Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Dosen Pengampu:
Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE, M. Si

Oleh:
Kelompok 4

Ni Komang Sonia Redista Anjaswari (2207511052)


Muhammad Guslam Fajar (2207511058)
Susi Nita Gulo (2207511063)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Pustaka dan Hipotesis” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu selaku dosen Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE, M. Si pengampu pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Ekonomi yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi seluruh pembaca serta bagi
kami sebagai penulis. Dan juga kami tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak atas kerja
sama dukungan dari segala pihak yang tidak bisa kami sebut satu-persatu.
Kami berharap makalah ini bisa dengan mudah dipahami oleh seluruh pembaca terkait
dengan materi kami tentang “Kajian Pustaka dan Hipotesis” sehingga dapat berguna dan dapat
memberikan manfaat untuk mengembangkan ilmu. Akhir kata saya memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Oleh karena itu saya juga sangat
mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.

Denpasar, 01 April 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 Review Literatur dalam Metodologi Penelitian ............................................................... 3

2.2 Deskripsi Teori dalam Metodologi Penelitian ................................................................. 4

2.3 Langkah - langkah Mendeskripsikan Teori Kerangka Berfikir ....................................... 5

2.4 Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berfikir dan Kerangka Konseptual ................. 7

2.5 Bentuk - Bentuk Hipotesis Penelitian .............................................................................. 9

2.6 Merumuskan Hipotesis.................................................................................................. 14

BAB III.................................................................................................................................... 18

PENUTUP............................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ilmiah adalah suatu usaha penyelidikan yang sistematis dan cermat tentang
suatu pokok persoalan atau subjek tertentu untuk menentukan atau memperbaiki fakta-fakta,
teori-teori, atau aplikasi. Suatu penelitian ilmiah bukanlah suatu kegiatan atau aktifitas yang
hanya mempersoalkan kepastian, tetapi ia juga ingin mencari berbagai alternatif jawaban suatu
masalah atau fenomena apakah dalam lingkup sosial maupun masalah-masalah laboraratoris.
Maka dari itu penelitian memiliki tujuan ingin menemukan prinsip-prinsip umum untuk
menafsirkan tingkah laku yang dapat digunakan untuk menerangkan dan mengendalikan
kejadian-kejadian dalam lingku pendidikan. Dalam menyusun penelitian diperlukan sumber-
sumber pengetahuan yang dapat dikelompokkan, yaitu ; pengalaman, otoritas, cara berfikir
deduktif, cara berfikir induktif, dan pendekatan ilmiah.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus melakukan survey secara sungguh-
sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam bidang yang diamatinya itu. Peneliti
harus berkecimpung dibidang penelitiannyanuga harus mengetahui bagaimana menemukan,
menyusun dan menggunakan kepustakaan dalam bidang mereka.
Namun, kebanyakan peneliti kurang memahami penyusun kajian pustaka dan
penyusunan hipotesis. Oleh karna itu, pada makalah ini akan dibahas tentang penyusunan
kajian pustaka dan penyusunan hipotesis.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan review literatur didalam sebuah penelitian?
2. Apa yang dimaksud dengan deskripsi teori dalam sebuah penelitian?
3. Bagaimana langkah untuk mendeskripsikan teori?
4. Apa yang dimaksud dengan kerangka berfikir?
5. Bagaimana langkah untuk menyusun kerangka berfikir dan kerangka
konseptual?

1
6. Apa saja bentuk-bentuk hipotesis penelitian?
7. Bagaimana cara merumuskan hipotesis?
1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini


adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu review literatur didalam sebuah penelitian
2. Untuk mengetahui apa itu deskripsi teori dalam sebuah penelitian
3. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk mendeskripsikan teori
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kerangka berfikir dalam sebuah
penelitian
5. Untuk mengetahui langkah - langkah penyusunan kerangka berfikir dan
kerangka konseptual
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk hipotesis penelitian
7. Untuk mengetahui cara merumuskan hipotesis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Review Literatur dalam Metodologi Penelitian

Review literatur adalah langkah penting dalam metodologi penelitian yang


bertujuan untuk menyusun dan mengevaluasi literatur yang relevan dengan topik penelitian.
Langkah-langkah dalam melakukan review literatur meliputi:
1. Menentukan tujuan review literatur
2. Mencari literatur yang relevan
3. Memilih literatur yang sesuai dengan kriteria tertentu
4. Menganalisis literatur yang dipilih
5. Menyusun review literatur dengan struktur yang jelas
Literatur ini bentuknya sangatlah beragam atau bisa dibilang bukan hanya buku
saja, tetapi juga ada yang dalam bentuk jurnal ilmiah, disertasi, tesis, dan sebagainya. Semakin
banyak literatur yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan untuk membuat karya tulis
ilmiah, maka karya tulis ilmiah yang dihasilkan menjadi optimal. Karya tulis ilmiah yang
dikerjakan dengan optimal, biasanya isinya akan lebih kompleks dan tetap mudah dipahami.
Untuk membuat literature review ini, seseorang perlu melakukan beberapa hal
terlebih dahulu, seperti membaca sekaligus memahami karya tulis yang ingin dianalisis,
mengkritik karya tulis tersebut, dan memberikan ulasan atau tanggapan terhadap karya tulis
atau literature tersebut. Maka dari itu, kegiatan literature review ini sangat identik dengan
mahasiswa atau dosen. Hal ini dikarenakan mahasiswa atau dosen biasanya akan mendapatkan
pekerjaan untuk melakukan literature review.
Pada umumnya, kegiatan membuat literature review ini memang sering dilakukan
oleh mahasiswa atau dosen. Adapun beberapa jenis literatur yang sering dikaji ketika
melakukan kegiatan literature review, seperti artikel ilmiah yang berasal dari jurnal ilmiah,
tesis, disertasi, paper atau makalah yang berasal dari seminal, buku teks (novel, cerpen, buku
non fiksi, dan sebagainya), dan laporan dari suatu organisasi yang memiliki tingkat
kepercayaan cukup tinggi.
Metode Literature Review :
1. Systematic Mapping Study
Systematic mapping study adalah jenis metode literature review yang di mana dalam
penulisannya dilakukan secara sistematis dan memakai langkah-langkah yang sudah

3
ditentukan sebelumnya. Dengan metode literature review ini, maka dalam memilih
karya tulis yang akan diteliti tidak bisa dilakukan secara subjektif, sehingga harus
dilakukan secara objektif.
2. Systematic Literature Review
Systematic literature review biasa disingkat menjadi SLR. Systematic literature review
adalah sebuah cara yang secara sistematis yang bertujuan untuk mengumpulkan,
kemudian menganalisis secara kritis dengan menyajikan data-data serta temuan yang
berasal dari berbagai macam penelitian lainnya.
Membuat literature review dengan metode systematic literature review biasanya
dilakukan secara berurutan atau secara sistematis. Dengan kata lain, literature review
dibuat mulai dari hal-hal yang paling mendasar kemudian baru mengerjakan hal-hal
yang kompleks.
3. Traditional Review
Metode kedua yang digunakan dalam membuat literature review adalah traditional
review. Traditional review adalah suatu metode yang biasa digunakan untuk membuat
literature review oleh para peneliti. Hasil dengan metode traditional review yang biasa
digunakan untuk membuat tinjauan pustaka ini sering kita temukan pada survey paper.
Oleh karena itu, literature review yang dihasilkan melalui metode ini lebih dikhususkan
fokus terhadap satu topik saja. Selain itu, karya tulis yang dipilih sudah diketahui
pembuatnya terlebih dahulu.
2.2 Deskripsi Teori dalam Metodologi Penelitian

Deskripsi teori dalam metodologi penelitian melibatkan pemaparan teori-teori yang


menjadi landasan penelitian. Langkah-langkah dalam melakukan deskripsi teori meliputi:
1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain buku-
buku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkalaabstrak disertasi dan tesis.
Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini antara lain ialah:
a) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian
yang diajukan.
b) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan
permasalahan yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
c) Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan
dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan memahami apa

