Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN

Nabilah Zahra Ayu Rizqy, 2019. Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya, Juli 2019, Aplikasi Butiran Batu Apung dan Scoria Sebagai Filter Drainase Pada
Dinding Penahan Tanah, Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Andre Primantyo H, ST., MT dan Dr.
Runi Asmaranto, ST., MT.

Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi yang aktif di Jawa Timur
(Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang) yang sering bererupsi yang terdiri
dari letusan eksplosif yang mengeluarkan material piroklastik berupa abu dan apung. Deposit
besar batu apung dan scoria telah ditemukan di Sungai Kali Putih, Kabupaten Blitar Provinsi
Jawa Timur sebagai hasil letusan Gunung Kelud pada tahun 2014. Namun aplikasi batu apung
dan scoria sebagai bahan geoteknis untuk material filter atau timbunan sangat terbatas. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi karakteristik fisik dan permeabilitas batu
apung dan scoria dari Gunung Kelud dan kinerjanya sebagai bahan filter drainase pada model
dinding penahan tanah di laboratorium.
Dalam penelitian ini material piroklastik yang diuji adalah batu apung dan batu scoria
yang dihancurkan untuk mensimulasikan ukurannya yang hampir sama dengan pasir alami.
Sebagai perbandingan untuk dua sampel tersebut, dilakukan pengujian karakteristik fisik yang
dilakukan meliputi analisa distribusi butiran, berat jenis tanah (specific gravity), kerapatan
relatif, geser langsung (direct shear), permeabilitas dengan constant head dan perbandingan
kinerja batu apung dan scoria sebagai material filter drainase pada dinding penahan tanah.
Sedangkan untuk pengujian mineralogi menggunakan pengujian SEM-EDX dan XRD. Sistem
klasifikasi tanah yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan AASHTO dan USCS. Dengan
menggunakan model dinding penahan tanah dengan pasir silika sebagai timbunan, kinerja batu
apung dan scoria sebagai material drainase juga diteliti.
Batu apung dan scoria diklasifikasikan sebagai batu pecah, kerikil dan pasir (A-1)
menurut AASHTO. Berdasarkan klasifikasi USCS dapat diklasifikasikan sebagai kerikil bersih
dengan gradasi buruk (GP). Nilai Gs berada pada kisaran 2,292 sampai 2,564. Berdasarkan
pengujian SEM, batu apung memiliki pori-pori yang sedikit lebih besar daripada batu scoria.
Hasil pengujian mineralogi menggunakan SEM-EDX dan XRD diketahui bahwa senyawa pada
batu apung dan scoria tidak jauh berbeda dimana didominasi dengan senyawa Silika (Si) dan
Alumunium (Al). Nilai kepadatan relatif untuk batu apung dan scoria adalah 1,037 gr/cm3 dan
1,126 gr/cm3. Koefisien permeabilitas (k) batu apung sebesar 3,41 x 10-2 cm/detik dan batu
scoria 3,40 x 10-2 cm/detik. Berdasarkan kriteria desain filter menurut US Navy, material yang
layak digunakan sebagai filter berukuran 1,2 – 2 cm. Dengan menggunakan model dinding
penahan tanah dengan pasir silika sebagai timbunan, dapat disimpulkan bahwa batu apung dan
scoria layak digunakan sebagai bahan filter drainase karena memiliki pori-pori yang dapat
mengalirkan air dengan cepat.
Kata kunci: Material piroklastik, karakteristik fisik, permeabilitas, filter.

xv
Halaman ini sengaja dikosongkan

xvi

Anda mungkin juga menyukai