Anda di halaman 1dari 11

RUANG LINGKUP PENGINDEKSAN SUBJEK

KELOMPOK 1:

ANGGIE ASTRIA WANDA SARAGIH (0601162017)


RIZQON JADIDAH PASARIBU (0601163056)
SAMIRA WULANDARI (0601163057)
WINDA TRIANA (0601163049)

DOSEN PENGAMPUH : EKA EVRIZA, S. Sos, M. I.Kom

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur sebanyak-banyaknya kepada


Allah Swt. Atas segala karunia yang Dia berikan kepada hambanya dan
kepada kami khususnya, sehingga kami bisa menyusun Makalah
Pengindeksan Subjek, dan juga kepada RasulNya, Nabi Muhammad
Saw. kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala perjuangan
beliau yang didedikasikan untuk umatnya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengindeksan Subjek. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui bagaimana proses yang dilakukan oleh pustakawan mengenai
cara dan tahap-tahap dalam pengindeksan subjek untuk suatu bahan
pustaka.

Tentu saja makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan dalam tata penulisan dan gaya bahasanya. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan sangat kami harapkan agar dapat
memperbaiki kekurangan dan kesalahan tersebut kedepannya.

Medan, 22 Maret 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN


A.Pengertian Pengindeksan Subjek....................................... 2
B.Kegiatan Pengindeksan Subjek.......................................... 2
C.Prinsip Pengindeksan Subjek............................................. 3
D.Prosedur dalam Pengindeksan Subjek............................... 3

BAB III: PENUTUP


A.Kesimpulan ............................................................................ 7
B.Saran.................................................................................. 7

Daftar Pustaka...................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Untuk mencari informasi yang relevan, maka digunakan pola kelas


atau kelompok subjek. Pencarian informasi ini berawal dari adanya
permintaan dari pengguna karena membutuhkan informasi dan ditelusuri
melalui nama-nama subjek, seperti pengarang, judul, dan sebagainya.
Yaitu pengindeksan subjek yang merupakan kegiatan pendeskripsian
isi dokumen dengan memilih istilah yang paling tepat sehingga
mempermudah pencarian. Pengindeksan subjek juga merupakan bagian
dari proses pengolahan dokumen/bahan pustaka di perpustakaan.
pengindeksan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat wakil dokumen
sehingga memudahkan pencarian isi dokumen yang relevan dengan suatu
permintaan. 
Dalam berbagai literatur perpustakaan, pengindeksan mempunyai
banyak arti.dan tujuanya hanya untuk mendukung proses temu kembali
informasi. Istilah pengindeksan yang biasa digunakan dikalangan
perpustakaan adalah pengatalogan sebagai proses penyusunan catalog
yang juga sering disebut indeks (Wynar dalam Lk. Somadikarta 1997),
yaitu petunjuk atau kunci koleksi perpustakaan.
Pengindeksan subjek ini faktanya tidak mudah sebab sering sekali
subjek yang terdapat dalam sebuah bahan pustaka bersifat kompleks. Perlu
sekali bagi pustakawan dibekali pengetahuan mendasar tentang struktur
konsep dan menguasai jenis-jenis subjek yang terdapat dalam bahan
pustaka.
Apapun model perpustakaannya, baik perpustakaan konvensional
atau perpustakaan digital tetap diperlukan kegiatan indexing, untuk
mengelola dan mengolah dokumen- dokumen agar setelah disimpan bisa
ditemukan kembali dengan mudah dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGINDEKSAN SUBJEK


Menurut Nining Sudiar, dkk (2016:58), menurut bahasa Latin, indeks
merupakan daftar kata atau istilah yang dianggap penting (Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, 2008:583). Sedangkan arti subjek sendiri adalah pokok bahasan
(Kamus Pusat Bahasa, 2008:583).
Sudut pandang Clevelend sendiri (2001:97) pengindeksan adalah proses
identifikasi satuan informasi dalam sebuah catatan pengetahuan, baik itu
berbentuk teks ataupun tidak teks dan pengorganisasian nilai-nilai informasi untuk
pencarian file.
Menurut Ir. Yuyu Yulia dalam modul pembelajarannya (2014:1.6)
Pengindeksan merupakan proses yang berkaitan dengan masukan pada sistem
informasi, seperti yang dilakukan dalam pengindeksan mendeksripsikan materi
pustaka dari segi fisik dengan ketentuan pengarang, judul, penerbit, dan
sebagainya, dan analisis subjek serta klasifikasi. Hasil akhir dari pengindeksan ini
adalah sarana temu kembali informasi diantaranya adalah katalog perpustakaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengindeksan subjek yaitu dokumen
ataupun file yang ditandai dengan istilah dari pengindeksan sebuah subjek yang
masing-masing entri berbeda-beda.
Menurut B. C. Vickery (2015:48) fungsi indeks subjek di atas semuanya
praktis: ini adalah alat kerja yang dirancang untuk membantu pengguna
menemukan jalannya tentang informasi yang terdokumentasi dalam bidang subjek
tertentu. Setiap sistem pengindeksan dan klasifikasi harus dinilai berdasarkan nilai
praktisnya bagi pengguna, bukan oleh kesesuaiannya dengan seperangkat prinsip
abstrak.

B. KEGIATAN PENGINDEKSAN SUBJEK


Dalam melakukan pengindeksan subjek, kita perlu memperhatikan
kegiatan apasaja yang harus dilakukan untuk melakukan proses pengindeksan
subjek ini. Menurut Hope A. Olson (2001:87), Proses dalam kegiatan
pengindeksan subjek melibatkan tiga langkah:
1. Menentukan tentang konten isi subjek atau subjek,
2. Analisis konseptual untuk memutuskan aspek item mana yang harus
diwakili dalam catatan bibliografi
3. Penerjemahan konsep atau aspek ke dalam kosakata yang terkendali,
sehingga menciptakan titik akses (International Organization for
Standardization 1985).

C. PRINSIP PENGINDEKSAN SUBJEK


Adapun prinsip-prinsip dalam pengindeksan subyek, yaitu:
 Pengindeksan subyek merupakan salah satu penunjang utama
dalam proses penemuan kembali informasi
 Sistem penemuan kembali informasi yang baik mampu
menyampaikan informasi relevan dari dokumen yang ada
 Pengindeksan terjadi pada tahap masukan sistem informasi
 Pengindeksan mencakup proses pencatatan ciri-ciri dokumen yang
penting, analisis isi, klasifikasi dan ppembuatan entri catalog

D. PROSEDUR DALAM PENGINDEKSAN SUBJEK


Menurut Nining Sudiar,dkk (2016:59) prosedur yang harus dilakukan
adalah:
a. Analisis Subyek
Kegiatan analisis subyek merupakan kegiatan yang harus dilakukan untuk
menentukan subyek sebuah bahan pustaka. Ada tiga hal yang mendasar perlu
dikenal pengindeks dalam menganalisis subyek yakni jenis konsep dan jenis
subyek.
1. Jenis Konsep
Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep yaitu:
a) Disiplin ilmu
Menurut Darwis Sembiring (2014:43) disiplin ilmu merupakan istilah
yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Ekonomi,
pendidikan, filsafat umpamanya adalah disilin-disiplin yang merupakan bidang
atau cabang ilmu pengetahuan.
Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
- Disiplin fundamental
Meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Para ahli berbeda
pendapat dalam menetapkan disiplin fundamental ini. Ada tiga kelompok disiplin
fundamental yang diakui oleh banyak ahli yaitu ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu
alamiah dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
- Subdisiplin
Merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental. Misalnya
biologi, kimia, fisika adalah subdisiplin dari disiplin fundamental ilmu-ilmu alam.
b) Fenomena
Fenomena merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian dari
disiplin ilmu. Misalnya sebuah buku berjudul psikologi anak. Dalam judul
tersebut terdapat dua konsep yaitu psikologi dan anak. Psikologi merupakn
sebuah disiplin ilmu, sedangkan anak merupakan fenomena yang menjadi objek
atau sasarannya.
c) Bentuk
Bentuk merupakan cara suatu objek disajikan. Bentuk dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu:
- Bentuk fisik yaitu sarana yang digunakan dalam menyajikan dalam suatu
objek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah, vita rekaman, CD dan lain-
lain.
- Bentuk penyajian yaitu bentuk pengaturan atau organisasi isi bahan
pustaka. Ada tiga bentuk penyajian yaitu bentuk penyajian menggunakan
lambang-lambang, bentuk penyajian yang menunjukkan tata susunan
tertentu dan bentuk penyajian yang ditujukan untuk kelompok tertentu.
- Bentuk intelektual yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu
subyek. Misalnya buku yang berjudul psikologi pendidikan, tentu dalam
buku tersebut hal yang lebih diutamakan adalah pendidikan sedangkan
psikologi adalah bentuk intelektualnya.
2. Jenis Subyek
Menurut Darwis Sembiring (2014: 44) Dalam penganalisisan sebuah
subyek bahan pustaka, seorang pustakawan harus benar-benar melakukannya
dengan berhati-hati dan memperhatikan jenis-jenis subyek yang ada. Kesalahan
dalam pengkategorian subyek akan mempengaruhi keakuratan dalam
penetapannya, dan pada giliran akan mempengaruhi penggolongan bahan pustaka.
Secara umum, jenis subyek digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:
a. Subyek Dasar merupakan sebuah subyek tunggal yang hanya
terdiri dari satu disiplin ilmu atau subdisiplin saja. Misalnya
Pengantar Ekonomi yaitu yang menjadi subyek dasarnya
Ekonomi.
b. Subyek Sederhana merupakan sebuah subyek yang terdiri atas
subyek dasar yang disertai dengan faset. Faset diartikan sebagai
subkelompok kelas yang terjadi disebabkan oleh stu ciri
pembagian. Misalnya Pengantar Ekonomi Syariah terdiri dari
subyek dasar Ekonomi dan fasetnya Syariah.
c. Subyek Majemuk merupakan subyek yang terdiri atas subyek dasar
yang disertai dengan dua faset atau lebih diikuti dengan fokus-
fokusnya. Misalnya Hukum Adat di Indonesia. Subyek dasarnya
yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat (faset jenis)
dan Indonesia (Faset tempat).
d. Subyek Kompleks merupakan dua atau lebih subyek dasar yang
berinteraksi satu sama lain. Misalnya Pengaruh Agama Hindu
Terhadap Agama Islam. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu
Agama Hindu dan Agama Islam.

3. Faset
Menurut Darwis Sembiring (2014:45) faset diartikan sebagai subkelompok
kelas yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. S.R. Rhanganathan adalah
yang pertama kali mengenalkan kata faset dalam ilmu perpustakaan dan informasi
serta secara konsisten mengembangkan teori analisis faset. Menurutnya ada lima
faset yang mendasar yang dikenal dengan akronim P-M-E-S-T, yakni :
P = Personality (wujud)
M = Matter (benda)
E = Energy (kegiatan)
S = Space (tempat)
T = Time (waktu)

4. Proses Penerjemahan Kedalam Bahasa Indeks


Menurut Leon Shklar, setelah melakukan pengideksan subjek, langkah
yang terakhir yaitu proses penerjemahan kedalam bahasa indeks. Hasil dari
analisis subjek berupa konsep-konsep atau subjek yang masih dalam bahasa
alamiah (natural language). Oleh sebab itu perlu dilakukan penerjemahan dari
bahasa alamiah ke bahasa indeks yang dapat berupa bahasa indeks non-verbal
(notasi) dan bahasa indeks verbal.
Bahasa indeks adalah suatu kosa kata terdiri dari kata-kata atau notasi
untuk menyatakan materi subjek dokumen dalam suatu informasi dan materi
subjek keperluan informasi dari pengguna system informasi. Sinonim harus
ditentukan dengan bahasa terkendali.
Untuk melakukan proses penerjemahan kedalam bahasa indeks diperlukan
alat bantu berupa skema klasifikasi, daftar tajuk subjek dan thesaurus.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengindeksan subjek yaitu dokumen
ataupun file yang ditandai dengan istilah dari pengindeksan sebuah subjek yang
masing-masing entri berbeda-beda.
Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis subjek
adalah kegiatan atau proses penentuan subjek atau isi yang terkandung dalam
sebuah koleksi. Dalam kegiatan analisis subjek ada dua hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu jenis konsep dan jenis subjek. Jenis konsep terbagi menjadi 3
jenis yaitu fenomena, disiplin ilmu, dan bentuk penyajian. Sedangkan jenis subjek
dibedakan ke dalam 4 jenis yaitu subjek dasar, subjek sederhana, subjek
manjemuk, dan subjek kompleks.

SARAN
Setiap perpustakaan harus menggunakan dan paham terhadap
pengindeksan subjek supaya dapat menentukan subjek dari suatu dokumen dan
mempermudah proses temu kembali informasi. Sedangkan menurut Dadang
menyatakan bahwa Perpustakaan di Indonesia masih 50% yang melakukan proses
pengindeksan subjek. Untuk itu sebagai calon pustakawan kita diharuskan untuk
paham dan memperdalam mata kuliah mengenai pengindeksan subjek ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Sembiring, Darwis. 2014. Pengolahan Bahan Pustaka : Klasifikasi dan
Katalogisasi. Bandung : Yrama Widya
Siregar, Belling. 2015. Pengindeksan Subjek. Medan : USU
Yulia, Yuyu. 2014. Pengolahan Bahan Pustaka. Tanggerang Selatan :
Universitas Terbuka
Olson, Hope A. dan Jhon J. Boll. 2001. Subject Analysis in Online
Catalog. USA : Libraries Unlimited
Shklar, Leon, dan Richard Rosen. 2003. Web Application Architecture:
Principles, Protocols and Practices. Amerika Serikat: Wiley.

Jurnal :
Sudiar, Nining, dkk. 2016. Penyegaran Pola Pengindeksan Subjek. Jurnal
Pustaka Budaya. Vol. 3, No. 1
Victery, B.C. 2015. Systematic Subject Indexing. Journal of
Documentation. Vol. 11, Issue 1

Anda mungkin juga menyukai