Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERENCANAAN LANSKAP

PERAN FLORA DALAM PERENCANAAN LANSKAP

Nama Kelompok :

1. Muhammad Zulfan Yahya 20180210065


2. Dewi Mustika Rahmadani 20180210079
3. Adi Susanto 20180210090
4. Yoga Adi Wijaya 20180210091
5. Nadimah Tsania Mahsa 20180210092
6. Muhammad Arya Mudawy 20180210099

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019/2020
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Forman & Godron (1979), lanskap adalah suatu lahan heterogen
dengan luasan tertentu yang terdiri dari sekelompok/kumpulan (cluster) ekosistem
yang saling berinteraksi; kumpulan tersebut dapat ditemukan secara berulang dalam
suatu wilayah dengan bentuk yang sama. Perencanaan lanskap merupakan suatu
sistem perencanaan lingkungan spasial yang komprehensif.
Secara konsep, perencanaan lanskap paling tidak mencakup dua hal, pertama
secara struktural, komposisi dan konfigurasi suatu lanskap yang ada di dalamnya dan
kedua adalah secara fungsional peran komponen-komponen di dalam suatu lanskap
untuk mencipatakan ekosistem lanskap. Perencanaan lanskap harus difokuskan pada
multi-functionality dari lanskap dengan menggunakan premis tataguna lahan yang
berkelanjutan. Investigasi yang menjadi landasan dari perencanaan harus didasarkan
atas pengetahuan tentang seluruh sumberdaya alam seperti tanah, air, udara (iklim),
flora dan fauna, budaya dan sejarah, ekonomi dan komponen estetika dari lanskap
sehingga dapat mengkaji keberlanjutan dari tataguna lahan saat ini dan yang
diusulkan dalam hubungannya dengan kapasitas lingkungan dan harus mampu
menentukan batas dan peluang bagi sistem interaksi manusia dan alam dalam konteks
spasial. Konsep dan disain merupakan tahap pemecahan fisik secara arsitektural
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, yang meliputi konsep ruang, sirkulasi,
utilitas, dan tata hijau. Tahap disain merupakan tahap final dari pemecahan masalah
disain yang nantinya menjadi dasar bagi rancangan detail (Gold, 1988).
Tujuan akhir perencanaan lanskap paling tidak ada dua hal, pertama,
menciptakan lanskap yang multi fungsi: mampu menyediakan dan memelihara
kondisi yang diperlukan untuk berbagai kepentingan (tujuan) baik untuk manusia
maupun mahluk hidup lain. Kedua, preservasi elemen lanskap yang mempunyai nilai
sejarah atau penciptaan elemen baru yang revolusioner (radikal) yang merupakan
hasil perpaduan antara konsep tataguna lahan berkelanjutan dan kreasi (ide) dalam
perancangan lanskap.

2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Peran flora dalam membentuk lanskap?

C. Tujuan
1. Mengetahui peran flora dalam membentuk lanskap.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi merupakan elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang
tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan
bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk,
tekstur, warna dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah
makhluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat
tumbuhnya. (Hakim dan Utomo, 2003).

Berdasarkan fungsinya dalam lanskap secara umum, Hakim (1991)


mengemukakan bahwa tanaman dapat berfungsi sebagai:

a Pengontrol pemandangan ( Visual control )


b Penghalang secara fisik ( Physical Bariers )
c Pengontrol iklim ( Climate Control )
d Pelindung dari erosi ( Erotion Control )
e Memberikan nilai estetika ( Aesthetics Values )

Fungsi di atas dapat dipenuhi dengan melakukan pemilihan dan penataan


tanaman sesuai karakter masing-masing tanaman.

Karakteristik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya.


Bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian
dan kesendiriannya. Penataan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari
perencanannya tanpa melupakan fungsi dari pada tanaman yang dipilih. Pada
peletakan ini harus pula dipertimbangkan keseimbangan dalam desain (unity). Jadi,
dalam perencanaannya tanaman lanskap, pemilihan jenis tanaman merupakan faktor
penting. (Hakim dan Utomo, 2003).

Pada dasarnya, elemen pembentuk dari desain lanskap adalah softscape dan
hardscape, Softscape adalah elemen desain lanskap berupa tanaman hidup. sedangkan
hardscape adalah elemen desain lanskap yang berupa non-tanaman atau benda mati.
Tanaman adalah segala jenis tetumbuhan yang sengaja ditanam di suatu tapak dengan

4
tujuan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan tumbuhan adalah makhluk
tetumbuhan hidup, baik sengaja ditanam maupun tumbuh dengan sendirinya.
Softscape yang berupa tanaman diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Rumput dan Groundcovers/Tanaman Penutup Tanah (GC); merupakan
semua tanaman yang pada kondisi normal dan dewasa dapat tumbuh
mencapai ketinggian 30-300 mm dari tanah. Adapun fungsinya sebagai:
1. penutup permukaan yang dapat mengendalikan erosi pada dataran
landai
2. membentuk pola tertentu bila dilihat dari atas (parterre)
3. menyerap panas, lembab dan debu serta mengendalikan erosi.
b. Perdu dan Semak; merupakan semua jenis tanaman yang pada kondisi
normal dan dewasa dapat tumbuh mencapai ketinggian 500-5000 mm dari
tanah. Adapun fungsinya adalah:
1. Semak yang tumbuh rendah dapat diatur sebagai pembagi ruang, lebih
sebagai pemisahan fisik ketimbang visual.
2. Semak-semak yang lebih besar yang tumbuh sebatas mata akan
membentuk ruang-ruang tegas.
3. Semak-semak dapat ditanam dalam bentuk alamiahnya untuk diperoleh
bunganya ataupun buahnya,dapat digunting dan dipangkas ke dalam
bentuk-bentuk tertentu (Topiari & Espalier)
c. Pohon; merupakan semua jenis tanaman yang pada kondisi normal dan
dewasa dapat tumbuh melebihi ketinggian 5000 mm dari tanah.

Dari tiga kategori tanaman tersebut dapat kita lihat bahwa rumput dan GC
adalah jenis tanaman yang dapat berfungsi sebaga lantai dan border pembentuk
ruangan. Beberapa jenis rumput yang pendek dan tahan injak dapat berfungsi sebagai
lantai. Beberapa jenis GC yang lebih tinggi dan tidak tahan injak berfungsi sebagai
tanaman border yang membentuk ruangan dan mengarahkan sirkulasi manusia. Perdu
dan semak rendah (tinggi 500-1000 mm) juga dapat berfungsi sebagai border.
Sedangkan semak dan perdu sedang (1000-1500 mm) dan tinggi (1500-5000 mm)

5
dapat berfungsi sebagai dinding. Pohon pendek (5000-10.000 m) dan semak tinggi
dapat berfungsi sebagai dinding. Tetapi biasanya pohon berfungsi sebagai atap.

6
III. PEMBAHASAN

A. Flora sebagai Faktor Pembentuk Lanskap


Flora atau vegetasi adalah material lanskap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman,
tekstur, dan warna selama masa pertumbuhan dari tanaman tersebut (Firmansyah,
2011). Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang
dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman jadi dalam perancangan lanskap,
tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik
tanaman. Vegetasi merupakan elemen utama dalam landsekap, tidak ada lanskap
tanpa elemen vegetasi.
Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam melakukan
pemilihan jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor iklim. Tanah berfungsi sebagai
tempat menyediakan unsur hara bagi tanaman, daerah serapan air, dan tempat tumbuh
tanaman. Sedangkan faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah suhu, intensitas
cahaya, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-faktor iklim tersebut
sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman.
Vegetasi dapat berperan sebagai fungsi esteteika. Aido (2019) menyatakan
bahwa nilai esetika dari tanaman didapat dari perpaduan antara warna (daun, batang,
bunga), bentuk fisik tanaman (batang,percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala
tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari
satu tanaman atau sekelompok tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis
tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan elemen lanskap lainnya. Warna dari
suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang
jatuh pada tanaman tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna cerah
memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut
memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis tanaman dengan
berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis.
Tanaman dapat menciptakan lingkungan yang nyaman, segar harum, menyenangkan,
dan sebagainya.

7
Penggolongan tanaman yang ditanam dalam penghijauan di dalam kota dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat hidupnya yaitu, pohon, perdu, semak dan penutup
tanah (rerumputan). Selain itu, dapat juga digolongkan berdasarkan habitatnya atau
umumnya ditanam, sebagai tanaman pelindung jalan, tanaman dibantaran kali,
tanaman penutup tanah, dan sebagainya. Pohon atau perdu dapat berdiri sendiri
sebagai elemen skluptural pada lanskap atau dapat digunakan sebagai enclosure,
sebagai tirai penghalang pemandangan yang kurang baik, menciptakan privasi,
menahan suara atau angin, memberi latar belakang suatu obyek atau memberi
naungan yang teduh di musim panas. Rumput tidak hanya digunakan sebagai elemen
permukaan, tetapi dapat juga digunakan sebagai penahan erosi serta memberi
berbagai variasi warna dan tekstur.
Dalam kehidupannya manusia membutuhkan oksigen (O2) untuk bernafas
demi keberlangsungan kehidupannya. Setiap orang membutuhkan oksigen 2,9 kg/hari
atau 0.12 kg/jam (Iwan, 2008). Kebutuhan oksigen ini harus dapat terpenuhi oleh
flora atau vegetasi dengan berbagai jenis yang ada dilanskap baik berupa ruang
terbuka hijau, taman maupun hutan. Selai manusia hewan juga sengat bergantung
pada adanya vegetasi tersebut.
Vegetasi atau tumbuh – tumbuhan, selain mempunyai nilai estetika juga dapat
mejerap aerosol (debu). Tanaman dapat ditata dan dipilih sebagai alternatif mengatasi
permasalahan perkotaan saat ini, yang berpotensi terjadinya penurunan kualitas udara
yang berdampak terjadinya pemanasan global.

8
IV. KESIMPULAN

Flora merupakan faktor utama dalam pembentukan lanskap, flora berperan


sebagai fungsi estetika, penahan erosi serta penyokong kehidupan makhluk lainnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aido aleiso. 2019. Element dasar pembentuk lanskap.


https://www.academia.edu/35080376/Elemen_Dasar_Pembentuk_Lanskap.
Diakses tanggal 24 februari 2020

Firmansyah. 2011. Metode Assessment Deskriptif Kualits Visual Lanskap Kampus


Di Indonesia. Jurnal Tata Loka. VOL:13. No: 3.

Forman & Godron. 1979. Ecosystem and Landscape. Academic Press, New York.
601 pp. (1998 edition, Rutgers University Press).

Gold, S.M. 1988. Recreation Planing and Desain. Mc Graw-Hill Book Company.
Toronto. 134 hlm.

Hakim, R. 1991. Arsitektur lanskap manusia, alam dan lingkungan. Universitas


Trisakti. Jakarta. 203 hlm

Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap:


Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm

Iwan ismaun. 2008. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Reklamasi Jakarta Internasional
Resort. Jurnal Arsitektur Lanskap. Vol:2. No:1.

10

Anda mungkin juga menyukai