Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

STRUKTUR TUMBUHAN
“ARSITEKTUR TUMBUHAN MODEL RAUX”

DISUSUN OLEH:

NAMA : NELI ROSITA


NIM : 08041381722092

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Struktur Tumbuhan
tentang “Arsitektur Tumbuhan Model Raux” ini dengan baik. Tidak lupa juga kami
panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad SAW guna
selesainya laporan ini. Adapun maksud disusunnya makalah ini sebagai syarat
untuk mengetahui beberapa jenis arsitektur tumbuhan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh mata kuliah
Struktur Tumbuhan, yaitu Ibu Dra. Nina Tanzerina M.Si. yang telah membimbing
kami. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
amat sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan
penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri maupun bagi para pembaca.

Indralaya, 27 Februari 2018

Penulis

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mengkaji bentuk dan susunan
tubuh bagian luar tumbuhan, yaitu akar, batang, daun, bunga, dan biji. Khusus pada
batang, salah satu bagian yang dipelajari adalah pola percabangan yang selanjutnya
akan membentuk arsitektur pohon. Berkaitan dengan penerapan dalam konservasi
tanah dan air, konsep model arsitektur dipandang memiliki peranan penting dalam
proses transformasi dan translokasi air hujan yang berlangsung pada setiap pohon,
terutama dalam kawasan hutan. Peranan masing-masing pohon dengan model
arsitektur beragam akan berbeda pula dalam proses transformasi dan translokasi air
hujan. Sebagai contoh, vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah
tetapi besarnya penurunan laju erosi tanah tergantung pada
jenis dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut
(Arrijani, 2006).
Hutan kota dengan aneka vegetasi yang mengandung nilai-nilai ilmiah dapat
dijadikan laboratorium terbuka untuk sarana pendidikan dan penelitian mahasiswa,
tertutama dalam mempelajari pola percabangan pohon pada matakuliah morfologi
tumbuhan. Percabangan pohon merupakan diferensiasi
morfologi pada sumbu vegetatif dan arsitektur khusus untuk klasifikasi dan
interpretasi bentuk tumbuhan. Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang
tidak. Tumbuhan yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang
berbiji tunggal (Monocotyledoneae) (Hidayat, 1992). Pola percabangan batang
tumbuhan dibedakan atas tiga macam, yaitu pola percabangan monopodium, pola
percabangan simpodium, dan pola percabangan menggarpu atau dikotom
(Tjitrosoepomo, 2007).
Pola percabangan tumbuhan akan membentuk model arsitektur tumbuhan.
Arsitektur percabangan merupakan gambaran morfologi pada suatu fase tertentu
dari suatu rangkaian seri pertumbuhan pohon, nyata dan dapat diamati setiap waktu.
Konsep arsitektur menunjukkan sifatnya yang dinamis karena tumbuhan terus

Universitas Sriwijaya
berkembang menurut waktu dan ruang. Model arsitektur terlihat pada saat
tumbuhan yang masih muda dan tumbuh dengan baik (Hidayat, 1992).
Pada daerah tropis seperti Indonesia, air merupakan penyebab terjadinya erosi.
Oleh karena itu, model arsitektur pohon memiliki peranan yang sangat penting
terkait dengan keberadaan pohon tersebut dalam konservasi tanah dan air pada
suatu ekositem di daerah tropis. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008
tentang “Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan”, kriteria vegetasi untuk RTH pada sumber air baku/mata air yaitu relatif
tahan terhadap penggenangan air; daya transpirasi rendah; memiliki sistem
perakaran yang kuat dan dalam, sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan
infiltasi (resapan) air. Vegetasi ideal yang ditanam pada Hutan Kota pengaman
sumber air merupakan vegetasi yang tidak mengkonsumsi banyak air atau yang
memiliki daya transpirasi yang rendah (Hasanuddin, 2013).
Pengenalan vegetasi untuk identifkasi tumbuhan yaitu mengenal jenis
tumbuhan secara praktis melalui ciri-ciri morfologi pohon atau kenampakan dari
luar yang umum, khas dan mudah untuk diingat. Pengetahuan ini merupakan kunci
dalam upaya memahami dan mengambil langkah dalam kegiatan-kegiatan seperti
perkebunan, industri dan kehutanan. Kemampuan untuk mengenal secara cepat dan
tepat merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang tidak singkat serta
pengalaman tersendiri (Naemah et al., 2014).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa itu model arsitektur tumbuhan?
2. Apa itu arsitektur model raux?
3. Tumbuhan apa saja yang termasuk ke dalam arsitektur model raux?

1.3. Tujuan
Tujuan dari dibahas makalah ini antara lain:
1. Mengetahui model arsitektur tumbuhan
2. Mengetahui arsitektur model raux
3. Mengetahui tumbuhan yang termasuk ke dalam arsitektur model raux.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Arsitektur Tumbuhan


Arsitektur tumbuhan merupakan khas bagi setiap spesies untuk yang
menunjukkan dikontrol oleh genetik. Meskipun demikian juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan ketersediaan
nutrien. Model arsitektur suatu pohon mempengaruhi nilai aliran batang (stemflow)
dan curah tajuk (through fall), selanjutnya aliran batang dan curah tajuk
menentukan besarnya nilai aliran permukaan dan erosi tanah yang akan
menimbulkan kerusakan pada tanah tempat tersebut. Erosi tanah, sejauh ini
merupakan bentuk yang paling luas dari degradasi tanah (Hasanuddin, 2013).
Model arsitektur diterapkan untuk tumbuhan berhabitus pohon sebagai
gambaran dari salah satu fase dalam rangkaian pertumbuhan pohon tersebut. Setiap
jenis pohon memiliki ciri yang khas dalam rangkaian proses pertumbuhannya yang
diwariskan secara genetik pada keturunannya. Oleh karena sifatnya yang konsisten
maka model arsitektur pada setiap jenis pohon dapat dijadikan data tambahan dalam
membedakannya dengan jenis pohon lain (Arrijani, 2006).

2.2. Model Raux


Model Raux merupakan model arsitektur yang memiliki cirri batang
monopodium ortrotop dan simpodium namun lebih sering monopodium. Cabang
kontinu atau tersebar dan filotaksis batang adalah spiral. Model Raux merupakan
salah satu model arsitektur pohon dengan ciri batang bercabang, poliaksial atau
pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis vegetatif yang tidak
ekuivalen dengan bentuk homogen, heterogen atau campuran tetapi selalu
mempunyai perbedaan yang jelas antara batang dan cabang, aksis vegetatifnya
homogen (terdiferensiasi dalam bentuk aksis ortotropik dan plagiotropik atau aksis
majemuk, percabangan akrotonik dalam membentuk batang, bukan konstruksi
modular, seringkali dengan perbungaan lateral, batang monopodium dengan
pertumbuhan batang serta percabangannya berlangsung secara kontinu,
percabangan flagiotropik bukan karena aposisi, monopodial atau simpodial karena

Universitas Sriwijaya
substitusi, cabang dapat bertahan lama dan tidak menyerupai daun majemuk
(Arrijani dan Boy, 2006).

2.3. Tumbuhan Kedalam Arsitektur Model Raux


Tumbuhan yang termasuk kedalam arsitektur model Raux diantaranya
Azadirachta indica (Mimba), Polyalthia longifolia (Glodokan tiang), Canangium
odorata (Kenanga), Annona muricata (Sirsak) dan Azadirachta excelsa (Pohon
Sentang).

2.3.1. Mimba (Azadirachta indica Juss)


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonae
Sub kelas : Angiospermae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A.Juss

Morfologi:
Mimba (A.indica) merupakan tanaman dengan batang tegak dan didukung
oleh akar tunggang. Permukaan batangnya kasar, berkayu dan memiliki kulit kayu
yang tebal. Tinggi tanaman mimba bisa mencapai 30 meter dengan diameter
batang mencapai 2-5 meter dan diameter kanopi mencapai 10 meter. Tanaman
mimba tumbuh tahunan dan selalu hijau sepanjang tahun. Mimba terdiri dari
akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat,
permukaan kasar, dan berwarna coklat. Daun majemuk, letak berhadapan, bentuk
lonjong, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip,
panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna
hijau (Gambar 1). Buah bulat telur dan berwarna hijau. Biji bulat, diameter 1 cm,
dan berwarna putih. Mimba tumbuh baik di daerah panas, di ketinggian 1-700
meter dari permukaan laut dan tahan tekanan air (Kardinan, 2011).

Universitas Sriwijaya
2.3.2. Sentang (Polyalthia longifolia)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Polyalthia
Spesies : Polyalthia longifolia

Morfologi:
Pohon glodokan dapat tumbuh hingga ketinggian 15-20 meter. Tanaman
muda memiliki batang lurus dan memiliki cabang yang banyak. Cabang terpanjang
terlihat di dasar dan lebih pendek di akhir bagasi, memberikan penampilan mahkota
berbentuk kerucut. Daun panjang, hijau tua yang sempit dan glossy. Pisau daun
yang bulat telur-lonjong bulat telur untuk-lanset dengan margin bergelombang.
Vena retikular naik pada kedua permukaan daun. Bagian melintang daun melalui
pelepah menunjukkan mangkuk berbentuk bagian abaxial dan sisi bawah daun
lurus. Kedua lapisan epidermis bawah daun dan abaxial yang tunggal tipis sel kubus
berdinding berlapis. Sel-sel epidermis yang luas, poligonal, berdinding tipis dan
dinding lurus atau sedikit bergelombang. Sel-sel epidermis diikuti oleh 4-6 lapisan
sudut Sel collenchyma di kedua sisi.

Universitas Sriwijaya
Di wilayah pelepah, bundel vaskuler dikelilingi oleh cincin schlerenchymatous.
Selubung Bundle, xilem dan floem yang jelas terlihat perbungaan ketiak, fasciculate
dan tak lama pedunculate, racemose, atau umbelliform dan tetap, sebagian besar
banyak bunga. Bunga berwarna hijau pucat halus dengan kelopak bergelombang.
Bunga-bunga berlangsung selama waktu singkat, biasanya dua sampai tiga minggu
dan tidak mencolok karena warna mereka. sepal yang bulat telur-segitiga, di luar
itu tomentulose tapi di dalam gundul. Kelopak yang kuning kehijauan, sempit
segitiga-lanset. Benang sari adalah; connectives apical cembung. Karpel adalah 20-
25 jumlahnya dengan satu bakal biji per carpel; stigma yang sessile. Buah
ditanggung dalam kelompok 10-20, biasanya bulat telur di bentuk. Awalnya buah
berwarna hijau dalam warna tetapi ternyata ungu atau hitam saat matang. Biji
berwarna coklat pucat, bulat telur, dengan alur membujur (Merdekawati, 2015).

2.3.3. Kenanga (Cananga odoratum)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Anonaceae

Universitas Sriwijaya
Genus : Cananga
Spesies : Cananga odorata

Morfologi
Kenanga (Cananga odorata) termasuk kedalam suku Annonaceae. Jenis ini
umumnya dikenal sebagai pohon yang tingginya dapat mencapai 25 meter dengan
batang tegak dan kulit batang halus berwarna abu-abu. Daunnya berbentuk bulat
telur sampai lonjong, Panjang antara 10-20 cm, dengan ujung yang runcing dan tepi
bergelombang. Bunganya besar, berwarna kuning pucat, soliter atau bergerombol
dengan 2-6 bunga setiap gerombol. Buah berbentuk bulat telur sampai bulat telur
sungsang, berwarna coklat tua kehitaman sampai hitam waktu masak. Biji
berjumlah 6-12 (Bose et al., 1998 dalam Handayani, 2008).

