Tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih
Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya
mereka berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg
tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya Christina
Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan lain-lain.
Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk
berusaha merebut benteng Zeeeland.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon
dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan
mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-
besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya
tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon.
Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina
Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok
makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal
Januari tahun 1818.
Mengapa perlawanan di Sumatra Barat disebut Perang Padri? Istilah Padri berasal dari
kata Padre yang berarti Ulama. Pada mulanya perang Padri merupakan Perang
Saudara antara para Ulama berhadapan denegan Kaum Adat. Setelah Belanda ikut
campur yang semula membantu kaum adat berubahlah perang itu menjadi perang
Kolonial.
Pertentangan antara Kaum Padri dan Kaum Adat itu dapat dikemukankan sebab-
sebabnya sebagai berikut :
Kaum Adat adalah kelompok masyarakat yang walaupun telah memeluk agama
islam namun masih teguh memegang adat dan kebiasaan-kebiasaan lama yang
bertentangan dengan ajaran Islam.
Contoh :
Menurut adat Minangkabau, warisan diberikan menurut aturan Matrilineal (menurut garis
Ibu).
Menurut hukum Islam maka pembagian warisan itu berdasarkan garis patrilineal (garis
keturunan ayah). Sedangkan kebiasaan lama yang buruk dan bertentangan dengan
agama adalah berjudi, menyabung ayam serta meminum minuman keras. Salah
seorang pemimpin kaum Adat ialah Datuk Sati.
Kaum Padri adalah kelompok masyarakat Islam di Sumatra Barat yang telah
menunaikan ibadah haji di Mekkah serta membawa pandangan baru.
Terpengaruh oleh gerakan Wahabi mereka berusaha hidup sesuai dengan ajaran
Al’quran dan Hadist, berusaha melakukan pembersihan terhadap tindakan-
tindakan masyarakat yang menyimpang dari ajaran tersebut. Beberapa tokoh
kaum Padri adalah Haji Miaskin, Haji Sumanik, Haji Piobang. Tokoh lainnya
adalah Malin Basa ( terkenal dengan nama Imam Bonjol), Tuanku Mesiangan,
tuanku Nan Renceh dan Datok Bandaharo.
Pada bulan April tahun 1821 terjadi pertempuran antara kaum Padri melawan
Belanda dan kaum Adat di Sulit Air dekat danau Singkarak.
Belanda mengirimkan tertaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf dan
berhasil menduduki Batusangkar dekat Pagaruyung lalu mendirikan benteng
yang bernama Fort Van der Capellen.
Pada tahun 1824 dan 1825 terjadi perjanjian perdamaian antara Belanda dengan
kaum Padri di Padang yang pada pokoknya tidak akan saling menyerang.
Tahun 1825-1830
Pada periode ini Belanda juga sedang menghadapi perang Diponegoro sehingga
perjanjian perdamaian di atas sangat menguntungkan Belanda. Untuk
menghadapi Kaum Padri, Belanda membangun benteng disebut Fort de Kock
(nama panglima Belanda) di Bukittinggi.
Tahun 1831-1837
Sejak tahun 1831 kaum Adat bersatu dengan kaum Padri untuk menghadapi Belanda.
Pada tanggal 25 Oktober 1833 Belanda menawarkan siasat perdamaian dengan
mengeluarkan Plakat Panjang yang isinya sebagai berikut :
Imam Bonjol tetap waspada dengan siasat Belanda itu. Setelah tahun 1834 terjadi lagi
serangan sasaran utama serangan Belanda adalah benteng Bonjol yang dapat
direbutnya pada tanggal 16 Agustus 1837. Belanda mengajak Imam Bonjol berunding
namun kemudian ditangkap. Ia dibawa ke Batavia lalu dipindahkan ke Miinahasa sampai
wafatnya tahun 1864 dalam usia 92 tahun. Perlawanan dilanjutkan oleh Tuanku
Tambusai yang dapat dikalahkan Belanda tahun 1838.
1