Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK MODEL ARSITEKTUR POHON

HUBUNGAN DENGAN KONSERVASI AIR

Nama : Anang Yanuar Ramadhan


NIM : B1B015015
Rombongan :I
Grup :-
Asisten : Endah Sulistiyowati

LAPORAN PRAKTIKUM ARSITEKTUR POHON

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model arsitektur diterapkan untuk tumbuhan berhabitus pohon sebagai


gambaran dari salah satu fase dalam rangkaian pertumbuhan pohon tersebut.
Setiap jenis pohon memiliki ciri yang khas dalam rangkaian proses
pertumbuhannya yang diwariskan secara genetik pada keturunannya. Oleh karena
sifatnya yang konsisten maka model arsitektur pada setiap jenis pohon dapat
dijadikan data tambahan dalam membedakannya dengan jenis pohon lain
(Arrijani, 2006).
Model arsitektur yang berbeda mempunyai nilai aliran batang yang berbeda
pula. Model arsitektur dengan cabang plagiotropik memiliki aliran batang yang
rendah dibanding orthotropik. Pola percabangan orthotropik mempunyai sudut
percabangan yang sempit dari arah tumbuhnya ke batang pohon. Faktor ini
menyebabkan tajuk cepat jenuh dengan air. Kejadian ini mengakibatkan air hujan
lebih banyak dialirkan ke cabang yang selanjutnya mengalir ke permukaan batang
pohon (Aththorick, 2000).
Variasi model arsitektur akan memberikan dampak bagi fungsi dan peran
pohon tersebut dalam komunitasnya maupun dalam ekosistem secara keseluruhan.
Salah satu aspek yang terkait dengan peran penting pohon dalam ekosistemnya
adalah mekanisme transportasi air hujan yang berlangsung pada setiap pohon
dalam kawasan tersebut (Hasanuddin, 2013).
Berkaitan dengan penerapan dalam model konservasi tanah dan air, konsep
model arsitektur dipandang memiliki peranan penting dalam proses transformasi
dan translokasi air hujan yang berlangsung pada setiap pohon, terutama dalam
kawasan hutan. Peranan masing masing pohon dengan model arsitektur beragam
akan berbeda pula dalam proses transformasi dan translokasi air hujan. Sebagai
contoh, vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah tetapi besarnya
penurunan laju erosi tanah tergantung pada jenis dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Arrijani, 2006).
Model arsitektur pohon tertentu memperoleh transformasi air hujan
menjadi laju aliran batang, air tembus tajuk, infiltrasi dan laju aliran permukaan
pada suatu area yang terkait dengan peranan vegetasi dalam mengurangi laju erosi
permukaan tanah dan erosi bencana banjir. Perbedaan model arsitektur pohon
dengan sendirinya akan memberikan dampak bagi variasi persentasi curah hujan
yang ditransformasikan menjadi aliran batang, curahan tajuk, atau intersepsi
selama hujan berlangsung (Arrijani, 2006).
Arsitektur pohon merupakan khas bagi setiap spesies untuk yang
menunjukkan dikontrol oleh genetik. Meskipun demikian juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan ketersediaan
nutrient (Reinhardt & Kuhlemeie, 2002). Model arsitektur suatu pohon
mempengaruhi nilai aliran batang (stemflow) dan curah tajuk (through fall),
selanjutnya aliran batang dan curah tajuk menentukan besarnya nilai aliran
permukaan dan erosi tanah yang akan menimbulkan kerusakan pada tanah
tempat tersebut. Erosi tanah, sejauh ini merupakan bentuk yang paling luas
dari degradasi tanah (Oldeman, 1994). Pada daerah tropis seperti Indonesia,
air merupakan penyebab terjadinya erosi (Arsyad, 2006). Oleh karena itu,
model arsitektur pohon memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan
keberadaan pohon tersebut dalam konservasi tanah dan air pada suatu ekosistem di
daerah tropis.

B. Tujuan

Tujuan praktikum pada acara ini adalah mengetahui karakteristik model


arsitektur pohon tanaman yang berpengaruh dalam aliran tanah dan erosi,
mendeskripsikan karakteristik model arsitektur pohon dalam hubungan dengan
konservasi air.
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum acara ini adalah alat tulis, kertas
worksheet, GPS atau HP dengan View Ranger, kamera, penggaris dan busur.
Bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah Ketapang
(Terminalia catappa L), Jati (Tectona grandis), Damar (Agathis dammara) dan
Pinus (Pinus merkusii).

B. Cara Kerja

1. Praktikan mengamati pohon yang disediakan


2. Data dimasukkan ke dalam lembar kerja dan di deskripsikan di laporan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Karakteristik Model Arsitektur Pohon Hubungan


dengan Konservasi Air

Hari & Tanggal : Kamis, 26 November 2020


Nama : Anang Yanuar Ramadhan No Mhs: B1B015015 Tanda Tangan:
Nama ilmiah pohon: Nama lokal:
Lokasi:
Posisi geografis: LS, BT

Gambarkan sosok pohon di depan saudara, tuliskan bagian-bagiannya


Bahan
1. Ketapang (Terminalia catappa L) – Aubreville
2. Agathis dammara (Lamb) Rich & A Rich – Massart’s model
3. Pinus merkusii - Rauh’s Model
4. Tectona grandis - Troll’s Model

Agathis dammara (Lamb) Rich & A Pinus merkusii -Rauh’s Model


Rich –Massart’s Model

Keterangan:
Damar (Agathis dammara) adalah konifer berukuran sedang dengan tinggi
maksimal 60 meter. Bentuk pohonnya tegak meninggi dengan percabangan yang
tidak terlalu lebar. Tinggi pohon damar dapat mencapai 60 meter, berbatang bulat
dengan diameter yang bisa lebih dari 1,5 meter. Kulit batang luar berwarna keabu-
abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam keeping-keping kecil. Daun
Damar berbentuk jorong, 6-8 × 2-3 cm, meruncing ke arah ujung yang
membundar. Buah pohon damar berbentuk bulat telur. Damar memiliki arsitektur
pohon model Massart.
Pinus rata-rata tumbuh dengan tinggi sekitar 20 hingga 40 meter dengan
diameter barang 70 hingga 90 cm. Tumbuhan pinus memiliki batang bebas antara
2 hingga 23 meter. Pada kondisi tegakan tertutup atau kerapatan pohon yang
tinggi, pohon pinus akan tumbuh tegak lurus. Akan tetapi jika tumbuh dan berada
di tempat terbukan, maka tegakan akan cenderung bengkok. Batang pinus tidak
berbanir dan kulit batangnya memiliki tekstur kasar berwarna cokelat kelabu
hingga cokelat tua dan tidak mudah mengelupas. Selain itu, kulit batang pohon
pinus juga mempunyai alur cukup dalam. Daun pinus termasuk daun jarum yang
pada bagian pangkalnya terdapat sarung sisi yang mengelilingi dua daun jarum.
Panjang daun pinus sekitar 10 hingga 20 cm. Bunga pinus jantan menyerupai
bulir bertumpuk pada pangkal tunas muda, sedangkan bunga betina berkumpul
pada ujung tunas muda dengan jumlah sedikit. Pinus memiliki tajuk yang
bentuknya unik, yakni berbentuk kerucut. Ukuran tajuk pohon pinus tidak terlalu
lebar dan agak rapat ketika pohon masih muda. Ketika pohon telah tua, maka
tajuknya akan membentuk limas dan agak jarang. Pinus memiliki arsitektur pohon
model Rauh.
Tectona grandis –Troll‘sModel Terminalia catappa L - Aubreville’s
Model
Keterangan:
Jati mempunyai tajuk membulat, batang silindris, bebas cabang antara 10-20
m, pada bagian batang beralur. Kulit batang berwarna coklat muda-keabuan. Kayu
teras berwarna coklat tua atau coklat kemerahan, sedangkan kayu gubal berwarna
coklat muda keputihan atau putih kekuningan. Tinggi pohon bisa mencapai 30-35
m. Daun tunggal, bertangkai pendek, memiliki duduk daun berseling berhadapan,
bentuk duduk daun elips-bulat telur. Panjang daun antara 23-40 cm sedangkan
lebar daun 11-21 cm. Daun muda berwarna coklat kemerahan. Memiliki arsitektur
pohon model Troll.
Ketapang bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan
bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Tingginya
dapat mencapai 35 meter. Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan
pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar
dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam
setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung
ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25 cm. Buahnya
batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang
berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat matang.
Memiliki arsitektur pohon model Aubreville.
B. Pembahasan