4
yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa
konsep yang jelas.
d) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau ahli lain,
sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
e) Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti
akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga
hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat.
f) Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan
demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan
pemikiran yang kuat.
g) Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya, dan akan
terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau kekurangan-
kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain
untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan
defini operesional varaibel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka teorinya
dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan
hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian,
tetapi muncul berdasarkan landasan teori.
2.3 Langkah - langkah Mendeskripsikan Teori Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah struktur konseptual yang digunakan untuk mengorganisir


gagasan, teori, dan variabel dalam sebuah penelitian. Kerangka berfikir membantu peneliti
untuk memahami hubungan antara variabel, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
fenomena yang diteliti, serta merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Fungsi
Kerangka Berfikir dalam Penelitian Bisnis. Dalam konteks penelitian bisnis, fungsi utama dari
kerangka berfikir adalah sebagai berikut:

1. Membantu pemahaman terhadap fenomena yang diteliti.


2. Mengidentifikasi variabel-variabel yang relevan untuk diteliti.
3. Merumuskan hubungan antara variabel-variabel tersebut.
4. Memberikan landasan teoritis untuk analisis data dan interpretasi hasil.

5
Peran Teori dalam Membentuk Kerangka Berfikir

Teori-teori yang relevan dengan topik penelitian merupakan dasar dalam


membentuk kerangka berfikir. Teori-teori tersebut membantu peneliti untuk memahami
fenomena yang diteliti secara mendalam, mengidentifikasi variabel yang relevan, serta
merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian.

Hubungan Antara Kerangka Berfikir dengan Metode Penelitian

Kerangka berfikir dan metode penelitian saling terkait dalam sebuah penelitian.
Kerangka berfikir mengarahkan pemilihan metode penelitian yang tepat, sehingga metode
tersebut dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan dalam kerangka berfikir.

Adapun langkah-langkah mendeskripsikan Teori Kerangka Berfikir sebagai berikut :

● Identifikasi Masalah Penelitian

Langkah pertama dalam mendeskripsikan teori kerangka berfikir adalah dengan


mengidentifikasi masalah penelitian yang ingin diselesaikan. Masalah penelitian harus jelas,
spesifik, dan relevan dengan konteks bisnis yang diteliti.

● Tinjauan Pustaka

Setelah masalah penelitian diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan tinjauan


pustaka untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang topik penelitian. Tinjauan
pustaka melibatkan pencarian dan analisis terhadap literatur-literatur yang relevan dengan
topik penelitian.

● Pemilihan Teori yang Relevan

Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti dapat memilih teori-teori yang relevan dengan topik
penelitian. Teori-teori tersebut akan menjadi dasar dalam membentuk kerangka berfikir dan
merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian.

● Penyusunan Konsep-Konsep Utama

Setelah teori-teori terpilih, langkah selanjutnya adalah menyusun konsep-konsep utama yang
akan menjadi bagian dari kerangka berfikir. Konsep-konsep ini mencakup variabel-variabel
yang akan diteliti serta hubungan antara variabel-variabel tersebut.

6
● Pengembangan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

Langkah terakhir dalam mendeskripsikan teori kerangka berfikir adalah dengan


mengembangkan hipotesis atau pertanyaan penelitian berdasarkan konsep-konsep utama yang
telah disusun. Hipotesis atau pertanyaan penelitian ini akan diuji melalui pengumpulan dan
analisis data dalam penelitian.

2.4 Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berfikir dan Kerangka Konseptual

Adapun langkah - langkah penyusunan kerangka berfikir yaitu sebagai berikut :

● Menentukan Variabel Penelitian

Langkah pertama dalam menyusun kerangka berfikir adalah dengan menentukan variabel-
variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel ini harus relevan dengan masalah penelitian yang
telah diidentifikasi sebelumnya.

● Mengaitkan Variabel dengan Konsep-konsep Teoritis

Setelah variabel-variabel ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengaitkan variabel-variabel


tersebut dengan konsep-konsep teoritis yang telah disusun dalam kerangka berfikir. Hal ini
membantu peneliti untuk memahami hubungan antara variabel-variabel dan merumuskan
hipotesis atau pertanyaan penelitian.

● Mengatur Alur Logis dari Kerangka Berfikir

Langkah berikutnya adalah mengatur alur logis dari kerangka berfikir yang telah disusun. Alur
logis ini mencakup hubungan antara variabel-variabel, hipotesis atau pertanyaan penelitian,
serta landasan teoritis yang mendukung kerangka berfikir.

● Validasi Kerangka Berfikir melalui Diskusi dengan Ahli

Langkah terakhir dalam menyusun kerangka berfikir adalah dengan melakukan validasi
melalui diskusi dengan ahli. Ahli dapat memberikan masukan dan saran yang berharga untuk
memperbaiki dan menguatkan kerangka berfikir yang telah disusun.

Pengertian Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan representasi visual dari kerangka berfikir yang telah disusun.
Kerangka konseptual menggambarkan hubungan antara variabel-variabel, konsep-konsep

7
teoritis, dan hipotesis atau pertanyaan penelitian dalam sebuah diagram atau model. Komponen
Utama Kerangka Konseptual Komponen utama dari kerangka konseptual meliputi:

1. Variabel-variabel penelitian
2. Konsep-konsep teoritis
3. Hubungan antara variabel-variabel dan konsep-konsep teoritis
4. Hipotesis atau pertanyaan penelitian

Adapun langkah-langkah penyusunan Kerangka Konseptual

● Identifikasi Konsep-Konsep Utama

Tahap awal dalam penyusunan kerangka konseptual adalah mengidentifikasi konsep-konsep


utama yang akan menjadi fokus dalam penelitian. Konsep-konsep ini biasanya terkait erat
dengan variabel-variabel penelitian dan teori-teori yang relevan.

● Hubungkan Konsep dengan Variabel Penelitian

Setelah konsep-konsep utama teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menghubungkan


konsep-konsep tersebut dengan variabel-variabel penelitian. Hal ini membantu agar dalam
memvisualisasikan bagaimana konsep-konsep tersebut akan diukur dan diuji dalam penelitian.

● Jelaskan Hubungan Antara Konsep-Konsep

Setelah itu, jelaskan hubungan antara konsep-konsep utama dalam kerangka konseptual.
Apakah ada hubungan kausal antara konsep-konsep tersebut, ataukah ada variabel mediasi atau
variabel moderasi yang memengaruhi hubungan antara konsep-konsep tersebut?

● Sesuaikan dengan Teori-teori yang Ada

Pastikan bahwa kerangka konseptual yang dibuat sesuai dengan teori-teori yang sudah dikenal
sebelumnya dalam penelitian. Kerangka konseptual harus memiliki dasar yang kuat dari teori-
teori yang relevan dengan topik yang sedang diteliti.

● Sesuaikan dengan Metode Penelitian

Perhatikan juga bahwa kerangka konseptual harus sesuai dengan metode penelitian yang akan
digunakan. Misalnya, apakah kerangka konseptual ini akan diuji melalui pendekatan
kuantitatif, kualitatif, atau campuran dari keduanya?

● Visualisasikan dalam Bentuk Diagram atau Model

8
Langkah terakhir adalah memvisualisasikan kerangka konseptual dalam bentuk diagram atau
model. Ini membantu dalam memahami secara lebih intuitif hubungan antara konsep-konsep
utama, variabel-variabel penelitian, dan teori-teori yang digunakan.

Perbedaan Antara Kerangka Berfikir dan Kerangka Konseptual, meskipun seringkali


digunakan secara bergantian, namun terdapat perbedaan antara kerangka berfikir dan kerangka
konseptual. Kerangka berfikir lebih bersifat konseptual dan teoritis, sedangkan kerangka
konseptual lebih bersifat visual dan menggambarkan secara konkret hubungan antara variabel-
variabel dan konsep-konsep teoritis.

2.5 Bentuk - Bentuk Hipotesis Penelitian

Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo
(hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis
adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar
berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban
dari masalah yang diajukan. Ia mungkin timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti
atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.
Pada bagian lain, Margono (2004: 67) pun mengungkapkan pengertian lainnya
tentang hipotesis. Ia menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang
akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik,
hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Di dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung pada
penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan
pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.
Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang sebenarnya
dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai kelayakkan hipotesis, ada
beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang dapat dijadikan acuan penilaian. Kriteria
atau ciri hipotesis yang baik menurut Nazir. Menurut Nazir (2005: 152) mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Hipotesis harus menyatakan hubungan.
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-hubungan
antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel- variabel

9
yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan
bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai
ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.
b) Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
Hiptesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep
dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-
hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika
hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta.
c) Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu
pengetahuan.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubunganya dengan ilmu pengetahuan dan
berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis
bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama
sekali.
d) Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun
dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan biasanya bersifat
deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik.
Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh
banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
e) Hipotesis harus sederhana.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk
mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah
hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan
semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke dalam
hipotesis.
f) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-
fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.
Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta keterampilan
menguji dari si peneliti.
Secara umum, menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus
mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak

10
bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat
diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.
Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus dilakukan.
Pentingnya hipotesis dinyatakan oleh Furchan (2004: 115) yang mengungkapkan setidaknya
ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua alasan tersebut ialah:
a) Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai
cukup pengetahuan untuk melakukan peneliatian di bidang itu.
b) Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat
menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang
harus dikumpulkan.
Dengan demikian dapat dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti.
Perlu ditekankan bahwa hal ini berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak hanya yang
bersifat eksperimen saja.
Untuk membedakan jenis-jenis hipotesis, menurut Sedarmayanti & Hidayat
(2002 :112), ada beberapa jenis hipotesis ditinjau dari operasi rumusan untuk ketiga jenis
hipotesis tersebut dikenal dua jenis rumusan:
1. Hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Dalam penulisan hipotesis ini dituliskan dengan
simbol “H0”. Dari ketiga contoh yang telah diuraikan, rumusan hipotesis yang
dimaksud adalah:
a. Tidak ada hubungan antar nilai matematika dengan nilai IPA
b. Tidak ada hubungan sebab akibat/ timbal balik antara tingkat kekayaan dengan
kelancaran berusaha. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan
keberhasilan berusaha.
c. Tidak ada hubungan sebab akibat antara banyaknya makan dengan tingkat
kekenyangan. Tidak ada pengaruh banyak makan terhadap tingkat kekenyangan.
Banyak makan tidak pengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam penulisannya hipotesis ini ditulis dengan “Ha” atau H1.
untuk hipotesis alternatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hipotesis terarah
(directional hypotesis) dan “hipotesis tidak terarah” (non directional hypotesis).
Contoh:

11
a. Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan dengan hipotesis
terarah. Ha tidak terarah (non directional), ada hubungan antara nilai metamtika dengan
nilai IPA.
b. Ha terarah (directional): tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran
berusaha, atau kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan. Ha tidak
terarah (non directional): ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan
berusahaatau ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
c. Ha terarah (directional): banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat
kekenyangan.
Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis hipotesis diungkapkan
oleh Sugiyono (2001: 83-86). Ia menyatakan bahwa menurut tingkat eksplanasi yang akan duji,
maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif
(pada suatu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif
dan hubungan.
a) Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2001: 83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu
variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh, bila
rumusan masalah penelitian sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara)
yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
1) Seberapa tinggi daya tahan lampu merk X?
2) Seberapa tinggi produktivitas padi di kabupaten Klaten?
3) Berapa lama daya tahan lampu merk A dan B?
4) Severapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X?
Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut:
1) Daya tahan lampu merk X = 800 jam
2) Produktivitas padi di Kabupaten Klaten 8 ton/ha.
3) Daya tahan lampu merk A=450 jam dan merk B=600 jam.
4) Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70% dari yang diharapkan.
Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol dengan hipotesis alternatif
selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat
dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya diterima.
Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol- simbol.

12
Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara hipotesis nol
(Ho) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasankan itu maka dapat dibuat
keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang dapat dirumuskan hipotesis
deskriptif statistiknya:
1) Suatu perusahaan minuman harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu unsur
kimia hanya boleh dicampurkan paling banyak 1%. (paling banyak berarti lebih
kecil atau sama dengan: £). Dengan demikian rumusan hipotesisnya adalah:
Ho = m ≤ 0,01 (lebih kecil atau sama dengan)
Ha = m > 0,01 (lebih besar)
Dapat dibaca: hipotesis nol untuk parameter populasi berbentuk proporrsi (1%:
proporsi) lebih kecil atau sama dengan 1%, dan hipotesis alternatifnya, untuk
populasi yang berbentuk proporsi lebih besar dari 1%.
2) Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di lembaga itu,
paling sedikit 90% dapat diterima di perguruan tinggi negeri. Rumusan hipotesis
statistik adalah:
Ho : m ≥ 0,90
Ha : m < 0,90
3) Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam dan
B = 600 jam. Hipotesis statistiknya adalah:
Lampu A: Lampu B:
Ho : m = 450 jam. Ho : m = 600 jam
Ha : m ≠ 450 jam. Ha : m ≠ 600 jam
Harga dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, simpangan baku dan varians.
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan uji satu satu pihak (one tail) dan
ketiga dengan dua pihak (two tail).
b) Hipotesis Komparatif
Menurut Sugiyono (2001: 85) hipotesis komparatif adalah pernyataan yang
menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif dan hipotesisnya:
a. Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan B?
b. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai golongan I, II dan III? Adapun
rumusan hipotesis adalah:
a. Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B

13
- Daya tahan lampu merk B paling kecil sana dengan lampu merk A
- Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A
Hipotesis statistiknya adalah:
- Ho : μ1 = μ 2. Rumusan Uji Hipotesis Dua Pihak
Ha : μ 1 ≠ μ 2
- Ho : μ 1 ≥ μ 2 Rumusan Uji Hipotesis Pihak Kiri
Ha : μ 1 < μ 2
- Ho : μ 1 ≤ μ 2 Rumusan Uji Hipotesis Pihak Kanan
Ha : μ 1 > μ 2
b. Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja antara golongan I,
II, III.
- Ho : μ 1 = μ 2 = μ 3
Ha : μ 1 ≠ μ 2 = μ 3 (salah satu berbeda sudah merupakan Ha)
Dalam hal ini harga μ (mu) dapat merupakan rata-rata sampel, simpangan
baku, varians dan proporsi.
c) Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Sugiyono (2001: 86) menyatakan bahwa hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan
yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh
rumusan masalahnya adalah “Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
efektivitas kerja?”. Rumus dan hipotesis nolnya adalah: Tidak ada hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan efktivitas kerja. Hipotesis statistiknya adalah:
Ho : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Dapat dibaca: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan (nol = tidak ada
hubungan) antara gaya kepempinan dengan efektivitas kerja dalam populasi. Hipotesis
alternatifnya menunjukkan ada hubungan (tidak sama dengan nol, mungkin lebih besar
dari nol atau lebih kecil dari nol).
2.6 Merumuskan Hipotesis

Dalam model tradisional, ilmu dapat dilihat bagaimana kasus observasi dapat di
simpulkan sebuah teori melalui proses induksi. Selanjutnya, teori dapat dijabarkan preposisi
baru melalui proses deduksi. Teori tidak dapat diuji, dan supaya dapat diuji, teori harus dirinci
menjadi preposisi. Preposisi seperti ini disebut hipotesis. Dengan demikian, hipotesis
menghubungkan teori dengan dunia empiri. Contoh:

14
Human relation yang efektif membantu keberhasilan hubungan masyarakat adalah teori. Dari
teori tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa hipotesis:
a. Makin puas pegawai dengan perlakuan atasan terhadap dirinya, makin baik citra
perusahaan dalam persepsinya.
b. Maskin sering publik melakukan kontak dengan perusahaan, makin positif sikap
mereka terhadap perusahaan.
c. Terdapat perbedaan antara produktivitas pegawai yang dimotivasi dengan ancaman
dan pegawai yang dimotivasi dengan insentif.
Kegagalan dalam merumuskan hipotesis maupun pertanyaan penelitian akan
mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, tetapi juga sukar untuk diuji secara empiris. Goode dan Hatt (1952 : 67) menjelaskan
ciri hipotesis dan pertanyaan penelitian yang baik sebagai berikut:
a. Hipotesis dan pertanyaan penelitian harus jelas secara konseptual
b. Hipotesis dan pertanyaan penelitian harus mempunyai rujukan empiris
c. Hipotesis dan pertanyaan penelitian spesifik harus dihubungkan dengan teknik
penelitian yang ada
d. Hipotesis dan pertanyaan peneliti spesifik harus berkaitan dengan suatu teori.
Jika asumsi/perkiraan/dugaan tersebut dikhususkan mengenai suatu populasi,
umumnya mengenai nilai-nilai parameter populasi, maka hipotesis tersebut disebut hipotesis
statistik.
Contoh :
Seorang dosen ingin mengetahui kemampuan mengajar untuk mata kuliah yang
diberikannya pada mahasiswa di suatu perguruan tinggi tertentu. Dosen tersebut mempunyai
sebuah variabel yaitu “pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah yang diberikan”.
Kemudian dia mengambil hipotesis “Mahasiswa memiliki pemahaman yang rendah terhadap
materi kuliah yang diberikan”. Berdasarkan pada hipotesis tersebut, dosen memusatkan
perhatiannya untuk mengumpulkan data yang mendukung terhadap dugaannya bahwa
mahasiswa memang memiliki pemahaman yang rendah terhadap materi kuliah yang diberikan.
Setelah dikumpulkan berbagai data, informasi serta fakta dari berbagai pihak yang kompeten,
dosen tersebut terlebih dahulu menentukan kriteria yang akan di jadikan dasar untuk
mengambil kesimpulan kriteria tersebut misalnya:
Jika memiliki kesesuaian 81 – 100% : Sangat baik
Jika memiliki kesesuaian 61 – 80% : Baik
Jika memiliki kesesuaian 41 - 60% : Cukup

15
Jika memiliki kesesuaian 21 - 40% : Kurang
Jika memiliki kesesuaian 0 - 20% : Kurang sekali
Misalkan dari hasil analisis yang telah dilakukannya itu ditemukan rata-rata
kesesuaian kelengkapan, kebenaran dan urutan materi kuliah kurang dari 40 %, maka dugaan
yang diajukan dosen tersebut adalah benar, yaitu rendahnya pemahaman mahasiswa terhadap
materi kuliah yang diberikan ternyata memang rendah, misalnya kurang dari 5,6, maka
hipotesis yang diajukan dosen dapat terbukti yaitu bahwa pemahaman mahasiswa terhadap
materi kuliah memang rendah. Dengan contoh tersebut, dapat dipahami bahwa hipotesis yang
semula merupakan dugaan, setelah dibuktikan melalui data, informasi dan fakta yang sesuai
serta dapat berasal dari sumber yang relevan, maka statusnya berubah menjadi tesa atau
kebenaran. Itulah sebabnya istilah yang digunakan adalah hipotesis yang merupakan gabungan
dari kata “hipo” yang berarti di bawah dan “tesis” berarti kebenaran.
Secara keseluruhan hipotesis adalah kebenaran yang masih di bawah (belum tentu benar) dan
baru dapat di angkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah dianalisis dengan
menggunakan bukti yang sesuai. Untuk penelitian yang melibatkan dua variabel atau lebih,
hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih.
Dalam uraian mengenai hubungan diterangkan bahwa secara garis besar hubungan dua variabel
atau lebih dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
Contoh: hubungan antara kemampuan terhadap pelajaran matematika dengan pelajaran
IPA. Dari siswa SMA kelas I yang akan dijuruskan, dapat diamati bahwa dengan
memiliki nilai tertentu dapat menggambarkan tingkat pemahaman dari suatu kelompok
pelajaran tertentu. Jika memiliki nilai bidang studi matematika yang tinggi, biasanya
nilai untuk bidang studi ilmu eksakta juga tinggi, dan sebaliknya. Nilai matematika
mempunyai hubungan yang sejajar dengan nilai IPA, tetapi tidak merupakan hubungan
sebab akibat. Nilai matematika yang tinggi tidak menyebabkan nilai IPA yang tinggi,
sebaliknya nilai IPA yang tinggi juga bukan merupakan penyebab tingginya nilai
matematika. Keduanya memiliki hubungan, mungkin disebabkan karena faktor lain,
mungkin kebiasaan mereka berfikir logis sehingga mengakibatkan adanya hubungan
antara keduanya.
2. Hubungan yang sifatnya sejajar dan timbal balik.
Contoh: hubungan antara tingkat kekayaan dan kelancaran berusaha seseorang.
Seseorang memiliki cukup modal usaha biasanya tidak terlalu sulit dan banyak jenis
usaha yang dapat dilakukan. Dengan keberhasilan usahanya maka modal orang tersebut

