Tes Inventori
03
Fakultas Psikologi Psikologi Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM
Abstract Kompetensi
Penjelasan tentang tes MMPI, Mahasiswa dapat memahami
definisi, penskalaan, bentuk soal penskalaan tes MMPI dan
dan penggunaan tes MMPI melakukan interpretasi dari hasil tes
MMPI
TES MMPI (Minnesota Multiphasic
Personality Inventory)
I. Definisi
MMPI Adalah kependekan dari Minnesota Multiphasic Persinality Inventory suatu tes
psikologi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi psikopatologi pada seorang subyek. Tes
ini terdiri dari 566 pernyataan yang perlu dijawab oleh subyek. Dari sini terlihat apakah pada
subyek tersebut terdapat gangguan jiwa, psikopatologi ataukah dia termasuk orang normal
yang tidak menderita gangguan jiwa. Yang diukur dalam tes ini adalah ciri-ciri kepribadian
yang bersifat relatif menetap (personality Traits). Dengan demikian nilai prediktif dari tes ini
cukup tinggi, karena fokusnya adalah ciri-ciri kepribadian, yang dalam jangka waktu yang
lama tidak akan berubah banyak. Untuk tes ini tidak memerlukan peralatan banyak, yaitu
hanya sebuah buku yang berisi 566 pernyataan beserta pedomanya, lembar jawaban dan
tempat yang nyaman untuk dapat bekerja. Sewaktu melakukan testing tidak diperlukan
tenaga ahli untuk mengawasinya, tetapi dalam analisis dan pelaporan hasilnya diperlukan
expertise yang cukup tinggi, yaitu seorang yang tahu benar tentang masalah-masalah klinik
psikiatri dan paham pula akan psikometrik. Di Amerika telah tersedia beberapa program
computer yang dengan langsung dapat menghasilkan laporan lengkap tentang informasi
yang terdapat dalam MMPI, tetapi pada umumnya fasilitas ini lebih banyak digunakan untuk
mengadakan seleksi massal. Bagi laporan untuk seorang pasien pada umumnya masih
dipergunakan laporan yang lebih terinci dan terarah kepada kepentingan individual pasien.
MMPI dikembangkan sejak tahun 1940 di USA oleh S.R. Hathaway, seorang
psikolog dan J.C. Mckinley, seorang psikiater. Maksud dari penyusunan MMPI adalah untuk
secara akurat dapat memberikan gambaran tentang dimensi-dimensi kepribadian dan
psikopatologi yang penting dalam klinik psikiatri. Jadi jelas tujuan dari tes ini adalah untuk
membantu para psikiater (atau petugas kesehatan lain) dalam menetapkan sindrom atau
psikopatologi pada pasien dan skrining dari petugas-petugas tertentu.
Skala lalu ditentukan secara empiris dengan memberikan item kepada kelompok
kriteria dan kelompok kontrol. Kelompok kriteria yang digunakan untuk mengembangkan
MMPI terdiri dari pasien psikiatri di University of Minnesota Hospital. Pasien psikiatri tersebut
dibagi menjadi delapan kelompok berdasarkan diagnosis kejiwaan mereka. Meskipun pada
awalnya ada pasien sebanyak 800 orang, tetapi jumlah tersebut secara besar dikurangi
untuk mendapatkan kelompok yang homogen melalui kesepakatan yang kuat dengan
diagnosis. Delapan kelompok kriteria akhir terdiri atas setidaknya lima puluh pasien :
1. Hipokondriasis
2. Pasien depresi
3. Histeria, yaitu individu yang menunjukkan masalah fisik tanpa adanya sebab fisik
4. Penyimpangan terkait psikopati, yaitu individu yang nakal, kriminal atau antisosial
5. Paranoid, yaitu individu yang menunjukkan simtom seperti waham
6. Psychasthenics, yaitu individu dengan gangguan yang memiliki ciri penyangkalan
yang brelebihan dan ketakutan yang tidak rasional
7. Skizofrenia, yaitu individu dengan gangguan psikotik seperti halusinasi dan masalah
berpikir (seperti penalaran yang tidak logis)
8. Hipomania, yaitu individu dengan gangguan yang memiliki ciri hiperaktivitas dan
mudah marah.
Mulai tahun 1972 karena para psikiater merasa perlunya mengunakan MMPI sebagai
Instrumen bantuan dalan klinik psikiatri. Dalam tahap pertama diadakan penterjemahan dari
butir MMPI tanpa melihat apakah butir-butir itu dapat diaplikasikan terhadap orang
Indonesia. Dari hasil percobaan, tampak bahwa MMPI yang diterjemahkan saja tidak dapat
memberikan gambaran yang dapat dipercaya tentang dimensi-dimensi gangguan jiwa pada
seseorang. Ini disebabkan karena:
Berdasarkan pengalaman itu akhirnya dibentuk tim penguji yang akan mengkaji
setiap butir, diambil yang sesuai dengan keadaan orang Indonesia dan membuang yang
kurang relevan. Bahasanyapun disederhanakan sejelas mungkin dan sependek mungkin.
Setelan fase validation disusunlah MMPI versi Indonesia yang hasilnya dicoba pada
sejumlah mahasiswa normal.dari hasil inilah disusun scoring untuk orang Indonesia.
Publikasi mengenai hasilnya telah dilakukan dalam kalangan terbatas.
Tes MMPI berisikan skala validitas (skala ?, skala L, skala F, dan skala K) dan skala
klinis (skala 1 sampai dengan skala 0).
Skala Validitas[
1) Skala ? : skala yang disebut sebagai skala tidak tahu adalah sejumlah pernyataan yang
dibiarkan kosong. Yang dianggap skor tinggi adalah 30 atau lebih butir pernyataan yang
tidak dijawab . Dan apabila ini terjadi, maka tes MMPI dikembalikan kepada individu
untuk mengisi yang dikosongkan. Bila seseorang mengisi tidak kurang dari 10 butir
pernyataan, maka dibiarkan saja karena tidak mempengaruhi hasil. Seseorang yang
banyak tidak mengisi butir pernyataan, biasanya tergolong orang yang tidak kooperatif,
kurang dapat mengambil keputusan karena ragu-ragu, terlalu berintelektualisasi, dan
terkadang memiliki ciri-ciri obsesif.
2) Skala L (Lie Scale) : skala yang terdiri dari 15 pernyataan yang berisi kekurangan-
kekurangan kecil yang terdapat pada setiap orang, dan setiap orang itu rela
mengakuinya. Skor yang tinggi berarti bahwa subjek berusaha menampakkan diri sebaik
mungkin di hadapan orang lain, menyembunyikan hal-hal yang kurang baik tentang
dirinya dalam tes yang mengakibatkan dia mengisi MMPI dengan tidak secara jujur atau
Skala Klinis
1) Skala 1 : skala yang terdiri dari 33 pernyataan dan menggambarkan dimensi gangguan
fisik dan fungsi tubuh. Skor tinggi berarti subjek terlalu memperhatikan kesehatan
tubuhnya dan merasakan keluhan-keluhan somatik lebih dari yang biasa. Skor rendah
berarti subjek memiliki energi yang penuh, ambisius, tidak memiliki hambatan-hambatan,
dan tidak menghiraukan keluhan fisik.
2) Skala 2 : skala yang terdiri dari 60 butir pernyataan yang menggambarkan
dimensi depresi. Skor tinggi berarti individu mengalami depresi, suka memikirkan
sesuatu dengan perasaan cemas dan pesimistik. Skor sedang berarti subjek berekasi
baik terhadap psikoterapi. Skor rendah berarti subjek mempunyai pandangan hidup
yang optimistik, gembira, spontan dan kadang-kadang kurang mengalami hambatan.
3) Skala 3 : skala yang terdiri dari 60 pernyataan yang menggambarkan konversi. Skor
tinggi menunjukkan adanya ketidakmatangan, represi yang bersifat histeris, mudah
terpengaruh oleh sugesti-sugesti dan mudah bereaksi secara emosional. Skor rendah
berarti subjek kurang spontan dan seorang yang kurang senang berpatisipasi dengan
orang-orang lain.
4) Skala 4 : skala yang terdiri dari 50 pernyataan dan menggambarkan orang yang tidak
menghiraukan nilai-nilai sosial, kurang mampu mengambil manfaat dari pengalaman dan
sukar mengadakan hubungan interpersonal yang lama. Skor tinggi berarti subjek
adalah impulsif, kurang mampu memberikan reaksi emosional yang mendalam, dan
marah terhadap orang lain. Skor sedang berarti subjek adalah orang yang suka
MMPI di Indonesia
Unsur – unsur religiousitas penduduk Minessota tahun 1930-an adalah kebanyakan
protestan, dan pada MMPI Indonesia, pertanyaan religiousitas dinetralkan.
Contoh pertanyaan :
No 95: I go to Church almost every week.
Penduduk Minesota 1930-an, pada umumnya akan menjawab Ya sebagai mayoritas, dan
Tidak adalah minoritas. Ditahun 1980-an, ternyata jawaban Ya adalah minoritas,
sedangkan Tidak adalah mayoritas. Terjemahan dalam bahasa Indonesia (Yul Iskandar)
Aku rajin pergi ketempat ibadah. (True) sampai saat ini masih mayoritas.
