Anda di halaman 1dari 39

i

MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN GULMA

Judul : Modul Praktikum Pengelolaan Gulma


Jenis Buku : Penuntun Praktikum
Penerbit : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Tahun : 2023
Penulis : Eirene Brugman, S.P., M.Sc.
Nurmujahidin, S.P., M.Si.
Dr. Ir. Tamrin, M.Si.
Dr. Sri Nur Aminah Ngatimin, S.P., M.S.
Dr. Ir. Untung Surapaty, M.Sc.
Editor Sampul : Eirene Brugman, S.P., M.Sc.

ii
BIODATA MAHASISWA

Foto

3x4

Nama :
NIM :
Email :
Kelompok :
Asisten Praktikum :

Makassar, 2023

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

(………………………………….) (………………………………….)

iii
TATATERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus datang di Laboratorium/Lahan 15 menit sebelum


praktikum dimulai.
2. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari
materi yang akan dipraktikumkan.
3. Mahasiswa harus mengikuti semua kegiatan praktikum yang
diselenggarakan.
4. Pada waktu praktikum mahasiswa diharuskan memakai baju/jas saat di
laboratorium
5. Mahasiswa bertanggung jawab atas alat-alat atau bahan-bahan yang
digunakan di dalam praktikum.
6. Waktu praktikum mahasiswa harus bekerja dengan tenang dan penuh
tanggung jawab, dilarang bersendau gurau, ribut, main, merokok dan
makan ataupun minum di Laboratorium.
7. Mahasiswa dilarang melakukan percobaan atau mencoba-coba dengan
bahan-bahan kimia di Laboratorium tanpa seijin asisten yang bertugas.
8. Bila ada kesulitan atau kecelakaan harus segera lapor pada asisten yang
bertugas.
9. Bila mahasiswa memecahkan ataupun merusakkan barang/alat
laboratorium diharuskan mengganti dengan barang yang sama.
10. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari
materi yang akan dipraktikumkan.
11. Penanggung jawab Laboratorium/Asisten berwenang untuk mengambil
tindakan, jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan tata tertib di atas.
12. Pelanggaran terhadap tata tertib ini dikenakan sanksi sebagai berikiut:
a. Peringatan atas pelanggaran yang dilakukan.
b. Tidak diijinkan mengikuti praktikum.

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................v
ACARA I IDENTIFIKASI GULMA.......................................................................................1
A. Pendahuluan.........................................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.................................................................................................5
C. Cara Kerja..............................................................................................................6
D. Lembar Kerja.........................................................................................................8
ACARA II BIOLOGI GULMA.............................................................................................10
A. Pendahuluan.......................................................................................................10
B. Tujuan...................................................................................................................12
C. Cara Kerja............................................................................................................12
D. Lembar Kerja.......................................................................................................14
ACARA III ANALISIS VEGETASI.....................................................................................15
A. Pendahuluan.......................................................................................................15
B. Tujuan Praktikum...............................................................................................15
C. Cara Kerja............................................................................................................15
D. Lembar Kerja.......................................................................................................18
ACARA IV PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI..........................................19
A. Pendahuluan.......................................................................................................19
B. Tujuan Praktikum...............................................................................................20
C. Cara Kerja............................................................................................................21
D. Lembar Kerja.......................................................................................................21
ACARA V PENGENDALIAN GULMA SECARA MEKANIS.........................................22
A. Pendahuluan.......................................................................................................22
B. Tujuan Praktikum...............................................................................................23
C. Cara Kerja............................................................................................................23
D. Lembar Kerja.......................................................................................................24