2.3.4. Sirsak (Annona muricata)


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonae
Sub kelas : Angiospermae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Anonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata Linn
Morfologi

Universitas Sriwijaya
Daun berbentuk bulat lonjong atau lanset, tulang daun menyirip, ujung daun
meruncing, tepi daun rata, pangkal daun meruncing, berwarna hijau muda sampai
hijau tua dan permukaan daun mengkilap, letak daun berhadapan, panjang tangkai
daun ± 5 mm. Daun sirsak lebar dan agak tebal dengan bau spesifik langu. Batang
berwarna coklat, berkayu, bulat, dan bercabang. Tanaman sirsak lebih menyerupai
tanaman semak atau perdu dengan batang keras. Tinggi tanaman mencapai 5-6
meter. Pohon sirsak tingginya bisa mencapai 10 meter, dengan diameter batang 10-
30 cm. Batang sirsak dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan cara okulasi maupun sambung pucuk. Batang tanaman sirsak mempunyai
banyak cabang dan cabangnya mempunyai banyak ranting sehingga menjadikannya
rimbun. Kulit batang sirsak mudah dikupas sehingga memudakan untuk diokulasi
Tanaman ini mempunyai akar tunggang, berwarna coklat. Akar tanaman sirsak
cukup dalam karena dapat menembus tanah sampai ke dalaman 2 meter. Akar
samping cukup banyak dan kuat hingga baik untuk konservasi lahan yang miring
karena dapat mencegah erosi. Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak
putik sehingga dimanakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara
hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral atau
terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua lingkaran,
bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan dan
setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya (Tasirilotik, 2015).

2.3.5. Sentang
(Azadirachta excels)

Universitas Sriwijaya
BAB 3

Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah Arsitektur tumbuhan
merupakan khas bagi setiap spesies untuk yang menunjukkan dikontrol oleh
genetik. Meskipun demikian juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
cahaya, temperatur, kelembaban, dan ketersediaan nutrien. Model Raux merupakan
salah satu model arsitektur pohon dengan ciri batang bercabang, poliaksial atau
pohon dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan aksis vegetatif yang tidak
ekuivalen dengan bentuk homogen, heterogen atau campuran tetapi selalu
mempunyai perbedaan yang jelas antara batang dan cabang. Tumbuhan yang
termasuk kedalam arsitektur model Raux diantaranya Azadirachta indica (Mimba),
Polyalthia longifolia (Glodokan tiang), Canangium odorata (Kenanga), Annona
muricata (Sirsak) dan Azadirachta excelsa (Pohon Sentang).

3.2. Saran
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan oleh karena itu penulis
berharap masukkan untuk perbaikan selanjutnya. Arsitektur tumbuhan yang
dibahas dalam makalah ini hanya berfokus pada model Raux saja dan untuk
kedepannya bisa dilakukan pembahasana mengenai model-model lain yang
berkaitan dengan arsitektur tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
Arrijani. 2006. Korelasi Model Arsitektur Pohon Dengan Laju Aliran Batang,
Curahan Tajuk, Infiltrasi, Aliran Permukaan Dan Erosi (Suatu Studi Tentang
Peranan Vegetasi dalam Konservasi Tanah Dan Air pada Sub-DAS Cianjur-
Cisokan Citarum Tengah. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Arrijani dan Boy J. A. 2006. Model Arsitektur Pohon pada Hulu DAS Cianjur Zona
Sub-Montana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal Matematika,
Sains, dan Teknologi. 7(2): 71-84.

Handayani, T. 2008. Studi Perilaku Perkecambahan Biji Dan Morfologi


Pertumbuhan Semai Kenanga (Cananga odorata Lam. Hook. f.et. Thompson).
Buletin Kebun Raya Indonesia. 11(1): 23-29.

Hasanuddin. 2013. Model Arsitektur Pohon Hutan Kota Banda Aceh sebagai
Penunjang Praktikum Morfologi Tumbuhan. Jurnal EduBio Tropika. 1(1): 38-
44.

Hidayat, E. B, 1992. Morfologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi ITB.

Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati sebagai Kearifan Lokal dalam


Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(4): 262-278.

Merdekawat, R. P. 2015. Jumlah Dan Ukuran Stomata pada Daun Glodokan


(Polyalthia longifolia) Di Jalan Tun Abdul Razak Dan Di Area Kampus Uin
Alauddin Makassar. Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar.

Naemah, D., Payung D., Zairin N M., dan Yuniarti. 2014. Model Arsitektur Pohon
Jenis Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) Di Taman Hutan Rakyat
(Tahura) Sultan Adam. Jurnal Hutan Tropis. 2(2): 170-175.

Tasirilotik, F. C. E. N. 2015Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata


L.) sebagai Bahan Pestisida Organik terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit.
Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai