Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PRAKTIKUM FITOKIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN II

“DASAR-DASAR METODE EKSTRAKSI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : AINY RAMADHANY


NIM : G70 19 103
KELAS/KELOMPOK : B / IV (EMPAT)
HARI/TANGGAL : SABTU / 03 APRIL 2020
ASISTEN : YUSUP

JURUSAN FARMASI
FAKUKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia menggunakan bahan obat alamiah lebih banyak bersumber dari
tumbuhan. Ini digunakan untuk menyembuhkan dan menghilangkan rasa sakit.
Prinsip tersebut didasarkan pada metode “trial and error” dan juga atas spekulasi
dan takhayul. Tanaman obat mengandung komponen kimia yang digunakan
untuk mengobati dan meredakan gejala yang ada hubungannya dengan suatu
penyakit. Sel yang ada pada organisme berupa tumbuhan, jamur, bakteri, lumut
dan hewan dapat menghasilkan berbagai jenis komponen organic komponen
inilah yang dapat dimanfaatkan agar lebih efektif dan lebih baik (Najib, 2018).

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau
menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu
sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi padat-cair
atau leaching merupakan proses transfer secara difusi analit dari sampel yang
berwujud padat ke dalam pelarutnya. Ekstraksi dari sampel padatan dapat
dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi.
Pada ekstraksi ini prinsip pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya larut
analit dalam pelarut tertentu.(Leba, 2017).

Aplikasi dalam bidang farmasi dalam mempelajari dasar-dasar ekstraksi adalah


seorang farmasis dapat mengetahui dan memahami cara melakukan ekstraksi
pada suatu simplisia dengan metode yang sesuai serta mengetahu cara
melakukannya dengan baik dan benar agar didapatkan senyawa kimia dan zat
aktif yang diinginkan tanpa merusak khasiat dan kandungan di dalamnya . Hal
inilah yang melatarbelakangi percobaan ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Memahami dasar-dasar Ekstraksi itu Maserasi, Refluks, dan Soxhlet dari
suatu sampel dalam bentuk simplisia menggunakan dengan Pelarut yang
sesuai.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui dasar-dasar Ekstraksi itu Maserasi, Refluks, dan Soxhlet dari
suatu sampel dalam bentuk simplisia menggunakan dengan Pelarut yang
sesuai.

I.3 Manfaat Percobaan


Manfaat dilakukannya percobaan ini yaitu praktikan dapat memahami dan
mengetahui dasar-dasar dalam pembentukan ekstrak tanaman dengan berbagai
metode ekstraksi, sehingga hasil ekstraksi dapat digunakan dalam berbagai
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Toba menyatakan bahwa ekstraksi
adalah proses pencarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat aktif
yang terdapat di dalam sel, tetapi sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan
serta ketebalannya sehingga diperlukan metpode ekstraksi dan pelarut tertentu
untuk melakukan ekstraksi. Meurut wilda ekstraksi adalah kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut
dengan pelarut cair (Saputra, 2017).

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat,


heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam
suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus
memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting
adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu
bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya sehingga akan
mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan. Metode ekstraksi yang
digunakan diduga juga mempengaruhi sifat fisikokimia dari ekstrak tersebut.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu tahap ekstraksi maupun bertingkat. Pada
ekstraksi satu tahap hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedang pada
ekstraksi bertingkat digunakan dua atau lebih pelarut. Penelitian dari Matanjun
membuktikan bahwa rumput laut memiliki kadar senyawa fenolik (total fenol)
yang berbeda-beda tergantung jenis pelarut dan metode ekstraksi serta spesies
rumput laut itu sendiri. (Septiana, 2012).
Mekanisme ekstraksi ini dimulai dengan adsorpsi pelarut oleh permukaan
sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan pelarut analit oleh pelarut
(interaksi analit dengan pelarut). Selanjutnya terjadi difusi analit- pelarut ke
permukaan sampel dan desorpsi analit-pelarut ke permukaan sampel berlangsung
sangat cepat Ketika terjadi kontak anatara sampel dengan pelarut. Kecepatan
difusi analit-pelarut ke permukaan sampel merupakan tahapan yang mengontrol
keseluruhan proses ekstraksi ini. Kecepatan difusi bergantung pada beberapa
faktor yaitu temperature, luas permukaan partikel, jenis pelarut, perbandingan
analit dengan pelarut, dan kecepatan dan lama pengadukan (Leba, 2017).

Cara ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi dengan pelarut
menguap, ektraksi dengan lemak dingin, dan ekstraksi dengan lemak panas.
Ekstraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan pelarut
menguap. Prisnsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan
minyak atsiri di dalam bahan pelarut organic yang mudah menguap. Pelarut yang
dapat digunakan di antaranya alcohol, heksana, benzene, dan toluene (Ruslo,
2010).

Prinsip ekstraksi ultrasonik adalah dengan meningkatkan transfer massa yang


disebabkan oleh naiknya penetrasi pelarut ke dalam jaringan tumbuhan lewat
efek kapiler. Gelembung kavitasi akan terbentuk pada dinding sel tanaman akibat
adanya gelombang ultrasonik. Efek dari pecahnya gelembung kavitasi ini dapat
mengakibatkan peningkatan pori-pori dinding sel. Gelembung kavitasi akan
terpecah disebabkan oleh tipisnya bagian kelenjar sel tumbuhan yang dapat
mudah rusak oleh sonikasi. Hal ini yang menyebabkan proses ekstraksi dengan
menggunakan gelombang ultrasonik menjadi lebih cepat dari metode
konvensional dengan cara maserasi maupun ekstraksi soxhlet.(Sari, et al., 2012).
II.2 Uraian Bahan
1. Aquades (FI Edisi III, 1979 : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus Struktur :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan :l-
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Komponen reagen Barfoed
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : -
2. Etanol (FI Edisi III, 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bngngngngngngnnbergerak; bau khas;rasa panas. Mudah terbakar dengan
vbfbfdbfvgfxbfbfbmemberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
bvn gn vbnvngngeter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat
bbvngngvngnnnsejuk; jauh dari nyala api
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 94.7 v/v atau 92,0% dan
bbvcnbngnngngngnntidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O
3. Metanol (FI Edisi III, 1979 : 1184)
Nama resmi : METHANOL
Nama lain : Metanol
RM/BM : CH3OH/32,04

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih dan bau khas


Kelarutan : Larut dalam air, membentuk cairan jernih dan tidak berwarna
Khasiat :-
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar: -
II.3 Klasifikasi Tanaman
1. Serai (cymbopogon nardus (L.)) (Pelleng,2019)
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Liliopsida
Order : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon citratus (L.) Staps

2. Daun Kelor (Moringa oleifera) (Isnan, 2017)


Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Order : Brassicale
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : Moringa oleifera Lamk.

3. Biduri (Calotropis gigantea) (Raharjo, 2012)


Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentinales
Family : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Species : Calotropis gigantea.
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Perkolator
2. Gelas Kimia
3. Batang pengaduk
4. Bejana maserasi
5. Seperangkat alat soxhlet
6. Seperangkat alat refluks
7. Eksikator
8. Timbangan
9. Kamera Hp

III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Tissue
3. Kertas saring
4. Masker
5. Lakban
6. Metanol
7. Alkohol / etanol
8. Handscoon
III.1.3 Sampel
1. Serai (Cymbopogon nardus L)
2. Daun Kelor (Moringa oleifera L)
3. Akar Biduri (Calotropis gigantea L)
DAFTAR PUSTAKA

Isnan, W., Nurhaedah, M., (2017). Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera
Lamk.) Bagi Masyarakat. Makassar: Balai Litbang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Makassar

Leba. (2017). Ekstraksi Dan Real Kromatografi. Jakarta : Media Pustaka.

Najib, A. (2018). Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta: Deepublish

Pelleng, M, Y. & Rahayu. M., (2019). Efektivitas Seduhan Herbal Serai


(Cymbopogon citratus) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Streptozotocin (STZ).
Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Rusli. (2018). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Yogyakarta: Deepublish

Raharjo, N. P. (2012). Pengaruh Penggunaan Getah Biduri (Calotropis gigantea)


Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Keju Asal Susu Kambing. Solo: Universitas
Sebelas Maret

Sari, (2012). Pengujian Kandungan Total Fenol Kappahycus alvarezzi Dengan


Metode Ekstraksi Ultrasonik Dengan Variasi Suhu dan Waktu. Semarang.
Universitas Dipanegara

Septiana, (2012). Kajian Sifat Fiskokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat Saragassum
Duplicatum Menggunakan Brbagai Pelarut Dan Metode Ekstraksi. Purwekerto.
Universitas Jenderal Soedirman.
Saputra , (2020). Mikroemulsi Ekstrak Bawang Tiwai. Yogyakarta. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai