Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR

Pendahuluan

Pada era tahun 1950 –1960, kecepatan komputer sangat rendah dan disertai juga dengan
keterbatasan dari media penyimpan, sehingga tentunya berakibat juga dengan keterbatasan dalam
penulisan program-program komputer. Namun di era saat ini, dengan kecepatan komputer yang
cukup handal demikian juga ketersediaan dari media penyimpan yang cukup handal dan besar,
serta didukung juga dengan perkembangan bahasa pemrograman yang ada sehingga kita dapat
dengan mudah membuat suatu program. Permasalahan yang timbul dalam pembuatan program
tersebut adalah bagaimana kita dapat memahaminya, sehingga apabila terdapat perubahan yang
akan dilakukan kita dapat memperbaikinya secara mudah. Hal ini tentu saja harus kita perhatikan
terutama apabila kita melihat dari biaya yang harus dikeluarkan dalam pembuatan program
tersebut.
Istilah Pemrograman Terstruktur (Structured Programming) mengacu dari suatu
kumpulan tehnik yang dikemukan oleh Edsger Dijkstra. Dengan tehnik ini akan meningkatkan
produktifitas programmer, dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam penulisan (write),
pengujian (test), penelusuran kesalahan (debug) dan pemeliharan(maintain) suatu program. Pada
pembahasan berikut ini kita akan melihat bagaimana tehnik ini yang pendekatan yang dilakukan
secara modular, dapat membantu kita dalam membangun suatu program.

Pemrograman Secara Modular

Dalam pemrograman secara modular, suatu program akan dipilah kedalam sejumlah
modul, dimana setiap modul menjalankan fungsinya sendiri. Tentunya fungsi yang dijalankan
oleh setiap modul sangat terbatas sesuai dengan ruang lingkup yang akan dikerjakan. Dengan
adanya sejumlah modul program ini tentu saja kesalahan yang timbul dapat dikurangi.
Setiap program tentu akan memiliki program utamanya, yang kemudian akan memanggil
sejumlah modul-modul yang ada.

Implementasi dari pendekatan secara modular

Pemrograman secara modular ini dapat diimplementasikan dengan penggunaan


subroutine, suatu kelompok instruksi yang menjalankan suatu pengolahan yang sifatnya terbatas
seperti pencetakan, pembacaan untuk proses input atau untuk proses penghitungan.

……………………… SUB Gambaran dari proses transfer ke dan dari suatu subroutine
……………………… ………………….
……………………… …………………. Keterangan :
……………………… ………………….
CALL SUB ………………….
……………………… RETURN
Path dari pemanggilan pertama
………………………
……………………… Path dari pemanggilan kedua
………………………
CALL SUB
………………………
………………………
………………………

Pemrograman Terstruktur Hal : 1


Subroutine dapat dikelompokkan menjadi internal subroutine dan external subroutine, berikut ini
penjelasannya:

Internal Subroutines

Adalah bagian dari suatu program yang digunakan. Dideklarasikan cukup sekali saja, untuk
sejumlah proses yang sama akan dilakukan oleh program tersebut. Program akan memanggil
subroutines tersebut jika diperlukan dan apabila telah selesai, kontrol selanjutnya dikembalikan
ke instruksi berikutnya.
Instruksi yang mengendalikan kontrol transfer ke suatu subroutine umumnya dikenal sebagai call
dan return.

External Subroutines

Diletakkan secara terpisah dari program yang menggunakan subroutine tersebut. Subroutine ini
dideklarasikan supaya bisa dipakai oleh program yang lain. Untuk menggunakannya tentu
seorang programmer harus mengetahui dimana ? , apa namanya ?, bagaimana pengiriman datanya
?, bagaimana jawaban yang akan diperoleh ?. Subroutine ini biasanya digunakan untuk
pemrosesan yang komplek, yang dibutuhkan oleh banyak user.

Masalah Yang dihadapi dalam Pendekatan Modular

Masalah yang timbul misalnya tidak mengetahui modul mana yang harus digunakan, data
apa yang harus dikirimkan dsb-nya. Hal ini dapat dimaklumi karena tugas seorang programmer
tentu akan berbeda dengan programmer yang lainnya. Oleh karena itu dalam tahap perencanaan
fungsi-fungsi dari suatu modul harus dapat dimengerti secara jelas, dan tentu saja harus mengikuti
suatu standar yang telah ditentukan.

TOP-DOWN PROGRAMMING

Pendekatan ini sangat berguna sekali dalam perencanaan suatu program bersifat modul.
Dalam pendekatan ini pertama-tama kita mendefinisikan modul untuk program utama, yang
merupakan program yang pertama kali dieksekusi, memanggil modul yang lain dan kemudian
menghentikan eksekusi program. Jika fungsi yang akan dikerjakan terlalu komplek, maka modul
ini harus dipecah kedalam sejumlah modul-modul yang ada dibawahnya.

Structure Charts

Digunakan sebagai alat bantu perencanaan dalam top-down programming. Sering juga
disebut sebagai hierarchy/hierarchical/chart/visual table of content (VTOC). Tidak ada standar
untuk structure chart dan digunakan untuk menggambarkan seluruh komponen yang ada.
Bujur sangkar menggambarkan modul dan diidentifikasikan dengan sebuah angka,
dimana angka nol untuk menandakan program utama (main program). Modul ini menggambarkan
keseluruhan program dan ditandai oleh level-0, sedangkan dibawah adalah level-1 dan seterusnya.
000
main program module Level-0 module

100 200 300 Level-1 module


load tables process transactions print final cost

Pemrograman Terstruktur Hal : 2


Meng-identifikasi Modul

Nama modul adalah deskripsi singkat dari modul tersebut. Identifikasi dari sebuah modul
juga memuat angkanya. Sebagai contoh pada gambar modul “200 process transaction”
mempunyai 5 buah fungsi subordinat yaitu :
- Reading transaction record
- Reading master record
- Updating inventory level
- Writing master record
- Printing error message

000
update inventory
file

100 200 300


load product process print final totals
table transaction

110 120 260


read table record store table data write line

210 220 230 240 250


read transaction read master update inventory write master print error
record record level record message

260
write line

Contoh gambar structure chart untuk program pengupdate-an file nventory

Modul 210 – 250 juga termasuk level-2 seperti juga modul 110 dan 120. Modul 260 adalah modul
perkecualian. Sebuah modul dapat memiliki sebuah subordinat modul, jika modul itu juga
menjadi subordinat paling sedikit satu buah modul.

Me-review Structure Chart

Sesudah sebuah structure chart dipersiapkan, kemudian direview kembali untuk memastikan
kelengkapan dan strukturnya. Review ini dilakukan mulai dari level teratas hingga level
terbawah. Peranan user (pemakai program tersebut) harus disertakan untuk dapat melihat segala
sesuatu yang dibutuhkan.

Pemrograman Terstruktur Hal : 3


Structure Chart dan Flowchart

Dalam structure chart digambarkan fungsi yang akan dilakukan dan relasi antar modul-
modul, sedangkan informasi yang diperlukan untuk peng-coding-an sangat sedikit. Didalamnya
tidak digambarkan langkah-langkah setiap pemrosesan maupun kondisi-kondisinya. Sehingga
flowchart umumnya dipersiapkan juga. Namun karena logika dari modul-modul itu sangat
sederhana, sehingga memungkinkan untuk melakukan peng-coding-an tanpa harus menggunakan
flowchart. Demikian juga untuk user lebih mudah untuk mengertinya.

Programming Structure

Salah satu sasaran dalam men-desain program terstruktur adalah mengurangi


kebingungan yang dihasilkan dari penggunaan percabangan atau perintah go-to.
Dalam pemrograman terstruktur tidak digunakan lagi perintah go-to. Ada tiga bentuk
yang digunakan yaitu : Sequence Structure, Loop Structure dan Selection Structure.

Sequence Structure

Dalam sequence structure, instruksi dieksekusi berdasarkan urutannya. Dimulai dari


bagian atas dan diakhiri di bagian bawahnya.
Bujur sangkar dapat menggambarkan operasi :
- Input dan Output
- Operasi aritmatika
- Operasi pemindahan data dalam memori komputer
Dalam sequence structure tidak diperkenankan penggunaan kotak keputusan.

Instruksi-1

Instruksi-2

Instruksi-3

Loop Structure

Loop (iteration) structure menggambarkan perulangan dari satu atau lebih instruksi.

kondisi True
Instruksi-1
…………

False

Pemrograman Terstruktur Hal : 4


Selection Structure

Dalam struktur ini terdapat sejumlah perintah yang dikerjakan tergantung dari kondisi yang
dipenuhinya. Seperti juga dengan sequence dan dan loop structure, terdapat single entry point dan
single exit point.

kondisi True
Instruksi-1
…………

False

Instruksi-2
…………

Referensi diambil dari :

La Budde, Keith, Structured Programming Concept, MCGraw-Hill Book Company.

Pemrograman Terstruktur Hal : 5


1. Compiler atau Kompilator adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mengubah source code /
kode pemrograman menjadi bahasa mesin agar dapat dijalankan oleh komputer.

Kompilator itu sendiri, bertugas menerima kode sumber dan menghasilkan bahasa tingkat rendah
(bahasa assembly)

Linker, berfungsi menerima berkas objek keluaran assembler yang kemudian digabungkan dengan
pustaka-pustaka yang diperlukan dan menghasilkan program yang bisa dieksekusi (executable),
atau Linker juga bisa disebut sebagai suatu program yang menterjemahkan program objek
(bereksention OBJ) ke bentuk program eksekusi (berekstension EXE atau COM)

Assembler, yang menerima keluaran kompilator dan menghasilkan berkas objek dalam bahasa mesin

2.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari sebuah kompilator , antara lain :
1. Kecepatan dan Waktu proses kompilasi
Waktu proses kompilasi adalah waktu yang di butuhkan pada saat kita menunggu hasil kompilasi. Mutu ini
di pengaruhi oleh:
· Penulisan Algoritma Kompilator
Adalah algoritma yang di gunakan untuk menuliskan program kompilator itu. Misalnya sebuah kompilator
lebih cepat melakukan kompilasi di bandingkan lainnya, hal ini di sebabkan karena pembuatan algoritma
oleh para pemrogramannya lebih baik saat membuat kompilator tersebut.
· Kompilator Pengkompilasi
Adalah sebuah program khusus yang menghasilkan kompilator tersebut. Contoh pembuatan Turbo Basic
tentu saja tidak menggunakan bahasa Basic tetapi menggunakan bahasa lain dan di kompilasi dengan
kompilator lain.
Gambar pembuatan kompilator menggunakan Kompilator Pengkompilasi.

2. Mutu Program Objek ( Program hasil dari proses kompilasi )


Mutu suatu program objek ditentukan oleh ukuran dan kecepatan eksekusi dari program objek.
Contoh : Perbandingan antara Turbo Pascal 5 dan Turbo Pascal 6, di mana Turbo Pascal 6 lebih baik dari
pada Turbo Pascal 5 bila program objek ( exe ) yang di hasilkan berukuran lebih kecil dan lebih cepat di
eksekusi. Hal ini di pengaruhi oleh fungsi translasi yang di gunakan oleh kompilator tersebut ( cara untuk
melakukan perubahan dari source kode ke object kode ).
3. Intregated Environment
Merupakan fasilitas – fasilitas terintegrasi yang di miliki oleh kompilator tersebut. Misalnya untuk
melakukan editing, debugging, testing. Intregated Enviroment biasa di sebut juga IDE ( Integraterd
Development Environment ).
Contoh : Dengan menggunakan CLIPPER ( CLIPPER.EXE ) kita harus melakukan penyuntingan dengan
menggunakan suatu program editor (PE.EXE) yang terpisah dari kompilatornya, sedangkan pada Turbo
Pascal ( TURBO.EXE ) kita bisa melakukan penyuntingan sekaligus kompilasi dan debug dalam satu
lingkungan pemrograman.
Compiler adalah suatu program komputer yang mengubah source code dalam bahasa
pemrograman ke dalam bahasa mesin. Penterjemahan source code dengan compiler dilakukan
dengan 2 tahapan. Tahap pertama adalah parsing, yaitu pembuatan kode objek. Tahap kedua
adalah linking, yaitu penggabungan kode objek dengan library (perpustakaan).
Interpeter adalah suatu program yang metnerjemahkan instruksi dalam bahasa tingkat tinggi ke
dalam bahasa tingkat menengah. Pertama, intrepeter akan mengeksekusi source code yang dibuat
oleh programmer, kemudian intrepeter menterjemahkan source code tersebut ke dalam bahasa
mesin. Setelah source code diterjemahkan, mesin dapat memahami instruksi yang diberikan
sehingga mesin akan melakukan instruksi tersebut.
Perbedaan antara compiler dan interpeter adalah sebagai berikut :
Interpreter menterjemahkan baris per baris. Sedangkan compiler, menterjemahkan seluruh
instruksi sekaligus. Selanjutnya hasil terjemahan bisa dijalankan secara langsung, tanpa
tergantung lagi oleh program sumber atau compilernya.
Pada interpreter, penyusunan program relatif lebih cepat dan bisa langsung diuji sekalipun masih
ada beberapa kesalahan secara kaidah dalam program. Sedangkan pada compiler, proses
pembuatan dan pengujian membutuhkan waktu relatif lebih lama, sebab ada waktu untuk
mengkompilasi (menerjemahkan) dan ada pula waktu untuk melakukan proses linking.
Compiler membutuhkan linker untuk menggabungkan kode objek dengan berbagai macam
library demi menghasilkan suatu kode yang bisa dijalankan oleh mesin.
Sedangkan interpreter tidak butuh linker untuk menggabungkan kode objek.
Pada interpreter, kode program tidak dapat dirahasiakan. Sedangkan pada compiler, kode
program bisa dirahasiakan, sebab yang dieksekusi adalah program yang dalam bentuk kode
mesin.
Bahasa pemrograman yang menggunakan compiler adalah Visual Basic, Fortran, Cobol, Pascal,
dan C. Sedangkan bahasa pemrograman yang menggunakan interpreter yaitu PHP, ASP, dan Perl
MODUL PEMBELAJARAN K3LH
JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

