), climate
control (pengendali iklim), erosion control (pencegah erosi), wildlife habitats
(habitat satwa) dan aesthetic value (fungsi estetika) (Carpenter et al., 1975).
Tanaman sebagai kontrol pandangan yaitu memastikan agar pandangan pengguna
jalan tidak terganggu oleh cahaya yang terlalu terang dan mendapatkan cahaya
yang optimal agar nyaman menggunakan jalan. Tanaman sebagai pembatas fisik
berfungsi membatasi ruas jalan yang digunakan oleh pengendara dan pejalan kaki.
Tanaman sebagai pengendali iklim yaitu untuk memberikan efek sejuk terhadap
tinggi nya temperatur dan polusi udara. Tanaman sebagai pencegah erosi memiliki
arti tanaman dapat menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga kestabilan
tanah karena memiliki struktur batang yang kaku dan keras serta akar nya dapat
menembus ke dalam tanah hingga 2-4 meter. Tanaman sebagai habitat satwa
dapat digunakan apabila pepohonan nya memiliki tajuk yang lebar (akasia,
mahoni), terbatasnya aktivitas manusia di area tersebut serta ketersediaan
makanan alami. Tanaman sebagai fungsi estetika ketika tanaman yang
mempunyai bentuk arsitektur yang serasi dengan lingkungannya seperti ukuran,
bentuk, warna, tekstur tanaman serta susunan komposisi. Selain itu tanaman dapat
berfungsi sebagai pemberi identitas daerah. Sebagai pemberi identitas daerah
dapat dinilai dengan tanaman asli daerah atau tanaman yang memiliki makna
tersendiri bagi suatu daerah (Narendreswari et al., 2014).
Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini berupa Trembesi berjumlah 1
pohon dengan model Troll, Pinang merah berjumlah 25 pohon dengan model
Tomlinson, Cemara berjumlah 7 pohon dengan model Attims, Pucuk merah
berjumlah 9 pohon dengan model Petit, Jati berjumlah 2 pohon dengan model
Troll, Mangga berjumlah 2 pohon dengan model Scarrone, Kelapa berjumlah 1
pohon dengan model Corner, Kopi berjumlah 4 pohon dengan model Roux dan
Damar berjumlah 1 pohon dengan model Massart.
Pohon yang jumlahnya paling dominan adalah Pinang merah sebanyak 25
pohon, Pucuk merah sebanyak 9 pohon dan Cemara sebanyak 7 pohon. Manfaat
tanaman Pucuk merah biasanya digunakan sebagai tanaman hias karena keunikan
dan keindahan dari tanaman ini. Bentuk daunnya kecil agak memanjang , dengan
warnanya hijau muda, dengan batang yang kecil, bentuknya hampir sama seperti
tanaman perdu pada umumnya, namun saat ini sudah menjadi trend tanaman hias.
Untuk keperluan lanskap, pucuk merah pun sangat cocok dijadikan sebagai focal
point pada taman berbunga tropis, diletakkan di salah satu titik pandang dalam
taman. Tanaman Pucuk merah mempunyai arsitektur model Petit, yakni salah
satu model arsitektur pohon dengan ciri batang bercabang, poliaksial, dengan
aksis vegetatif tidak ekuivalen, homogen (terdiferensiasi dalam bentuk aksis
ortotropik), percabangan seluruhnya akrotonik dalam membentuk batang,
konstruksi modular dengan cabang flagiotropik yang sedikit, modul umumnya
mempunyai perbungaan terminal yang berfungsi baik, pertumbuhan tingginya
mengikuti bentuk dasar monopodial secara kontinyu atau tidak menunjukkan
adanya ritme pertumbuhan.
Palem merah (Cyrtostachys lakka Becc.) adalah tanaman hias populer yang
biasa dijumpai di pekarangan rumah. Batangnya tumbuh tegak ke atas dan jarang
bercabang. Akarnya tumbuh dari pangkal batang dan berbentuk akar serabut.
Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki cambium sejati. Berdaun majemuk.
Bunga tersusun dalam karangan bunga (mayang). Tangkai daun memiliki pelepah
daun yang membungkus datang. Buahnya ditutupi lapisan luar yang relative tebal
(biasa disebut sabut). Biji buah relatif cair pada saat masih muda dan semakin
mengeras ketika tua. Palem Merah tumbuh berumpun dengan tinggi berkisar
antara 6-14 meter. Diameter batangnya ramping dan tidak terlalu besar. Daunnya
berwarna hijau cemerlang, bersirip agak melengkung dengan anak-anak daun
agak kaku. Ciri khas jenis palem ini adalah pelepah daunnya berwarna merah.
Palem Merah atau Pinang Merah biasa digunakan sebagai tanaman hias yang
ditanam di pekarangan rumah, berfungsi untuk menyerap karbon dioksida dengan
baik, penahan angin dan peredam kebisingan. Palem merah mempunyai arsitektur
pohon model Tomlinson dan tipe kanopi payung (Febrinal et al., 2020). Model
Tomlinson memiliki karakteristik Model Tomlinson merupakan model arsitektur
pohon yang memiliki ciri batang yang bersumbu ortrotop dan membentuk cabang
ortotrop dari kuncup ketiak di bagian batang di bawah tanah.
Cemara (Casuarina equisetifolia) adalah jenis pohon yang memiliki banyak
manfaat, diantaranya untuk kayu bakar dan arang, tanaman hias, bahan pulp, dan
reklamasi tepian pantai. Selain itu ada juga manfaat dari Casuarina
equisetifolia yang berkaitan langsung dengan arsitektur pohon yaitu sebagai
peneduh dan pelindung permukaan tanah dari erosi percik dan run off. Casuarina
equisetifolia memiliki percabangan yang cukup banyak dan daun berukuran kecil
membuat tajuk pohon ini sangat sulit ditembus oleh cahaya matahari. Lantai
tegakan Casuarina equisetifolia akan menerima cahaya matahari yang sangat
sedikit bahkan hampir tidak mendapatkan cahaya. Ini mengapa Casuarina
equisetifolia banyak dijadikan sebagai pohon peneduh baik di tepi pantai maupun
di hutan kota. Selain melindungi dari sinar matahari, lapisan tajuknya juga akan
memecah butiran air hujan yang jatuh dari langit sehingga tidak memukul tanah
secara langsung. Maka dari itu, keberadaan jenis ini bermanfaat dalam hal
konservasi tanah dan air (Hasanuddin, 2013). Cemara memiliki arsitektur pohon
model Attims, yakni ciri-ciri batang bercabang, poliaksial atau pohon dengan
beberapa aksis yang berbeda. Aksis vegetatif tidak ekuivalen dengan homogen,
semuanya orthotropik. Percabangan monopodial dengan perbungaan lateral (di
ketiak) dan mempunyai batang pokok yang mengalami pertumbuhan secara
kontinyu. Pada Model Attim sifat percabangan orthotropik (vertikal), sehingga
tajuknya tidak lebar. Percabangan model ini bergerak ke atas dan mengumpul di
daerah puncak pohon, sehingga kedalaman tajuknya tidak dalam. Percabangan
yang orthotropik akan meningkatkan aliran batang, karena cabang-cabangnya
tumbuh secara vertikal (condong ke atas), sehingga akan menampung air hujan
kemudian mengalir ke tanah lewat batang. Namun percabangan yang vertikal
mampu menahan air hujan lebih lama, sehingga tidak langsung jatuh mengenai
tanah melainkan mengalir melewati batang. Curahan tajuk yang kecil dan aliran
batang yang besar dapat menimbulkan erosi (Wiyono, 2009).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang di dapatkan, dapat disimpulkan


bahwa karakteristik model arsitektur pohon yaitu pohon tidak bercabang, pohon
bercabang dengan dengan aksis vegetative non-ekivalen, pohon bercabang dengan
aksis vegetative ekivalen dan pohon bercabang dengan aksis vegetative campuran
(ekivalen & non-ekivalen). Manfaat dari tanaman Pucuk Merah adalah sebagai
tanaman hias karena keunikan dan keindahan dari tanaman ini. Palem Merah atau
Pinang Merah biasa digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan
rumah, berfungsi untuk menyerap karbon dioksida dengan baik , penahan angin
dan peredam kebisingan. Cemara (Casuarina equisetifolia) adalah jenis pohon
yang memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk kayu bakar dan arang, tanaman
hias, bahan pulp, dan reklamasi tepian pantai. Selain itu ada juga manfaat
dari Casuarina equisetifolia yang berkaitan langsung dengan arsitektur pohon
yaitu sebagai peneduh dan pelindung permukaan tanah dari erosi percik dan run
off.
DAFTAR REFERENSI

Booth, N. K., 1983. Basic Elements Of Landscape Architectural Design. Illinois:


Waveland Press.
Carpenter, P. L., Walker, T. D. & Lanphear, F.O., 1975. Plants in the landscape. WH
Freeman & Co..
Febrinal., Chandra, F. A., Satria, R. & Sumarmin, R., 2020. Characteristics of Bird
Nestling Trees in the Padang State University, West Air Tawar, West
Sumatera. Bioscience, 4(2), pp.172-178.
Green, B. H., Simmons, E. A. & Woltjer, I., 1996. Landscape conservation: Some
steps towards developing a new conservation dimension. University of
London, Department of Agriculture, Horticulture and Environment.
Halle, F. & Oldeman, R. A. A., 1975. An Essay on The Architecture and Dynamics
of Growth of Tropical Trees. Kuala Lumpur: University Malaya.
Halle, F., Oldeman, R. A. A. & Tomlinson, P. B., 1978. Tropical Trees and Forest:
An Architecture Analysis. Berlin: Springer-Verlag.
Hasanuddin, H., 2013. MODEL ARSITEKTUR POHON HUTAN KOTA BANDA
ACEH SEBAGAI PENUNJANG PRAKTIKUM MORFOLOGI
TUMBUHAN. Jurnal Edubio Tropika, 1(1), pp. 38-44.
Narendreswari, A. R., Trisnowati, S. & Irwan, S. N. R., 2014. Kajian Fungsi
Tanaman Lanskap di Jalur Hijau Jalan Laksda Adisucipto, Urip Sumoharjo,
dan Jendral Sudirman Yogyakarta. Vegetalika, 3(1), pp. 1-11.
Simonds, J. O., 1983. Landscape Architecture. United States of America: Mc.Graw-
Hill, Inc.
Wiyono., 2009. Arsitektur Pohon. Yogyakarta: Laboratorium Dendrologi Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai