Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS DAN PERENCANAAN LANSKAP

IDENTIFIKASI TANAMAN LAMTORO (Leucaena


leucocephala) DALAM LANSKAP

Disusun Oleh :

Nama : Dinar Wijaya

NIM : 20180210089

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020
I. Gambaran Umum Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala)

A. Botani Tanaman Lamtoro

Lamtoro (Leucaena leucocephala) atau yang sering disebut petai cina adalah
sejenis perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae, polong-polongan), yang kerap
digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Tanaman lamtoro
memiliki batang tegak berwarna putih kecoklatan atau coklat kemerah-merahan,
memiliki cabang batang berbentuk garpu, bentuk daun berukuran kecil dengan
tulang daun menyirip ganda dua, dengan jumlah 4-8 pasang, dan setiap sirip
tangkai daun memiliki 11-22 tangkai anak daun. Batang pohon lamtoro dalam
waktu satu tahun dapat mencapai garis tengah 10-15 cm. Bunga berwarna  putih,
merupakan bunga bangkol atau membulat, dan bunga majemuk menyerupai
cawan tanpa daun pembalut, dan mampu melakukan proses penyerbukan sendiri.
Pertumbuhan tanaman lamtoro yang cepat dan produksi hijauannya tinggi
memiliki banyak manfaat bagi lingkungan (Purwanto, 2007).

Klasifikasi Tanaman Lamtoro (L.leucocephala) Menurut Ajo (2009) tanaman


lamtoro memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena leucocephala
1. Daun

Daun majemuk menyirip rangkap, anak daun


kecil-kecil terdiri dari 5-20 pasang, bentuk
garis memanjang dengan ujung runcing dan
pangkal miring (tidak sama) ,tepi rata, panjang
6-21 mm dan lebar 2-5 mm. sirip daun 3-10
pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada
poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah, daun penumpu kecil,
berbentuk segitiga. Permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai
(Siswanto, 2010). 

2. Batang
Warna batang coklat kemerahan. Batang pohon
lamtoro dalam waktu satu tahun dapat mencapai garis
tengah 10-15 cm. Batang tandan berbentuk besar dan
agak pendek. Percabangannya rendah dan banyak,
memiliki bintil-bintil dan berlentisel. Rantingnya
berbentuk bulat torak, dengan ujung yang berambut
rapat.

3. Buah
Buah lamtoro berbentuk polong dalam tandan.
Dalam tiap-tiap tandan buah dapat mencapai
20-30 buah polong, sedangkan dalam satu
polongnya dapat mencapai 15-30 biji.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Lamtoro

Tanaman lamtoro dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1000

mdpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada daerah tropis dengan
keadaan tanah yang memiliki keasaman sedang diantara pH 5.5 – 6.5, dan

dapat tumbuh baik di wilayah yang memiliki iklim sedang dengan kisaran

curah hujan 650-3.000 mm pertahun. Dan memiliki suhu harian sekitar 25-

30°C. Tanaman Lamtoro memiliki keunggulan tahan terhadap hama kutu

loncat dan tahan pada musim kering, namun belum diketahui pasti tumbuh

baik pada rentang kemasaman tanah (Suradi, 2010).

II. Fungsi Tanaman Lamtoro di UMY dalam Lanskap

A. Fungsi Ekologis Modifikasi Suhu sebagai Penaung

Tanaman Lamtoro merupakan tanaman yang paling efektif


untuk mereduksi suhu panas berlebih di dalam area
perkotaan. Pemilihan dan penataan tanaman peneduh yang
tepat dapat mengoptimalkan pemodifikasian suhu hingga
mencapai kenyamanan thermal. Tipe-tipe ruang terbuka,
secara spesifik yaitu area yang terlindungi oleh kanopi
pohon dengan persentase tinggi dan permukaan air
merupakan area yang paling sejuk di dalam wilayah perkotaan. Menurut Pauleit
and Duhme (2000) Peningkatan jumlah kanopi pohon sebesar 10% dapat

mereduksi suhu permukaan rata-rata sebesar 1,4oC di saat siang hari selama
musim kering. Hal ini yang menjadikan tanaman Lamtoro yang tumbuh di sekitar
area kampus UMY digunakan sebagai peneduh dan pengontrol cahaya.
Keberadaan pohon dapat dengan baik mengurangi dampak dari timbulnya suhu
yang tinggi pada suatu area. Pohon mengurangi suhu melalui bayangan yang
menutupi permukaan suatu lahan, menghilangkan panas melalui evapotranspirasi,
dan mengontrol pergerakan udara (Coder 1996).

B. Fungsi Ekologis Sebagai Penahan Angin


Tanaman lamtoro yang tumbuh di sekitar area kampus
UMY tepatnya di didepan lahan percobaan Fakultas
Pertanian memiliki batang yang tinggi dengan daun yang
lebat sehingga dapat menahan tiupan angin. Menurut
Robinette (1983), salah satu komponen utama di dalam
mendisain suatu pemecah angin adalah ketercapaian
kerapatan yang sesuai. Kerapatan atau porositas angin merupakan persentase dari
elemen struktural yang digunakan untuk menahan angin. Semakin meningkatnya
kerapatan, perlindungan terhadap angin yang seketika mendekati pemecah secara
umum meningkat daripada perlindungan yang lebih sedikit, jauh dari pohon
penahan angin.
Grey dan Deneke (1978) juga mengungkapkan bahwa tingkat proteksi
suatu area terhadap angin memiliki ketergantungan pada ketinggian pohon. daerah
yang memiliki banyak tegakan pohon akan memanipulasi kecepatan turbulensi
angin dengan cara mengahalangi, membelokkan arah dan menyaringnya. Vegetasi
dan pohon yang berdiri tegak seringkali menjadi pemecah angin dan penahan
angin.
DAFTAR PUSTAKA

Ajo. 2009. Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala). http://etheses.uin-


malang.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Maret 2020.

Coder RD. 1996. Identified benefits of community trees and forests. Consolidating
and Communicating Urban Forest Benefits.

Grey GW, FJ Daneke. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Willey and
Sons inc.

Pauleit S, Duhme F. 2000. GIS assessment of Munich’s urban forest structure for
urban planning [catatan penelitian]. J Arboriculture. 26(3):133–141.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Siswanto. 2010. Evaluasi Kecernaan Lamtoro. Duta Graha Pustaka. Jakarta.

Suradi. 2010. Utilization of lamtoro leaf in diet on pet production and the lose of
hair rabbit’s pelt. Jurnal ilmu ternak.7(1): 73-77.

Robinette, G. O. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. New York.


Van Nostrad Reinhold Company.

Anda mungkin juga menyukai