v
ACARA I

IDENTIFIKASI GULMA
A. Pendahuluan
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang tumbuh
tidak sesuai pada tempatnya (Triharso, 2010). Keberadaan gulma di sekitaran
tanaman budidaya dapat menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman
produksi dan juga menjadi sarang hama dan penyakit. Dalam budidaya
pertanian, semua organisme yang dapat merusak, menganggu kehidupan
atau menyebabkan kematian pada tanaman disebut sebagai Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT). OPT terdiri dari hama, patogen, dan gulma.
Untuk memperoleh produksi pertanian yang optimal dan kerugian lingkungan
yang minimal, maka perlu dilakukan perlindungan tanaman (crop protection)
dalam budidaya pertanian.
Pengelolaan gulma merupakan salah satu input penting dalam proses
produksi budidaya pertanian. Gulma mengadakan interaksi dengan tanaman
umumnya secara kompetisi dalam hal penyerapan air, unsur hara, dan ruang
tumbuh yang merugikan tanaman budidaya. Selain adanya kompetisi dengan
tanaman pokok, keberadaan gulma pada lahan pertanian juga akan menjadi
tempat berlindung atau menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman,
tercampurnya atau pengotoran biji gulma pada hasil budidaya pertanian,
terbentuknya alelopati yang meracuni tanaman budidaya, penurunan
pembentukan fotosintesis dan asimilat karena penaungan gulma yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman budidaya (Aldrich, 1997;
Triharso, 2010; Kilkoda et al., 2015; Hidayat dan Rachadiyanto, 2017).

Pengelempokan gulma berdasarkan morfologi

Berdasarkan morfologinya, jenis gulma dikelompokkan menjadi gulma


rerumputan (grasses), gulma tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad-
leaved), dan gulma pakisan (ferns) (Zungsotiporn et al., 2020).

1. Gulma rerumputan (grasses)


Gulma rerumputan adalah gulma berdaun pita yang berasal dari keluarga
Poaceae. Kebanyakan gulma rerumputan merupakan tanaman

1
monokotil. Karakteristik umum gulma rerumputan antara lain memiliki
batang batang bulat atau pipih yang masif atau berongga; berdaun pita
dan soliter yang tersusun pada buku-buku dan umumnya memiliki tulang
daun sejajar; daun terdiri dari dua bagian, yaitu pelepah dan helai daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkai atau tidak (sessilis); masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret) yang dikelilingi oleh sepasang daun
pelindung (bractea) dengan ukuran berbeda, yang berukuran besar
disebut lemma dan yang kecil disebut palea. Gulma rerumputan berdaun
sempit seperti gulma tekian, namun gulma rerumputan memiliki stolon
yang berkembang di dalam tanah. Contoh gulma golongan rerumputan
antara lain Imperata cylindrica (L.) P.Beauv. (alang-alang),
Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd (tapak jalak), Axonopus compressus
(Sw.) P.Beauv. (jukut pahit), Centotheca lappaceae Desv. (rumput lilit
kain) dan lain-lain

a b

2
c d

Gambar 1. Contoh gulma rerumputan. a) Imperata cylindrica (L.) P.Beauv; b)


Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd; c) Axonopus compressus
(Sw.) P.Beauv.; dan d) Centotheca lappaceae Desv.
2. Gulma tekian (sedges)
Gulma tekian berasal dari keluarga Cyperaceae, tergolong monokotil, dan
berakar serabut. Karakteristik gulma tekian antara lain berdaun pita,
tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah daun (ligula), dan titik
tumbuhnya tersembunyi; Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku,
bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir dan dilindungi oleh satu
daun pelindung; batang bulat, segitiga atau pipih dan umumnya tidak
berongga. Contoh gulma tekian antara lain Cyperus distans L. f., Cyperus
rotundus L. (teki ladang), Cyperus javanicus Houtt., Cyperus entrerianus
Boeckl. dan lain-lain.

a b c

3
d

Gambar 2. Contoh gulma tekian. a) Cyperus distans L. f.; b) Cyperus


rotundus L.; c) Cyperus javanicus Houtt.; dan d) Cyperus
entrerianus Boeckl.

3. Gulma berdaun lebar (broad-leaved)


Gulma berdaun lebar merupakan tanaman eudicot dari keluarga
Amaranthaceae, Fabaceae, Asteraceae, Acanthaceae, Labiaceae,
Nyctaginaceae, Capparaceae, Commelinaceae, Convolvulaceae,
Malfaceae, Eiphorbiaceae, Urticaceae, Portulacaceae, Rubiaceae,
Achantaceae, Sphenocleaceae, dan Aizoaceae (Zungsotiporn et al.,
2020). Gulma berdaun lebar memiliki tulang daun berbentuk jala. Titik
tumbul pada gulma berdaun lebar terlihat di luar dan setiap cabang
memiliki titik tumbuh. Contoh gulma berdaun lebar antara lain Ageratum
conyzoides L. (Daun Babadotan), Eclipta prostrata (L.) L. (urang-aring),
Heliotropium indicum L., dan Phyllanthus amarus Schum. & Thonn.

a b

4
c d

Gambar 3. Contoh gulma berdaun lebar. a) Ageratum conyzoides L.; b)


Eclipta prostrata (L.) L.; c) Heliotropium indicum L.; dan d)
Phyllanthus amarus Schum. & Thonn.

4. Gulma pakisan (ferns)


Gulma pakisan berasal dari keluarga Parkeriaceae dan Marsileaceae.
Contoh gulma pakisan adalah Ceratopteris thalictroides (L.) Brongn (pakis
rawa) dan Marsilea minuta L.

a b

Gambar 4. Contoh gulma pakisan. a) Ceratopteris thalictroides (L.) Brongn


dan d) Marsilea minuta L.
B. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mampu menguasai teknik identifikasi gulma dengan
baik
b. Mahasiswa mampu mengelompokkan gulma berdasarkan
morfologinya

5
C. Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah mikroskop
stereo, skapel, pinset, buku gambar dan alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah sampel segar gulma rerumputan, gulma tekian,
gulma berdaun lebar dan gulma pakisan.
2. Pelaksanaan
 Setiap kelompok menyiapkan sampel gulma yang terdiri dari 2
gulma rerumputan, 2 gulma tekian, 2 gulma berdaun lebar, dan 2
gulma pakisan.
 Sampel gulma dikoleksi di lingkungan sekitar Universitas
Hasanuddin dengan cara mencabut sampai ke bagian akar lalu
dibersihkan dari kotoran dan tanah. Usahakan agar bunga/benih
gulma tidak rontok (bagi gulma yang memiliki bunga/benih). Sampel
diambil dipersiapkan sebelum praktikum agar masih dalam
keadaan segar saat identifikasi.
 Praktikan mendokumentasikan dan menggambar spesimen gulma
pada buku gambar sebagai laporan sementara dan memberikan
keterangan bagian-bagian gulma pada gambar tersebut.
 Khusus untuk biji, lakukan pengamatan dengan mikroskop stereo
pada nampak samping (side view), dorsal view, dan ventral view biji
yang masih terselubung (seed with coat). Setelah itu kuliti biji dan
lakukan pengamatan pada sisi tampak samping (side view), dorsal,
ventral, base, apex, dan cross section seperti gambar 5.
 Laporan lengkap dibuat dengan cara menyalin gambar pada dalam
laporan sementara dan melengkapi deskripsi klasifikasi, nama
lokal, ciri utama/ciri pembeda (synapomorph), dan habitat gulma.

6
Gambar 5. Contoh sisi pengamatan biji gulma

7
D. Lembar Kerja
lembar hasil pengamatan
No. Dokumentasi Klasifikasi
Gambar Spesimen Karakteristik Gulma Habitat
Spesimen Gulma
1. Filum:
Kelas:
Deskripsikan
Ordo:
karakteristik akar, Tuliskan jenis
Famili:
batang, daun, dan habitat gulma
Genus:
bunga/biji
Spesies:
Nama Lokal:
2. Filum:
Kelas:
Deskripsikan
Ordo:
karakteristik akar, Tuliskan jenis
Famili:
batang, daun, dan habitat gulma
Genus:
bunga/biji
Spesies:
Nama Lokal:
3. Filum:
Kelas:
Ordo: Deskripsikan
Famili: karakteristik akar, Tuliskan jenis
Genus: batang, daun, dan habitat gulma
Spesies: bunga/biji
Nama Lokal:

8
9
10
Lembar pengamatan biji gulma
Dokumentasi biji dengan Dokumentasi biji tanpa
Sisi
selubung selubung
Pengamatan
(seed with coat) (naked seeds)

Dorsal view

Ventral view

Side view

Apex

Base

Cross section

9
ACARA II

BIOLOGI GULMA
A. Pendahuluan
Gulma dapat melakukan perkembangbiakan secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan membentuk
organ vegetatif seperti stolon, rimpang, umbi, bulbus, corm, sulur, dan spora
(Triharso, 2020). Perkembangbiakan generatif gulma terjadi lewat biji dan
spora. Perkembangbiakan dengan biji dilakukan oleh gulma semusim dan
beberapa gulma biennial. Perkembangbiakan dengan spora dilakukan oleh
gulma pakisan. Kemampuan gulma untuk berkembangbiak secara vegetatif
dan generatif membuat gulma sulit untuk dikendalikan. Organ
perkembangbiakan vegetatif gulma juga dapat dorman dalam tanah (Sukman
dan Yakup, 2002). Pada kondisi yang tidak menguntungkan biji juga dapat
mengalami dormansi. Selama masa dormansi, biji melakukan aktivitas
metabolisme yang sangat minimal sehingga dapat bertahan dalam jangka
waktu yang panjang. Kemampuan dormansi organ reproduktif gulma
berperan penting untuk mempertahankan dan melestarikan gulma.
1. Reproduksi Gulma
Reproduksi generatif gulma terjadi melalui biji dan spora. Biji gulma
akan berkecambah pada kondisi lingkungan yang mendukung. Faktor
yang mempengaruhi perkecambahan gulma antara lain adalah air,
unsur hara, udara, suhu, kelembapan, dan cahaya matahari. Gulma
akan berkembang biak dengan cepat saat faktor-faktor tersebut
optimal untuk pertumbuhan gulma. Biji gulma juga berperan penting
dalam penyebaran gulma. Biji gulma dapat tersebar dalam jarak yang
jauh dengan bantuan angin, air, terbawa alat pertanian, aktivitas
hewan dan manusia. Perkembangbiakan secara generatif melalui biji
juga berperan penting dalam menurunkan sifat-sifat genetis gulma dari
satu generasi ke generasi lainnya.
Reproduksi secara vegetatif terjadi lewat pembentukan organ
vegetatif gulma. Beberapa organ vegetatif yang banyak ditemukan
dalam perkembangbiakan gulma antara lain:

10
 Stolon – Batang menjalar di atas permukaan tanah yang setiap
nodia dapat membentuk akar dan tunas untuk membentuk individu
baru.
 Rimpang – Batang beserta daunnya yang terdapat dalam tanah,
memiliki banyak cabang dan tumbuh mendatar. Tunas baru di atas
tanah akan muncul dari ujung rimpang. Selain sebagai alat
perkembangbiakan, rimpang juga menjadi tempat penyimpanan
makanan cadangan bagi tanaman.
 Umbi – Umbi dibedakan menjadi umbi batang (tuber caulogenum)
dan umbi akar (tuber rhizogenum). Umbi merupakan
pembengkakan batang atau akar yang menjadi tempat penimbunan
makanan.
 Bulbus – dikenal sebagai umbi lapis. Umbi ini tersusun dari
lapisan-lapisan jaringan lunak dan berdaging yang merupakan
tempat penyimpanan cadangan makanan tumbuhan. Tunas dapat
tumbuh dari antara lapisan umbi.
 Corm – Batang berdaging dan pendek yang terdapat di dalam
tanah. Batang ini dilapisi dengan daun yang tereduksi menjadi sisik
dan terdapat tunas yang tumbuh.
 Spora – Struktur yang dibentuk oleh gulma pakisan.

2. Dormansi Gulma
Dormansi merupakan masa istirahat organ tertentu tumbuhan akibat
kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman.

11
Dormansi gulma umumnya dialami oleh organ biji. Biji gulma dapat
bertahan dalam waktu cukup lama selama periode dorman. Dormansi
dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
 Innate dormancy – Dormansi ini bersifaat bawaan yang ditentukan
oleh genetik tanaman. Dormansi ini dapat disebabkan kulit benih
yang impermeable, hambatan kimiawi dalam kulit benih, dan
embrio yang rudimenter.
 Induced dormancy – Jenis dormansi benih ini terjadi ketika benih
telah menyerap air, tetapi ditempatkan pada kondisi yang sangat
tidak menguntungkan untuk perkecambahan. Akhirnya, benih gagal
berkecambah bahkan dalam kondisi yang lebih menguntungkan.
 Enforced dormancy – Kondisi benih yang tidak mampu
berkecambah karena kendala lingkungan yang meliputi
kelembaban, oksigen, cahaya dan suhu yang sesuai.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membedakan organ perkembangbiakan gulma
2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis dormansi, kemampuan dormansi,
dan pemecahan dormansi biji/benih gulma.

C. Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah bak
perkecambahan, buku gambar, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
adalah sampel gulma rerumputan, gulma tekian, gulma berdaun lebar,
gulma pakisan, tanah sawah, tanah perkebunan, tanah pekarangan,
tanah ladang dan air.

12
2. Pelaksanaan
Organ perkembangbiakan gulma
 Setiap kelompok menyiapkan sampel gulma, masing-masing terdiri
dari satu gulma rerumputan, gulma tekian, gulma berdaun lebar,
dan gulma pakisan.
 Sampel gulma dikoleksi di lingkungan sekitar Universitas
Hasanuddin dengan cara mencabut sampai ke bagian akar lalu
dibersihkan dari kotoran dan tanah. Usahakan agar organ
reproduksi gulma tidak rusak.
 Praktikan mengamati dan mendokumentasikan organ
perkembangbiakan generatif/vegetatif setiap sampel gulma yang
telah dikoleksi.
 Praktikan mencatat nama gulma, organ perkembangbiakan, serta
mendeskripsikan karakteristik organ perkembangbiakan yang
berhasil diamati.
 Praktikan menggambar organ perkembangbiakan gulma dan diberi
keterangan pada buku gambar sebagai laporan sementara
Dormansi biji/benih gulma
 Praktikan mengambil tanah secukupnya dari lahan yang telah
ditentukan:
-Tanah dengan kedalaman 0–15 cm
-Tanah dengan kedalaman 50 cm
-Tanah dengan kedalaman 75 cm
 Tanah dikeringanginkan dan disimpan pada tray perkecambahan
setebal 5-8 cm
 Jaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman agar biji
gulma yang terbawa dalam tanah bisa berkecambah
 Praktikan mengamati dan mencatat biji gulma yang berkecambah
setiap hari. Identifikasi spesies gulma yang tumbuh dan berapa
jumlah individu setiap spesiesnya.

13
D. Lembar Kerja

Lembar pengamatan organ perkembangbiakan gulma


Dokumentasi Gambar organ Deskripsi
No. Nama Gulma
organ reproduksi reproduksi morfologi
1.

2.

3.

14
15
Tabel pengamatan jenis (spesies) dan jumlah gulma pada pengujian dormansi
Kedalaman tanah (cm)
Jenis Tanah
0-15 50 75


Tanah sawah

Tanah ladang

Tanah Perkebunan

16
Tanah pekarangan

17
ACARA III

ANALISIS VEGETASI
A. Pendahuluan
Gulma merupakan salah satu OPT yang keberadaannya di lahan pertanian
perlu untuk dikendalikan. Gulma yang berada di lahan pertanian akan
melakukan kompetisi sumber daya dengan tanaman budidaya, baik itu
kompetisi unsur hara, air, hingga cahaya matahari. Gulma memiliki daya
reproduktif, viabilitas, dan daya kompetitif yang tinggi sehingga dapat
menimbulkan beberapa permasalahan dalam buddiaya tanaman, diantaranya
menurunkan hasil pertanian, menambah biaya usaha tani, menimbulkan
gangguan kesehatan pada petani, menjadi inang alternatif bagi hama dan
patogen tanaman, hingga menurunkan penggunaan ekonomis perairan.
Pengendalian gulma diawali dengan melakukan analisis vegetasi gulma.
Analisis vegetasi gulma penting untuk mengetahui batas lahan, sebaran dan
klasifikasi gulma. Informasi batas lahan akan memudahkan dalam
menghitung luas lahan yang akan dikendalikan gulmanya. Sebaran
pertumbuhan gulma digunakan sebagai dasar penemplatan petak contoh
pengamatan dan klasifikasi gulma yang diperoleh dari identifikasi/determinasi
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan metode
pengendalian gulma yang tepat. Selain itu, dalam analisis vegetasi gulma,
data tambahan yang penting untuk diamati antara lain topografi daerah, jenis
dan keadaan tanah, sumber air, dan jenis pengairan.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memperoleh gambaran umum mengenai keragaman dan
populasi gulma pada area tertentu
2. Mahasiswa memperoleh gambaran mengenai jenis gulma utama yang
harus dikendalikan
3. Mahasiswa menguasai teknik analisis vegetasi gulma

C. Cara Kerja
1. Alat dan Bahan

18
Alat yang diperlukan dalam kegiatan praktikum ini antara lain meteran,
pensil, tali rafia, patok bambu, label, kantong plastik, spidol permanen,
gunting.
2. Pelaksanaan
 Praktikan melakukan survei pada lokasi yang akan diteliti secara
keseluruhan sehingga diperoleh gambaran umum mengenai jenis dan
pola penyebaran gulma.
 Setiap kelompok membuat petak contoh berukuran 50 x 50 cm
sebanyak tiga ulangan.
 Praktikan memotong semua gulma tepat di atas permukaan tanah
pada setiap ulangan petak contoh lalu dimasukkan ke dalam plastik
dan dibawa ke laboratorium.
 Praktikan melakukan identifikasi dan menghitung semua spesies
gulma yang ada dalam petak contoh. Berat basah sampel untuk setiap
jenis gulma ditimbang.
 Perhitungan gulma dilakukan dengan mengikuti ketentuan berikut:
 Suatu individu yang berada pada batas petak dihitung satu individu
apabila lebih dari separuh bagian tanaman berada dalam petak.
 Untuk gulma yang membentuk rumpun, bila dalam sampling terjadi
pemisahan, maka masing-masing individu yang utuh bagian-
bagiannya dihitung sebagai satu individu
 Identifikasi/determinasi gulma dapat dilakukan dengan menggunakan
buku Backer (1973), Pancho dan Suryani (1978), Pable (1967), dan
buku lainnya yang relevan
 Setelah data dikumpulkan, lakukan analisis data untuk menghitung
kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, nilai penting, dan Summed
Dominanced Ratio (SDR) atau jumlah nisbah dominansi (JND) untuk
setiap jenis gulma.

Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu jenis gulma tertentu dalam petak contoh

Kerapatan Mutlak jenis gulma tertentu


Kerapatan Nisbi (KN) = x 100%
total kerapatan mutlak semua jenis gulma

Frekuensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang memuat jenis gulma tertentu

19
frekuensi mutlak jenis gulmatertentu
Frekuensi Nisbi (FN) = x 100%
total frekuensi mutlak semua jenis gulma

Dominansi Mutlak (DM) = bobot basah jenis gulma tertentu dalam petak contoh

dominanti mutlak jenis gulma tertentu


Dominansi Nisbi (DN) = x 100%
total dominansi mutlak semua jenis gulma

Nilai Penting (NP) = Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan

SDR = Nilai penting dibagi jumlah peubah nisbi

20
D. Lembar Kerja
Tabulasi Hasil Pengamatan
Kelompok :
Tanggal Pengamatan :
Ukuran Petak :
Lokasi Pengamatan :
Petak contoh ke-
No Spesies KM KN FM FN DM (g) DN NP SDR
1 2 3
1.
2.
3.
4. …
5. …
6. …
7. …
8. …

18
Total

19
ACARA IV
PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI
A. Pendahuluan
Herbisida atau racun rumput adalah senyawa yang disebarkan pada lahan
pertanian untuk menekan atau memberantas gulma utama yang
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Herbisida dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yakni:
1. Berdasarkan pemakaiannya herbisida diklasifikasikan kedalam tiga
golongan yakni:
a. Herbisida pre-planting
Herbisida preplanting yakni herbisida yang digunakan sebelum tanaman
budidaya di tanam di lahan. Umumnya herbisida ini digunakan pada lahan
yang tanahnya baru selesai diolah. Tujuan penggunaan herbisida
preplanting adalah untuk mematikan biji-biji gulma atau kecambah gulma
yang baru tumbuh.
b. Herbisida preemergence
Herbisida preemergence yaitu herbisida yang dipakai sebelum benih
tanaman budidaya dan biji gulma berkecambah di lahan. Penggunaan
herbisida yaitu saat benih tanaman budidaya sudah ditanam tetapi belum
tumbuh.Tujuan penggunaan herbisida ini adalah untuk membunuh
kecambah gulma maupun gulma yang sudah tumbuh.
c. Herbisida post-emergence
Herbisida postemergence adalah herbisida yang digunakan pada lahan
yang tanaman pokok maupun gulmanya sudah tumbuh. Tanaman
budidaya dan gulmanya sudah melewati stadia perkecambahan.
2. Berdasarkan gulma yang dikendalikan, herbisida dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam.
a. Herbisida untuk golongan rumput
Herbisida golongan ini hanya efektif digunakan untuk jenis-jenis gulma
yang termasuk dalam golongan rumput. Biasanya herbisida ini
mengandung bahan aktif berupa Dalapon dan Diuron
b. Herbisida untuk golongan teki

