Skoring Mmpi
Skoring Mmpi
2015 Posting Komentar Skoring, Interpretasi, dan Administrasi Tes MMPI Menurut Ahli - MMPI
adalah salah satu tes pertama yang mengembangkan skala-skala untuk mendeteksi apakah
responden menjawab dengan cara yang akan membuat hasilnya secara keseluruhan tidak valid.
1. Skala ?
(Cannot Say/Cs) Skala ? (Cs) bukan benar-benar sebuah skala formal tetapi sekadar
mempresentasikan jumlah item yang dibiarkan tak terjawab pada lembar profil. Kegunaan
mencatat total jumlah pertanyaan yang tak terjawab adalah memberikan salah satu di antara
beberapa indeks validitas.
2. Skala F (Infrequency)
Skala F (infrequency) mengukur sejauh mana seseorang menjawab dengan cara yang
menyimpang. Item-item skala F MMPI dan MMPI-2 di seleksi berdasarkan dukungan
(endorsement) oleh kurang dari 10% populasi. Jadi, dari segi definisi statistik, mereka
merefleksikan cara berpikir yang non-konvensional.
Keempat puluh item Fb MMPI-2 dirancang untuk mengidentifikasi cara merespons “fake-
bad” (pura-pura sakit) untuk 197 item terakhirnya. Hal ini mungkin penting karena skala F
tradisional didapatkan dari beberapa item yang diperoleh dari apa yang sekarang merupakan
370 pertanyaan pertama pada MMPI-2. Tanpa skala Fb, tidak akan ada pengecekan pada
validitas beberapa item selanjutnya.
4. Skala Fp (Infrequency-Psychopathology)
Oleh karena skala F biasanya terelevasi pada pasien-pasien psikiatrik, seringkali sulit
untuk membedakan antara para penyandang psikopatologi sejati dengan mereka yang memiliki
sedikit patologi, tetapi berpura-pura sakit. Hal ini terutama terjadi jika psikopatologinya cukup
berat.
terdiri atas 15 item yang mengindikasikan sejauh mana seorang klien berusaha
mendeskripsikan dirinya dengan cara positif yang tidak realistis. Jadi, mereka yang mendapat
skor tinggi mendeskripsikan dirinya secara terlalu besar perfeksionistik dan idealis. Skor tinggi
pada skala L (T = 65) sedangkan skor rendah pada skala L (T = 35-45).
7. Skala K (Correction)
8. Skala S (Superlative)
Oleh karena efektivitas skala K dan L ditemukan hanya sedang-sedang saja dalam
membedakan orang yang pura-pura baik-baik, skala S dikembangkan dengan harapan bahwa
skala bisa mengidentifikasi dengan lebih akurat orang yang berusaha tampak selalu baik
(Butcher & Han, 1995).
1. 1 : Hypochondriasis Skala
2. 2 : Depression (D) Skala
3. 3 : Hysteria (Hy) Skala
4. 4 : Psychopathic Deviate (Pd) Skala
5. 5 : Masculinity-Feminimity Skala
6. 6 : Paranoia (Pa) Skala
7. 7 : Psychasthenia (Pt) Skala
8. 8 : Schizophernia (Sc) Skala
9. 9 : Hypomania (Ma)
10. Skala 0 : Social Introversion (Si)
Waktu Penyelesaian
Ases validitas profil dengan mencatat pola skala-skala validitasnya. Ada sejumlah indikator
yang menunjukkan profil-profil yang tidak valid, yang dideskripsikan di bagian berikutnya. Pola-
pola dasarnya yaitu :
Gaya defensif yang meminimalkan patologi (elevasi L, K, dan, S pada MMPI-2 dan L dan K
pada MMPI-A).
Melebih-lebihkan patologi (elevasi F, Fb, Fp, FBS, pada MMPI-2 atau F, F1, atau F2 pada
MMPI-1). Pola respons yang tidak konsisten (elevasi VRIN dan TRIN).
Catat jumlah skala yang di atas 65 dan elevasi relatif skala-skala tersebut. Sejauh mana
F terelevasi juga dapat menjadi indikator yang sempurna untuk tingkat patologi (dengan asumsi
bahwa skala tidak terlalu tinggi yang mengindikasikan profil yang tidak valid). Semakin banyak
elevasi relatif skala-skala ini, semakin besar pula kemungkinan individu untuk mendapatkan
kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab dasarnya dan mengalami ketidaknyamanan
sosial maupun pribadi.
Langkah ini merepresentasikan proses inti dalam interpretasi. Skor-skor dalam rentang
ini pada MMPI-A disoroti dengan shading, sehingga menunjukkan zona marginal dan
transisional antara normalitas dan patologi. MMPI-2 dan MMPI-A merupakan karakteristik yang
lebih kuat dari individu dan dengan peningkatan yang secara progresif semakin besar,
cenderung mempretasikan fitur-fitur inti dari fungsi kepribadian. Akan tetapi mendasarkan
interpretasi pada elevasi-elevasi skor T tertentu semata bisa menyesatkan, karena ciri-ciri
demografis atau tingkat fungsi seorang klien bisa mengubah interpretasinya.