Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“VARIABEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN”

DISUSUN OLEH :

FILIPPO D. LEGI

19302166

MANAJEMEN / SEMESTER (6)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS NEGERI MANADO

JURUSAN MANAJEMEN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dalam kehadiran Tuhan Yang Maha Esa memberikan
pengatahuan untuk menyusun makalah ini. Dengan kesempatan ini penulis
disampaikan terima kasih kepada Dosen Ibu Marice Legi, SE,MM selaku dosen
pembimbing Mata Kuliah METODE PENELITIAN telah memberikan pelajaran
demi terselesainya makalah ini, dan tidak lupa penulis berterima kasih kepada
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan pembelajaran ini khususnya segi teori sehingga dapat membuka
wawasan ilmu ini serta menghasilkan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..

1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………..

2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………...

3. TUJUAN…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN / ISI……………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………...

1. SARAN…………………………………………………………………………………..

2. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa
adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai apa
dan seperti apa variabel  serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang
menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel akan menjadi suatu hal
yang sangat penting.
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif
adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama
yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti
kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori
mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak
benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya.
Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria
perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman
tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus
mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin
terjadi dalam pengujian hipotesis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Arti Kajian Pustaka ?

2. Pengertian Variabel, Penelitian, Dan Hipotesis ?


3. Manfaat Kajian Pustaka ?

4. Apa Itu Konseptualisasi ?

5. Kegunaan Hipotesis ?

6. Sumber-Sumber Kajian Pustaka ?

7. Jenis-Jenis Variabel Penelitian ?

8. Syarat, Bentuk, Merumuskan Hipotesis ?

C. TUJUAN

1. Tujuan Kajian Pustaka

2. Tujuan Variabel

3. Tujuan Hipotesis
BAB II

PEMBAHASAN / ISI

1. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka (literature review) merupakan sebuah
aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai literatur yang telah dipublikasikan oleh
akademisi atau peneliti lain sebelumnya terkait topik yang akan kita teliti. Tinjauan pustaka
adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan
bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Secera sederhana tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang
terkait (review of related literature).
Dalam rangkaian proses penelitian, baik sebelum, ketika atau setelah melakukan penelitian,
peneliti biasanya diminta untuk menyusun tinjauan pustaka umumnya sebagai bagian
pendahuluan dari usulan penelitian ataupun laporan hasil penelitian. Menyusun sebuah tinjauan
pustaka sama halnya dengan menyarikan berbagai hasil penelitian terdahulu untuk mendapat
gambaran tentang topik atau permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk menjawab berbagai
tantangan yang muncul ketika memulai sebuah penelitian.
Namun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tinjauan pustaka bukan sekedar
sebuah tulisan diskursif yang berisi daftar sejumlah publikasi atau penelitian terdahulu yang
ditulis berurutan secara deskriptif semata. Tinjauan pustaka juga bukan sekedar laporan yang
berisi rangkaian simpulan atas berbagai literatur yang telah dibaca dalam topik terkait. Lebih dari
itu, sebuah tinjauan pustaka merupakan sebuah tulisan yang mampu memaparkan tema dan
mengidentifikasi trend, termasuk teori-teori yang relevan. Oleh karenanya, dalam menyusun
tinjauan pustaka, peneliti tidak hanya berusaha untuk membuat daftar tentang semua publikasi
dan penelitian terkait tetapi harus sekaligus dapat melakukan sintesis dan evaluasi terhadap
berbagai publikasi dan penelitian tersebut sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yang
akan dilakukan. Dengan menyusun tinjauan pustaka seperti ini, maka penelitian berupaya untuk
dapat mengintegrasikan apa saja yang telah dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain
sebelumnya, mengkritisi hasil penelitian atau publikasi ilmiah yang ada, dan menjembatani
berbagai area topik terkait, ataupun mengidentifikasi isu utama dalam bidang terkait.
Uraian di atas menunjukkan bahwa tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan
dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang hendak dikerjakan. Ciri khas sebuah penelitian
akan tampak dengan menunjukkan bahwa buku-buku, artikel, skripsi, tesis hingga disertai yang
ditelaah belum atau tidak menjawab persoalan yang diajukan oleh peneliti.

B. Tujuan Tinjauan Pustaka


1. Tujuan Umum
Tujuan umum tinjauan pustaka adalah mengembangkan pemahaman dan wawasan yang menyeluruh
tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dalam suatu topik.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan dasar pemikiran atau dasar teori yang digunakan dalam penelitian
b. Membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian
c. Menemukan variabel-variabel penelitian yang penting dan menentukan hubungan antara variabel
penelitian
d. Menghindari pendekatan yang steril (tidak menghasilkan temuan yang berarti)
e. Merangkum pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian
f. Menemukan penjelasan yang dapat membawa dalam menafsirkan data penelitian
g. Mengetahui apakah penelitian yang akan dilaksanakan pernah dilakukan orang lain sehingga tidak
terjadi duplikasi
h. Mengetahui hasil penelitian orang lain dalam bidang yang sama sehingga dapat memperluas cara
pembahasan penelitian
i. Mempertajam penguasaan teori yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan

Kami juga menemukan tujuan tinjauan pustaka secara lebih sederhana, yaitu untuk menginformasikan
kepada pembaca tentang hasil-hasil penelitian terdahulu. Gunanya adalah untuk mendukung topik
penelitian yang akan kita lakukan. Seperti menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada, mengisi
celah-celah dalam penelitian sebelumnya, dan kita dapat menyediakan kerangka kerja dan tolak ukur
untuk mempertegas pentingnya penelitian tersebut dengan membandingkan hasil-hasil penelitian yang
lain.

C. Cara Penyusunan Tinjauan Pustaka

Sebelum kita menyusun tinjauan pustaka, kita harus menentukan topik penelitian. Topik
penelitian adalah pokok permasalahan dari suatu penelitian atau sebagian tema pokok dari suatu
penelitian. Ada beberapa cara agar dapat memperoleh pemahaman mengenai topik penelitian
yaitu :
1. Menulis judul yang jelas
2. Topik akan menuntun dan memberikan petunjuk atas apa yang akan kita teliti dan merancang
judul yang baik terlebih dahulu sebelum menulis penelitian.
3. Membuat sejelas mungkin dan menghindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan dan
memastikan bahwa judul tersebut sudah mencakup topik utama penelitian.
Setelah kita mengetahui topik penelitiannya, maka kita mulai menyusun tinjauan pustaka.
Adapun langkah-langkah menyusun tinjauan pustaka adalah sebagai berikut :
1. Mencari kata kunci (key words) penelitian
2. Mengunjungi perpustakaan untuk materi-materi referensi (seperti jurnal-jurnal dan buku-buku)
3. Membaca sepintas sekumpulan artikel dan bab-bab dalam buku yang memang relefan dengan
topik penelitian
4. Pengumpulan bahan seperti database terkomputerisasi. Database gratis adalah google schoolar
5. Membuat peta literatur. Peta literatur merupakan sejenis gambar visual yang menampilkan
pengelompokan literatur berdasarkan topik penelitian. Peta inilah yang nantinya akan
menggambarkan bagaimana penelitian tersebut akan memberikan kontribusi pada literatur-
literatur yang ada.
6. Memberi petunjuk gaya (style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti untuk
menulis penelitian bergaya akademis seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi,
seperti menggunakan catatan kaki atau catatan perut, membuat judul, menyediakan tabel dan
gambar serta menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan utama dalam melakukan
tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan konsisten.

D. Manfaat Tinjauan Pustaka


Dengan melakukan tinjauan pustaka, maka diperoleh beberapa manfaat hal penting berikut ini :
1. Mengarahkan pemahaman masalah penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian dapat disusun
dengan baik
2. Membantu menentukan rancangan penelitian yang tepat, sehingga penelitian valid dan bermakna
3. Menghindari pengutipan pendapat orang lain yang tidak tepat
4. Membantu menyusun kerangka kerja penelitian
Dengan demikian, tinjauan pustaka memiliki manfaat yang besar bagi calon peneliti untuk menelusuri
lebih jauh apa yang akan dipermasalahkan dan bagaimana penelitian yang akan ia lakukan dapat mengisi
kekosongan karena belum adanya penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya.
2. VARIABEL PENELITIAN

 A.      Pengertian dan Macam Variabel

Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis
penelitian, F.N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep sepertihalnya laki-laki
dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.
Menurut Y. W. Best yang disunting Sanpiah Faisal yang disebut variabel penelitian
adalah kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam
suatu penelitian. Sedagkan menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Dekdikbud menjelaskan
bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian.
Variabel dapat diaartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.
Misalnya variabel jenis kelamin (laki-laki dan wanita), variabel ukuran industri (kecil, sedang
dan besar), variabel jarak angkut (dekat, sedang dan jauh), variabel sumber modal (modal dalam
negeri dan modal asing) dan sebagainya.
 Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya, jenis
kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan; berat badan, karena
ada berat 40 kg, 45 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehinggavariabel
adalahobjek penelitian yang bervariasi.
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badandapat dikatakan
variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan orang
lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya
persepsi dari sekelompok orang tentu bervariasi. jadi jika peneliti akan memilih variabel
penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu,
maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel.
Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau
obyek yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa variabel
penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif
misalnya luasnya kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan sebagainya. Contoh variabel
kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam macam
variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1.        Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
2.        Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuan. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.

            Gambar 1. Contoh hubungan variabel independen-dependen.


3.        Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini disebut juga variabel
independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik (kuat) kalau
mempunyai anak dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini
anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah
sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan produktivitas
kerja akan semakin kuat bila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat baik dan
hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang baik dalam menciptakan iklim kerja.
4.        Variabel Intervening
Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur.  Variabel ini merupakan variabel penyela antara variabel independen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulmya variabel dependen.
Apa yang kita duga memiliki dampak inilah kita identifikasi sebagai variabel intervening.
Variabel intervening adalah variabel yang tidak pernah diamati dan hanya disimpulkan
berdasarkan pada variabel terikat dan bebas.
Hipotesis: Para siswa yang memiliki minat meningkat terhadap tugas yang diberikan, unjuk kerja terhadap
tugas yang diukur meningkat.
Variabel bebas                  : minat belajar.
Variabel intervening         : belajar.
Variabel terikat                : unjuk kerja tugas.
Hipotesis: Para siswa yang sering diberi latihan pemecahan masalah menunjukkan sikap lebih kritis daripada
siswa yang tidak diberikan latihan pemecahan masalah.
Variabel bebas                  : pembelajaran latihan pemecahan masalah.
Variabel intervening         : kepercayaan diri.
Variabel terikat                : sikap kritis.

5.        Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat
memabandingkan.
Contoh:    Pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik. Variabel independennya
pendidikan (SMU dan SMK), variabel kontrol yang ditetapkan sama misalnya, adalah naskah
yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, ruang tempat mengetik sama, mesin tik yang
digunakan sama, dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh jenis
pendidikan terhadap keterampilan mengetik dapat diketahui lebih pasti.
Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator,
intervening, atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis
yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti memilih
variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi pendahuluan
terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai membuat rancangan penelitian
dilakukan di belakang meja dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di
objek penelitian. Seringdibuat rumusan masalah penelitian tanpa melalui studi pendahuluan ke
objek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada
objek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis maka
peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.
            Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling
terkait secara simultan baik variabel inependen, dependen moderator dan intervening, sehingga
penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan
dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian
saja, yaitu pada variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara
semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu
tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(holistik).
B.       Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorag peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan
menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang.
Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
 Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan eksperimen.
Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok kontrol atau
kelompok perbandingan adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu
yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan ukuran liter, maka variabelnya
berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambah atau tidaknya berat badan, diukur dengan
ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kontinum (ratio).
Peneliti lain ingin menyelidiki besarnya kesadaran bermasyarakat bagi orang-orang
mendapat p4. Dalam hal ini maka nilai penataran p4 dan kesadaran bermasyarakat merupakan
variabel penelitian. Baik nilai penataran p4 maupun kesadaran bermasyarakatdapat diukur,
digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan sebagai variabel interval.
Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama melihat
pengaruh sesuatu treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel
yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X),
sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel
terikatatau dependent variable (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel penyebab dan berat badan merupakan
variabel akibat. Sedangkan dalam penelitian II, nilai penataran P4 merupakan variabel penyebab
(bebas) dan kesadaran bermasyarakat merupakan variabel akibat(terikat).
Dalam dua contoh penelitian di atas, susu dan penataran P4 sebagai independent
variables merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran bermasyarakat,
keduanya merupakan variabel tunggal. Sebagai contoh eksperimen yang lebih dari satu
variabelnya adaiah sebagai berikut:
Independent variable lebih dari satu.
Pengaruh Lingkungan BelajarTerhadap Prestasi Belajar Murid.
Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajardi
rumah sebagai satu variabel atau sub-variabel dan lingkungan belajar di sekolah sebagai variabel
(sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat rnempeihatikan lingkungan
belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai varibel (sub-variabel) ketiga. Apabila demikian,
maka variabel sebagai konsep dapat dimengerti sebagai sesuatu yang mempunyai nilai luas
(ganda) maupun sempit (tunggal). Seperti halnya susu dan penataran P4, kelihatannya
merupakan variabel yang bernilai tunggal Tetapi lingkungan belajar merupakan variabel yang
bernilai luas atau ganda.
Berikut ini adalah contoh eksperimen dengan variabel terikat lebih dari satu.
Pengaruh frekuensi mengikuti praktikum terhadap kemampuan mengajar, yang menjadi
variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kemampuan mengajar, yang nilainya diperinci
atas: kemampuan membuat persiapan tertutis dan kemampuan mengajar di depan kelas. Jadi,
secara terpisah adadua variabel. Apabila dikehendaki lebih teliti, kemampuan mengajar di depan
kelas dapat diperinci lagi menjadi kemampuan membuka pelajaran, mengajarkan materi dalam
inti mengajar, menutup pelajaran, kemampuan menggunakan alat, kemampuan mengelola kelas,
mengevaluasi murid dan sebagainya.

C.    Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan setiap
variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap
peneliti. Mengidentifikasikan variabel dan sub variabel ini tidak mudah karenanya membutuhkan
kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni memecah
variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh oeneliti. Kategori-kategori
ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh lesadaran bermasyarakat, jika akan
mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu
dicari tanda-tandanya, indikatornya dan bukti-buktinya.
Kategori, indikator, sub variabel ini akan dijadikan pedoman dalam meruuskan hipotesis
minor, menyususn instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah penelitian yang ain.
Sedikitnya sub variabel atau kategori, akan menghasilkan kesimpulan yang besar (jika
variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit tetapi kecil-kecil).
Adakalanya peneliti memilih sedikit variabel teapi besar-besar, ini menunjukkan bahwa
peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara pengkategorisasian
variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian semakin  jelas.
Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini dasajikan contoh
penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid”
Variabel bebas             : kualitas guru.
Variabel terikat           : prestasi belajar murid.
Yang ditulis di dalam kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.
No Variabel bebas: Variabel terikat:
. Kualitas Guru Prestasi belajar murid
1. Pendidikan guru (dokumen) 1.      Nilai harian (dokumen)
2. Pengalaman mengajar (dokumen)2.      Nilai ulangan umum (dokumen)
3. Banyaknya penataran (dokumen)3.      Nilai tugas-tugas (dokumen)
4. Usia (dokumen) 4.      Cara menjawab pertanyaan di kelas
5. Minat menjadi guru (kuesiner (observasi)
kepada guru) 5.      Cara menyusun laporan (dokumen)
6. Penguasaan terhadap materi 6.      Nilai ketelitian catatan (dokumen)
pengajaran (kuesioner murid) 7.      Ketekunan, keuletan (observasi)
7. Pendekatan atau cara mengajar 8.      Usaha (observasi) dan sebagainya.
(observasi atau kursioner murid)
8. Hubungan guru-murid (kuesioner
murid) dan sebagainya.

            Ketika menentukan sub-variabel ini peneliti harus berfikir, bagaimana selalu sambil
berpikir bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka
variabel yang telah ditemukan dan kelihatan menarik mungkin tidak ada datanya.
            Tujuan kategorisasi variabel adalah agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan
yang sedang diteliti. Makin terperinci kita memahami permasalahan kita, maka makin bermutu
pemecahannya. Oleh karena itu, hipotesis mayor dapat dipecah menjadi hipotesis minor sesuai
dengan penjabaran variabelnya.
3. HIPOTESIS PENELITIAN
A.    Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis
(kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian
yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-
bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1.      Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan
secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini
hipotesis sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan
pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab rumusan masalah
dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.
2.      Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam
rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-premis.
Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-
premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya, maka
dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian
kebenaran pula.
3.      Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4.      Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu
benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.
5.      Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian
dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1.        Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2.        Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
3.        Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi
ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
4.        Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.
B.     Jenis-jenis Hipotesis
Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu :
1.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan
atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan
teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang
akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan
antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
 (c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan
dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari
berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
2.      Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi
menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2)
hipotesis alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan
non directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi
Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di
mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent
memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar
dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode curah pendapat (diskusi).
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan
dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap
variabel dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

3.      Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan
hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-
bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor :
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan   prestasi belajar siswa
SMA.
Contoh hipotesis minor :
1.      Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
2.      Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,
3.      Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

C.    Karakteristik Hipotesis Yang Baik


Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa, sebenarnya nilai
atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun
demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau
peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan
Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a.       Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang
mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
b.      Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel. Suatu
hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
c.       Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability, artinya
terdapat kemampuan untuk diuji.
d.      Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya
tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.
e.       Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-ciri
hipotesis yang baik, yaitu:
a.       Bisa diterima oleh akal sehat.
b.      Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c.       Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d.      Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan
Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi
empat criteria, yaitu:
a.       Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b.      Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan hasil
penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji
kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti
tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara
professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.
c.       Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari data
yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
d.      Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak boleh
menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan
suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah
selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.
Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu :
a.       Hipotesis harus menyatakan hubungan.
b.      Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c.       Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya ilmu
pengetahuan.
d.      Hipotesis harus dapat diuji.
e.       Hipotesis harus sederhana.
f.       Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

D.    Perumusan Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung
pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah
dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam
menggali hipotesis, peneliti harus:
a.       Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak
membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
b.      Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek,
serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.
c.       Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang
sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo
( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan
penjelasan sebagai berikut :
a.       Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian
hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari konsef
konsef dan teori teori yang sudah ada
b.      Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt
diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn
tettentu pada hubungan antar dua variable
c.       Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika
dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu
sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang
dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada
alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang
lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan
umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a.       Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b.      Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c.       Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d.      Hipotesis hendaklah dapat diuji.

E.     Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133) dan
Yatim Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:
a.       Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar.
b.      Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau
prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
c.       Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut
didukung oleh data atau tidak.
Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat
dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari
populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu
populasi yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah
selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan
oleh peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan
hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data
yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung
atau diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis
nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga
dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini
berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh
kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah
diajukan peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam
merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat
hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data
yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung)

TUJUAN

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran di
Pemerintah Kabupaten Badung
2) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap pengaruh kejelasan sasasran
anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.
3) Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap pengaruh kejelasan sasaran anggaran
pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa/I serta
dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi senjangan anggaran.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam organisasi dan sebagai bahan pertimbangan terhadap organisasi mengenai pengaruh dari
komitmen organisasi dan asimetri informasi terhadap kejelasan sasaran anggaran pada senjangan
anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Badung.

TUJUAN VARIABEL PENELITIAN


Variabel penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian, karena variabel bertujuan sebagai
landasar mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, dan sebagai alat menguji hipotesis.
Itulah sebabnya, sebuah variable harus dapat diamati dan dapat diukur.

TUJUAN HIPOTESIS PENELITIAN


Tujuan Hipotesis Yaitu Memberikan penjelasan sementara tentang gejala. Memudahkan
perluasan pengetahuan dalam bidang tertentu. Memberikan pernyataan hubungan yang dapat
diuji. Memberikan arah penelitian. Memberikan kerangka untuk laporan penelitian.

BAB 3
PENUTUP

1. SARAN
Dari hasil penilaian terhadap ketiga buku ini diharapkan kepada pembacaagar lebih teliti
dalam memilih bahan bacaan yang digunakan sebagai acuandalam pembelajaran.Selain itu,
untuk penulis buku jika ingin membuat
sebuah buku ada baiknya memakai sampul buku yang menarik minat pembaca untuk
membacanya dan gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca

2. KESIMPULAN

       Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam
macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi: variabel independen, variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening, varia
bel kontrol.
         Pengaruh sesuatu treatment penelitian meliputi variabel yang mempengaruhi dan variabel
akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent
variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung,
variabel terikat atau dependent variable (Y).
         Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan setiap variabel
menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti.

Sedangkan, Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana
jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan
sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan
menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal
ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang
tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian
hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau
tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

1.https://www.academia.edu/39496994/
MAKALAH_TENTANG_KAJIAN_PUSTAKA_DALAM_PENELITIAN
2. https://aantaufan.blogspot.com/2016/06/variabel-penelitian.html
3. https://www.academia.edu/34773630/makalah_variabel_dan_hipotesis_penelitian_docx
4. https://idaauliamawaddah.blogspot.com/2016/10/makalah-hipotesis-penelitian.html
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).
Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa Retakama
Media, 2011) .
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,
2006)

Anda mungkin juga menyukai