19
Herbisida untuk golongan teki adalah herbisida yang hanya efektif bila
digunakan untuk mengendalikan gulma yang termasuk teki-tekian yaitu
yang termasuk famili Cyperaceae. Biasanya herbisida ini mengandung
bahan aktif berupa Atrazin dan Nitrofen.
c. Herbisida untuk golongan berdaun lebar
Herbisida ini hanya efektif bila digunakan untuk mengendalikan gulma
golongan berdaun lebar. Gulma berdaun lebar umumnya termasuk
golongan tumbuhan dikotil. Biasanya herbisida ini mengandung bahan
aktif berupa Pikloram dan Dicamba.
3. Berdasarkan cara kerja herbisida
a. Herbsida kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang cara kerjanya merusak,
mematikan jaringan tumbuhan gulma yang terkenai (kontak) herbisida.
Biasanya gulma-gulma yang mempunyai bagian-bagian vegetatif di dalam
tanah mempunyai sifat resisten terhadap herbisida kontak ini. Gulma
berdaun lebar yang mempunyai tunas-tunas pada ujung cabang
mempunyai sifat yang lebih peka terhadap jenis herbisida ini. Biasanya
herbisida ini mengandung bahan aktif berupa Paraquat, Pentaklorofenol
danAsam Sulfat.
b. Herbisida sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya harus dapat
memasuki tubuh gulma dan bergerak melalui berkas pembuluh, serta tidak
boleh merusak berkas pembuluh sebelum herbisida sampai pada seluruh
bagian tubuh gulma termasuk tunas-tunas baru. Biasanya herbisida
kontak mengandung bahan aktif berupa Amitrol dan Triazin
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan gulma
2. Mahasiswa mengetahui mekanisme kerja herbisida dalam mematikan
gulma
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan teknik aplikasi herbisida

20
C. Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain adalah herbisida
kontak, herbisida sistemik, dan air. Alat yang diperlukan adalah alat
semprot, gelas ukur, ember, patok bambu, tali rafia, dan kayu/batang
pengaduk.
2. Pelaksanaan
 Mahasiswa melakukan survei lahan di sekitar teaching farm Fakultas
Pertanian untuk menentukan lahan yang banyak ditumbuhi gulma
 Setiap kelompok membuat 2 petakan ukuran 5 x 5 m menggunakan tali
rafia dan patok bambu untuk.
 Praktikan menyiapkan formulasi herbisida sistemik dan kontak sesuai
dengan petunjuk dosis pada kemasan herbisida
 Pratikan mengaplikasikan herbisida sistemik dan kontak ke petakan
yang berbeda dengan Teknik penyemprotan
 Praktikan mengamati dan mencatat perkembangan kondisi gulma pada
masing-masing petakan setiap hari hingga 7 hari
 Praktikan membahas hasil pengendalian gulma secara kimiawi
D. Lembar Kerja
Waktu
Pengamatan Dokumentasi % Penutupan Gulma

Sebelum
perlakuan

Sesaat setelah
perlakuan

1 hari setelah

21
perlakuan

2 hari setelah
perlakuan

3 hari setelah
perlakuan

4 hari setelah
perlakuan

5 hari setelah
perlakuan

22
6 hari setelah
perlakuan

7 hari setelah
perlakuan

23
ACARA V
PENGENDALIAN GULMA SECARA MEKANIS
A. Pendahuluan
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan untuk merusak fisik atau
bagian tubuh gulma sehingga pertumbuhannya terhambat bahkan mati.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, beberapa sarana yang digunakan dalam
pengendalian gulma adalah sabit, bajak, cangkul, landak, deengan tangan
atau dengan dibakar. Berikut merupakan metode pengendalian gulma secara
mekanis:
1. Hand pulling atau Hand weeding – merupakan penyiangan secara
manual menggunakan tangan yang efektif untuk mengendalikan gulma
semusim atau dua musim. Pengendalian ini memiliki resiko kerusakan
yang kecil terhadap tanaman dan layak diterapkan untuk areal yang tidak
luas. Di perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, dll., hand weeding
dapat dilakukan dalam piringan (circle) atau dalam alur/lajur (strip)
ataupun di gawangan antar baris tanaman.
2. Pembabatan (mowing) – Teknik pengendalian ini baik dilakukan untuk
gulma semusim atau dua musim yang tidak memiliki organ
perkembangbiakan di dalam tanah, seperti rimpang dan umbi.
Pengendalian gulma dengan pembabatan harus dilakukan berulang kali
sehingga gulma dapat mati.
3. Pengolahan tanah (soil tillage) – Teknik pengendalian dengan
pengolahan tanah secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
gulma dengan mengangkat biji gulma yang ada di dalam tanah. Biji gulma
yang terdedah ke permukaan tanah akan berkecambah sehingga
memudahkan untuk dikendalikan dengan pembabatan atau hand pulling.
Jerami gulma kemudian dibenamkan melalui Tindakan pengolahan tanah
kedua untuk memperoleh pengendalian yang lebih efektif
4. Pembakaran (burning) – Teknik pengendalian ini dilakukan sebelum
pengolahan lahan. Pembakaran gulma mengakibatkan koagulasi atau
penggumpalan protoplasma akibat suhu tinggi sehingga membuat bagian
gulma yang terbakar akan mati. Pengendalian ini tidak begitu efektif
karena hanya memusnahkan bagian gulma yang berada di atas

24
permukaan tanah, menimbulkan kebakaran nontarget, hilangnya bahan
organik dari areal setempat dan mengakibatkan erosi pada permukaan
tanah yang terbuka.
5. Penggenangan (flooding) – penggenangan akan mengakibatkan
terhambatnya transport oksigen dari udara bebas ke dalam wilayah
perakaran. Hal ini dapat menekan perkembangan beberapa golongan
gulma termasuk gulma rerumputan dan gulma tekian. Beberapa jenis
gulma memerlukan kondisi aerob untuk perkecambahan bijinya.
Penggenangan padi sawah merupakan salah satu contoh pengendalian
gulma dengan flooding.
6. Pemulsaan (mulching) – penggunaan mulsa akan meutup permukaan
tanah dan menghambat cahaya sinar matahari ke dalam tanah. Hal ini
akan menghambat perkecambahan biji gulma. Biji gulma yang telah
sempat berkecambah akan tertekan proses fotosintesisnya sehingga
perkembangannya akan terhambat bahkan mati.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui teknik pengendalian gulma secara mekanis
2. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan teknik pengendalian gulma secara
mekanis
C. Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain patok kayu, tali rafia,
2. Pelaksanaan
 Mahasiswa melakukan survei lahan di sekitar teaching farm Fakultas
Pertanian untuk menentukan lahan yang banyak ditumbuhi gulma.
 Setiap kelompok membuat petakan ukuran 1 x 1 m menggunakan tali
rafia dan patok bambu untuk.
 Praktikan menyiapkan melakukan salah satu teknik pengendalian
secara mekanis hingga gulma habis pada petakan yang ditentukan
 Praktikan melakukan pengamatan perkembangan kondisi gulma pada
petakan sesaat sebelum pengendalian, sesaat setelah melakukan
pengendalian, lalu satu minggu dan dua minggu setelah pengendalian.

25
 Praktikan mengamati dan dokumentasikan persentase luasan
penutupan gulma pada petakan yang telah dikendalikan

26
D. Lembar Kerja
Waktu
Dokumentasi % Penutupan Gulma
Pengamatan

Sebelum
perlakuan

Sesaat setelah
perlakuan

1 minggu
setelah
perlakuan

2 minggu
setelah
perlakuan

27
28

Anda mungkin juga menyukai