Individu yang mendukung mempertahankan Klinis skala yang lebih tua berpendapat
bahwa RC baru timbangan mengukur patologi yang nyata berbeda dari yang diukur dengan
skala klinis yang asli. klaim ini tidak didukung oleh hasil penelitian, yangmenemukan skala
RC untuk menjadi lebih bersih, versi yang lebih murni dari skala klinis asli karena 1) korelasi
interscale akan sangat berkurang dan tidak ada item yang terkandung di lebih dari satu
skala RC, dan 2) yang tersebar di seluruh varians umum skala yang lebih tua klinis
karena faktor umum bersama psikopatologi-parsing keluar dan terkandung dalam
demoralisasi skala pengukuran terpisah (RCdem). Kritik dari skala baru berpendapat bahwa
penghapusan ini varians umum membuat skala RC kurang ekologis berlaku (kurang
suka kehidupan nyata) karena pasien riil cenderung untuk menyajikan pola-pola kompleks
gejala. Namun, masalah ini ditangani dengan mampu melihat peningkatan pada skala RC
lain yang kurang jenuh dengan faktor umum dan, karenanya, juga lebih transparan dan lebih
mudah untuk menginterpretasikan.
Kritik dari skala RC menyatakan mereka telah menyimpang terlalu jauh dari skala
klinis asli, implikasi bahwa penelitian sebelumnya dilakukan pada skala klinis tidak lagi
relevan untuk interpretasi skala RC dan beban pembuktian harus di RC skala untuk
menunjukkan mereka jelas lebih unggul dengan skala klinis asli. Pendukung skala RC
menyatakan penelitian yang telah ditangani isu-isu tersebut dengan hasil menunjukkan
bahwa skala RC memprediksi patologi di daerah mereka lebih baik daripada skala yang
ditunjuk sesuai klinis yang asli ketika menggunakan item secara signifikan lebih sedikit dan
memelihara sama dengan reliabilitas konsistensi internal dan validitas yang lebih tinggi,
dan tidak lemah di mengidentifikasi unsur-unsur inti dari skala klinis asli; lebih lanjut, tidak
seperti sisik klinis asli, timbangan RC tidak jenuh dengan faktor utama (demoralisasi,
sekarang ditangkap dalam RCdem) yang sering menghasilkan elevasi menyebar dan
interpretasi yang terbuat dari hasil sulit; akhirnya, timbangan RC memiliki korelasi interscale
lebih rendah dan, dalam kontras dengan skala klinis asli, tidak berisi item interscale tumpang
tindih Sebuah kritik lebih mendasar adalah bahwa MMPI-2 RF sisik bertumpu pada asumsi
bahwa psikopatologi adalah. kondisi homogen yang aditif. Meskipun gejala terutama
homogen, kondisi yang paling psychodiagnostic seperti histeria, PTSD, DID terdiri dari
Data dari MMPI-2 penilaian sangat berguna dalam pengaturan kesehatan kerja
dalam presentasi kompleks dimana keraguan tentang apa yang benar-benar salah dengan
pasien ada. Sebagai contoh, MMPI-2 biasanya harus bisa mendeteksi secara tidak sadar
atau sadar somatizing berpura-pura sakit pada pasien. MMPI 2 juga dapat digunakan untuk
menilai stabilitas psikologis pada pekerja di berisiko tinggi 'profesi' seperti pilot pesawat,
polisi atau pekerja dalam industri tenaga nuklir.
Popularitas MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia
sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater dan di bidang psikologi kalah
populer alat inventori ini dengan alat-alat tes lain. Kemungkinan besar karena alat ini
dianggap hanya untuk mengukur gangguan jiwa dan jumlah item yang dirasa cukup banyak
sehingga para psikolog cenderung mengabaikan. Padahal selain penggunaan secara klinis,
alat ini dari dulu sudah diakui untuk mengukur fit and proper test oleh psikiater terhadap
klien yang akan menduduki jabatan termasuk calon presiden RI yang dilakukan oleh
psikiater dari RSPAD. Jadi alat ini tidak selamanya digunakan untuk mendiagnosa
gangguan klinis saja namun dapat melihat gambaran untuk kepribadian terutama dinamika
psikologis yang terkait dengan aspek kesehatan jiwa secara umum.
Secara umum MMPI/MMPI-2 dapat digunakan untuk:
⇒ Evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya.
⇒ Alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai.
⇒ Alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan.
⇒ Evaluasi efek dari perawatan atau terapi.
⇒ Alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian.
⇒ Alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadam
kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, pejabat lain dan jabatan-jabatan lain
yang penting untuk dilihat kesehatan jiwanya.
⇒ Alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian.
Aiken, L.R. 1997.Psychological Testing & Asessment. Boston: Allyn & Bacon.
Anastasi, A. & Urbania, S. 1997. Psychological testing. New York: McMillan Company.
Groth-Marnat, G. (1999). Handbook of Psychological Asessment. (3rd Ed). New York: Jhon
Wiley & Sons, Inc.
http://www.psychologymania.net/2010/03/tes-inventori-inventory-test.html
http://psikologi45.blogspot.com/2011/02/tes-inventory.html
http://lailatur-rohmah.blogspot.com/2012/01/minnesota-multiphasic-persinality.html
Yustinus Semiun, OFM, ed. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
hlm. 307. ISBN 979-21-1121-2.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_MMPI
http://wikansusanti.blogspot.com/2011/03/mmpi-minnesota-multifase-personality.html
http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/psikodiagnostik-non-
proyektif-minnesota.html