16
akan semakin besar, maka usahanya akan semakin berkembang juga. Dari kasus
tersebut hipotesis yang sesuai adalah : dugaan mengenai ada atau tidaknya hubungan
timbal balik antara dua variabel yang kedudukannya sejajar. Kedua variabel yaitu
“tingkat kekayaan” dan “kelancaran berusaha” ini berkedudukan timbal balik, saling
merupakan hubungan sebab akibat sehingga menunjukkan hubungan melingkar yang
membentuk “lingkaran setan”.
3. Hubungan yang menunjuk pada sebab-akibat tetapi tidak timbal balik.
Contoh: hubungan antara makan dengan kekenyangan. Secara wajar makan merupakan
penyebab timbulnya rasa kenyang. Jika seseorang hanya sedikit makan, tingkat
kekenyangan rendah. Tetapi jika ia makan banyak tingkat kekenyangan yang diperolah
juga akan meningkat. “semakin banyak seseorang makan, maka semakin tinggi tingkat
kekenyangan yang diperoleh”
Demikian kira-kira rumusan hipotesis yang tepat untuk diterapkan pada kasus
tersebut. Dalam hal ini variabel “makan” merupakan “variabel penyebab” atau
“variabel bebas” (independen variabel), sedangkan “kekenyangan” merupakan
“variabel akibat” atau “variabel terikat” (dependen variabel). Kedudukannya tidak
dapat dibalik. Makan merupakan variabel bebas dan kekenyangan merupakan variabel
terikat, dan kekenyangan tidak dapat mempunyai akibat banyak makan. Hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat ini dapat dikatakan sebagai hubungan
pengaruh. Sehubungan dengan ketiga keterangan jenis hubungan tersebut, maka
terdapat tiga jenis hipotesis untuk dua variabel:
1. Hipotesis tentang hubungan dua variabel yang sejajar
2. Hipotesis tentang hubungan dua variabel sebab-akibat/timbal balik atau
hipotesis saling pengaruh
3. Hipotesis tentang hubungan dua variabel sebab-akibat tidak bolak - balik atau
hipotesis pengaruh.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses penelitian ilmiah tidak hanya mencari kepastian, tetapi juga mencari
alternatif jawaban terhadap suatu masalah atau fenomena. Peneliti perlu memahami hubungan
antara variabel-variabel yang saling memengaruhi untuk merumuskan hipotesis yang dapat
diuji secara empiris.
Pentingnya membedakan antara kerangka berfikir dan kerangka konseptual juga
disoroti dalam makalah ini. Kerangka berfikir membantu mengorganisir gagasan, teori, dan
variabel dalam penelitian, sementara kerangka konseptual lebih bersifat visual dalam
menggambarkan hubungan antara variabel dan konsep teoritis. Hipotesis yang baik harus
sederhana, masuk akal, dan dapat diuji secara deduktif atau induktif, serta mempertimbangkan
fakta-fakta relevan tanpa bertentangan dengan hukum alam yang ada.
Makalah ini memberikan panduan praktis bagi peneliti dalam menyusun hipotesis
yang kuat dan relevan, serta dalam memahami perbedaan antara kerangka berfikir dan
kerangka konseptual. Diharapkan bahwa melalui pemahaman yang diperoleh dari makalah ini,
pembaca dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam merancang penelitian yang
berkualitas dan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ekonomi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Siswoyo. (2012). Metodologi Penelitian Bisnis & Manajemen. Bekasi:PT Intermedia
Personalia Ulama
Enny Radjab., & Dr. Andy Jam'an., (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Makassar.
Mardiyantoro, Nahar. Metodologi Penelitian.
https://elearning.fastikomunsiq.ac.id/claroline/backends/download.php?url=L2JhYl8z
Xy1fbGl0ZXJhdHVyZV9yZXZpZXcucGRm&cidReset=true&cidReq=INF0904
Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kerangka-pemikiran/

19

Anda mungkin juga menyukai