Tanaman yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Ketapang


(Terminalia catappa), Damar (Agathis dammara), Pinus (Pinus merkusii) dan Jati
(Tectona grandis). Ketapang memiliki arsitektur pohon model Aubreville. Model
arsitektur Aubreville memiliki kondisi tajuk yang tidak rapat, dimana terdapat
celah yang memungkinkan air hujan tidak sempat tertahan di tajuk dan langsung
jatuh ke permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asdak (2002), bahwa
air lolos (curahan tajuk) akan semakin berkurang sejalan dengan bertambah
rapatnya tajuk vegetasi atau tegakan hutan. Dengan kondisi tajuk tersebut,
menyebabkan air yang jatuh ke tanah akibat nilai aliran permukaan lebih tinggi
dan menyebabkan erosi tanah yang lebih tinggi pula.
Pohon Jati merupakan salah satu contoh pohon dengan arsitektur model Troll.
Menurut Ekowati (2017), model Troll merupakan model arsitektur pohon dengan
ciri batang simpodial. Semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini. Pohon
berbunga setelah dewasa, daun cenderung berhadapan. Sumbu pertama bersifat
ortrotop, sumbu berikutnya mulai berdiferensiasi ke arah horisontal secara
bertahap dan pohon berbunga setelah dewasa. Pembentukan batang yang tegak
terjadi setelah daun gugur sehingga lolosan tajuk yang diterimanya lebih banyak.
Jika lolosan tajuk nya banyak, maka nilai aliran permukaan pada tanah akan
meningkat dan erosi untuk tanah juga akan meningkat.
Damar merupakan salah satu pohon dengan arsitektur model Massart.
Penerapan pola percabangan batang model arsitektur model tersebut dalam
konservasi tanah dan air yaitu terkait dengan fungsi pohon dalam mentransformasi
air hujan menjadi aliran batang, curahan tajuk, aliran permukaan, dalam
pencegahan erosi sangat tepat. Model batang yang plagiotrop sehingga
mengurangi jatuhnya air hujan ke tanah . Model Massart percabangan yang ritmis
(rithmic) yang membentuk karangan dan pertumbuhan cabang tidak terbatas akan
mampu memperlambat curah tajuk (throughfall). Sehingga, akan memperkecil
nilai aliran permukaan pada tanah dan memperkecil erosi untuk tanah. Bentuk
daun jarum pada model ini mampu lebih banyak mengintersepsi curah hujan.
Model arsitektur Massart dengan A. dammara Rich persentase aliran tajuknya
87.23% (Aththorick, 2000).
Pinus memiliki arsitektur pohon model Rauh. Pada pohon-pohon dengan
model arsitektur Rauh memiliki bentuk tajuk yang rapat dan berirama.
perkembangan ritmis dari batang monopodial mengarah pada pengembangan
tingkatan yang berbeda dari cabang-cabang, yang merupakan pertumbuhan
berulang dari axis awal dengan tingkat asimetri yang tidak sama. Dan ini
merupakan karakteristik bagian distal dari sistem percabangan. Dan
perkembangan cabang erat kaitannya dengan pertumbuhan ritmis dari aksis. Hal
ini dapat membantu dalam pemecahan air hujan yang turun. Dengan adanya
pemecahan butiran air hujan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sehingga
air yang jatuh ke tanah lebih kecil dari butiran hujan yang jatuh langsung tanpa
terhambat apapun. Arsitektur Pohon Rauh dengan Jenis P. merkusii Jungh
memiliki persentase aliran tajuk 71.216% (Aththorick, 2000).
Rekomendasi model arsitektur pohon terbaik dalam konservasi air adalah
model Massart. Ini disebabkan oleh karakteristik kedalaman tajuk, diameter tajuk,
luas tajuk, diameter batang dan luas bidang dasar yang lebih besar dibandingkan
dengan model yang lain seperti Rauh, Troll dan Aubreville.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang di dapatkan, dapat disimpulkan


bahwa karakteristik model arsitektur pohon yang berpengaruh dalam aliran tanah,
erosi dan hubungan dengan konservasi air adalah berdasarkan aliran batang
curahan tajuk, dan nilai aliran permukaan suatu pohon. Apabila curahan tajuk nya
semakin berkurang maka itu sejalan dengan bertambah rapatnya tajuk vegetasi
atau tegakan hutan. Itu berarti kemungkinan erosi tanah yang akan ditimbulkan
karena intersepsi selama hujan berlangsung juga kecil.
DAFTAR REFERENSI

Arrijani, 2006. Model arsitektur pohon pada Hulu DAS Cianjur Zona Sub-Montana
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Disertasi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Aththorick, T.A. 2000. Pengaruh Model Arsitektur Pohon Massart dan Rauh
terhadap Aliran Batang, Curahan Tajuk, Aliran Permukaan dan Erosi di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Tesis. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Ekowati, G., Indriyani, S. and Azrianingsih, R., 2017. Model arsitektur percabangan
beberapa pohon di Taman Nasional Alas Purwo. Biotropika: Journal of
Tropical Biology, 5(1), pp. 27-35.
Hasanuddin, H., 2013. MODEL ARSITEKTUR POHON HUTAN KOTA BANDA
ACEH SEBAGAI PENUNJANG PRAKTIKUM MORFOLOGI
TUMBUHAN. Jurnal Edubio Tropika, 1(1), pp. 38-44.
Oldeman, L. R., 1994. The Global Extent of Soil Degradation. In: Soil Resilience
and Sustainable Land Use, Greenland, D.J. and I. Szabolcs (Eds.). UK:
CAB.
Reinhardt, D. & Kuhlemeier, C., 2002. Plant architecture. EMBO reports, 3(9), pp.
846-851.

Anda mungkin juga menyukai