A. KEGIATAN BELAJAR

KEGIATAN BELAJAR 1
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan Dasar-dasar keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Menyatakan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Menerapkan Praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Mengatur Merapihkan Area tempat kerja

b. Uraian Materi
1. Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja

Mengapa sebagian besar orang khawatir dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan berasal dari kata dasar selamat.Selamat diartikan terhindar dari bahaya,tidak
mendapat gangguan,sehat tidak kurang suatu apapun. Menurut WJS Poerwadarminta :
Keselamatan diartikan keadaan perihal terhindar dari bahaya, tidak mendapat gangguan,sehat
tidak kurang suatu apapun.

Pekerja terkadang tidak merasa bahwa keselamatan dan kecelakaan itu saling
bersinggungan,didalam bekerja harus selalu berfikir bagaiman kita dapat mengantisipasi agar
dapat mengurangi resiko kecelakaan.

Lakukanlah sesuatu dengan mengharapkan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan harus


sesuai dengan standar Operasional Prosedur (SOP). Keselamatan dalam menangani
bahaya/resiko harus sesuai dengan SOP keselamatan dalam penggunaan peralatan dan
melakukan suatu pekerjaan dengan keadaan sehat. Keselamatan kerja dalam bahasa Inggris
adalah WORK SAFETY mempunyai fungsi mencegah kecelakaan ditempat tenaga kerja
melakukan pekerjaan.

Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.(
UU tanggal 19 Nopember 1969 ketentuan –ketentuan pokok mengenai tenaga kerja pasal 1 ).

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan ,tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap,dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber.

Yang diatur oleh undang-undang ialah Keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik
didarat, di dalam tanah, dipermukaan air, didalam air serta diudara.,yang berada dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia (pasal 2 Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, tanggal 12 januari 1970 )

Kesehatan berasal dari kata sehat.Sehat menurut World Health Organization (WHO). Health is
state of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease
and infirmity. Sehat menurut Hanlon mencakup keadaan pada diri seseorang secara
menyeluruh untuk tetap mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiolologis maupun
psikologis penuh. UU no 2 tahun 1960,tentang pokok-pokok kesehatan ,pasal 2 disebutkan
bahwa yang dimaksud kesehatan ialah meliputi kesehatan badan,rohaniah(mental)dan
social,dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan –kelemahan
lainnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sehat tersebut mencakup : 1. sehat
secara jasmani 2. sehat secara mental/rohani 3. sehat secara sosial.

Sehat secara jasmani dapat dilihat secara physical (penampilan ) yaitu :


 Dapat melakukan aktifitasnya dengan baik misal makan, minum, berjalan dan bekerja.
 Penampilan baik misalnya cara berpakaian, berbicara
 Dapat menggunakan sarana dan prasarana kerja dengan baik sesuai aturan.
Sehat secara mental (rohani) dapat dilihat dari bagaimana seseorang yaitu :
 Menentukan prioritas dengan memilah milah yang benar dan berguna dalam kehidupan,
 Menghargai dan memberi hadiah diri sendiri atas tindakan,sikap,dan pikiran yang positif,
 Menjalankan hidup kerohanian dengan teratur,
 Mengasihi sesama dengan memberi bantuan dalam bentuk nasehat, moril /materil,
 Berfikir kedepan dan mengantisipasi bagaimana cara menghadapi kesulitan
 Berbagi pengalaman dan masalah dengan keluarga, teman
 Mengembangkan jaringan sosial/kekeluargaan.

