Anda di halaman 1dari 3

Pencemaran lingkungan akibat limbah CD

Compact Disk (CD) yang sering kita pakai tentunya hanya bisa kita gunakan sekali saja
karena Compact Disk tersebut merupakan jenis writable yang tidak bisa digunakan lagi
ketika telah terpakai. Belakangan ini pemakaian CD tiap tahun terus meningkat sekitar
10% pertahun dengan pemesanan sekitar 12 milyar pertahun dan 25% diantaranya
berupa limbah. Kendalanya saat ini adalah bagaimana penanggulangan limbah CD yang
saat ini terus bertambah. Sudah banyak upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat
untuk mendaur ulang limbah CD tersebut, seperti dengan menjadikannya kerajinan yang
terbuat dari CD bekas, namun hal tersebut tidak dapat mengimbangi semakin
bertambahnya limbah CD. Hal akan sangat meresahkan jika dibiarkan terus menerus,
tidak adanya penanganan yang serius dapat menyebabkan semakin banyaknya limbah
CD yang tidak terurus.

Kurangnya pemanfaatan limbah CD

Selain dimanfaatkan sebagai kerajinan, limbah CD belum bisa dimanfaatkan dengan


maksimal karena belum adanya alternatif pemanfaatan limbah tersebut secara tepat.
Kurangnya kesadaran dari masyarakat sendiri juga perlu diperhatikan karena sumber
dari limbah tersebut berasal dari limbah rumah tangga maupun limbah dari industri
kecil.

Dampak Polycarbonate dari Limbah CD di lingkungan

Polikarbonat adalah suatu kelompok polimer termoplastik, mudah dibentuk dengan


menggunakan panas. Plastik jenis ini digunakan secara luas dalam industri kimia saat
ini. Plastik ini memiliki banyak keunggulan, yaitu ketahanan termal dibandingkan
dengan plastik jenis lain, tahan terhadap benturan, dan sangat bening. Dalam identifikasi
plastik, polikarbonat berada pada nomor 7.

Polikarbonat disebut demikian karena plastik ini terdiri dari polimer dengan gugus
karbonat (-O-(C=O)-O-) dalam rantai molekuler yang panjang. Tipe polikarbonat yang
paling umum adalah bisfenol A (BPA). Polikarbonat adalah material yang tahan lama
dan dapat dilaminasi menjadi kaca anti peluru. Meski memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap benturan, namun polikarbonat cukup mudah tergores sehingga dibutuhkan
pelapisan keras (hard coating) untuk membuat lensa kaca mata dan eksterior otomotif
menggunakan polikarbonat dan material optis lainnya karena polikarbonat sangat
bening dan memiliki kemampuan mentransmisikan cahaya yang sangat baik
dibandingkan dengan jenis kaca lainnya. Sifat polikarbonat mirip dengan polimetil
metakrilat (akrilik), namun polikarbonat lebih kuat dan dapat digunakan pada suhu
tinggi, meski lebih mahal.

Polikarbonat akan mengalami transisi gelas pada temperatur 150 oC sehingga


polikarbonat akan menjadi lembek secara bertahap di atas temperatur ini, dan mulai
mencair pada temperatur 300 oC.
Suatu studi baru dari para peneliti Harvard School of Public Health (HSPH)
menemukan bahwa partisipan yang meminum air selama seminggu dari botol
polikarbonat – botol minuman dan botol bayi dari plastik sangat keras yang sangat
terkenal – menunjukkan bahwa dua pertiga chemical bisphenol A (BPA) naik pada air
seni mereka. Ekspose terhadap BPA, digunakan pada pabrikan polikarbonat dan plastik
lainnya, telah menunjukkan campur tangan dalam pengembangan reproduktif pada
hewan dan telah terkait dengan penyakit cardiovascular dan diabetes pada manusia.

Studi ini pertama kali menunjukkan bahwa minuman dari botol polikarbonat
meningkatkan tingkat urinitas BPA, dan selanjutnya menyatakan bahwa kemasan
minuman yang terbuat dengan BPA melepaskan kimiawi kedalam cairan yang orang –
orang minum pada jumlah yang cukup untuk meningkatkan tingkat BPA yang keluar
dari air seni manusia.

Sebagai tambahan pada botol polikarbonat, yang dapat diisi ulang dan kemasan yang
popular di kalangan siswa, peserta perkemahan dan lainnya serta juga digunakan sebagi
botol minuman bayi, BPA juga ditemukan pada campuran bidang kedokteran gigi dan
tambalan dan lapisan kaleng makanan dan minuman. (Pada botol, polikarbonat dapat
teridentifikasi oleh daur ulang nomer 7.) Berbagai macam studi telah menunjukkan
perusak kelenjar endokrin pada hewan, termasuk pada permulaan kedewasaan seksual
dini, merubah perkembangan dan jaringn tisu kelenjar susu dan menurunkan produksi
sperma pada keturunan. Hal ini mungkin yang paling berbahaya pada tingkatan
perkembangan awal.

“Kita menemukan bahwa cairan dingin minuman dari botol polikarbonat  hanya
seminggu saja telah menaikkan tingkat BPA air seni hingga lebih dua pertiganya. Jika
anda memanaskan botol tersebut, seperti dalam kasus pada botol susu bayi, kita
memperkirakan tingkatnya akan sangat tinggi sekali. Ini akan menjadikan suatu
perhatian karena bayi khususnya rentan terhadap potensi pengrusakan kelenjar endokrin
dari BPA,” kata Karin B. Michels, rekanan profesor pada bidang epidemiology di
HSPH dan Harvard Medical School dan penulis senior studi ini.

Para peneliti ini, diketuai oleh penulis pertamanya yaitu Jenny Carwile, seorang
mahasiswa doktoral pada departemen epidemiology di HSPH, dan Michels, mahasiswa
yang direkrut dari Harvard College untuk studi ini pada bulan April 2008. Sebanyak  77
partisipan memulai studi ini dengan fase “washout” selama seminggu dimana mereka
meminum semua minuman dingin dari botol stainless steel dengan maksud
meminimalisir ekspos BPA. Para partisipan menghasilkan contoh air seni selama
periode washout. Kemudian mereka diberikan dua botol polikarbonat dan diminta untuk
meminum semua minuman dingin dari botol tersebut seminggu kemudian; contoh –
contoh air seni juga dihasilkan selama periode tersebut.

Hasilnya menunjukkan konsentrasi urinitas BPA para partisipan naik 69% setelah
meminum dari botol polikarbonat. (Penulis studi ini menjelaskan bahwa konsentrasi
BPA pada populasi kampus sama dengan apa yang dilaporkan pada populasi umum di
Amerika.) Studi sebelumnya menemukan bahwa BPA dapat larut dari botol
polikarbonat kedalam isinya; studi ini merupakan yang pertama kali menunjukkan
konsentrasi urinitas BPA pada manusia.

Salah satu keunggulan studi ini, jelas penulisnya, adalah bahwa para siswa yang
meminum dari botol pada penggunaan yang normal. Apalagi, para siswa tidak
membersihkan botol mereka di tempat cucian  ataupun menaruh cairan panas
kedalamnya; pemanasan telah menunjukkan kenaikan melarutnya BPA dari
polikarbonat, sehingga tingkat BPA mungkin saja sangat tinggi setelah para siswa
meminum cairan panas dari botol tersebut.

Pemerintah Kanada melarang penggunaan BPA polikarbonat pada botol susu bayi pada
tahun 2008 dan beberapa pabrikan botol polikarbonat secara sukarela telah meniadakan
BPA dari produk mereka. Dengan meningkatnya bukti efek berbahaya yang potensial
dari BPA pada manusia, para penulis percaya bahwa penelitian selanjutnya diperlukan
pada efek BPA terhadap bayi dan pada perkembangan gangguan  reproduktif dan
kanker payudara pada orang dewasa.

“Studi ini muncul pada waktu yang tepat karena banyak Negara yang
memutuskanapakah jadi melarang penggunaan BPA botol susu bayi dan cangkir
minum. Semnetara studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa BPA terkait dengan
efek kesehatan yang merugikan, studi ini melengkapi potongan teka – teki yang hilang
—apakah botol plastic polikarbonat penting atau tidak terhadap penyumbang jumlah
BPA dalm tubuh manusia,” kata Carwile.(www.chem-is-try.org)

Tanggung jawab manusia atas pencemaran limbah CD

Gagasan

Limbah CD terdiri dari beberapa unsur yang menyusunnya, sebelum bisa dimanfaatkan
komponen-komponen penyusunnya harus dipisahkan terlebih dahulu dengan berberapa
teknik pemisahan, diantaranya:

Anda mungkin juga menyukai