Sehat secara sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :


 Urbanisasi
 Pengaruh kelas sosial
 Perbedaab ras
 Latar belakang etnik
 Kekuatan politis
 Ekonomi

Setiap orang dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian masing-masing.
Siswa merupakan aset yang paling berharga bagi sekolah. Oleh karena itu agar siswa dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik,maka perlu waspada agar berusaha dalam keadaan
keselamatan dan kesehatan yang baik.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :


1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan –kemungkinan buruk yang mungkin terjadi
akibat kecerobohan pekerja/siswa
2. Memlihara kesehatan para pekerja/siswa untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal
3. Mengurangi angka sakit/angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang diakibatkan oleh
sesama kerja
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan sefisien

Ruang lingkup keselamatan kesehatan kerja pada dasarnya ada 3 aspek Yaitu :
1). Aspek Pekerja /Siswa
Kesehatan para pekerja/siswa di perusahaan/disekolh harus dijaga dengan
baik,karena untuk peningkatan kinerja sehingga menjadi tenaga yang produktif dan
profesional. Tugas dan tanggung jawab pekerja/siswa adalah 1). Mempelajari dan
melaksanakan aturan dan instruksi keselamatan kerja, 2). Memberikan contoh cara
kerja yang aman kepada pekerja baru/siswa yang kurang berpengalaman, 3).
Menunjukkan kesiapan dan minat untuk mempelajari dan melatih diri terhadap
keselamatan kerja pada setiap tugas pekerjaan

2). Pekerjaan
Pekerjaan dapat diselesaikan bila ada pekerja.Namun para pekerja /siswa tidak
banyak berarti apabila pekerjaan yang dilaksanakan tidak diperlakukan sesuai
dengan aturan/presedur yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan untuk : a).
Mencegah dan menghindarkan terjadinya kecelakaan. b). Menjaga mutu pekerjaan.
c). Tidak menurunkan produksi d). Tidak merusak angota badan e).
Mengadakan latihan–latihan terhadap para pekerja /siswa daidalam bidang khusus.

Kecelakaan-kecelakaan itu disebabkan kaarena persoalan teknis dan sebagian besar


disebabkan karena kelelahan.Kelelahan dapat menimbulkan efek buruk terhadap
jasmani maupun arohani.Efek buruk terhadap jasmani disebut EXHAUSTION,
sedangkan efek buruk terhadap rohani disebut NEURASTHENI.
Usaha untuk mencegah /memperkecil kecelakaan dapat dilakukan dengan cara : a).
Mengadakan pengaturan tata cara kerja ,antara lain melakukan penjadualan yang
baik dan jam kerja rasional serta adanya istirahat berkala diantara jam kerja.
b).Menerapkan dan mematuhi peraturan sekolah atau perundangan –undangan
lamanya jam kerja. c). Menerapkan rolling kerja

3). Tempat bekerja


Tempat bekerja merupakan bagian yang penting bagi suatu perusahaan/sekolah,
secara tidak langsung tempat bekerja akan berpengaruh pada kesenangan,
kenyamanan, dan keselamatan dari pda pekerja/siswa. Keadaan atau suasana yang
menyenangkan (Comfortable) dan aman (safe) akan menimbulkan gairah
produktifitasa kerja.

Usaha-usaha kesehatan yang perlu dilakukan terhadap tempat kerja secara umum
adalah menerapkan hygiene dan sanitasi tempat kerja secara khusus antara lain : a).
Penerangan/pencahayaan dalam ruangan kerja /workshop harus disesuaikan /diatur
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. b). Pengontrolan udara dalam ruangan kerja.
c). Suhu ruangan dalam ruangan kerja. d). Tekanan udara dalam ruangan kerja. e).
Pencahayaan.
2. Hukum Keselamatan ,kesehatan kerja

Ketentuan –ketentuan pokok mengenai tenaga kerja ,diatur dengan Undang-undang tanggal 19
Nopember 1969, dimana tercantum pada pasal 10 : Pemerintah membina perlindungan kerja
yang mencakup : a). Norma keselamatan kerja ( UU no 1 tahun 1970,) b).Norma kesehatan
kerja higiene perusahaan ( PMP no 7 tahun 1964 )

Perusahaan /sekolah kejuruan secara hukum berkewajiban untuk menghilaangkan atau


mengurangi resiko /kecelakaan kerja sekecil mungkin. Ketika pekerja/sekolah dalam keadaan
penuh tekanan, atau bekerja dalam suasana yang sangat sibuk tidaklah mudah untuk
menerapkan keamanan kerja. Namun dalam keadaan apapun pekerja /sekolah harus tetap
memperhatikan dan menerapkan keselamatan kesehatan kerja sebagai perioritas.

Untuk melaksanakan tujuan tersebut perusahaan /sekolah kejuruan harus menyediakan atau
membuat panduan keselamatan kesehatan kerja, dimana tugas pekerja /siswa adalah
menggunakan peralatan dan mengaplikasikan dalam kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak
perusahaan / sekolah.

Perusahaan /sekolah wajib menyediakan alat-alat pelindungan keselamatan kesehatan kerja


seperti : pakaian kerja/jas lab, sandal jepit, sepatu plastik, masker, sarung tangan, kaca mata,
kotak P3K dan isinya, alat pemadam kebakaran, tangga, tempat sampah, alat-alat kebersihan
dan sebagainya.Semua pekerja siswa wajib mengetahui tempat alat pemadam kebakaran,
kotak P3K dan mengetahui cara penggunaannya. Untuk mencegah kecelakaan kerja, semua
pekerja /siswa harus mentaaati seluruh peraturan dan tata cara pemakaian alat kerja yang telah
ditentukan yang berpedoman pada undang-undang yang berlaku. Perlu diingatkan bahwa akibat
yang ditimbulkan dari kelalaian dapat menyebabkan pekerja /siswa diberhentikan dari
pekerjaan/sekolah atau diberi peringatan. Oleh karena itu sebaiknya pekerja/siswa selalu
berhati-hati dalam setiap mengerjakan tugasnya,dengan mematuhi dan melaksanakan instruksi-
instruksi tentang pemakaian alat-alat pelindung keselamatan kesehatan kerja. Tempat kerja
dipelihara kebersihan serta kerapihannya untuk menjaga kesehatan bersama.

3. Menerapkan praktik Keselamatan kesehatan kerja

Bagi perusahaan /sekolah maupun pekerja/siswa dimanapun berada didalam lingkungan


kegiatan suatu pekerjaan ,hendaklah menerapkan K3 merupakan hal yang sangat penting
dengan berpedoman sebagai berikut :
1. Pengusaha menyediakan alat-alat pelindungan keselamatan kerja sesuai dengan kegitan
suatu pekerjaan misalnya pakaian kerja /jas lab, sarung tangan, masker, dan sebagainya
2. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ,semua pekerja harus mentaati seluruh
peraturan dan tata cara pemakaian alat kerja dengan berpedoman pada UU no 1 tahun
1970.
3. Alat-alat pemadaman kebakaran harus ditempatkan ditempat yang mudah terlihat dan
terjangkau,diberi cat berwarna merah.
4. Semua pekerja/siswa wajib mengetahui tempat alat-alat pemadam kebakaran dan
mengetahui cara penggunaannya.
5. Benda-benda yang mudah terbakar harus diperhatikan keamanannya serta dilakukan
tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
6. Bila terjadi kebakaran ,pluit/tanda bahaya atau tanda khusus lainnya harus segera
dibunyikan ,dan para pekerja/siswa yang berada ditempat kejadian, harus berusaha
memadamkan api.
7. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, dimana setiap pekerja/praktikan diwajibkan
memakai alat pengaman sesuai peralatan yang digunakan, dan sebelum menutup ruangan
laboratorium/bengkel setiap hari, teknisi dan instruktur diwajibkan untuk memeriksa mesin,
kran gas, kompor gas dan peralatan lainnya yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
8. Kelengkapan alat P3K harus ditempatkan ditempat yang mudah terjangkau, dan harus
tetap diperiksa serta dilengkapai isi kebutuhan sesuai ketentuan P 3 K
9. Segera memberi pertolongan pertama pada setiap kecelakaan sesuai dengan tata cara
yang semestinya dilakukan.
10. Tempat kerja harus memperoleh penerangan yang cukup,dan sebelum meninggalkan
laboratorium /bengkel,periksa dan matikan semua instalasi yang berkaitan dengan mesin
kecuali untuk penerangan.

4. Merapihkan area dan tempat kerja


Menjaga/memelihara area dan tempat kerja membutuhkan perhatian dan kewaspadaan yang
terus menerus, satu upaya penyelamatan tergantung pada unjuk kerja setiap pekerja/siswa yang
bekerja ditempat trersebut.Kecelakaan sangat mudah terjadi, maka dari itu setiap bekerja dan
selesai bekerja dimana tempat kerja perlu dirapihkan, seperti uraian tugas berikut :
1). Kesehatan kerja
a. Tempat kerja pekerja dipelihara kebersihan dan kerapihannya, untuk kesehatan
bersama, misalnya dilarang meludah dilantai, dilarang membuang sampah disembarang
tempat, membersihkan meja kerja dan peralatan yang dipakai,
b. Setiap pekerja harus mematuhi dan melaksanakan instruksi-instruksi tentang pemakaian
alat-alat pelindung K 3 yang disediakan.
c. Setiap pekerja yang mengetahui pekerja lain menderita penyakit menular seperti lepra,
syphilis, kolera, TBC, demam berdarah, muntaber dan sebagainya, harus segera
melapor kepada pimpinan untuk segera diambil langkah-langkan pencegahan.

2). Menyelenggarakan penyegaran udara


Agar sirkulasi udara di tempat kerja bersih dan segar dengan baik, maka debu-debu pada
mesin dan jendela harus bersih, pintu dan jendela harus dalam keadaan terbuka, di ruang
laboratorium dipasang fan agar udara bersih selama ada kegiatan/praktek.

3). Memelihara kebersihan kesehatan dan ketertiban


a. Bengkel/laboratorium harus tetap dalam keadaan bersih, baik sesudah maupun sebelum
digunakan praktek, untuk instruktur perlu mengatur grup piket kebersihan.
b. Bengkel/laboratorium harus menyiapkan tempat penampungan sementara bahan-bahan
sisa praktekum sebelum dibuang ketempat pembuangan
c. Air buangan /sisa bahan pencuci lainnya harus ditampung pada tempat tertentu yang
dibuat untuk itu
d. Air buangan sisa bahan proses/pencucian yang mengandung zat kimia tidak boleh
langsung dibuang kesaluran /sungai tanpa dinetralisir terlebih dahulu
e. Setiap orang yang berada di bengkel/laboratorium harus mentaati tatatertib yang
berlakau dan menggunakan peralatan sesuai prosedur
f. Zat-zat/bahan yang disiapkan dan setelah digunakan harus dalam keadaan bersih dan
tertutup, disimpan dilemari zat/obat yang telah disediakan
g. Alat-alat dan meja kerja setelah digunakan harus dibersihkan oleh praktikan dan piket .

4). Mengamankan pengangkutan bahan dan peralatan


a. Pemasukan dan pengeluaran bahan dan peralatan ke dan dari laboratorium/gudang
harus mendapat persetujuan kepala laboratorium/instruktur/toolman, yang dilakukan
dengan penuh kecermatan dan ketelitian
b. Untuk kelancaran dan keselamatan bahan dan peralatan yang keluar masuk
laboratorium/yang dipakai, maka diwajibkan untuk menyiapkan cara/prosedur
peminjaman dan pengembalian yang khusus

5). Pencegahan bahaya aliran listrik


a. Pemeriksaan dan perawatan sekring, fitting, saklar, sistem pertahanan dan kabel
sambung aliran listrik harus dilakukan secara berkala
b. Jika kabel kelistrikan rusak, maka harus diganti oleh orang yang mempunyai keahlian
sejenis agar terhindar dari bahaya
c. Bila ada mesin yang tidak jalan /trabel segera matikan dan laporkan kepada
guru/instruktu/toolman untuk dicek dan selanjutnya diperbaiki
d. Bila menggunakan peralatan listrik seperti setrika, mixer, dryer, kompor listrik, periksa
terlebih dahulu dan jangan sekali-kali memakai alat tersebut jika terdapat kerusakan.
Bila alat digunakan jangan sekali-kali meninggalkan tanpa ditunggui ketika sedang
dihubungkan dengan listrik. Bila alat sedang digunakan terjadi hubungan pendek segera
matikan dan segera cabut kabel saluran listrik dari stop kontak dinding

6. Penataan ruang bengkel.


Penataan ruang bengkel atau tempat kerja disebut juga penataan ruang alat dan
persediaan. Dimana ditinjau dari tujuannya yaitu:
1). Berhubungan dengan fasilitas, sbb:
a. Penyediaan serta pengaturan yang baik dari fasilitas /peerlengkapan perbaikan yang
diperlukan untuk proses pengerjaan.
b. Mengurangi sekecil mungkin waktu menganggur dan waaktu menunggu dalam
penggunaan peralatan.
c. Penghematan pemakaian ruangan /tempat kerja untuk digunakan secara efektif.
d. Mengurangi sebanyak mungkin kerugian investasi (perencanaan modal) dalam
peralatan atau fasilitas lainnya.
e. Memungkinkan perawatan /pemeliharaan yang baik terhadap semua fasilitas
peralatan perbaikan.
f. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan apabila ada perubahan.

2). Berhubungan dengan tenaga kerja, sbb:


a. Perencanaan penggunaan tenaga kerja seefisien mungkin.
b. Mengurangi resiko kecelakaan kerja yang sesuai dengan kemampuannya.
c. Penempatan tenaga kerja/siswa yang sesuai dengan bidang kemampuannya.
d. Membuat suasana kerja yang menyenangkan dan harmonis.
e. Memperhatikan kondisi kesehatan pekerja/siswa saat bekerja.
b. Memungkinkan penempatan ruang kepala bengkel/instruktur yang tepat.
3). Berhubungn dengan bahan, alat dan spare part, sbb :
a. Pengaturan cara peyimpanan bahan, alat, spare part sebaik mungkin agar
pemakaian lantai ruangan sehemat mungkin
b. Pengaturan tata letak mesin sesuai SPM yang berlaku dan disesuaikan urutan
proses/pekerjaan, agar menghemat lantai ruangan dan efektif, efisien waktu
c. Menghindari hal-hal yang dapat merusak baahan, alat, dan spare part
d. Menghindari terjadinya kehilangan bahan, alat dan spare part
e. Menghindari kecelakaan dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh bahan

4). Dibuatkan denah ruangan untuk mempermudah akses pengawasan dan


pemeliharaan .
c. Rangkuman
Keselamatan berasal dari kata dasar selamat.Selamat diartikan terhindar dari bahaya,tidak
mendapat gangguan,sehat tidak kurang suatu apapun. Menurut WJS Poerwadarminta :
Keselamatan diartikan keadaan perihal terhindar dari bahaya, tidak mendapat gangguan,sehat
tidak kurang suatu apapun.

Keselamatan kerja dalam bahasa Inggris adalah WORK SAFETY mempunyai fungsi mencegah
kecelakaan ditempat tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan ,tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap,dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber.
. UU no 2 tahun 1960,tentang pokok-pokok kesehatan ,pasal 2 disebutkan bahwa yang
dimaksud kesehatan ialah meliputi kesehatan badan,rohaniah(mental)dan social,dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan –kelemahan lainnya. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sehat tersebut mencakup : 1. sehat secara jasmani
2. sehat secara mental/rohani 3. sehat secara sosial.
Ruang lingkup keselamatan kesehatan kerja pada dasarnya ada 3 aspek Yaitu :
1.Pekerja/siswa
2.pekerjaan
3.Tempat kerja
Perusahaan /sekolah wajib menyediakan alat-alat pelindungan keselamatan kesehatan kerja seperti :
pakaian kerja/jas lab, sandal jepit, sepatu plastik, masker, sarung tangan, kaca mata, kotak P3K dan
isinya, alat pemadam kebakaran, tangga, tempat sampah, alat-alat kebersihan dan sebagainya.Semua
pekerja siswa wajib mengetahui tempat alat pemadam kebakaran, kotak P3K dan mengetahui cara
penggunaannya. Untuk mencegah kecelakaan kerja, semua pekerja /siswa harus mentaaati seluruh
peraturan dan tata cara pemakaian alat kerja yang telah ditentukan yang berpedoman pada undang-
undang yang berlaku.
Penataan ruang bengkel atau tempat kerja disebut juga penataan ruang alat dan persediaan. Dimana
ditinjau dari tujuannya yaitu:
1). Berhubungan dengan fasilitas
2). Berhubungan dengan tenaga kerja
3). Berhubungn dengan bahan, alat dan spare part
4). Dibuatkan denah ruangan untuk mempermudah akses pengawasan
dan pemeliharaan

Kecelakaan merupakan gangguan yang memusnahkan, setidak-tidaknya menghambat atau


merugikan investasi, rencana kerja dan juga rencana hasil kerja. Alangkah baiknya apabila sikap dan
tindakan mencegah kecelakaan dikerjakan bersama-sama ,pemimpin dan yang dipimpin atau
semua yang berada ditempat itu wajib mencegah terjadinya kecelakaan. Tanggung jawab atas
ketenangan dan keselamatan dalam bengkel terletak pada setiap orang yang berada diruang itu.

Program keselamatan kesehatan kerja yang baik adalah program yang terpadu dengan pekerjaan
sehari-hari (Rutin ),dan pelaksanaannya yang diatur sesuai undang-undang yang berlaku, sehingga
sukar dipisahkan satu sama lainnya. Begitu pula tata laksana /penataan bengkel merupakan suatu
penunjang yang utama dalam ketertiban jalannya pemakaian alat-alat, mesin dan perlengkapan
lainnya.Tata laksana /penataan bengkel yang tertata rapih, bersih dan nyaman sesuai dengan
kenyataan akan membawa kearah ketenangan semua manusia yang berkepentingan dengan
bengkel itu. Dengan demikian tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai .

d. Tugas
1. Kumpulkan data dari internet mengenai program Keselamatan dan kesehatan
kerja diperusahaan tekstil

e. Tes Formatif
1. Jelaskan arti keselamatan dan kesehatan ?
2. Jelaskan pengertian keselamatan kerja ?
3. Sebutkan tujuan dari keselamatan kerja ?
4. Sebutkan 3 aspek ruang lingkup keselamatan kesehatan kerja ?
5. Bagaimana memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban kerja pada area tempat kerja ?

GURU MATA DIKLAT

APRIANTO, S.KOM
Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu peringatan bahaya K3 di tempat kerja
yang bermanfaat sebagai manajemen visual di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai