Anda di halaman 1dari 182

PENDIDIKAN PANCASILA

iPage | i Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta

PASAL 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-
undangan yang berlaku.
PASAL 72
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000.00 (Satu Juta Rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta
rupiah).

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila iiPage | ii


PENDIDIKAN PANCASILA

iiiPage | iii Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


PENDIDIKAN PANCASILA
Penulis: - GERY ISMANTO, SH., M.Hum
- M. ALPI SYAHRIN, SH., MH

ISBN: 978-602-1096-98-7

Editor : GERY ISMANTO, SH., M.Hum

Tata Letak/Cover: Andik April

Penerbit:
Asa Riau (CV. Asa Riau)
Anggota IKAPI
Jl. Kapas No 16 Rejosari,
Kode Pos 28281 Pekanbaru - Riau
e-mail: asa.riau@yahoo.com

Percetakan: CV Mulia Indah Kemala


Jl. Pembangunan No. 9 B Pekanbaru
Email:cvmuliaindahkemala@yahoo.co.id

Cetakan Ketiga : April 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak Karya Tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila ivPage | iv


KATA PENGANTAR

Belajar dari berbagai negara yang tergolong maju, setidaknya


ada dua pelajaran penting yang harus menjadi pelajaran bagi bangsa
Indonesia, yaitu menciptakan pemerintahan yang bersih dan
pendidikan yang bagus (Clean Governance and good education).
Apabila kedua hal ini dikesampingkan sebagaimana yang kita
rasakan dan saksiskan selama ini, maka sekian besar modal sosial
dan kekayaan alam bangkrut kemudian diperparah lagi dengan
jeratan hutang luar negeri yang mencapai angka yang fantastis.
Disatu sisi pemerintah dianggap lemah disisi lain masyarakat juga
pesimis, dirundung oleh berbagai problem sosial ekonomi yang
semakin berat. Tanpa pemerintahan yang bersih dan pendidikan
yang bagus, maka masa depan bangsa ini akan semakin suram dan
memprihatinkan.

Apabila kita mencermati situasi dan kondisi aktual saat ini,


tampak bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sedang menghadapi suatu cobaan yang cukup berat, yaitu krisis
multidimensi diseluruh aspek kehidupan sosial. Situasi dan kondisi
tersebut disebabkan oleh globalisasi yang dapat mempengaruhi pola
fikir, pola sikap dan pola tindakan masyarakat, sehingga akan
mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia.

Menghadapi kondisi tersebut, marilah kita sama- sama melihat


kebelakang untuk mencermati sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan, bangsa
Indonesia berjuang dengan semangat kebangsaan yang tinggi yang
dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang Maha
Esa serta sikap ikhlas berkorban. Semangat tersebut merupakan
kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap dan prilaku
yang heroik dan patriotik sebagai modal untuk merebut
kemerdekaan sehingga melahirkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

vPage | v Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dalam mengisi kemerdekaan dan mengatasi krisis
multidimensi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara, Diktat Pendidikan Pancasila ini diharapkan mampu
sebagai salah satu inspirasi bagi para mahasiswa calon
Sarjana/Ilmuwan untuk bersama-sama mengabdi dan kembali
membangkitkan semangat kebangsaan.

Pekanbaru, 2016

Gery Ismanto, SH. M.Hum

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila viPage | vi


DEDICATE TO :

 Allah SWT Atas Segala Rahmat, Hidayah dan inayah-nya. Tempat


Aku Beriman, Bersyukur, Mengadu Dan Memohon Ampun.
 Nabi Besar Muhammad SAW, Beserta Keluarga Dan Sahabatnya.
 Papa Drs. H. GUNARTO, M.M. & Mama Dra. Hj. SITI AISYAH
Tercinta. Pemberi Cahaya & Makna Hidup Ku. Terima Kasih Buat
Kasih Sayang, Perhatian, Kepercayaan, Kesabaran Dan
Supportnya. Tanpa Papa & mama Aku Bukanlah Apa-Apa (Maaf
Baru Ini Yang Bisa Anakmu Berikan & Persembahkan)
 Adik-ku Teresayang dr. Sri Handayani Kadang Sebagai Teman
ku, Penyemangat ku, Sekaligus Lawan Ku. “ Ayo Sama-Sama Kita
Harumkan nama Besar Keluarga Kita Dengan Cara Menjadi
Orang “Besar” Yang Berguna Bagi Nusa, Bangsa Dan Agama Kita.
 Thank To Istri ku Elpawasta Zikra Habibah, SP., M.Si dan anaku
Aulia Zhafira Arafah Yang Ku Sayangi Hingga Akhir Hayat Ku.

 Karakter Yang Kuat Di Dapat Dari Pengorbanan dan Percobaan


hebat.

viiPage | vii Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila viiiPage | viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DEDICATE TO .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix

BAB I : LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA............................... 1


BAB II : PENGERTIAN PANCASILA DAN TUJUAN PENDIDIKAN
PANCASILA .................................................................................... 4
BAB III : PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA................................... 14
BAB IV : RUMUSAN PANCASILA ............................................................. 24
BAB V : PANCASILA DAN DEMOKRASI .............................................. 33
BAB VI : PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN SYSTEM
FILSAFAT........................................................................................ 57
BAB VII : PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA
INDONESIA .................................................................................... 75
BAB VIII : PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA, SISTEM PEMERINTAHAN DAN
PENGARUH SISTEM PEMERINTAHAN SATU NEGARA
TERHADAP NEGARA-NEGARA LAIN .................................. 85

ixPage | ix Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB IX : PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA................. 107
BAB X : PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA ... 115
BAB XI : PANCASILA, PERMASALAHAN AKTUAL DAN
PERMASALAHAN SARA............................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 176

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila xPage | x


BAB I
LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

1. Landasan Sejarah
Dalam Sejarah Kerajaan Majapahit, dibawah pimpinan Hayam
wuruk dan Gajah mada, mereka mengemukakan bahwa ada 5
pantangan, yaitu: Mateni, maling, madon, madat dan atau berjudi.

2. Landasan Kultural
Pancasila tumbuh dari adat istiadat, budaya, agama serta
kepustakaan Indonesia telah ada sejak dulu kala, sehingga disebut
kristalisasi, perwatakan asli bangsa Indonesia, disimpulkan
sebagai berikut:
a. Komunal (milik rakyat atau umum)
b. Kekeluargaan
c. Kerja Sama
d. Sabar
e. Percaya dengan Dzat Yang Mutlak
Kemudian Berkembang Menjadi: Keadilan, Kerakyatan,
Kebangsaan, Kemanusiaan, ketuhanan.

3. Landasan Yuridis
Pancasila sebagai dasar Falsafah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Maka berkaitan dengan aturan Hukum Secara Yuridis,
untuk pendidikan pancasila:
1. Alinea Ke 4 Pembukaan UUD 1945
2. Batang Tubuh ,UUD ‘45, Pasal 29 (1,2), Pasal 24 (1), Pasal
27 (1,2)
3. Tap MPR II Tahun 1993
4. Undang – undang Sistem pendidikan nasional Tahun 2003
5. Surat Keputusan Menteri Pendidikan nasional Nomor
056/U/94 Tahun 1994
6. Surat keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Nomor 356/dikti/kep/95 dan 265/Dikti/Kep/2000
Tanggal 10-08-2000
7. Surat keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No;
43/DIKTI/KEP/2006.

1Page | 1 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


4. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai Falsafah Negara menjadi pedoman hidup
sebagai Kristalisasi Nilai, Budaya, keagamaan Bangsa Indonesia
yang telah dimiliki sejak dahulu kala yang berakar dalam hati
masyarakat. Pancasila sebagai falsafah berfungsi sebagai landasan
jiwanya Negara, dengan demikian Pancasila landasan kerohanian
karena mengandung:
a. Hakekat Negara
b. Tujuan Negara
c. Kedudukan Negara
d. Penyelenggaraan Negara
Realita Konkrit Pancasila Sebagai falsafah Untuk Mewujudkan
Masyarakat Bhineka Menjadi Tunggal dalam Ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Seluruh warga Negara kesatuan Republik Indonesia sudah
seharusnya mempelajari, mendalami dan mengembangkannya
serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan berNegara sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang
dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah.
Tingkatan pengetahuan ilmiah yakni pengetahuan deskriptif,
pengetahuan kausal, pengetahuan normatif, dan pengetahuan
esensial. Pengetahuan deskriptif menjawab pertanyaan bagaimana
sehingga bersifat mendiskripsikan, adapun pengetahuan kausal
memberikan jawaban terhadap pertanyaan ilmiah mengapa,
sehingga mengenai sebab akibat (kausalitas). Pancasila memiliki
empat kausa :kausa materialis (asal mula bahan dari Pancasila),
kausa formalis (asal mula bentuk), kausa efisien (asal mula karya),
dan kausa finalis (asal mula tujuan).
Tingkatan pengetahuan normatif merupakan hasil dari
pertanyaan ilmiah kemana. Adapun pengetahuan esensial
mengajukan pemecahan terhadap pertanyaan apa, (apa
sebenarnya), merupakan persoalan terdalam karena diharapkan
dapat mengetahui hakikat. Pengetahuan esensial tentang Pancasila
adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang inti sari atau
makna terdalam dalam sila-sila Pancasila atau secara filsafat untuk
mengkaji hakikatnya. Pelajaran atau perkuliahan pada perguruan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 2Page | 2


tinggi, oleh karena itu, tentulah tidak sama dengan pelajaran
Pancasila yang diberikan pada sekolah menengah. Tanggung jawab
yang lebih besar untuk mempelajari dan mengembangkan
Pancasila itu sesungguhnya terkait dengan kebebasan yang
dimilikinya.

3Page | 3 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB II
PENGERTIAN PANCASILA DAN
TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sangsekerta India (kasta
brahmana). sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa
sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca :
yang artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi,
alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang artinya peraturan tingkah
laku yang baik atau penting. Kata kata tersebut kemudian dalam
bahasa Indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang
memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara
etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah
“pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu
sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.
adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewa nagari i bermakna
“lima aturan tingkah laku yang penting”.
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam
perpustakaan Budha India. ajaran budha bersumber pada kitab
suci Tri Pitaka dan Vinaya pitaka, yang kesemuanya itu merupakan
ajaran moral untuk mencapai surga. Ajaran Pancasila menurut
Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral
principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para
penganutnya. adapun isi lengkap larangan itu adalah :
1) Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya
“jangan mencabut nyawa makhluk hidup” atau dilarang
membunuh.
2) Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya
“jangan mengambil barang yang tidak diberikan.”
maksudnya dilarang mencuri.
3) Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani,
artinya jangan berbuat zina.
4) Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan
berkata bohong atau dilarang berdusta.
5) Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya
janganlah minum-minuman yang memabukkan.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 4Page | 4


Nilai-nilai Pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di
dalam kehidupan masyarakat Indonesia nilai Pancasila secara
praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). nilai dan
fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka. hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit (1293).
pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu prapanca menulis “Negara
kertagama” (1365). dalam kitab tersebut telah terdapat istilah
“pancasila”. empu tantular yang mengarang buku “sutasoma” yang
di dalamnya memuat seloka yang berbunyi : “Bhineka Tunggal ika
tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun
satu jua adanya, sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama
pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. bahkan salah satu
kerajaan yang menjadi kekuasaannya yaitu pasai jutru telah
memeluk agama islam.
Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan
pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam
hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang
Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang
kemudian juga dijadikan fundamental keNegaraan yaitu Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. demikian pula asas
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
seterusnya dimana nilai nilai tersebut secara bulat dan utuh
mencerminkan asa kekeluargaan, cinta sesama dan cinta keadilan.
Berdasarkan asa-asa fundamental ini, maka disarikan pokok-
pokok ajaran filsafat Pancasila menurut Lapasila IKIP Malang
(yang saat ini menjadi Universitas Malang) sebagai berikut :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Budinurani manusia
3. Kebenaran
4. Kebenaran dan keadilan
5. Kebenaran dan keadilan bagi bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya Pancasila tetap tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang susunan sila-
silanya sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

5Page | 5 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Menurut Prof. Mr. Muhamad Yamin (Pembahasan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia) pada halaman 437 antara lain
sebagai berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi
istilah hukum, mula-mula ditempa dan dipakai oleh Ir. Soekarno
dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan
sila yang lima. Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia
lama sebelum abad XIV. Kata kembar itu keduanya berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki arti yang
berbeda. Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu
sendi yang lima (consisting of 5 rocks; aus fund Felsen bestehend).
Pancasila dengan huruf i yang panjang bermakna “5 peraturan
tingkah laku yang penting”.
Kata Sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang
juga berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di
atas dirasakan sudah menjadi satu paduan antara sendi yang lima
dengan lima tingkah laku yang senonoh.
Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan
bahwa Pancasila sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah
dikenal di tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan Pancasila
dalam bentuk formalnya sebagai dasar Falsafah Negara Republik
Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila


Ada beberapa Hal yang menjadi Tujuan Pendidikan Pancasila,
yaitu:
a. Tujuan Nasional dimuat dalam Pembukaan UUD 1945
1.Melindungi Segenap bangsa Indonesia
2.Melindungi Tumpah Darah Indonesia
3.Memajukan Kesejahteraan Umum
4.Mencerdaskan kehidupan Bangsa
5.Ikut Melaksanakan ketertiban Dunia
b. Tujuan Diknas (Secara Umum)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 6Page | 6


a. Meningkatkan kualitas Manusia Indonesia Yang beriman
dan bertaqwa.
b. Menumbuhkan Jiwa Patriotik dan Cinta Tanah Air,
menghargai Jasa Pahlawan serta berorientasi ke Masa
Depan.
c. Tujuan Pendidikan Pancasila
Berdasarkan keputusan Dirjen Dikti 265 Th 2000, tujuan
Pendidikan Pancasila Mencakup Filsafat Pancasila, sebagai
berikut:
1. Dapat Memahami dan mampu melaksanakan Jiwa
Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupannya Sebagai
Warga Negara Republik Indonesia.
2. Menguasai Pengetahuan/Pemahaman tentang beragama,
masalah dasar kehidupan Bermasyarakat berbangsa dan
berNegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
3. Memupuk Sikap dan perilaku yang sesuai dengan
Nilai/Norma Pancasila, sehingga mampu menanggapi
perubahan yang terjadi dalam keterpaduan iptek dan
pembangunan.
4. Membantu mahasiswa dalam Proses belajar, Berfikir,
memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan
menerapkan strategi terhadap Nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan Pancasila yang berhasil akan membuahkan
sikap dan mental yang cerdas, bertanggung jawab serta
mahasiswa akan berperilaku:
1. Beriman dan bertanggungjawab terhadap Tuhan yang
Maha Esa.
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan Indonesia
4. Mendukung kerakyatan untuk mengutamakan
kepentingan bersama diatas segala kepentingan
Perorangan.
5. Mendukung Usaha untuk mewujudkan Keadilan Sosial.
C. Burung Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-
1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda

7Page | 7 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, Indonesia (pada
saat itu Republik Indonesia Serikat) berkeinginan memiliki
lambang Negara. Maka pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuk
Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah
koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II
dengan susunan panitia teknis sebagai berikut :
1. Moehammad Yamin sebagai Ketua
2. Ki Hajar Dewantoro sebagai Anggota
3. M. A. Pellaupessy sebagai Anggota
4. Moh Natsir sebagai Anggota
5. RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang
Negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Setelah
rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang, Sultan Hamid
II, Presiden RIS, Soekarno dan Perdana Menteri, Moh. Hatta, terus
dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka
bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang
semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".
Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang Negara
yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada
Presiden Soekarno. Rancangan lambang Negara tersebut
mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan
kembali karena adanya keberatan terhadap gambar burung
Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai
dan dianggap terlalu bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar
lambang Negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi
yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda
Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno
kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS
melalui Moh. Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo
dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat
Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang Negara karya
Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang
Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu gambar

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 8Page | 8


bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak
berjambul.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk
pertama kalinya lambang Negara itu kepada khalayak umum di
Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 15 Februari 1950 namun
beliau terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila.
Pada tanggal 20 Maret 1950, Soekarno memerintahkan
pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut,
setelah sebelumnya diperbaiki. Antara lain penambahan "jambul"
pada kepala Garuda Pancasila serta mengubah posisi cakar kaki
yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di
depan pita. Alasan Soekarno menambahkan jambul, karena kepala
Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang
Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II
menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang
Negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna
gambar lambang Negara.
Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berbentuk burung Garuda.
Kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang
Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda dan diresmikan pemakaiannya
sebagai lambang Negara pertama kali pada Sidang Kabinet
Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta
Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet
tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang Negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II
dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima
pemerintah dan DPR pada waktu itu adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar
matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.
Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah
dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia,
yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung rajawali.

9Page | 9 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk
menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan
Negara yang kuat.
1. Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan
keagungan dan kejayaan.
2. Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan
3. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, antara lain: 17 helai bulu pada masing-
masing sayap, 8 helai bulu pada ekor 19 helai bulu di
bawah perisai atau pada pangkal ekor dan 45 helai bulu di
leher.
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam
kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang
melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri
untuk mencapai tujuan. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah
garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang
menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu
Negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari
timur ke barat, yang memang membelah Kepulauan Indonesia.
Perisai yang merupakan lambang perjuangan dan perlindungan ini
terbagi atas lima bagian, yang masing-masing melambangkan sila-
sila dalam Pancasila.
a. Perisai kecil yang terletak di tengah-tengah perisai besar. Di
tengah-tengah perisai kecil terdapat gambar bintang untuk
melambangkan sila pertama: ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini
mengandung maksud agar warga Negara Indonesia terus
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya atas dasar agama
dan kepercayaan masing-masing. Hal ini sesuai dengan
pandangan hidup dan perspektif kehidupan berbangsa yang
bersifat religius. Nilai-nilai yang dikembangkan untuk
membangun warga bangsa Indonesia yang bermartabat, yakni
nilai keimanan dan ketakwaan, toleransi dan kerukunan antar
umat beragama, saling hormat menghormati.
b. Gambar rantai yang berwarna kuning emas, menunjukkan sila
kedua: ”Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Rantai ini terdiri

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 10Page | 10


atas dua macam yakni yang berbentuk persegi empat dan
berbentuk cincin. Hal ini melambangkan makhluk yang terdiri
pria dan wanita yang saling sambung menyambung. Bangsa
Indonesia menyadari bahwa manusia di dunia ini sama antara
yang satu dengan yang lain, tidak ada bangsa yang lebih tinggi
kedudukannya dibanding bangsa lain. Oleh karena itu,
antarmanusia dan antarbangsa harus saling kasih sayang,
saling mencintai, tidak semena-mena, tenggang rasa, saling
harga menghargai, dan saling tolong menolong, membela
kebenaran dan keadilan.
c. Pohon Beringin, melambangkan sila ketiga: ”Persatuan
Indonesia”. Pohon Beringin yang lebat daunnya, hijau, rimbun
sehingga bisa digunakan untuk berteduh dan berlindung siapa
saja. Nilai-nilai yang termaktub di dalam lambang ini misalnya
persatuan dan kesatuan, saling melindungi, rela berkorban,
rasa cinta pada tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia
sekaligus bangga dengan budaya bangsanya.
d. Kepala Banteng, melambangkan sila keempat: ”Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.” Rakyat dalam hal ini
merupakan komunitas yang masing-masing individu memiliki
kedudukan yang sama, memiliki kewajiban dan hak yang sama.
Inilah inti dari kehidupan demokrasi, yang di Indonesia
memiliki ciri yang khas, yakni musyawarah untuk mufakat,
yang dijalankan secara jujur dan tanggung jawab. Nilai-nilai
yang terkandung pada sila keempat ini, antara lain :
demokrasi, persamaan, mengutamakan kepentingan Negara,
tidak memaksakan kehendak, musyawarah untuk mufakat,
gotong royong dan semangat kekeluargaan, kesantunan dalam
menyampaikan pendapat, jujur dan tanggung jawab.
e. Padi dan kapas, melambangkan sila kelima: ”Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Sila ini memberikan
semangat dan motivasi bagi pimpinan dan seluruh rakyat
Indonesia untuk mengusahakan kemakmuran dan
kesejateraan yang merata (adil) bagi bangsa Indonesia.
Padi melambangkan pangan dan kapas melambangkan
sandang. Dengan lambang ini diharapkan semua rakyat

11Page | 11 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Indonesia dapat menikamati kemakmuran, kesejahteraan,
cukup pangan, cukup sandang. Oleh karena itu, sila kelima
ini sekaligus memberikan semangat dan motivasi para
pimpinan dan semua unsur masyarakat untuk
mengusahakan kemakmurn dan kesejahteraan yang merata
bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah prinsip keadilan sosial
yang perlu diwujudkan sesuai dengan amanat sila kelima
Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara
lain: keadilan, gotong-royong dan saling tolong menolong,
tanggung jawab, kerja keras dan kemandirian.
Di samping hal-hal yang dijelaskan di atas, secara simbolik
filosofis, karakter atau ciri Lambang Garuda Pancasila itu
diciptakan sesuai dengan jiwa, kebudayaan, tradisi dan nilai-nilai
agama yang berkembang di Indonesia. Dalam konteks ini Lambang
Garuda Pancasila itu sudah melambangkan kebaikan/keutamaan.
Sebagai contoh Burung Garuda itu menghadap kekanan. Di
lingkungan masyarakat Indonesia sudah menjadi pandangan
bahkan menjadi tradisi bahwa kanan itu sesuai yang baik. Oleh
karena itu, memulai sesuatu yang baik sudah seharusnya dimulai
dari kanan, entah tangan kanan, kaki kanan (kecuali sesuatu
keadaan yang khusus seperti kidal). Mau masuk rumah, atau
masuk ruang ibadah, dimulai kaki kanan, makan dengan tangan
kanan, Malaikat yang mencatat perilaku baik manusia ada pada
bahu kanan manusia yang bersangkutan. Memahami uraian
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam lambang Garuda
Pancasila yang berintikan nilai-nilai Pancasila, jelas merupakan
instrumen yang sangat tepat untuk membangun karakter bangsa
Indonesia.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dideskripsikan
karakter bangsa Indonesia antara lain sebagai beriku: (1)
Menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, sehingga menjadi
insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Y.M.E; (2)
berlaku adil, jujur dan bertanggung jawab; (3) kasih sayang dan
saling tolong menolong; (4) beradap dan mematuhi norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat; (5) memupuk sikap toleransi,
saling harga-menghargai, dan hormat-menghormati; (6)
menghormati perbedaan dan mengembangkan kebersamaan,

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 12Page | 12


persatuan dan kesatuan; (7) bersikap positif kepada bangsa dan
Negara, rela berkorban dan cinta pada tanah air; (8) mencintai dan
melestarikan budaya bangsa sendiri, menjaga milik Negara, dan
menghormati budaya dan milik bangsa lain; (9 terbuka terhadap
perubahan atas dasar nilai dan norma yang dimilikinya; (10)
mengembangkan semangat kekeluargaan dan gotong royong, (11)
demokratis, mengedepankan musyawarah untuk mencapai
mufakat; (12) memiliki semangat juang yang tinggi, kerja keras
dan mengembangkan kemandirian.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari
Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata “Bhinneka” berarti beraneka
ragam atau berbeda-beda, kata "Tunggal" berarti satu, kata "Ika"
berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda
tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa bangsa
Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:
1. Warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai
2. Warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai
3. Warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda
4. Warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk
jantung
5. Warna alam untuk seluruh gambar lambang.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan
penyempurnaan bentuk final gambar lambang Negara, yaitu dengan
menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang Negara.
Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar
dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang
Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai
lambang Negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah
hingga saat ini.

13Page | 13 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB III
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

1. Masa sebelum Proklamasi Kemerdekaan


Pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia sebelum
di sahkan tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah
ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan Negara, yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut
telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-
hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang
berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis
pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai
dasar filsafah Negara Indonesia . proses perumusan materi
Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, sidang panitia “9”, sidang BPUPKI kedua, serta
akhirnya disyahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia. Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam
pancaasila, yaitu : ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
serta keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sejak Jaman dahulu kala sebelum
mendirikan Negara. Berikut akan dijelaskan masa-masa sebelum
proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia.
1. Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu).
Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja
mulawarman keturunan dari raja aswawarman ketrurunan dari
kudungga. Raja mulawarman menurut prasasti tersebut
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para
brahmana, dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda
terimakasih raja yang dermawan. Masyarakat kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini
menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 14Page | 14


kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para brahmana . dalam
zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil
mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan
sriwijaya di sumatra dan majapahit yang berpusat di jawa.
2. Zaman Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama
yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara
kebangsaaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu :
pertama, zaman sriwijaya di bawah wangsa syailendra (600-
1400), yang bercirikan kesatuan. Kedua, Negara kebangsaan
zaman majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua
tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama.
Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu Negara bangsa
Indonesia merdeka. Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di
sumatra yaitu kerajaan wijaya, dibawah kekuasaaan bangsa
syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti kedudukan bukit di kaki
bukit siguntang dekat palembang yang bertarikh 605 caka atau
683 M. Dalam bahasa melayu kuno huruf pallawa. Kerajaan itu
adalah kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya,
kunci-kunci lalulintas laut disebelah barat dikuasainya seperti
selat sunda kemudian selat malaka. Pada zaman itu kerjaan
sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup disegani
dikawasan asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang
disebut Tuhan An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koperasi sehingga sangat mudah untuk memasarkan
dagangannya. Demikian pula dalam sistem pemerintahaannya
terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan,
kerohanian yang menjadi pengawas tekhnis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu
kerajaan dalam menjalankan sistem Negaranya tidak dapat
dilepaskan dengan nilai ketuhanan. Agama dan kebudayaan
dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama
budha, yang sangat terkenal di Negara lain di asia. Banyak
musyafir dari Negara lain misalnya dari cina belajar terlebih

15Page | 15 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama budha dan
bahasa sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke india.
Malahan banyak guru-guru besar tamu dari india yang mengajar di
sriwijaya misalnya dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan
bersama dalam suatu Negara adalah tercemin pada kerajaan
sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya
dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur ).
3. Zaman kerajaan-kerajaan sebelum majapahit
Sebelum kerajaan majapahit muncul sebagai suatu kerajaan
yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul
kerajaan-kerajaan di jawa tengah dan jawa timur secara silih
berganti. Kerajaan kalingga pada abad ke VII, sanjaya pada abad ke
VIII yang ikut membantu membangun candi kalasan untuk dewa
tara dan sebuah wihara untuk pendeta budha didirikan di jawa
tengah bersama dengan dinasti syailendra (abad ke VII dan IX).
Refleksi puncak dari jawa tengah dalam periode-periode kerajaan-
kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi borobudur dan candi
prambanan. Selain kerajaan-kerajaan di jawa tengah tersebut di
jawa timur muncullah kerajaan-kerajaan disana, darmawangsa
demikian juga kerajaan airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga
membuat bangunan keagamaan dan asrama,dan raja ini memiliki
sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan
adalah agama budha , agama wisnu dan agama syiwa yang hidup
berdampingan secara damai. Diwilayah kediri jawa timur berdiri
pula kerajaan singasari, yang kemudian sangat erat hubungannya
dengan berdirinya kerajaan majapahit.
4. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan majapahit yang mencapai
zaman keemasannya pada pemerintahan raja hayam wuruk
dengan mahapatih gajah mada yang di bantu oleh laksamana nala
alam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah
kekuasaan majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung melayu (malaysia sekarang) sampai irian barat
melalui kalimantan utara. Pada waktu itu agama hindu dan budha
hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu
prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah
telah terdapat istilah “pancasila”. Empu tantular mengarang buku

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 16Page | 16


sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan
nasional, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya
“bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrua”, artinya
walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang memiliki tuhan yang berbeda. sumpah palapa yang
diucapkan oleh mahapatih gaja mada dalam sidang ratu dan
menteri-menteri di pasebankeprabuan majapahit pada tahun
1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya
sebagai berikut : “saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan Negara,
jikalau gurun, seram, tanjung, haru, pahang, dempo, bali sunda,
palembang dan tumasik telah dikalahkan”. Dalam tata
pemerintahan kerajaan majapahit terdapat semacam penasehat
seperti rakryan I Hino , I sirikan, dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai
musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan
kerajaan majapahit.
5. Zaman Penjajahan
Setelah majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka
berkembanglah agama islam dengan pesatnya di Indonesia.
Bersama dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan Islam
seperti kerajan demak, dan mulailah berdatangan orang-orang
eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang portugis yang
kemudian diikuti oleh orang-orang spanyol yang ingin mencari
pusat tanaman rempah-rempah. Bangsa asing yang masuk ke
Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang
portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa belanda datang pula ke
Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Utuk
menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian
mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama
V.O.C, yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan
sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram
dibawah pemerintahan sultan agung berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke batavia pada tahun 1628 dan tahun
1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun gubernur
jendral J.P coen tewas dalam serangan sultan agung yang kedua

17Page | 17 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


itu. Di makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital
berhasil juga dikuasai kompeni tahun 1667 dan timbullah
perlawanan dari rakyat makasar di bawah hasanudin . menyusul
pula wilayah banten dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada
tahun 1684. Perlawanan trunojoyo, untung suropati di jawa timur
pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan
kekuasa. Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakn
ibnu iskandar pimpinan armada dari minangkabau untuk
mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak
mendapat sambutan yang hangat . perlawanan bangsa Indonesia
terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak memiliki
koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak
menimbulkan korban bagi anka-anak bangsa.
6. Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah
suatu kebohongan belaka, sehingga tidak pernah menjadi
kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret
1940. Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa
Indonesia”. Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang
tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, janji ini diberikan karena
Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia
diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka
Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Tioosakai. Pada hari itu
juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada
siding BPUPKI adalah membahas tentang dasar Negara.
BPUPKI semula beranggotakan 70 orang (62 orang Indonesia
dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak
berbicara, hanya mengamati/ observer),kemudian ditambah
dengan 6 orang Indonesia pada sidang kedua. Sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 18Page | 18


falsafah dasar Negara bagi Negara Indonesia. Selama empat hari
bersidang ada tiga puluh tiga pembicara. Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa Soekarno adalah "Penggali/Perumus
Pancasila". Tokoh lain yang menyumbangkan pikirannya tentang
Dasar Negara antara lain adalah Mohamad Hatta, Muhammad
Yamin dan Soepomo.
Bangsa Indonesia tidak patut menerima begitu saja budaya
Barat, dengan begitu juga nada-nada keilmuannya secara serta-
merta, sudah disadari benar oleh para bapak pendiri Negara.
Dokter Radjiman Wediodiningrat saat berada di Nederland tahun
1911 menyatakan dengan tegas bahwa-tidak mungkin
membaratkan orang Jawa dan jika pribumi dipisahkan
sepenuhnya dan secara paksa dari masa lalunya, yang akan
terbentuk adalah manusia tanpa akar, tak berkelas, tersesat di
antara dua peradaban Sebagai salah seorang tokoh Budi Utomo dr.
Radjiman merasa memiliki warisan budaya dan bersama beberapa
tokoh priyayi Jawa lainnya ingin menjalin kembali hubungan
dengan tradisi mereka. Serangkaian respons kritis terhadap
hegemoni budaya ilmiah modern muncul misalnya dalam sejumlah
peristiwa yakni: Polemik Kebudayaan pada era sebelum Indonesia
merdeka; Persidangan BPUPKI/ PPKI, geliat keilmuan
kontemporer baik dari kampus sebagai institusi maupun ide dan
aksi akademik perorangan, serta ekspose tradisi budaya etnis
kenusantaraan.
Radjiman Wediodiningrat adalah tokoh serumpun bersama Ki
Hadjar Dewantara, dr. Soetomo, Tjindarbumi, M.Amir dan
Poerbatjaraka yang dengan gigih mempertahankan tradisi bangsa
sebagai segmen penting pemikiran kebudayaan Indonesia ke
depan seperti yang termaktub dalam Polemik Kebudayaan.
Mereka dengan tegas berseberangan dengan visi kebudayaan
Sutan Takdir Alisjahbana yang berorientasikan kebudayaan ilmiah
Barat dalam membangun strategi kebudayaan nasional. Dalam
tulisannya di majalah Wasita Agustus/September 1929 Ki Hadjar
Dewantara menegaskan: Cukuplah kiranya kalau saya terangkan
demikian: kultur kita terdesak oleh kultur Eropa; ini ada baiknya,
tetapi bahaya yang besar pun nampak membayang.

19Page | 19 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Selain respons yang tersurat dalam Polemik Kebudayaan,
tahun 1933-1935, founding fathers yang luas bacaan terbukti telah
memilih modalitas keNegaraan Indonesia tidak seperti halnya
modalitas keNegaraan Barat modern. Pada dasarnya, inilah suatu
respons keilmuan yang nyata misalnya tidak dianutnya secara
mutlak teori Trias Politika, keengganan pada stelsel politik
liberalisme dan stelsel ekonomi kapitalisme yang pada tahun-
tahun berdirinya Negara merupakan mainstream. Respons
semacam ini mudah dimengerti sebab secara dini sudah disepakati
bahwa Pancasila, bukan liberalisme Barat dan Islam yang dipilih
menjadi dasar Negara. Pancasila lebih merupakan pandangan
dunia dengan causa materialis kehidupan kebudayaan dan
keagamaan Indonesia sehingga Pancasila adalah aliran pikiran
keIndonesiaan, bukan subsistem helenisme maupun semitisme.
Dalam wacana BPUPKI respons terhadap hegemoni ideologi Barat
modern begitu tajamnya. “Maka teranglah tuan- tuan yang
terhormat, bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia
yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia,maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
(Staatsidee) Negara yang integralistik, Negara yang bersatu dengan
seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan- golongannya
dalam lapangan apapun.” Pidato Soepomo dalam rapat besar 31
Mei 1945.
Pancasila sebagai dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini
kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998
tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara
jo Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap
Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar Negara merupakan hasil
kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering
disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 20Page | 20


2. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan secara ilmiah mengandung
pengertian sebagai berikut :
a) Dari sudut ilmu hukum (Yuridis), proklamasi merupakan
saat tidak berlakunya tertib hukum kolonial dan saat
berlakunya hukum nasional.
b) Secara politis ideologis, proklamasi mengandung arti
bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing
dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Negara
Indonesia masih menghadapi tentara sekutu yang berupaya
menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui pemerintahan NICA (Netherlands
Indies Civil Administration).Selain itu Belanda secara licik
mempropagandakan kepada dunia luar bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hadiah dari Jepang.
Untuk melawan propaganda tersebut, pemerintah Indonesia
mengeluarkan tiga buah maklumat sebagai berikut :
1. Maklumat Wakil Presiden No. x , tanggal 16 Oktober 1945
yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden
sebelum masa waktunya (seharusnya selama 6 bulan).
Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR
dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada KNIP.
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, tentang
pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya oleh
rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan bahwa salah
satu ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat ini juga
sebagai upaya agar dunia luar menilai bahwa Negara
Indonesia sebagai Negara yang demokratis.
3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, intinya
maklumat ini mengubah sistem kabinet Presidensial
menjadi system kabinet Parlementer berdasarkan asas
demokrasi liberal.
Keluarnya tiga maklumat tersebut mengakibatkan
ketidakstabilan di bidang politik karena sistem demokrasi liberal
bertentangan dengan UUD 1945, serta secara ideologis
bertentangan dengan Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet

21Page | 21 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


parlementer maka pemerintahan Negara Indonesia mengalami
jatuh bangun sehingga membawa konsekuensi serius terhadap
kedaulatan Negara Indonesia.

a) Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Konferensi Meja Bundar di Den Haag tanggal 27 Desember
1949 merupakan suatu persetujuan yang ditandatangani antara
Ratu Belanda Yuliana dan Pemerintah Indonesia yang
menghasilkan keputusan antara lain :
1. Konstitusi RIS menentukan bantuk Negara serikat (federal)
yang membagi Negara Indonesia terdiri dari 16 Negara
bagian.
2. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan
berdasarkan asas demokrasi liberal, para menteri
bertanggung jawab kepada parlemen.
3. Mukadimah Konstitusi RIS menghapuskan jiwa dan isi
Pembukaan UUD 1945.
Sebelum persetujuan KMB, bengsa Indonesia telah memiliki
kedaulatan, oleh karena itu persetujuan KMB bukan penyerahan
kedaulatan melainkan “pemulihan kedaulatan”.

b) Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950


Berdirinya Negara RIS dalam sejarah ketataNegaraan
Indonesia adalah sebagai satu taktik secara politis, untuk tetap
konsisten terhadap deklarasi proklamasi yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu Negara persatuan dan kesatuan
sebagaimana dalam alinea keempat, bahwa pemerintah Negara
“………., yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Negara Indonesia……….” , yang berdasarkan UUD
1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara
spontan dan rakyat membentuk Negara kesatuan
menggabungkan diri dengan Negara proklamasi RI yang
berpusat di Jogyakarta. Pada suatu ketika Negara bagian RIS
tinggal tiga Wilayah saja yaitu Negara Bagian RI Proklamasi,
Negara Indonesia Timur (NIT), dan Negara Sumatra Timur
(NST). Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan Negara RI
tanggal 19 Mei 1950 seluruh Negara bersatu dalam Negara

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 22Page | 22


kesatuan dengan konstitusi sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950 dengan nama UUD Sementara 1950. Hasil Pemilu
1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi keinginan
masyarakat bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang
Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan pertahanan dan keamanan.
keadaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap
perekonomian Indonesia.
b. Akibat sering bergantinya sistem kabinet
c. Sistem liberal pada UUD Sementara 1950 mengakibatkan
jatuh bangunnya kabinet/pemerintahan
d. DPR hasil Pemilu 1955 tidak mampu mencerminkan
perimbangan kekuatan politik yang ada.
e. Faktor yang menentukan adanya dekrit presiden adalah
gagalnya Konstituante untuk membentuk UUD yang baru.
Dari kegagalan tersebut diatas presiden akhirnya
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 yang isinya :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
Dengan berlakunya UUD 1945 selanjutnya terjadi
pelaksanaan pemerintahan Orde Lama sampai tahun 1966
akibat adanya pemberontakan PKI 1 Oktober 1965 atau yang
dikenal dengan G.30 S/ PKI. Setelah pemberontakan dapat
dikuasai oleh penerima Supersemar yaitu Letjen Suharto maka
pemerintahan melaksanakan ketentuan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen, pemerintahan ini disebut sebagai pemerintahan
Orde Baru yang berkuasa sampai tahun 1998, kemudian
digantikan dengan pemerintahan Reformasi sampai saat
sekarang.

23Page | 23 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB IV
RUMUSAN PANCASILA

Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir


penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh
dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Sebelum tanggal 17 Agustus tahun 1945 Bangsa Indonesia
belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak
bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia,
misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling
lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum
kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah Negara RI
terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya
Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.
Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan
perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya
tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh tentara
Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia.
Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan
tentara Sekutu. Untuk menarik simpati Bangsa Indonesia agar
bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang
memberikan janji kemerdekaan di kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September
1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29
April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua
kepada Bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat
yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi
Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-
sila Pancasila dalam perjalanan ketata Negaraan Indonesia.
Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak
polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik
mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah
Pancasila, Tulisan ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan
"pertandingan") antara rumusan satu dengan yang lain yang

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 24Page | 24


terdapat dalam dokumen-dokumen yang berbeda. Penempatan
rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan rumusan
yang lebih akhir.
Dari Kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan
Pancasila yang telah atau pernah muncul. Rumusan Pancasila yang
satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda namun ada pula
yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan dari
Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI,
Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli
1959), Versi Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di
masyarakat.

1. Muh. Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan
pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI
diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan
konstitusi dan rancangan Negara Republik Indonesia yang akan
didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin
menyampaikan usul dasar Negara dihadapan sidang pleno BPUPKI
baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan
kepada BPUPKI, Baik dalam kerangka uraian pidato maupun
dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon
dasar Negara yaitu:
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri keTuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan
tertulis mengenai rancangan Dasar Negara. Usulan tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang
dipresentasikan secara lisan, yaitu:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Kebangsaan Persatuan Indonesia
3.Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

25Page | 25 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


4.Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Ir. Soekarno
Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga
menyampaikan usul dasar Negara, diantaranya adalah Ir Sukarno.
Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal
sebagai hari lahir Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya
satu melainkan tiga buah usulan calon dasar Negara yaitu lima
prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pulalah yang
mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara
harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran
seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah
Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan
Pancasila, Trisila, dan Ekasila, yaitu:
1.Rumusan Pancasila
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat/demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. ke-Tuhanan yang berkebudayaan
2.Rumusan Trisila
1. Socio-Nationalisme
2. Socio-Demokratie
3. ke-Tuhanan
3.Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong

3. Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah
dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada sesi pertama yang
berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli
1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia
kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-
usul anggota BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni 1945 panitia
kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 26Page | 26


dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk
suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan
"Panitia Sembilan") yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai
hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan Negara dan agama anggota
BPUPKI terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk
teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang menghendaki
bentuk Negara sekuler dimana Negara sama sekali tidak
diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara
dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum
dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.
Dokumen ini pula yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
oleh Mr. Muh Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar Negara
terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan
pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of
independence). Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai
hasil kesepakatan para "Pendiri Bangsa". yaitu: “… dengan
berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”, dalam penomoran
utuh:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam
Jakarta yang beredar di masyarakat adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya

27Page | 27 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4. Rumusan BPUPKI
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada
10-17 Juli 1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14
Juli 1945. Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah dokumen
berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf
1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal
dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun). Rumusan yang
diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya
sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan
menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan rancangan dasar Negara hasil sidang BPUPKI, yang
merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh
masyarakat luas.
Rumusan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia

5. Rumusan PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti
dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan
sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan
semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan
situasi darurat yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 28Page | 28


17 Agustus 1945, wakil-wakil dari Indonesia daerah Kaigun
(Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan),
diantaranya A. A. Maramis, menemui Sukarno menyatakan
keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan
menjadi bagian dasar Negara. Untuk menjaga integrasi bangsa
yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta
dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil
golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul
penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya
mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah
“emergency exit” yang hanya bersifat sementara dan demi
keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan
rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI.
Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan
frasa “menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar
Negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan
nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD
inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. KeTuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

6. Konstitusi RIS
Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah
Republik Indonesia semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada

29Page | 29 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


akhir 1949 Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta (RI
Yogyakarta) terpaksa menerima bentuk Negara federal yang
disodorkan pemerintah kolonial Belanda dengan nama Republik
Indonesia Serikat (RIS) dan hanya menjadi sebuah Negara bagian
saja. Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus
1945 tetap berlaku bagi RI Yogyakarta, namun RIS sendiri
mempunyai sebuah Konstitusi Federal (Konstitusi RIS) sebagai
hasil permufakatan seluruh Negara bagian dari RIS. Dalam
Konstitusi RIS rumusan dasar Negara terdapat dalam Mukaddimah
(pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS disetujui pada 14
Desember 1949 oleh enam belas Negara bagian dan satuan
keNegaraan yang tergabung dalam RIS.
Rumusan:
1. KeTuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan Sosial

7. UUD Sementara
Segera setelah RIS berdiri, Negara itu mulai menempuh jalan
kehancuran. Hanya dalam hitungan bulan Negara bagian RIS
membubarkan diri dan bergabung dengan Negara bagian RI
Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga Negara bagian yang
tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT, dan NST. Setelah melalui
beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai
kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan Negara
kesatuan dan mengadakan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD
Sementara. Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU
RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara
Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang
disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar Negara
kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari Mukaddimah
(pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.
Rumusan:
1. KeTuhanan Yang Maha Esa,

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 30Page | 30


2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan Sosial

8. UUD 1945
Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang
akan menggantikan UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus
1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan Negara. Untuk itulah
pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil
langkah mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu
isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh
PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia
menggantikan UUD Sementara. Dengan pemberlakuan kembali
UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan.
Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah
menjadi lembaga tertinggi Negara sebagai penjelmaan kedaulatan
rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk
ketetapannya, diantaranya:
1. Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara, dan
2. Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
Rumusan:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

31Page | 31 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


9. Versi Berbeda
Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR
pernah membuat rumusan yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini
terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan
Republik Indonesia.
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial.

10. Versi Populer


Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan
yang beredar dan diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan
Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara umum dan
diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar
Negara. Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam
UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta
dengan mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa).
Rumusan
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 32Page | 32


BAB V
PANCASILA DAN DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani artinya rakyat, kratos
berarti pemerintahan. Demokrasi, artinya pemerintahan rakyat,
yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang
sangat menentukan.
Di dalam The Advancced Learner’s Dictionary of Current
Enghlish dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Democracy
adalah:
(1) country with principles of government in which all adult
citizens share through their ellected representatives; (2) country
with governmen which encourages and allows rights of citizenship
such as freedom of speeach, religion, opinion, and associayion, the
assertion of rule of law, majority rule, accompanied by respect for
the rights of minoritiea; (3) society in which there is treatment of
each other by citizans as equals”.
Dari kutipan pengertian tersebut, tampak bahwa kata
demokrasi merujuk pada konsep kehidupan Negara atau
masyarakat tempat warga Negara dewasa turut berpartisipasi
dalam pemerintahan melalui wakilnya yang terpilih. Lalu,
pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan
berbicara, beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan rule of
law. Selain itu, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati
hak-hak kelompok minoritas dan mayarakat yang warga
Negaranya saling memberi peluang yang sama.
Perkataan demokrasi pertama kali diciptakan oleh sejarawan
Yunani, Herodatus, pada abad 5 SM. Sistem ini sudah sejak awal
mendapat kritik tajam dari pemikir Yunani lainnya seperti Plato,
Aristoteles, dan bahkan Thucydides, karena mereka menilai bahwa
warga Negara biasa tidak kompeten untuk memerintah, tidak
mampu melihat segala sesuatu di luar jangkauan kepentingan
pribadi jangka pendek. Hal ini terutama merupakan pendapat
Plato, seorang filsuf elitis Yunani. Tetapi, orang Yunani kuno
umumnya percaya bahwa demokrasi adalah tatanan politik yang
terbaik untuk menciptakan kestabilan politik.

33Page | 33 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Terlepas dari segala kelemahannya, di akhir abad 20 hampir
tak ada bangsa di muka bumi yang tidak mengaitkan diri kepada
demokrasi sebagai sistem politik, baik sungguh-sungguh maupun
pura-pura. Tentang hal ini, Samuel P Huntington, direktur Center
for International Affairs (CFIA) Universitas Harvard
mengungkapkannya sebagai berikut :
“Democratization is an ongoing process, and one that is
becoming increasingly irreversible”. (Demokratisasi adalah suatu
proses terus-menerus, yang kini semakin tidak bisa dibalikkan
lagi.)
Memaknai ungkapan dari Huntington di atas, demokrasi
dianggap sebagai sebuah kemestian sejarah yang dewasa ini
sedang berlangsung dan tak mungkin untuk kembali surut ke
belakang. Dunia saat ini sedang menjadikan demokrasi sebagai
“grand experiment” untuk menata kehidupan sosial-politiknya),
tak terkecuali dengan yang terjadi di Indonesia. Tak heran jika
Francis Fukuyama dengan arogan menegaskan bahwa demokrasi
(Liberal) adalah titik akhir perjalanan evolusi ideologi manusia,
The End History of Man.

B. Jenis-Jenis demokrasi
Jenis-jenis demokrasi adalah:
a. Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terbagi ke
dalam :
1. Demokrasi langsung, dalam demokrasi langsung rakyat
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahan.
2. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam
demokrasi ini, pengambilan keputusan dijalankan oleh rakyat
melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui Pemilu. Rakyat
memilih wakilnya sendiri untuk membuat keputusan politik.
Dengan kata lain, dalam demokrasi tidak langsung, aspirasi
rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
3. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung
dari rakyat.Demokrasi ini merupakan campuran antara
demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 34Page | 34


memilih wakilnya untuk duduk didalam lembaga perwakilan
rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya
diawasi rakyat melalui raferendum dan inisiatif rakyat.
Referendum/Pemungutan suara untuk mengetahui kehendak
rakyat secara langsung.Referendum dibagi menjadi tiga
macam:
1) Referendum wajib, Referendum ini dilakukan ketika ada
perubahan atau pembentukan norma penting dan
mendasar dalam UUD (konstitusi) atau UU yang sangat
politis UUD atau UU tersebut yang telah dibuat oleh
lembaga perwakilan rakyat dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan rakyat melalui pemungutan suara
terbanyak. Jadi, referendum ini dilaksanakan untuk
meminta persetujuan rakyat terhadap hal yang dianggap
sangat penting atau mendasar.
2) Referendum tidak wajib, Referendum ini dilaksanakan jika
dalam waktu tertentu setelah rancangan undang-undang
diumumkan, sejumlah rakyat mengsulkan diadakan
referendum. Jika dalam wakyu tertentu tidak ada
permintaan dari rakyat, rancangan undang-undang itu
dapat menjadi undang-undang yang bersifat tetap.
3) Referendum konsultatif, Referendum ini hanya sebatas
meminta persetujuan saja karena rakyat dianggap tidak
mengerti permasalahannya. Pemerintah meminta
pertimbangangan pada ahli bidang tertentu yang berkaitan
dengan permasalahan tersebut.
b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau perioritasnya
terdiri dari :
1) Demokrasi formal, Demokrasi ini secara hukum
menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama
dalam bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan
ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas. Sehingga
demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal.
2) Demokrasi material, Demokrasi material memandang
manusia mempunya kesamaan dalam bidang sosial-ekonomi
sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas.

35Page | 35 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Demokrasi semacam ini dikembangkan di Negara sosialis
komunis.
3) Demokrasi campuran, Demokrasi ini merupakan campuran
dari kedua jenis demokrasi sebelumnya. Demokrasi ini
berupa menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan
menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.
c. Demokrasi dan Pelaksanaannya di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan
hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran yang dapat
diambil, terutama pelaksanaan demokrasi di bidang politik. Ada
tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketataNegaraan di Indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi
terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Ketiga demokrasi tersebut
dalam realisasinya dianggap mengalami kegagalan.
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan
demokrasi yang dipraktikkan di Negara lain. Demokrasi yang
berlaku di Negara ini (misalnya, demokrasi Pancasila) berlainan
prosedur pelaksanaannya dengan demokrasi Barat yang liberal.
Hal ini bukanlah pengingkaran terhadap demokrasi, sepanjang
hakikat demokrasi tercermin dalam konsep dan pelaksanaannya.
Dalam perjalanan sejarah politik bangsa, Negara kesatuan RI
pernah melaksanakan demokrasi Parlementer, demokrasi
Terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Untuk lebih memahami
perkembangan pemerintahan demokrasi yang pernah ada
Indonesia, dibawah ini akan diuraikan penjelasannya.

1. Demokrasi Parlementer (Liberal)


Demokrasi Parlementer di Negara kita telah dipraktikkan
pada masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-
1949), kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya RIS 1949
dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut
secara yuridis formal berakhir pada tanggal 5 juli 1959
bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-
1959), kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil
sehingga program dari suatu kabinet tidak dapat dilaksanakan
dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu faktor

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 36Page | 36


penyebab ketidak stabilan tersebut adalah sering bergantinya
Kabinet yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan.
Misalnya, selama tahun 1945-1959 dikenal beberapa kabinet,
antara lain Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet
Amir Syarifuddin. Sementara itu, 1950-1959 umur kabinet
kurang lebih hanya satu tahun dan terjadi tujuh kali
pergantian kabinet, yaitu KabinetNatsir, Sukiman, Wilopo, Ali
Sastro Amidjojo II, dan Kabinet Juanda.
Dalam sistem pemerintahan parlementer, kabinet sering
diganti karena dalam Negara demokrasi dengan sistem kabinet
parlementer, kedudukan kabinet berada di bawah DPR
(parlemen) dan keberadaannya sangat bergantung pada
dukungan DPR. Apabila kebijakan kabinet tidak sesuai dengan
aspirasi rakyat yag tercermin di DPR (parlemen), maka DPR
dapat menjatuhkan kabinet dengan mosi tidak percaya.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya
stabilitas politik adalah perbedaan pendapat yang sangat
mendasar di antara partai politik yang ada saat itu. Sebagai
contoh dapat dikaji peristiwa kegagalan konstituante
memperoleh kesepakatan tentang dasar Negara. Pada saat itu,
terdapat dua kubu yang bertentangan, yaitu satu pihak ingin
tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan
dipihak lain menghendaki kembali pada Piagam Jakarta yang
berarti menghendaki Islam sebagai dasar Negara.
Pertentangan tersebut terus berlanjut dan tidak pernah
mencapai kesepakatan. Merujuk pada kenyataan politik pada
masa itu, jelas bahwa lebih terlihat perbedaan-perbedaan.
Beranjak dari berbagai kegagalan dan kelemahan itulah
maka demokrasi parlementer di Indonesia ditinggalkan dan
diganti dengan demokrasi terpimpin sejak 5 Juli 1959.

2. Demokrasi Pancasila Terpimpin


Adanya kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD
baru, yang diikuti suhu politik yang memanas dan
membahayakan keselamatan bangsa dan Negara, maka pada 5
Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan suatu keputusan
yang dikenal dengan Dekrit Presiden.

37Page | 37 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dekrit presiden dipandang sebagai usaha untuk mencari
jalan dari kemacetan politik melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat untuk mencapai hal tersebut, di
Indonesia pada saat itu digunakan demokrasi terpimpin.
Istilah Demokrasi terpimpin untuk pertama kalinya dipakai
secara resmi dalam pidato presiden Soekarno pada 10
November 1956 ketika membuka sidang konstituante di
Bandung.
Demokrasi terpimpin timbul dari keisyafan, kesadaran,dan
keyakinan terhadap keburukan yang diakibatkan oleh praktik
Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan tepecahnya
masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam
tatanan kehidupan ekonomi.
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin berarti
pemerintah rakyat yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan
dalam permusyawaratan /perwakilan. Dalam konteks ini,
mengandung arti bahwa yang membimbing dan sekaligus
landasan kehidupan demokrasi di Indonesia adalah sila
keempat pancasila, dan tidak pada perseorangan atau
pimpinan.
Apabila dikaji dari hakikat dan ciri Negara demokrasi,
dapat dikatakan bahwa demokrasi terpimpin dalam banyak
aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional.
Demokrasi Terpimpin menonjolkan “kepimimpinan” yang jauh
lebih besar daripada demokrasinya sehingga idedasar
demokrasi kehilangan artinya. Akibat dominannya kekuasaan
presiden dan kurang berfungsinya lembaga legislatif dalam
mengontrol pemerintahan, maka kebijakan pemerintah sering
kali menyipan dari ketentuan UUD 1945.misalnya, pada 1960
presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum tahun
1955 dan digantikan oleh DPR Gotong Royong melalui
penetapan Presiden;pimpinan DPR/MPR dijadikan menteri
sehingga otomatis menjadi pembantu Presiden;dan
pengangkatan Presiden seumur hidup melalui Tap. MPRS No.
III/MPRS/1963.
Secara konsepsional pula, demokrasi terpimpin memiliki
kelebihan yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 38Page | 38


masyarakat pada waktu itu. Hal itu dapat dilihat dari ungkapan
Bung Karno ketika memberikan amanat pada konstituante
tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok demokrasi
terpimpin antara lain:
1) Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator, berlainan dengan
demokrasi sentralisme, dan berbeda pula dengan
demokrasi liberal yang dipraktikkan selama ini;
2) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok
dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia;
3) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal
keNegaraan dan kemasyarakatan yang meliputi bidang
politik, ekonomi dan sosial;
4) Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah
permusyawatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan, bukan oleh perdebatan, penyiasatan yang
di akhiri dengan pengaduan kekuatan, serta penghitungan
suara pro dan kontra; serta
5) Oposisi, dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan
yang membangun, diharuskan dalam alam demokrasi
terpimpin. Adapun yang penting ialah perwakilan yang
harus dipimpin dengan hikmat kebijaksanaan:
a) Tujuan Melaksanakan Demokrasi Terpimpin Ialah
Mencapai Suatu Masyarakat Yang Adil dan Makmur,
Yang Penuh Dengan Kebahagiaan Material Dan
Spiritual;
b) Sebagai Alat, Demokrasi Terpimpin Mengenal Juga
Kebebasan Berpikir dan Berbicara, Tetapi Dalam
Batas-Batas Tertentu, Yakni Batas Keselamatan
Negara, Kepentingan Rakyat Banyak, Kesusilaan, dan
Pertanggung Jawaban Kepada Tuhan:
c) Masyarakat adil makmur tidak lain daripada suatu
masyarakat teratur dan terpimpin.
Berdasarkan pokok pikiran di atas, tampak bahwa
demokrasi Terpimpin tidak bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945, serta budaya bangsa Indonesia. Namun dalam
praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan
sebagaimana mestinya sehingga sering kali menyimpang dari

39Page | 39 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


nilai-nilai pancasila, UUD 1945, dan budaya bangsa. Penyebab
penyelewengan tersebut, selain terletak pada presiden, juga
karena kelemahan Legislatif sebagai partner dan pengontrol
eksekutif, serta situasi sosial politik yang tidak menentu saat
itu.

3. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru


Banyaknya berbagai penyelewengan dan permasalahan
yang dialami bangsa Indonesia pada masa berlakunya
demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin, dianggap
karena kedua jenis demokrasi tidak cocok diterapkan di
Indonesia yang bernapaskan kekeluargaan dan gotong-royong.
Sejak lahirnya Orde Baru diberlakukan Demokrasi Pancasila
sampai saat ini. Secara konsepsional, demokrasi Pancasila
masih dianggap dan dirasakan paling cocok diterapkan di
Indonesia. Demokrasi Pancasila bersumberkan pada pola pikir
dan tata nilai sosial budaya bangsa Indonesia, dan menghargai
hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan sosial.
Misalnya, “kebebasan” berpendapat merupakan hak setiap
warga Negara yang harus dijunjung tinggi oleh penguasa.
Dalam demokrasi Pancasila hak tersebut tetap dihargai, tetapi
harus diimbangi dengan kebebasan yang bertanggung jawab.
Secara lengkap makna demokrasi Pancasila adalah
“Kerakyatan yang dipimpin Oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan yang berketuhanan yang
maha esa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab; yang
berpersatuan Indonesia; serta yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan rumusan tersebut terkandung arti bahwa
dalam menggunakan hak-hak demokrasi haruslah disertai
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut
keyakinan agama masing-masing; menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat manusia;
haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa; serta
harus dimanfaatkan untuk mewujutkan keadilan sosial. Jadi
demokrasi Pancasila berpangkal tolak dari kekeluargaan dan
gotong- royong. Semangat kekeluargaan itu sendiri sudah lama

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 40Page | 40


dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, khususnya di
masyarakat pedesaan. Menurut Soepomo dalam masyarakat
yang dilandasi semangat kekeluargaan, sumber filosofi yang
paling tepat adalah aliran pikiran Integralistik.
Demokrasi Pancasila memiliki ciri khas, antara lain
bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang
bernafaskan Ketuhanan Yang maha Esa;menghargai hak-hak
asasi manusia dan menjamin adanya hak-hak minoritas;
pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan atas
musyawarah untuk mufakat; serta bersendi atas hukum.
Dalam Demokrasi Pancasila, kehidupan ketataNegaraan
harus berdasarkan atas kelembagaan, hal ini bertujuan untuk
menyelesaikan segala sesuatu melalui saluran-saluran tertentu
sesuai dengan UUD 1945. hal ini penting untuk menghindari
adanya kegoncangan politik dalam Negara.
Selain mewarnai berbagai bidang kehidupan seperti
poltik, ekonomi, sosial, dan budaya, demokrasi Pancasila pun
mengandung berbagai aspek. Menurut S.Pamudji dalam
bukunya “Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional”,
aspek-aspek yang terkandung demokrasi Pancasila itu adalah:
a) Aspek Formal, yakni aspek yang mempersoalkan proses
dan caranya rakyat menunjuk wakilnya dalam badan
perwakilan rakyat dan dalam pemerintahan, serta
bagaimana mengatur permusyawaratan wakil rakyat
secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai consensus
bersama.
b) Aspek Materil,yakni aspek yang mengemukakan gambaran
manusia, Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat, dan
martabat tersebut;
c) Aspek Normatif (kaidah), yakni aspek yang
mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah yang
menjadi pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan
keNegaraan. Norma penting yang harus diperhatikan
adalah persatuan dan soladaritas, keadilan,serta
kebenaran;
d) Aspek Optatif, yakni aspek yang mengetengahkan tujuan
atau keinginan yang hendak dicapai. Tujuan ini meliputi

41Page | 41 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


tiga hal,yaitu terciptanya Negara Hukum, Negara
Kesejahteraan,dan Negara kebudayaan;
e) Aspek Organisasi, yakni aspek yang mempersoalkan
organisasi sebagai wadah pelaksanaan demokrasi
pancasila. Wadah tersubut harus sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Organisasi ini meliputi system
pemerintahan atau lembaga Negara serta organisasi
sosial-politik di masyarakat; serta
f) Aspek Kejiwaan, aspek kejiwaan demokrasi Pancasila ialah
semangat para penyelenggara Negara dan semangat para
pemimpin pemerintahan.
Apabila kita kaji ciri dan prinsip demokrasi Pancasila,
dapat dikatakan bahwa demokrasi Pancasila tidak
bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional.
Namun, praktik demokras yang dijalankan pada masa orde
baru masih terdapat berbagai penyimpangan yang tidak
sejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi pancasila.
Penyimpangan tersebut secara transparan terungkap setelah
munculnya gerakan “Reformasi” dan jatuhnya kekuasaan Orde
Baru.Di antara penyimpangan yang dilakukan penguasa Orde
Baru, khususnya yang berkaitan dengan demokrasi pancasila,
yaitu:
a) Penyelenggaraan pemilihan umum yang tidak jujur dan
tidak adil:
b) Penegakan kebebasan berpolitik bagi pegawai Negeri Sipil
(monoloyalitas) khususnya dalam pemilihan umum. PNS
seolah-olah digiring untuk mendukung Partai tertentu
sehingga pemilihan umum tidak kompetitif.
c) Masih ada intervensi pemerintah terhadap lembaga
peradilan;
d) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat
sehingga sering terjadi penculikan terhadap aktivis vokal;
e) Sistem kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah,
serta format politik yang tidak demokratis;
f) Maraknya pratik korupsi, kolusi dan nepotisme, baik
dalam bidang ekonomi maupum dalam bidang politik dan
hukum;

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 42Page | 42


g) Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota
MPR;
h) Menciutkan jumlah partai politk dan sekaligus membatasi
kesempatan partisipasi politik rakyat
i) Adanya pembatasan kebebasan pers dan media massa
melalui pencabutan/pembatalan SIUP.

4. Pelaksanaan Demokrasi pada Orde Reformasi


Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada Orde Reformasi
tanpak lebih marak dibandingkan dengan masa Orde Baru.
Orde Reformasi ini merupakan konsensus untuk mengadakan
demokratisasi dalam segala bidang kehidupan. Diantara
bidang kehidupan yang menjadi sorotan utama untuk
direformasi adalah bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Reformasi ketiga bidang tersebut harus dilakukan sekaligus
karena reformasi politik yang berhasil mewujudkan
demokratisasi politik, tidak menjadi demokratisasi kolusi.
Demikian pula, tanpa demokratisasi poltik, prinsip rule of law
sulit diwujudkan. Sehubungan dengan ini, badan peradilan
yang otonom, berwibawa, dan yang mampu menerapkan
prinsip rule of law itu hanya dapat terwujud apabila ada
demokratisasi politik.
Perubahan yang terjadi pada Orde reformasi ini dilakukan
secara bertahap karena memang reformasi berbeda dengan
revolusi yang bekonotasi perubahan mendasar pada semua
komponen dalam suatu sistem politik yang cenderung
menggunakan kekerasan. Menurut Hutington, reformasi
mengandung arti: “ perubahan yang mengarah pada
persamaan politik, sosial, dan ekonomi yang lebih merata
termasuk perluasan basis partisipasi politik rakyat” pada
reformasi di Indonesia sekarang ini, upaya meningkatkan
partisipasi politik rakyat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan berNegara merupakan salah satu sasaran
agenda reformasi.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih
tetap demokrasi pancasila. Perbedaanya terletak pada aturan
pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan. Untuk mewujudkan

43Page | 43 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


praktik demokrasi yang sesuai dengan tuntunan
reformasi,harus dimulai dari pembentukan peraturan yang
mendorong terjadinya demokratisasi dalam bidang kehidupan.
Untuk itu, pada 10 Sampai dengan 13 November 1998, MPR
mengadakan Sidang Istimewa dan berhasil mengubah,
menambah, serta mencabut ketetapan MPR sebelumnya yang
dianggap tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Selain itu,
ditetapkan pula beberapa ketetapan MPR yang mengtur materi
baru.
Lahirnya ketetapan MPR diikuti oleh ditetapkannya
undang-undang organik berkaitan dengan kehidupan
demokratis. Misalnya, undang-undang bidang politik, undang-
undang tentang otonomi daerah,dan undang-undang tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Oleh
karena itu, untuk memahami demokrasi pada Orde Reformasi
ini, pertama harus mengkaji keterangan ketetapan MPR hasil
sidang istimewa MPR 1998 beserta ini, peraturan perundang
lainnya; kemudian melihat praktik pelaksanaan peraturan
tersebut.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik
pelaksanaan demokrasi tersebut, terdapat beberapa
perubahan pelaksanaan demokrasi pada Orde Reformasi
sekarang ini yaitu:
1. Pemilihan umum lebih demokratis;
2. Partai politik lebih mandiri;
3. Pengaturan HAM; serta
4. Lembaga demokrasi lebih berfungsi

C. Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila


Dalam sejarahnya demokrasi selalu memunculkan
pemaknaan yang beragam sesuai dengan kondisi kultur, zaman
dan sentimen politik. Untuk konteks Indonesia, wajah demokrasi
mengalami beberapa kali metamorfosis. Tahun 1945-1958
Indonesia menggunakan istilah Demokrasi Liberal. Namun dalam
rentang pelaksanaannya, baru pada tahun 1955 ketika
dilaksanakan Pemilu Pertama di Indonesia Indonesia benar-benar
menerapkan Demokrasi Liberal yang utuh. Kemudian, Soekarno di

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 44Page | 44


masa-masa akhir kekuasaannya membuat istilah Demokrasi
Terpimpin yang cenderung otoriter dan di era Orde Baru Soeharto
mempopulerkan istilah Demokrasi Pancasila, yang juga tidak jauh
dari watak otoritarianisme.
Saat ini pasca reformasi, blue-print demokrasi di Indonesia
juga belum menemukan titik temu yang memadai dalam menata
kehidupan bermasyarakat. Wajah demokrasi pun carut-marut tak
jelas arah tujuannya. Meskipun, dalam banyak hal kita sedang
bergerak menuju “Demokrasi Liberal,” namun dalam
perjalanannya terdapat praktik-praktik sosial yang tidak menutup
kemungkinan berbalik arah menuju sistem otoriter gaya baru.
Runtuhnya Orde Baru, yang dianggap sebagai momen bagi gerakan
demokrasi di Indonesia, ternyata belum mampu membawa
Indonesia ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, banyak tudingan
bahwa rezim ”reformasi” justru membawa Indonesia ke jurang
kehancuran. Hal ini ditengarai dengan makin akutnya praktek
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme dan makin lemahnya supremasi
hukum. Di sisi lain, kekerasan (sosial dan politik), tidak
terjaminnya kebutuhan dasar, dan kebebasan dalam aktualisasi
kritisisme pers, akademisi, dan publik semakin tidak menjadi
prioritas dari pemerintah. Singkatnya, prinsip check and balance
yang merupakan piranti penting dalam kehidupan demokrasi
belum benar-benar berjalan di Indonesia pada era reformasi ini.
Dalam sejarah panjang Indonesia, Pancasila merupakan nilai-
nilai dasar kebangsaan yang disepakati sebagai pengikat dan
perekat bagi persatuan dan kesatuan Indonesia yang multi kultur.
Oleh karena itu, Pancasila seharusnya dijadikan sebagai azas
dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan
berpolitik, Azas yang digali dan dihayati secara sungguh-sungguh,
tidak sekedar sebagai jargon politik yang didoktrinkan untuk
melanggengkan kekuasaan seperti yang dipraktekkan oleh rezim
Orde Baru.
Menurut Bung Hatta, sumber demokrasi di Indonesia ada tiga,
yaitu :
1. Sosialisme Barat, yang membela prinsip-prinsip
kemanusiaan yang sekaligus dipandang sebagai tujuan dari
demokrasi;

45Page | 45 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


2. Ajaran Islam, yang memerintahkan kebenaran dan keadilan
Tuhan dalam masyarakat, dan
3. Pola hidup dalam bentuk kolektivisme yang sebagaimana
terdapat di desa-desa di Indonesia.
Bung Hatta mempunyai keyakinan bahwa pondasi demokrasi
di Indonesia sudah cukup solid karena didukung kombinasi
organik ketiga kekuatan sosio religius di atas yang memang sudah
mengakar dalam sebagian besar masyarakat kita. Lebih lanjut,
Bung Hatta berujar: “Demokrasi tidak akan lenyap dari Indonesia.
Bila demokrasi lenyap maka lenyap pulalah Indonesia Merdeka.”
Analisis Bung Hatta tersebut menunjukkan bahwa secara
infrastruktur, rakyat Indonesia sudah siap dan sanggup untuk
memajukan kehidupan berdemokrasi. Bahkan, kehidupan
berdemokrasi tersebut sudah tampak nyata di desa-desa yang
terekam dalam aktivitas pemilihan kepala desa secara langsung.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa demokrasi bukan hal baru
bagi kehidupan politik rakyat Indonesia.
Namun demikian, demokrasi yang tumbuh dan berkembang
di Indonesia mempunyai semangat dan cita rasa yang jauh
berbeda dengan gaya demokrasi Barat. Di sinilah yang menjadi
masalah saat ini. Negara di barat dengan watak kolonialismenya
berusaha mendikte Negara-Negara Timur agar menganut
demokrasi sesuai dengan yang Barat pahami. Padahal, setiap
bangsa mempunyai sejarah dan kebudayaannya sendiri, yang unik
dan berbeda dengan bangsa lain. Oleh karena itu, adalah hak setiap
bangsa untuk menggali dan menumbuhkembangkan
kebudayaannya. Sebaliknya, tak ada hak bagi sebuah bangsa
memaksakan kehendak agar kebudayaannya berlaku atau
diberlakukan pada bangsa lain. Inilah prinsip kemerdekaan sejati
yang seharusnya menjadi pegangan setiap bangsa.
Jika diselami secara mendalam, sebenarnya nilai-nilai
demokrasi yang berciri keIndonesiaan terekam secara nyata pada
sila-sila yang tertuang dalam Pancasila, terutama sila keempat.
Setiap sila dari Pancasila merupakan karakter inti (core
characterisc) dari nilai-nilai kultur-budaya setiap etnis yang ada di
Indonesia. Pancasila adalah jiwa bangsa yang seharusnya dijadikan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 46Page | 46


patokan dasar dalam menata kehidupan bangsa, termasuk dalam
kehidupan berdemokrasi.
Pancasila dengan semua silanya yang lima itu adalah suatu
kesatuan yang utuh, yang tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan
unsur-unsurnya. Oleh karena itu, pelaksanaan Pancasila pun
haruslah utuh, tanpa ada tekanan pada salah satu silanya secara
tidak beralasan. Namun demikian, untuk menggali maknanya
secara mendalam, kita harus menyelami setiap sila tersebut. Hal
ini dilakukan agar Pancasila bisa hidup dan menghidupkan setiap
jiwa anak bangsa dalam setiap bertindak mengatas-namakan
bangsa dan Negara.

1. Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa;


Sila Ketuhanan yang Maha Esa merupakan Semangat
kebangsaan, yang memproklamirkan bahwa manusia Indonesia
berwatak religious, yaitu percaya kepada Tuhan yang Maha Esa.
Tuhan sendiri dapat kita maknai sebagai tempat bergantung
manusia. Dalam pengertian ini, kepercayaan kepada Tuhan
merupakan sesuatu yang bersifat naluriah dalam diri setiap
manusia. Bahkan, seorang atheis sekalipun, sejatinya dia
mempunyai Tuhan yang menjadi sandaran hatinya. Tuhannya itu
dapat berwujud uang atau kekayaan materi; alam atau bagian-
bagian spesifik dari alam, seperti : matahari, bintang, gunung,
dsb; dan Tuhan itu juga bisa berwujud manusia atau
kemanusiaan (humanism) atau dalam bahasa lain menuhankan
dirinya sendiri (eksistensialisme). Singkatnya, tak ada satupun
manusia di Jagad ini yang tak bertuhan atau tidak mempercayai
Tuhan. Manusia senantiasa rindu untuk memuja sesuatu yang
menjadi tumpuan hatinya, apapun wujudnya.
Lebih dari itu, kepercayaan pada Tuhan memberikan spirit
bagi manusia untuk memaknai hidup. Manusia yang menjadikan
uang atau kekayaan materi sebagai Tuhan, hidup akan
dimaknainya sebagai kesempatan untuk mengumpulkan uang
atau kekayaan materi sebanyak-banyaknya. Time is money,
demikian semboyan para pemuja uang. Bagi mereka, uang dapat
menyelesaikan segala-galanya, dapat menuntaskan setiap
permasalahan yang ada. Demikian halnya para pemuja alam.

47Page | 47 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Mereka menganggap bahwa alam semesta yang terhampar luas
mempunyai “kecerdasan agung.” Pergantian siang dan malam,
butiran-butiran air (hujan) yang turun dari langit, keindahan
pemandangan di bawah laut, keseimbangan tata-aturan semesta,
dan beragam fenomena alam lainnya dipahami sebagai
kecerdasan dan kekuatan misterius alam. Setiap detik, para
pemuja alam ini, tak henti-hentinya takjub dan kagum terhadap
keindahan dan kekuatan alam. Kemudian, dibuatlah sistem ritual
untuk memuja alam. Hal juga berlaku pada para pemuja manusia
atau kemanusiaan. Seorang laki-laki yang terpikat pada gadis
pujaan. Setiap menit, setiap detik yang menjadi “dzikir”nya
adalah si gadis pujaan itu. Tidak ada waktu tersisa kecuali
kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Tuhan-nya,
si gadis pujaan. Umur setiap manusia di dunia ini dihabiskan
hanya untuk memuja Tuhan, sesuai yang menjadi
kepercayaannya. Bahkan, manusia rela berkorban, dan tahan
menderita demi mengagungkan kebesaran Tuhannya.
Tetapi, Pancasila memandang bahwa kepercayaan selain
kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah palsu. Menjadikan hati
manusia tertekan dan terbelenggu. Tak bisa merasakan
ketenangan, ketentraman dan kedamaian hidup, senantiasa
diliputi perasaan was-was, cemas dan khawatir. Oleh karena itu,
manusia harus membebaskan dirinya dari kepercayaan kepada
Tuhan-Tuhan palsu itu.
Manusia religius yang beriman senantiasa menghadirkan
Tuhan Yang Maha Esa dalam hatinya, locus paling private dari
dirinya. Hati adalah tempat paling rahasia dan tersembunyi yang
dimiliki manusia. Di hati itulah manusia memendam seluruh
perasaan, menyembunyikan segala rahasia yang tak ingin
diketahui orang lain, dan tak ada satupun manusia yang bisa
“membaca” hati orang lain. Hanya Tuhan Yang Maha Esa sajalah
yang tahu persis isi hati manusia, di lubuk hati yang paling
tersembunyi sekalipun. Di ruang rahasia dan penuh misteri yang
bernama hati itulah Tuhan Yang Maha Esa dengan seluruh sifat-
sifatnya yang indah bersemayam menjadi spirit manusia
beriman. KehadiranNya di dalam hati itu menjadikan manusia
beriman senantiasa dituntun untuk berpikir, berkata dan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 48Page | 48


bertindak selaras dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Lebih
dari itu “kehadiran” Tuhan Yang Maha Esa dalam ruangan hati
menjadikan manusia beriman senantiasa dihiasi dengan jiwa
yang lapang, tentram dan damai. Bersih dari segala kotoran hati,
seperti: Keangkuhan, iri, dengki, dendam dan keserakahan.
Oleh karena itu, manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa
selalu bersikap tawadhu’, menghargai orang lain, pemaaf dan
merasa cukup dengan yang telah diterimanya (sesuai dengan
kadar usahanya). Hati nurani manusia beriman senantiasa
terdorong untuk menegakkan kebenaran dari Tuhan dalam
kehidupan, menjadikan lingkungan tempat tinggalnya dipenuhi
dengan suasana bersahabat penuh kedamaian, jauh dari rasa
saling membenci dan permusuhan. Semua hidupnya diwakafkan
untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan. Singkatnya, seluruh
sifat-sifat indah Tuhan Yang Maha Esa menyerap ke dalam hati
manusia beriman dan menghiasi lingkungan sekitarnya, tempat
manusia beriman itu tinggal.
Hal ini tentu berbeda jauh dengan kondisi hati manusia
yang tidak percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tidak
pernah hadir/dihadirkan dalam hatinya. Hati orang yang tidak
beriman penuh sesak dengan urusan-urusan dan perhiasan-
perhiasan duniawi, seperti: harta, tahta, dan ketertarikan kepada
lawan jenis atau bahkan sejenis. Hatinya tak pernah tenang,
damai dan tentram, karena selalu dituntut dan dituntun untuk
memenuhi keinginan diri atas perhiasan-perhiasan duniawi
tersebut. Manusia yang tak percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa ini hanya mau bekerja asal mendapat Imbalan, yaitu berupa
pujian maupun materi.

2. Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab merupakan watak-
kepribadian bangsa. Tanpa mewujud dalam bentuk kemanusiaan
yang adil dan beradab, keimanan seseorang belum dinyatakan
sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, bukti nyata
dalam kehidupan bahwa seseorang itu percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa adalah dalam bentuk kepribadian yang adil dan
beradab. Dalam bahasa lain, kemanusiaan yang adil dan beradab

49Page | 49 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


dapat diwujudkan hanya oleh manusia yang percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang tidak percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa pasti tak bisa mewujudkan kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hal ini dikarenakan hatinya dipenuhi
dengan kepentingan-kepentingan diri, sehingga tak mungkin dia
bisa menjadi manusia yang adil dan apalagi beradab. Keadilan
dan keberadaban membutuhkan manusia yang di dalam hatinya
ber”semayam” Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab
bersifat manunggal, satu paket yang tak bisa dipisah-pisahkan.
Adil di sini bermakna menempatkan segala sesuatu sesuai
dengan porsinya secara proporsional. Hal ini tentu berbeda
dengan konsep sama rata, Setidak-tidaknya terdapat tiga
(obyek) yang manusia harus bersikap adil terhadapnya, yaitu:
1) Adil terhadap diri-sendiri, setiap manusia mempunyai batas
kemampuan dan potensi diri. Oleh karena itu, tidak adil jika
manusia membebani dirinya dengan sesuatu yang
melampaui batas kemampuan dan potensi diri. Contoh:
seorang yang berpenghasilan Rp. 100.000, - per hari, tidak
bisa dikatakan adil terhadap dirinya sendiri jika dia menjadi
member perkumpulan olahraga Paralayang yang memungut
iuran Rp. 3.000.000, - per bulan bagi anggotanya. Tidak adil
karena batas kemampuan dan potensi dirinya hanya sampai
pada limit Rp. 3.000.000,- per bulan. Sebaliknya, dikatakan
adil jika ritme kehidupannya dalam memenuhi kebutuhan
mengikuti penghasilnnya per bulan itu. Tidak “lebih besar
pasak daripada tiang”.
2) Adil terhadap orang lain, menyadari bahwa setiap manusia
juga mempunyai batas kemampuan dan potensi seperti
halnya yang berlaku pada dirinya, maka tidak layak bagi
seseorang membebani orang lain di luar batas kemampuan
dan potensi dirinya. Contoh : belum dikatakan adil jika kita
memberi tugas apalagi memaksa orang lain harus satu
pemikiran dengan apa yang kita Fikirkan.
3) Adil terhadap lingkungan/alam, seperti halnya manusia,
lingkungan/alam juga mempunyai batas kemampuan dan
potensi. Ketidakadilan dalam memanfaatkan kemampuan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 50Page | 50


dan potensi lingkungan/alam pasti akan berdampak pada
kerusakan. Bencana banjir, misalnya, merupakan akibat
ketidakadilan manusia dalam menebang hutan tanpa
memperhatikan kemampuan dan potensi alam untuk
memulihkan diri. Bencana/kerusakan alam lingkungan yang
terjadi akhir-akhir ini adalah akibat ketidakadilan manusia
terhadap alam. Keadilan (dan kebenaran) ini hanya dapat
ditegakkan oleh manusia yang beradab, yaitu manusia yang
mengikuti adab (tata aturan/hukum). Tidak mungkin
keadilan bisa tegak dan kokoh dalam kehidupan, jika
manusia yang menjalankan keadilan itu tidak beradab, tidak
berazas pada tata aturan hukum kebenaran. Oleh karena
itu, hukum kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa harus menjadi acuan manusia yang beradab.
Disamping itu, beradab juga bermakna watak moral, sopan
santun, tata krama atau budi pekerti luhur. Dalam bahasa
Arab disebut akhlaq-ul karimah, perilaku yang indah.
Keadilan mencerminkan derajat akhlaq-ul karimah
seseorang atau bangsa. Oleh karena itu, keadilan harus
ditegakkan dengan berazas pada budi pekerti luhur, tidak
semena-mena atau sewenang-wenang, yang melanggar
prinsip-prinsip kemanusiaan.

3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia.


Sila Persatuan Indonesia merupakan ikatan kebangsaan,
Bagaimanapun sekumpulan manusia beriman dan berprilaku
luhur tak akan berarti dan berguna secara sempurna dalam
kehidupan jika bergerak sendiri-sendiri, tercerai-berai.
Sebagaimana ungkapan orang bijak: “kebaikan akan mudah
dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisasi rapi”. Oleh karena
itu sekumpulan manusia beriman dan berprilaku luhur tersebut
perlu diorganisasikan dalam bentuk perikatan. Di sinilah
pentingnya persatuan. Tanpa persatuan nilai-nilai luhur
kemanusiaan tak mudah dilaksanakan secara konkrit.
Persatuan bukan berarti harus memberangus kebhinekaan
yang memang sudah menjadi ciri Bangsa Indonesia. Semboyan
Bhineka Tunggal Ika yang dicengkerem erat oleh Burung Garuda

51Page | 51 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


harus pula digenggam oleh setiap anak bangsa. Persatuan tidak
harus dipahami sebagai keseragaman dan/atau memaksakan
keseragaman dalam setiap hal. Persatuan juga tak bisa kokoh
jika diikat oleh uang/kekayaan materi dan pemaksaan
kekuasaan.
Persatuan harus ditumbuhkan dan diikat dari dalam hati
yang tulus. Terikat kuat karena tumbuh dari perasaan sesakit
sependeritaan dan senasib sepenanggungan tanpa
memperhatikan asal-usul, suku-ras, dan agama. Sebuah ikatan
yang memandang bahwa setiap anak bangsa yang hidup di bumi
Nusantara adalah saudara. Oleh karena itu, Melayu, Minang, Ocu,
Suku Aceh, Nias, Sunda, Jawa, Bali, Dayak, Bugis, Sasak, Asmat,
dan suku-suku lainnya yang mendiami Indonesia harus
menyadari bahwa keberadaannya berasal dari satu rahim, yaitu
rahim Ibu Pertiwi. Dikarenakan adanya pertalian saudara ini,
apabila suku Minang menangis maka seluruh bangsa akan
menangis pula. Jika suku Ocu menderita maka seluruh bangsa
juga turut merasakan penderitaan itu.
Persatuan seperti inilah yang bisa tegak dan kokoh
menghadapi segala bentuk benturan atau gangguan dari luar.
Perjuangan bangsa memperebutkan kemerdekaan telah
membuktikan bahwa persatuan bangsa adalah kekuatan yang
maha dahsyat. Meskipun hanya didukung dengan persenjataan
seadanya, tetapi karena ada persatuan, penjajah pun dapat
disingkirkan. Sebaliknya, saat perjuangan berwatak kedaerahan,
tak pernah bisa menyingkirkan penjajah, meski telah
dilangsungkan selama berabad-abad lamanya. Oleh karena itu,
spirit Sumpah Pemuda harus tetap dilestarikan sebagai modal
membangun persatuan sejati, bukan persatuan semu atau palsu
belaka. Persatuan yang lahir dan tumbuh dari kebhinekaan.

4. Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan merupakan alat atau cara
untuk mewujudkan Visi kebangsaan dan sering juga disebut
sebagai Sila demokrasi.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 52Page | 52


Persatuan saja tidak cukup dalam menuntaskan masalah-
masalah besar yang berkaitan dengan hidup berbangsa dan
berNegara. Penuntasan masalah harus dilakukan melalui
mekanisme musyawarah/permusyawaratan,yangmembicarakan
setiap kepentingan/masalah kebangsaan dengan duduk
bersama. Musyawarah merupakan satu-satunya media paling
sah dan shahih untuk menyelesaikan permasalahan dan/atau
Perbedaan pendapat. Setiap permasalahan dan/atau Perbedaaan
pendapat yang diselesaikan tanpa mekanisme musyawarah
berpotensi menimbulkan konflik sosial yang bisa mengarah pada
perpecahan bangsa. Di sinilah pentingnya musyawarah sebagai
media untuk mempertemukan aneka ragam pendapat guna
menguji kebenaran.
Namun, untuk alasan yang Praktis, seluruh rakyat tidak bisa
serta-merta ikut musyawarah. Suara/kepentingan rakyat
disalurkan melalui lembaga-lembaga permusyawaratan yang
disepakati bersama secara sah dan adil. Lembaga-lembaga
permusyawaratan ini beranggotakan para perwakilan dari
seluruh rakyat Indonesia yang dipilih melalui mekanisme pemilu
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Lembaga-
lembaga permusyawaratan itu menurut amandemen UUD 1945
adalah DPR dan DPD ditingkat nasional, dan DPRD di tingkat
daerah.
Selanjutnya, disebabkan spirit keberimanan dan watak budi
pekerti luhur yang terbingkai dalam persatuan, maka
musyawarah harus mempunyai tata-aturan atau prinsip-prinsip
yang menunjukkan kualitas peserta musyawarah sebagai
manusia beriman yang adil dan beradab serta bersatu. Setidak-
tidaknya terdapat 8 prinsip yang harus dipegang dalam
bermusyawarah, yaitu:
1) Agenda yang dibicarakan dalam Musyawarah
/permusyawaratan tidak diperkenankan bertentangan atau
bertolak belakang dengan“kebenaran-kebenaran universal”
yang ada dalam setiap agama. Pembahasan tentang
legalisasi minuman keras, prostitusi, korupai, dan
perkawinan sejenis, misalnya, merupakan tema-tema yang

53Page | 53 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


bertentangan dengan nilai-nilai keberagamaan dan jauh
dari kebenaran Tuhan.
2) Setiap peserta musyawarah mempunyai kedudukan dan
kesempatan yang sama dalam mengajukan pendapat, baik
itu berupa usul, masukan maupun keberatan/
ketidaksetujuan. Tidak ada hak kelompok tertentu
termasuk kelompok mayoritas untuk membatasi kebebasan
berpendapat. Setiap peserta musyawarah harus rela secara
tulus mendengar, memahami dan menghargai pendapat
orang lain, betapapun dia tidak setuju dengan pendapat itu.
Singkatnya, kebebasan berpendapat adalah hak mutlak
yang dimiliki oleh setiap peserta musyawarah.
3) Penyampaian pendapat harus dilakukan dengan penuh
ketulusan dan hormat terhadap peserta musyawarah yang
lain. Tidak emosional, apalagi menyinggung perasaan
peserta yang lain. Kemudian, saat harus bertentangan atau
berbeda pendapat, penyampainnya pun harus penuh
hormat dan respek dengan sesama peserta musyawarah.
Hal ini tidak hanya masalah etika, tetapi untuk membangun
suasana dialog yang sejuk dan rasional, sehingga
musyawarah menghasilkan keputusan yang sebaik-baiknya
dan lebih dekat pada kebenaran.
4) Tidak diperkenankan dalam musyawarah menganggap
bahwa pendapatnya adalah yang benar dan pendapat orang
lain salah. Tak ada “kebenaran mutlak” atau dalil-dalil mati
yang tak bisa diubah dalam musyawarah. Setiap peserta
musyawarah berpotensi mempunyai kebenaran dan juga
kesalahan. Seperti kata Imam Abu Hanifah: “Pendapat kita
benar tetapi masih mengandung kemungkinan salah, dan
pendapat orang lain salah tetapi masih mengandung
kemungkinan benar.” Kesadaran untuk rela mendengar atau
mendapat kebenaran dari pihak lain dan mengakui
kesalahan pendapat diri merupakan sarana bagi
penghargaan terhadap kebhinekaan/keragaman.
5) Di saat keputusan akhir musyawarah bertentangan dengan
pendapat diri, maka keputusan itu harus diterima dengan
lapang dada, tidak perlu ada usaha penghasutan atau

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 54Page | 54


pemboikotan hasil musyawarah, yang bisa memecah belah
peserta musyawarah. Karena boleh jadi jika pendapatnya
yang diakomodasi sebagai keputusan musyawarah akan
banyak membawa kemudharatan daripada kemanfaatan.
Sebaliknya, jika keputusan musyawarah mengkomodasi
pendapat diri, tak perlu ada perasaan bangga. Hal ini perlu
disadari karena boleh jadi keputusan itu cenderung
membawa banyak kemudharatan daripada kemanfaatan
6) Keputusan musyawarah adalah perjanjian tertinggi yang
berkekuatan tetap dan final bagi peserta musyawarah. Oleh
karena itu tidak diperkenankan melaksanakan tindakan
yang menyalahi keputusan musyawarah. Dalam praktek di
lapangan, jika di sadari bahwa keputusan musyawarah
tersebut mengandung banyak kemudharatan, maka harus
dibicarakan dalam musyawarah berikutnya dengan peserta
yang sama, atau setidak-tidaknya mendekati sama.
7) Pemimpin musyawarah berfungsi sebagai penengah/wasit
sekaligus “pengetok palu” keputusan musyawarah. Oleh
karena itu, pemimpin musyawarah haruslah orang yang
cakap, bijak, visioner dan siap mendengar setiap pendapat
peserta musyawarah secara sungguh-sungguh. Pemimpin
musyawarah tidak diperkenankan tergesa-gesa mengetok
palu keputusan, apalagi hanya memihak pada kelompok
tertentu dari peserta musyawarah.
8) Keputusan akhir musyawarah harus berpijak pada hikmat
kebijaksanaan. Hikmat berasal dari Bahasa Arab :
kearifan/arif dan bijaksana mengandung pengertian bahwa
keputusan harus mempertimbangkan kebenaran dan
kepentingan yang lebih luas, kepentingan masyarakat
umum. Bukan sekedar kepentingan peserta musyawarah itu
sendiri. Hal ini penting karena keputusan akhir
musyawarah itulah yang akan menjadi pegangan rakyat,
yang memimpin rakyat dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan berNegara. Keputusan yang tidak berdasar
pada hikmat kebijaksanaan akan membuat rakyat sengsara
dan terbebani.

55Page | 55 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


5. Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi
Visi kebangsaan. Tak ada artinya sebuah bangsa
berdiri/didirikan tanpa tujuan. Tujuan berdirinya bangsa
Indonesia adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Visi ini sekaligus menjadi tujuan
musyawarah/permusyawaratan yang dilakukan oleh
sekumpulan orang beriman dan berbudi luhur, yang terikat
dalam persatuan.
Keadilan sosial mempunyai makna dan implikasi yang
sangat luas. Hal ini terkait pada fungsi manusia sebagai makhluk
sosial, yang diharuskan merajut interaksi-interaksi sosial dengan
manusia lainnya, berdasar motif-motif tertentu yang
meliputinya. Interaksi antar individu yang didasarkan atas motif
untuk memenuhi/mendapatkan penghidupan yang layak akan
menghasilkan hubungan sosial yang berwatak ekonomis.
Interaksi antar individu yang didasarkan atas motif untuk
menumbuhkembangkan kecerdasan akan menghasilkan
interaksi sosial di bidang pendidikan. Interaksi antar individu
yang didasarkan untuk meraih dan/atau mempertahankan
kekuasaan menghasilkan hubungan sosial di lapangan politik.
Interaksi antar individu yang didasarkan atas motif menjaga
keteraturan dan ketertiban masyarakat akan menghasilkan
hubungan sosial yang berkaitan pada penegakan hukum. Dan,
interaksi antar individu yang bermotif menumbuhkembangkan
kehidupan seni, budaya dan sosial menghasilkan hubungan
sosial dalam bingkai sosial-budaya.
Oleh karena itu, keadilan sosial berarti juga mencakup
didalamnya keadilan di bidang ekonomi, pendidikan, hukum,
politik, dan keadilan dalam kehidupan sosial budaya. Keadilan
ini harus dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, dari
Sabang sampai Merauke. Tak boleh ada satupun rakyat
Indonesia yang tidak merasakan keadilan sosial, atau dalam
bahasa lain, merupakan pengkhianatan terhadap tujuan
berbangsa dan berNegara jika ada rakyat Indonesia yang masih
diberlakukan tidak adil.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 56Page | 56


BAB VI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
DAN SISTEM FILSAFAT

1. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


A. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan
buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran
atau science des ideas.
Puspowardoyo menyebutkan bahwa ideologi dapat
dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap
dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar
dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi
adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various
political and aconomic issues and social philosophies often applied
to a systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya
suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai
berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang
sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Idelogi artinya sistem gagasan yang mempelajari keyakinan-
keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, dan
sosial.Istilah “ideologi” dipergunakan oleh Marx dan Engels
mengacu kepada seperangkat keyakinan yang disajikan sebagai
objek. Objek tersebut tidak lain adalah pencerminan kondisi-
kondisi material masyarakat.Sosialisme adalah pandangan hidup
dan ajaran kemasyarakatan tertentu,yang berhasrat menguasai
sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi
secara merata.Sosialisme sebagai ideologi politik adalah suatu

57Page | 57 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para
pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui
jalan evolusi, persuasi, konstitusional–parlementer, dan tanpa
kekerasan.Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan
yang kritis di bidang sosial, ekonomi, dan politik akibat revousi
industri.Adanya kemiskinan,kemelaratan,kebodohan kaum
buruh,maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan
kesejahteraan secara merata.Dalam perkembangan sosialisme
terdiri dari berbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia,
sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan berbagai aliran
sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat
pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme,Febianisme, dan Sosial
Demokratis.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan
definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu
ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai
suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang dan
waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara
sistematis radikal itu kemudian dituangkan dalam suatu rumusan
rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman
atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka
perumusan satu Negara Indonesia merdeka, yang diberi nama
Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinamai Pancasila itu
kemudian diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta
sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem
filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh
seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu
rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum,

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 58Page | 58


dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan berNegara
dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah
Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat
imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia
harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar
Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum
yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain
pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung,
yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai
sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya
setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung
di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya,
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
mempunyai sifat imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau
pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup
sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai
sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan
fungsinya sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil
bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah disebut
pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
Artinya Pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh
Negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan,
bukan milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan
tertentu. Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang
meruapakn cita-cita bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau
diamalkan, yang mewujudkan kenyataan dalam penyelenggaraan
hidup keNegaraan kebangsaan dan kemasyarakatan kita.
Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan keNegaraan dan
kemasyarakatan, kita harus kembali kepada filsafat Negara
Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk
meluruskan kembali.

59Page | 59 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Selain ideologi Pancasila, ada beberapa Ideologi lainnya yang
coba ditela’ah secara singkat, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan bandingan untuk memahami konsep ideologi diluar
Konteks Ideologi Pancasila.

B. Macam-macam Ideologi
1. Idiologi Kapitalisme
Kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini
bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara
besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun
demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi
universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai
berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada
masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana
sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai
suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan
perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti
tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke
barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para
kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru
buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai
lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak
ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak
swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal
bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang
sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan
belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya
pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua
atau tiga abad yang lalu.
Mendominasi bidang perdagangan selama berabad-abad
namun kemudian malah memunculkan ketimpangan
ekonomi.Para pemikir ini mulai beranggapan bahwa para borjuis,

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 60Page | 60


yang pada era sebelumnya mulai memegang peranan penting
dalam ekonomi perdagangan yang didominasi Negara atau lebih
dikenal dengan merkantilisme, seharusnya mulai melakukan
perdagangan dan produksi guna menunjang pola kehidupan
masyarakat.
Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi kapitalis klasik
yang menyerang merkantilisme yang dianggapnya kurang
mendukung ekonomi masyarakat.Ia menyerang para psiokrat yang
menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola
produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM
(Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi
suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih
menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan.
Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan
tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka
pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi
pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari
semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.

2. Idiologi Sosialisme
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak
ratusan tahun yang lalu.Sosialisme sendiri berasal dari bahasa
Latin yakni socius (teman).Jadi sosialisme merujuk kepada
pengaturan atas dasar prinsip pengendalian modal, produksi, dan
kekayaan oleh kelompok.Istilah sosialisme pertama kali dipakai di
Prancis pada tahun 1831 dalam sebuah artikel tanpa judul oleh
Alexander Vinet.Pada masa ini istilah sosialisme digunakan untuk
pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-
pengikut Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis.Saint-
Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan yang
bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels
mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk
membedakan diri dengan sosialisme yang berkembang
sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut
dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari
impian belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan

61Page | 61 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh karena itu Marx dan
Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan
antara sosialisme dan komunisme.Menurut mereka, sosialisme
adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai
komunisme.Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa
kelas adalah tujuan akhir sejarah.Konsekuensinya, tahap
sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai
komunisme, seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan
bahwa Uni Soviet berada dalam tahap sosialisme.Dalam
perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme
memiliki beberapa cabang gagasan.Secara kasar pembagian
tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua
adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan
sindikalisme. Harus diakui bahwa pembagian ini sangatlah
sederhana mengingat begitu banyak varian sosialisme yang
tumbuh dan berkembang hingga saat ini.Sebagai contoh Marxisme
yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi Komunisme dan
berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme.Disisi lain Marxisme
berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para
pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970-an. Sama halnya
dengan anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran besar
seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J
Proudhon dan anarkis kolektivis seperti Mikhail
Bakunin.Anarkisme juga memberi angin bagi tumbuhnya gerakan-
gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona
semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap
berdiri seperti halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia
dan Prancis.Beberapa yang menganut sosialisme juga seperti
halnya partai-partai buruh seperti di Inggris dan Itali. Partai-partai
Komunis banyak yang membubarkan diri atau bertahan dengan
berganti nama dan mencoba untuk tetap hidup dengan ikut pemilu
di Negara-Negara Eropa Timur setelah runtuhnya Uni Soviet.
Beberapa diantaranya bahkan bisa berkuasa kembali seperti di
Polandia dan Ceko dengan jalan yang demokratis.
a. Kegagalan Marxisme

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 62Page | 62


Banyak diantara para pemikir sosialis maupun praktisi
gerakan-gerakan sosialisme masih mengandalkan Marxisme
sebagai dasar pemikiran maupun gerakannya. Ada yang
menggunakan Marxisme secara kritis akan tetapi ada juga yang
secara dogmatis memujanya habis-habisan hingga saat ini.
Kecenderungan-kecenderungan demikian terjadi tidak hanya di
Negara-Negara Eropa akan tetapi juga di Negara-Negara dunia
ketiga seperti halnya Indonesia. Di Eropa, Marxisme digunakan
sebagai alat analisa pemikiran, artinya peran Marxisme lebih
berlaku pada perdebatan-perdebatan intelektual filsafat dalam
melahirkan berbagai varian-varian baru. Sementara di Negara-
Negara dunia ketiga dimana tingkat kegiatan praksis sosialisme
lebih berjalan, Marxisme masih menjadi ideologi dasar dan
terutama bagi mereka yang baru saja lepas dari kungkungan
rezim otoriter militeristik dimana Marxisme masih memukau
seperti ‘menemukan air ditengah dahaga ideologi’ dengan teori-
teori pembebasannya.Harus diakui bahwa hampir satu abad
Marxisme memberi kontribusi baik maupun buruk yang tak
terhingga kepada dunia.Marxisme memberi peringatan kepada
kita tentang bahaya kapitalisme industri dan menyadarkan kita
tentang pentingnya kebersamaan manusia secara kolektif. Meski
demikian, Marxisme gagal untuk membuktikan teori-teorinya
dan gagal pula didalam tingkatan yang lebih kongkret. Bubarnya
Uni Soviet, yang dikatakan masih berada dalam fase sosialis
menuju masyarakat komunis adalah kegagalan Marxisme pada
tingkatan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa Marxisme gagal
baik secara teori maupun prakteknya.
Kegagalan teoritis Marxisme yang pertama adalah tentang
teori nilai lebih. Marx menafisrkan kapitalisme dengan teori
lebih kerja sebagai suatu sistem eksploitasi kelas buruh oleh
kaum kapitalis. Kaum kapitalis menyimpan bagi dirinya sendiri
nilai lebih itu yang dihasilkan oleh kaum pekerja. Akumulasi dan
konsentrasi kekayaan dalam tangan kelompok kapitalis yang
jumlahnya semakin kecil, bersama dengan hukum kemunduran
tingkat keuntungan, menuju kepada kehancuran diri sistem
eksploitasi tersebut. Pada akhirnya menurut Marx, akan terjadi
pengambil alihan oleh kelas buruh. Artinya kelas buruh

63Page | 63 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


(proletariat) memegang kendali sarana produksi dan untuk
membangun kediktatoran proletariat sebagai tahap awal transisi
menuju masyarakat tanpa kelas. Hal ini gagal karena kapitalisme
tidaklah menyusut hingga masa sekarang. Kapitalisme sendiri
bisa menyesuaikan perkembangan dengan memberi tuntutan-
tuntutan buruhnya di bawah standar.
Hal ini terlihat seperti di Indonesia, kaum pekerja terjebak
dan larut dalam tuntutan-tuntutan upah minimum yang memang
di rekayasa olah para kapitalis.Kaum buruh pun tidak pernah
terjadi untuk mengambil alih kepemilikan kaum kapitalis secara
ekonomis mengingat factor-faktor sekunder seperti politik
memang tidak pernah diperhitungkan secara jelas dalam
Marxisme.Kegagalan Marxisme yang kedua adalah klaim tentang
sosialisme ilmiah itu sendiri.Marx memang menolak sosialisme
bentuk lama yang dikatakan utopia dan mencoba memberi
kerangka rasional dalam gagasannya.Akan tetapi Marxisme juga
tenggelam dalam mimpi utopiannya sendiri tentang masyarakat
tanpa kelas. Sebab penentuan cita-cita akhir, bagaimanapun
hakekatnya bertentangan langsung dengan prinsip dialektis
yang didengungkan oleh Marx sendiri.Kegagalan Marxisme yang
ketiga adalah pemahaman yang dilanjutkan oleh Lenin dan Stalin
telah berubah menjadi suatu kolektivisme sempit.Produksi
barang material tidak lagi diarahkan kepada peningkatan
keberadaan personal, melainkan kepada pertumbuhan
kekuasaan kolektif tersebut.Bukti paling kongkret dari
kegagalan kegagalan diatas adalah bubarnya Negara Uni Sovyet
yang selama 70 tahun lebih memakan korban jutaan
warganya.Prinsip sosialisme sebagai kebersamaan sangatlah
penting, meski demikian kita juga tidak bisa mengingkari hak
hak asasi yang paling pribadi sebagai manusia dalam kerangka
nilai etis. Fase kediktaturan proletarian yang sama otoriternya
dengan fasisme jelas tidak bisa diterima bahkan oleh warganya
sekalipun.
b. Kritik Anarkisme
Anarkisme sendiri sering disalahartikan sebagai kekacauan
(chaos) yang berdampak penghancuran kepada masyarakat.Hal
ini dimaklumi bahwa orang jarang mengenal gagasan-gagasan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 64Page | 64


anarkisme yang dibawa oleh Pierre Joseph Proudhon, Mikhail
Bakunin, Piotr Kropotkin, dan lainnya.Ini disebabkan anarkisme
memang bukan ideologi terstruktur seperti halnya sosialisme
atau komunisme.Pada awal abad ke-19 anarkisme tumbuh dan
menjadi lawan bagi Marxisme, karena klaim anarkisme yang
libertarian berhadapan dengan Marxisme yang otoriterian.Baik
anarkisme maupun Marxisme pada masa itu sepakat bahwa
sebuah revolusi dibutuhkan untuk menumbangkan pemerintah
borjuis. Akan tetapi para pengikut Marx menginginkan Negara
digunakan sebagai sarana kediktaturan proletariat dan baru
akan dibubarkan bila fase komunisme yakni masyarakat tanpa
kelas sudah terwujud. Kaum anarkis justru menginginkan
Negara harus dibubarkan sedari awal.

C. Masa Depan Indonesia dengan Idiologi Pancasila


Sebuah ideologi sangat penting untuk bisa dipahami dengan
kesadaran rasional dan dimiliki sebagai sebuah pijakan langkah
kedepan bagi perkembangan sebuah masyarakat.Ideologi tidak
bisa dipahami secara buta dan dogmatis, karena masyarakat terus
berubah dan berkembang sesuai dengan situasinya baik secara
subyektif maupun obyektif.Secara subyektif, kesadaran
masyarakat memang harus dibangun. Problem di Indonesia untuk
hal ini adalah pemahaman ideologi bukanlah dipelajari secara
rasional, melainkan sekedar penerimaan warisan tradisi akan
pergerakan politik yang mengatasnamakan ideologi. Orang lebih
cenderung mengidentifikasi atau menolak dirinya sebagai sebuah
penganut ideologi tertentu bukan karena ia belajar memahami
nilai ideologi tersebut secara rasional, melainkan karena faktor
sejarah dan kepentingan yang lebih dominan terhadap dirinya.
Demikian pula secara obyektif, problem yang ada dimasyarakat
seperti saat ini tentunya juga butuh sebuah keyakinan yang kuat
terhadap cita-cita perubahan.Ideologi sebagai sebuah cita-cita
haruslah bisa diandalkan dan dipercaya untuk bisa memberi jalan
terhapa permasalahan tersebut.
Maka meski dengan usia baru 100 tahun sejak para founding
fathers seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya, Republik
Indonesia boleh dibilang sangatlah miskin akan pemahaman

65Page | 65 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


ideologi yang berkelanjutan. Orang lebih senang melihat figur
tertentu untuk tampil ke panggung politik bila dibandingkan tahu
secara jelas pemikiran pemikiran macam apa yang dihasilkan oleh
figur tersebut. Inilah yang disebut favoritisme, seperti halnya yang
terjadi di Amerika Latin pada abad ke 19 dimana banyak junta
militer jatuh bangun berkuasa silih berganti.
Pancasila sebagai ideologi yang telah menjadi pilihan kita,
tentunya juga harus dipahami dan dijalankan dalam konteks nalar
yang rasional.Artinya, mengetahui dan meyakini Pancasila
bukanlah sekedar memahami sejarah, mendogmakan pemikiran
lampau dan enggan lepas dari pewarisan tradisi yang sudah
ada.Sosialisme harus mampu menjawab berbagai tantangan
perkembangan masyarakat dan zaman yang kini sedang
terjadi.Seperti halnya problem lingkungan hidup, kemanusiaan,
gender, dan nilai etis moral lainnya yang pada dekade lalu belum
dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting.Oleh karena itu
Pancasila yang harus diperjuangkan adalah Pancasila yang benar-
benar mengakui nilai-nilai kemanusiaan, Pancasila yang benar-
benar kerakyatan dalam arti mampu secara maksimal memberi
rasa keadilan terhadap masyarakat dan Pancasila yang secara
sungguh-sungguh tumbuh karena gagasan-gagasan mulia, bukan
sekedar jargon masa lalu.
Sumbangan sosialisme tradisional seperti Marxisme dan
kritik anarkisme terhadap demokrasi tentunya juga merupakan
hal yang patut untuk diperhatikan. Demokrasi telah menjadi
pilihan kita dan kita secara sadar paham segala kemungkinan
penyimpangan-penyimpangannya. Penyalahgunaan kekuasaan,
pengatasnamaan hukum, konflik kepentingan mayoritas–
minoritas, adalah hal-hal yang telah tampak di depan mata.
Indonesia memang sedang dalam masa transisi. Hal inilah yang
harus benar benar dijaga dan diperhatikan agar perubahan yang
sekarang terjadi tidak akan salah arah dalam proses berdemokrasi
sebagai pelajaran pertama menuju masyarakat yang adil dan
makmur.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 66Page | 66


2. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Secara Etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari
dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/
pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan,
hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat
adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung)
terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan
universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat
adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari
kebijaksanaandan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras
(582-496 SM), Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor
matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari
semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya
pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini
adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1) Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan
mendorong untuk menyelidiki;
2) Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
3) Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika
ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama
bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti
produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti
praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan

67Page | 67 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


bermasyarakat, berbangsa, dan berNegara bagi bangsa Indonesia
dimanapun mereka berada.

1. Objek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan
murni (tidak terikat langsung dengan suatu obyek), yang
mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami
segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam
mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian
manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang
sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar
(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran
pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan Negara.
Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu
tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti
kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukup
mempengaruhi kehidupan bangsa dan Negara modern.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik
obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau
substansinya dapat dibedakan menjadi :
a) Obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat
yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-
lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b) Obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti
terhadap objek material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai
macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang
filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :
a) Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang
bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi
(membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan),

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 68Page | 68


kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai
proses kenyataan, dan antropologi.
b) Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat
pengetahuan atau kebenaran.
c) Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan
untuk memperoleh pengetahuan.
d) Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan
berpikir agar dapat mengambil kesimpulan yang benar.
e) Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia tentang baik-buruk
f) Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
hakikat keindahan atau kejelekan.

2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga
sekarang adalah sebagai berikut :
a) Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat
realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia
ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi
(misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada
hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
b) Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan
bahwa ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan
pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas
dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan
kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama
sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas
kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan
ialah akal budi (ide dan spirit)
c) Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua
aliran diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas
kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda
(materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati.

69Page | 69 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar materi.
Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi
dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa,
dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam gejala
daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas
merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan
nonmateri.

B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Seluruh
kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara
sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali
pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar
filsafat Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system)
yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa
Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat
dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila
sudah ada dan hidup sejak Zaman dulu yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu
menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain,
pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan
perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah
maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan
kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan berNegara. Makna hidup bagi
bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban
bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan
pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 70Page | 70


kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah
perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-
gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap
baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang
memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya.
Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif
yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan
dari sumber nilai utama yaitu :
a) Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan
abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti
kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci.
b) Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan
intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti
kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh
nusantara.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a) Suatu kesatuan bagian-bagian
b) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c) Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d) Dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
e) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas
sendiri-sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara
keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan
(bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.

71Page | 71 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur
(bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal,
dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu
dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila yang
bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis
bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan
kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan
kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang
bersifat organis harmonis.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Apabila bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya
bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis
saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila serta
menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif
(dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja
ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada
umumnya.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 72Page | 72


1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya
keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya
sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan
artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat
yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan),
sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam,
manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga
sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah
manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada
hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam
konteks Negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat Negara dan
pendukung pokok Negara adalah rakyat (manusia).
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman
dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia
mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu
pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses
terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan
teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa, dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar
bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam
pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau
keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma
menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu : 1. logos

73Page | 73 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


(rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3.
Ethos (kesusilaan).
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki :
a) Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b) Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan;
c) Sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar
mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian,
aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai,
termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 74Page | 74


BAB VII
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
BANGSA INDONESIA

1. Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa


Bangsa itu mengenal berbagai kelompok masyarakat manusia
yang membentuk bangsa. Kita mengenal bangsa Amerika yang
terdiri atas berbagai asal ras dan asal kebudayaan. Ada yang
beasal dari Eropa, Inggris, Jerman, Timur Tengah, Jepang dan
masih banyak lagi. Tetapi mereka menyebut diri sebagai bangsa
Amerika.
Semua mengaku sebagai bangsa Amerika yang siap membela
Negara Amerika. Indonesia pun sama seperti bangsa Amerika yang
terdiri atas berbagai kelompok masyarakat yang masing-masing
berbeda latar belakang budayanya, agama, dan bahkan darahnya.
Tetapi sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah menjadi satu
bangsa Artinya satu kesatuan dari berbagai ragam latar belakang
sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad untuk
membangun satu tatanan hidup berbangsa dan berNegara.
Setiap bangsa mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan
menghadapi masalah bersama dalam mencapai cita-cita bersama.
Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu tatanan
masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan
berdasarkan Pancasila. Seperti halnya keluarga, sutau bangsa yang
bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan suatu
pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu bangsa akan
terombang ambing. Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat
secara jelas mengetahui arah yang dicapai.
Dengan pandangan hidup, suatu bangsa :
1. Akan dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang
dihadapi;
2. Akan dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi;
3. Akan memiliki pedoman dan pegangan;
4. Akan membangun dirinya.

75Page | 75 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dengan uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pandangan
hidup suatu bangsa. Pandangan hidup itu sesungguhnya dapat
dailihat dari, Seorang dewasa yang memiliki pandangan hidup
adalah :
1. Seseorang Yang secara sadar mengetahui cita-citanya;
2. Seseorang Yang secara sadar memilih bentuk kehidupan
yang ditempuhnya;
3. Seseorang Yang mengetahui nilai-nilai yang dijunjung tinggi;
4. Seseorang Yang mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah serta melaksanakanya secara jujur.
Dengan demikian, pandangan hidup suatu bangsa adalah :
1. Cita-cita bangsa;
2. Pikiran-pikiran yang mendalam;
3. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.
Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari
(kristalisasi) dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu dan diyakini
kebenaranya, yang berdasarkan pengalaman sejarah dan yang
telah menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkanya
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapai sangat
memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah
sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapi dan menetukan arah serta bagaimana cara bangsa itu
memecahkan persoalan-persoalan tadi.
Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan
merasa terus terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang timbul, baik persoalan-persoalan di
masyarakat sendiri maupun persoalan-persoalan besar umat
manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki
pedoman dan pegangan bagaimana ia memecahkan masalah-
masalah politik, ekonomi, sosial budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 76Page | 76


pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun
dirinya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh sesuatu bangsa,
terkandung pikiran yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangn
hidup suatu bangsa adalah suatu kristalisasi nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenaranya dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkanya. Karena
itulah dalam melaksanakan pembangunan misalnya, kita tidak
dapat begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan
oleh bangsa lain tanpa menyesuaikan dengan pandangn hidup, dan
kebutuhan-kebutuhan yang baik dan memuaskan bagi suatu
bangsa, belum tentu baik dan memuaskan bagi bangsa lain. Oleh
karena itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah
yang sangat asasi bagi kekohan dan kelestarian suatu bangsa.
Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam
barisan Negara-Negara lain di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir
dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram.
Kemudian mengalami penderitaan penjajahan sepanjang tiga
setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajahan itu sendiri. Berbagai babak sejarah telah dilalui dan
berbagai jalan ditempuh dengan cara yang berbeda-beda, mulai
dari cara yang lunak sampai dengan cara yang kasar, mulai dari
gerakan kaum cendikiawan yang terbatas smapai pada gerakan
yang menghimpun kekuatan rakyat banyak, mulai dari bidang
pendidkan, kesenian daerah, perdagangan sampai pada gerakan-
gerakan politik.
Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang
ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah
di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa
yang akan datang, yang secara keseluruhan membentuk
kepribadianya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya

77Page | 77 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


bangsa dan Negara itu, kepribadian itu ditekankan sebagai
pandangan hidup dan dasar Negara Pancasila. Bangsa Indonesia
lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya pada diri sendiri juga
merupakan salah satu cirri kepribadian bangsa Indonesia. Karena
itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh
sejarah perjungan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-
gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang
berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai
Dasar Negara yang mengatur hidup ketataNegaraan. Hal ini
tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam
rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah UUD yang
pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, Mukadimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD sementara
Republik Indonesia tahun 1950 Pancasila itu tetap tercantum di
dalamnya.
Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional kita, Pancasila selalu menjadi pegangan bersama
pada saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi
bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila memang
selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar
kerohanian bangsa, dikehendaki sebagai Dasar Negara.
Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa,
dikodratkan hidup secara berkelompok. Kelompok manusia itu
akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Perkembangan manusia dari yang mengelompok itu sampai pada
suatu keadaan dimana mereka itu terjalin ikatan hubungan yang
kuat dan serasi. Ini adalah pertanda adanya kelompok manusia itu
dengan ciri-ciri kelompok tertentu, yang membedakan mereka
dengan kelompok-kelompk manusia lainya. Kelopmok ini
membesar dan menjadi suku-suku bangsa. Tiap suku bangsa
dibedakan oleh perbedaan nilai-nilai dan moral yang mereka
patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita dapat menyebutkan
adanya kelompok suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Flores,
Sunda, Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 78Page | 78


dasar terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya bangsa
Indonesia yang kita miliki adalah bagian dari bangsa itu sekarang
ini.
Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku
bangsa, karena mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok
ini akan membedakan mereka dengan kelompok suku bangsa lain
di Nusantara ini. Jadi kita kenal dengan pandangan hidup suku
Jawa, Sunda, Batak, Flores, Madura, dan lain-lain sebagainya.
Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang
mereka untuk memenuhi kehidupan di dunia dan bekal di hari
akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa tersebut,
meyakini adanya kehidupan di dunia dan hari akhir. Berdasarkan
hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan hidup di
antara suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah keyakinan mereka
adanya dua dunia kehidupan.Inilah yang menyatukan pandangan
hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka terdiri atas berbagai
suku yang berbeda.
Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan
yang Maha Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai
kehidupan dalam masyarakat adalah tali persamaan pandangan
hidup antara berbagai suku bangsa di Nusantara ini. Pandangan
hidup kita berbangsa dan berNegara tersimpul dalam falsafah kita
Pancasila. Pancasila memeberikan pancaran dan arah untuk setiap
orang Indonesia tentang masa depan yang ditempuhnya. Inilah
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
kelima Sila Pancasila.

3. Pancasila Sebagai Jiwa Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran cita-cita
moral yang meliputi kejiwaan dan suatu kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan
jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan baik
dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia
dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam
hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagian rohaniah.

79Page | 79 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yaitu
melalui gemilangnya kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram,
kemudian mengalami masa penderitaan penjajahan sepanjang 3,5
abad sampai akhirnya Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan
nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajahan itu sendiri.
Berbagai bab sejarah telah dilampaui dan berbagai jalan telah
ditempuh dengan gaya dan cara yang berbeda-beda, mulai dengan
cara yaitu lunak sampai cara yang keras, mulai dari gerakan kaum
cendekiawan yang terbatas sampai gerakan yang menghimpun
kekuatan rakyat banyak, mulai bidang pendidikan, kesenian
daerah, perdagangan sampai kepada gerakan-gerakan politik.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang
sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan
menahan segala macam penderitaan. bangsa Indonesia lahir
menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yaitu,
merupakan hasil antara proses sejarah dimasa lalu, tantangan
perjuangan dan cita-cita hidup dimasa datang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri, yang bersamaan
dengan lahirnya bangsa dan Negara itu, kepribadian tersebut
ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar Negara pancasila.
Karena itu, Pancasila lahir melalui proses yang panjang dan
dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan
melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh
gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian
bangsa kita sendiri dan gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar
dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar Negara
yang mengatur hidup ketatanegeraan. Hal ini tampak dalam
sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak
berbeda, namun dalam 3 buah UUD yaitu dalam pembukaan
UUD’45, dalam mukadimah konstitusi RIS dan dalam mukadimah
UUDS RI (1950). Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Pancasila
yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu dan
menjadi pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional
dan ancaman terhadap ekosistem bangsa kita, merupakan bukti

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 80Page | 80


sejarah bahwa Pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa
Indonesia sebagai dasar kehormatan Indonesia, yaitu sebagai
dasar Negara, hal ini karena telah tertanam dalam kalbunya rakyat
dan dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa
Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta
merupakan ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara
terlepas dari yagn lain, bersifat universal yang juga dimiliki
bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi ke-5 sila yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah itulah yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia. Kenyataan sehar-hari yang kita lihat
dalam masyarakat bangsa Indonesia adalah:
1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang
religius, percaya akan adanya zat yang maha kuasa dan
mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu
yang ada dimuka bumi ini akan ciptaan Tuhan. Dalam
sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa kepercayaan
kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba
tenaga), lalu animisme (serba arwah), kemudian menjadi
politeisme(serba dewa) dan akhirnya menjadi monoteisme
(kepercayaan akan adanya Tuhan YME) sisanya dalam
bentuk peninggalan tempat-tempat pemujaan dan
peribadatan Upacara-upacara Ritual Keagamaan.
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada
hakekatnya semua manusia dilahirkan sama, dan karena itu
yang hidup dan menikmati kehidupan sepenuhnya mesti
bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai
perbedaan perihal martabat yang disebabkan karena
perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta seperti
yang terjadi masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar
antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, antar
satu pulau dengan pulau lainnya maka Indonesia terkenal
mempunyai banyak perbedaan yang beraneka ragam sejak
dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat istiadat,
kesenian dan kebudayaannya, tetapi karena mempunyai

81Page | 81 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang
mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran
bahwa dalam kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang
harus diutamkana kesadaran kebangsaan yang berbeda
yaitu sebagai bangsa Indonesia.
4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bangsa dari
berbagai suku, bangsa Indonesia adalah adanya prinsip
musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam
mengatur tata kehidupan mereka. Sedang kepala desa,
kepala suku, dan sebagainya hanya merupakan pamong
(pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka
sendiri, prinsip musyawarah dan masyarakat yang
merupakan inti dari kerakyatan telah dipraktikkan dalam
kehidupan masyarakat adat.
5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan
dibidang ekonomi, yang dirumuskan sebagai keadilan atau
kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, asas ini sudah
dikenal berabad-abad lamanya yang sisanya masih dapat
kita jumpai dalam masyarakat terutama di desa, yaitu
kebiasaan tolong menolong antara sesama masyarakat,
gotong royong dalam mengusahakan kepentingan bersama
atau membantu dalam mengusahakan kepentingan
bersama atau membantu menolong seseorang yang sangat
membutuhkan.

4. Pandagangan dan harapan Pancasila dalam tataran Aplikasi


1. Indonesia Pasti Bersatu, Akibat pasca hura-hara pergantian
rezim pada tahun 1998 kata Pancasila mulai jarang terdengar,
Pada saat era globalisasi orde baru selalu diucapkan oleh
siapapun bagaikan mantra sakti, kini ada perkembangan yang
cenderung meminggirkan Pancasila dari orasi resmi para
pejabat Negara. Hal ini ditengarai sebagai awal bahaya nyata
bahwa Pancasila memang mulai tersingkir dari kejiwaan
bangsa. Seolah-olah mereka ingin melepaskan diri dari stigma
masa lalu. Jika benar bahwa penghindaran penyebutan
“Pancasila” secara verbal disebabkan oleh ketakutan akan
stigma orde baru, maka sikap itu merupakan pelecehan atas

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 82Page | 82


Pancasila yang luhur. Hal ini muncul dengan mengatasnamakan
agama maupun suku dan kedaerahan. Secara sistematik, sikap
itu segera diubah oleh kekuatan modal menjadi bencana konflik
horizontal. Sungguh suatu pemberontakan habis-habisan atas
Pancasila sebagai roh martabat luhur bangsa. Namun demikian,
pada hakekatnya Pancasila tetap pancasila. Tafsir Ideologis
Struktural hendaknya setia pada semangat filsafat dasar yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Lebih dari itu, Pancasila
adalah roh yang hidup dalam sanubari orang yang mengaku
mencintai Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.
2. Penjiwaan Pancasila Sedang Rapuh, penjiwaan Pancasila oleh
bangsa ini memang mengalami kerapuhan. Pada saat kita
sedang berdemokrasi, ruang publik terpecah belah oleh
berbagai kepentingan idelogis milik partai-partai politik, oleh
kepentingan pemilik modal dan keterpecahan para pejabat yang
korupsi, kerusakan lingkungan kekerasan menjadi Sesuatu hal
yang biasa di media massa sehari-hari. Bila pada masa Orde
baru, Ideologi harus berasas tunggal pancasila, maka kini
Ideologi partai-partai di Indonesia bisa berbagai ragam sesuai
basis kepentingannya. “Otonomi Daerah”, seolah telah
menjelma menjadi pembenar bagi keputusan daera. Jadi,
Pancasila adalah roh yang harus hidup dalam hati sanubari
warga Negara Republik Indonesia. Akan tetapi, sangat
disayangkan karena kita tidak mau mempelajari searah bangsa
dan dunia. Padahal dari sejarah tersebut, diketahui bahwa
hanya Pancasila yang pas dibadan rakyat Indonesia.
3. Membadankan Jiwa Pancasila, Bung Karno menyatakan di
dalam Indonesia merdeka itu, perjuangan kita harus berjalan
terus, hanya lain sifatnya dari perjuangan sekarang. Nanti kita
bersama-sama sebagai bangsa, bersatu padu, berjuang,
menyelenggarakan apa yang dicita-citakan di dalam
pancasila….”(Pidato lahirnya pancasila, 1 Juni 1945).
Prinsip dasar Pancasila harus menjadi inspirasi batin setiap
keputusan dan tindakan kita sebagai Warga Negara :
a) Prinsip Ketuhanan yang maha esa harus kita hayati dengan
menggerakan fungsi iman terhadap masalah aktual bangsa.

83Page | 83 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


b) Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab harus bisa
diwujudkan dengan sikap aktif anti kekerasan, melestarikan
keutuhan lingkungan hidup dan menghormati Manusia
c) Prinsip persatuan bangsa, mendorong kita berbicara dalam
“bahasa Indonesia”, secara tulus mengingat saudara
sebangsa yang cenderung budaya musyawarah dibuat
dengan mulai mengajak siapapun untuk berbicara mengenai
bagaimana baiknya situasi dengan mempertimbangkan
dimensi keadilan sosial.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 84Page | 84


BAB VIII

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN


REPUBLIK INDONESIA, SISTEM PEMERINTAHAN DAN
PENGARUH SISTEM PEMERINTAHAN SATU NEGARA TERHADAP
NEGARA-NEGARA LAIN

A. PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN


1. Hukum Dasar Negara
E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law mengatakan
bahwa secara umum undang-undang dasar adalah suatu naskah
yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-
badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan cara kerja
badan-badan tersebut. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar
setiap sistem pemerintahan diatur dalam undang-undang dasar.
Bagi mereka yang menganggap Negara sebagai satu organisasi
kekuasaan, maka mereka dapat memandang undang-undang dasar
sebagai sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan
tersebut dibagi antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
(Indonesia tidak menganut sistem Trias Politika tersebut, tetapi
menganut sistem pembagian kekuasaan dengan lima lembaga
Negara).
Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-pusat
kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain.
Undang-undang dasar juga merekam hubungan-hubungan
kekuasaan dalam suatu Negara.
Konvensi adalah hukum yang yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggara Negara secara tidak tertulis. Sifat-
sifat konvensi adalah sebagai berikut:
1. Merupakan kekuasaan yang muncul berulang kali dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara.
2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan
berjalan sejajar.
3. Dapat diterima oleh seluruh rakyat.
4. Bersifat sebagai pelengkap yang tidak terdapat di dalam
undang-undang dasar.

85Page | 85 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Konvensi misalnya terdapat pada praktek penyelenggara
Negara yang sudah menjadi hukum dasar yang tidak tertulis,
seperti:
a. Pidato keNegaraan Republik Indonesia setiap tanggal 16
Agustus di dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat.
b.Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan
pemerintah tentang RAPBN pada minggu pertama Januari
setiap tahunnya.
c. Pidato pertanggungjawaban Presiden dan Ketua Lembaga
Negara lainnya dalam sidang Tahunan MPR.(yang dimulai
sejak tahun 2000).
Ketiga hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi
UUD 1945 (merupakan pelengkap). Yang berwenang mengubah
konvensi menjadi rumusan yang bersifat tertulis adalah MPR, dan
rumusannya bukan berupa hukum dasar melainkan tertuang
dalam ketetapan MPR.

2. Pengertian, Kedudukan,Sifat dan Isi Undang-Undang Dasar


1945
a. Pengertian UUD 1945
Sebelum amandemen, yang dimaksud dengan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri
dari: (1) Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinesa; (2) Batang
Tubuh UUD 1945, yang berisi Pasal 1 sampai dengan Pasal 37
yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan
2 ayat aturan tambahan; serta (3) Penjelasan UUD 1945 yang
terbagi atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Pembukaan, Batang Tubuh yang memuat pasal-pasal, dan
Penjelasan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak, dapat dipisah-pisahkan. Naskah yang resmi telah dimuat
dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7
yang terbit pada tanggal 15 Februari 194, sebuah penerbitan
resmi pemerintah Republik Indonesia. UUD 1945 telah
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan
mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.
Namun berdasarkan hasil Sidang Tahunan MPR 2002,
sistematika UUD 1945 adalah Pembukaan dan pasal-pasal yang

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 86Page | 86


terdiri dari 37 pasal, ditambah 3 pasal aturan: peralihan dan 2
pasal aturan tambahan (Pasal 2 Aturan Tambahan UUD 1945
hasil amandemen keempat).
Yang dimaksud dengan undang-undang dasar dalam UUD
1945 adalah hukum dasar tertulis yang bersifat mengikat bagi
pemerintah, lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan warga
Negara Indonesia di mana pun mereka berada, serta setiap
penduduk yang ada di wilayah Republik Indonesia. Sebagai
hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, atau ketentuan yang
harus dilaksanakan dan ditaati.

b. Kedudukan UUD 1945


Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang
menjadi sumber hukum. Setiap produk hukum seperti undang-
undang, peraturan, atau keputusan pemerintah. bahkan setiap
kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan UUD 1945.
Dalam kerangka tata susunan norma hukum yang berlaku,
UUD 1945 merupakan hukum yang menempati kedudukan
tertinggi. seperti telah dijelaskan, UUD 1945 ditetapkan dan
dijelaskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam ayat (2) aturan
tambahan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam 6 bulan sesudah
MPR dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan, UUD.
Aturan tambahan ini menunjukkan bahwa status UUD 1945
adalah sementara. Sesungguhnya rencana pembuat UUD 1945
adalah bahwa sebelum tanggal 17 Agustus 1946 undang-undang
dasar tetap diharapkan dapat disusun oleh badan yang
berwenang, yaitu MPR hasil Pemilu sebagaimana ditetapkan
dalam UUD 1945 itu sendiri, tetapi suasana politik waktu itu
tidak memungkinkan realisasi rencana tersebut.
Saat ini UUD 45 tidak bersifat sementara lagi, karena telah
ditetapkan oleh MPR menjadi konstitusi tertulis. Namun UUD 45
tetap bersifat fleksibel.

87Page | 87 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


c. Sifat UUD 1945
Dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen
menyatakan bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, yakni
hanya memuat 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan peralihan dan
2 ayat aturan tambahan. Setelah amandemen keempat, sifat
singkat dan supel masih mewarnai UUD 1945 karena ia masih
berisi hal-hal pokok dan masih dimungkinkan untuk terus
disesuaikan dengan perkembangan bangsa dan Negara
Indonesia. UUD 1945 hasil amandemen terdiri atas 37 pasal
ditambah 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Sifat undang-undang yang singkat dan supel itu juga
dikemukakan dalam Penjelasan:
1. Undang-Undang Dasar 1945 sudah cukup apabila telah
memuat aturanaturan pokok saja, hanya memuat garis-
garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan
lain-lain penyelenggara Negara untuk menyelenggarakan
kehidupan Negara dan kesejahteraan sosial.
2. Undang-Undang Dasar 1945 yang singkat dan supel itu
lebih baik bagi Negara seperti Indonesia ini, yang masih
harus berkembang, harus terus hidup secara dinamis,
masih terus akan mengalami perubahan-perubahan.
Dengan aturan-aturan yang tertulis, yang hanya memuat
aturan pokok, Undang-undang Dasar menjadi aturan yang luwes,
supel, dan tidak ketinggalan zaman. Ini tidak berarti bahwa UUD
1945 tidak lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan
kepastian. Keluasan atau fleksibilitas ini tetap menjamin
kejelasan dan kepastian hukum apabila aturan-aturan pokok itu
menyerahkan pengaturan lebih lanjutnya kepada aturan hukum
dalam tingkat yang lebih rendah, misalnya ketetapan MPR dan
undang-undang, yang pembuatan, pengubahan, dan
pencabutannya lebih mudah daripada UUD 1945. Selain itu,
penjelasan UUD 1945 menekankan bahwa semangat
penyelenggara Negara, semangat pemimpin pemerintahan
sangat penting. Karena itu, setiap penyelenggara Negara dan
pemimpin pemerintahan selain harus mengetahui teks UUD
1945 juga harus menghayati semangatnya. Dengan semangat
penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan yang baik,

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 88Page | 88


pelaksanaan aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945
akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

d. Isi UUD 1945


Setelah UUD 45 diamandemen 2002, maka tetap 16 bab
walaupun Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dihapus, namun jumlah babnya bertambah sebanyak 22 bab.
Demikian pula pasalnya tetap 37 pasal dan 3 pasal Aturan
Tambahan serta 2 pasal Aturan Tambahan, namun dari pasal-
pasalnya dikembangkan dan ditambah ayat-ayatnya, sehingga
jumlah pasalnya sebanyak 72 pasal.

1. Makna Pembukaan UUD 1945


Makna yang terkandung dalam tiap-tiap Alinea
Pembukaan UUD 1945, secara keseluruhan sebenarnya
merupakan suatu kesatuan yang logis. Tiap-tiap alinea dalam
Pembukaan UUD 1945, sejak dari alinea I sampai dengan
alinea IV merupakan suatu kesatuan. yang logis sejak dari
alinea I sampai dengan alinea IV, sejak dari pernyataan yang
bersifat umum sampai dengan pembentukan Negara
Indonesia. Keseluruhannya itu dapat dirinci pada uraian
berikut ini:
1) Alinea I, Dalam alinea I ini terdapat suatu pernyataan yang
bersifat umum yaitu suatu hak kemerdekaan setiap bangsa
di dunia. Kemerdekaan dalam pengertian ini bukanlah
kemerdekaan individualis (liberalis) namun merupakan
suatu kemerdekaan bangsa. Jadi kemerdekaan individu
diletakkan dalam kaitannya dengan kemerdekaan bangsa.
Kemerdekaan tersebut merupakan suatu hak kodrat, yaitu
hak yang melekat pada kodrat manusia dan bukanlah
merupakan hak hukum, sehingga disebut juga sebagai hak
kodrat dan hak moral. Pelanggaran terhadap hak kodrat
dan hak moral ini pada hakikatnya tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan (hakikat manusia) dan peri keadilan (hakikat
adil). Konsekuensinya merupakan wajib kodrat dan wajib
moral bagi setiap penjajah untuk memberikan
kemerdekaan pada bangsa jajahannya. Berdasarkan ilmu

89Page | 89 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


logika maka pernyataan pada alinea I ini merupakan suatu
premis mayor (pernyataan yang bersifat umum).
2) Alinea II, Berdasarkan alasan akan hak kodrat dan hak
moral bagi setiap bangsa dan kenyataannya pihak penjajah
tidak memenuhi wajib kodrat dan wajib moral untuk
memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia maka
sudah semestinya bagi bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya sendiri atas kekuasaan dan kekuatannya sendiri,
yaitu berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Dalam
kenyataannya bangsa Indonesia hampir mencapai tujuan
kemerdekaan tersebut. Pernyataan dalam alinea II ini
menurut ilmu logika merupakan suatu premis minor (yang
bersifat khusus). Kemudian kemerdekaan tersebut
dijelmakan dalam suatu Negara yaitu Negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3) Alinea III, Sebagai suatu konsekuensinya maka bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekannya itu atas
kekuatannya sendiri yang didukung oleh seluruh rakyat.
Demikian pula merupakan suatu tindakan yang luhur dan
suci, kareta melaksanakan dan merealisasikan hak kodrat
dan hak moral akan terwujudnya kemerdekaan.
Keseluruhannya itu hanya mungkin terwujud karena atas
karunia dan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa. Menurut ilmu
logika pernyataan dalam alinea ketiga ini merupakan suatu
konklusi atau merupakan suatu kesimpulan.
4) Alinea IV, Semua asas yang terdapat dalam alinea I, II dan III
tersebut pada hakikatnya merupakan suatu asas pokok bagi
alinea IV, atau merupakan konsekuensi logis yaitu isi alinea
IV merupakan tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang
terkandung dalam alinea IV yang merupakan konsekuensi
logis atas kemerdekaan yaitu meliputi pembentukan
pemerintahan Negara yang meliputi empat prinsip Negara
yaitu :
a. Tentang tujuan Negara, yang tercantum dalam
kalimat....melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 90Page | 90


bangsa... " (yang merupakan suatu tujuan khusus) dan
.... ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial ... (merupakan tujuan umum atau
internasional).
b. Tentang hal ketentuan ditiadakannya UUD Negara,’
yang berbunyi”....maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia....”
c. Tentang hal bentuk Negara, yang termuat dalam
suatu pernyataan “.....yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat....
d. Tentang dasar filsafat (dasar kerokhanian) Negara,
dalam kalimat “....dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
Seluruh isi yang terdapat dalam alinea IV tersebut pada
hakikatnya merupakan suatu pernyataan tentang
pembentukan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.

2. Sifat Pembukaan UUD’45


Secara menyeluruh ada empat macam sifat Pembukaan
UUD’45, yaitu:
a) Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental, (Staatfundamentalnorm), artinya menurut
ilmu hukum tataNegara memiliki beberapa unsur mutlak ;
1. Dari Segi Terjadinya, yaitu ditentukan oleh Pembentuk
Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara, untuk
menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar Negara
yang dibentuknya.

91Page | 91 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


2. Dari Segi isinya , yaitu memuat dasar-dasar pokok
Negara yang dibentuk memuat asas kerohanian, asas
politik dan asas cita-cita Negara serta memuat
ketentuan diadakannya UUD Negara.
b) Pembukaan UUD’45 bersifat tetap tidak dapat diubah,
artinya selamanya terlekat dalam kelangsungan hidup
bangsa Indonesia sepanjang masa di dalam berNegara,
sebab:
1. Secara formal, dengan jalan hukum suatu peraturan
hukum hanya dapat dihapus oleh penguasa yang
menetapkannya atau yang lebih tinggi
kedudukannya atau derajatnya, padahal saat ini
sudah tidak ada lagi.
2. Secara material, apa yang terjadi pada saat,
proklamasi tidak dapat diulang lagi, hanya satu kali
terjadi yang terikat dan terlekat kepada masalah
hidup pokok dari setiap warga bangsa pada saat itu,
serta terlekat pada Tuhan YME (Proklamasi). Jika
Pembukaan UUD’45 tidak ada, maka tidak
terpenuhi syarat-syarat adanya Negara, yaitu
adanya Rakyat, Daerah, Pemerintah dan Asas
Kerohanian (asas politik, tujuan dan cita-cita
bangsa).
c) Pembukaan UUD’45 bersifat konkrit/jelas, artinya dengan
adanya Pembukaan UUD’45 sebagai Kata Pengantar UUD
Negara R.I., maka adanya Negara Kesatuan RI menjadi
konkrit/jelas, yaitu:
1. Adanya rakyat Indonesia, yang melindungi segenap
bangsa Indonesia.
2. Adanya Daerah Negara, melindungi seluruh tumpah
darah Indonesia;
3. Adanya Pemerintah Negara, membentuk suatu
pemerintahan Negara;
4. Adanya Pancasila, sebagai dasar Negara;
5. Adanya asas Politik, Republik yang berkedaulatan
Rakyat;

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 92Page | 92


6. Adanya asas Tujuan atau Cita-cita bangsa,
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ketertiban dunia, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
d) Pembukaan UUD’45 bersifat tertulis, yaitu memiliki
kekuatan yang dapat dipaksakan, tegas dan jelas
formulasinya. Namun memiliki kelemahan pula, yaitu sulit
untuk diingat, sebagai hukum positif, maka dengan
kekuasaan dapat diubah. Sesuatu piagam atau apapun yang
bersifat tidak tertulis, memiliki kekuatan mudah untuk
diingat, tidak dapat dirubah dengan kekuasaan sebab
bersifat imperatif moril, hanya kelemahannya tidak tegas
dan tidak jelas formulasinya serta mudah untuk dilanggar
atau dilupakan orang.

B. SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan Negara dibagi menjadi dua klasifikasi
besar, yaitu sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintahan parlementer.
Pada umumnya, Negara-Negara didunia menganut salah satu
dari sistem pemerintahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan
lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari dua sistem
pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal
dari Negara yang menganut sistem pemerintahan parlemen.
Bahkan, Inggris disebut sebagai Mother of Parliaments (induk
parlemen), sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari
Negara dengan sistem pemerintahan presidensial.
Kedua Negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena
menerapkan ciri-ciri yang dijalankannya. Inggris adalah Negara
pertama yang menjalankan model pemerintahan parlementer.
Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan
presidensial. Kedua Negara tersebut sampai sekarang tetap
konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem
pemerintahannya. Dari dua Negara tersebut, kemudian sistem
pemerintahan diadopsi oleh Negara-Negara lain dibelahan dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan

93Page | 93 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila badan
eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan
disebut presidensial apabila badan eksekutif berada di luar
pengawasan langsung badan legislative.

1. Sistem Pemerintahan Presidensil


Sistem pemerintahan presidensial atau disebut juga
dengan sistem kongresional adalah sistem pemerintahan
dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang
independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara
langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial
tidak mengenal adanya lembaga pemegang supremasi tertinggi.
Kedaulatan Negara dipisahkan (separation of power) menjadi
tiga cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
yang secara ideal diformulasikan sebagai ”Trias Politica” oleh
Montesquieu. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh
rakyat untuk masa kerja yang lamanya ditentukan konstitusi.
Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala
Negara dan kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial
para menteri adalah pembantu presiden yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Merupakan sistem pemerintahan Negara republik di mana
kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasan legislatif. Menurut Rod Hague, pemerintahan
presidensiil terdiri dari 2 unsur yaitu:
a. Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan
mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
b. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan
yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang
relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif
seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap
Negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 94Page | 94


dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-
pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan
menggantikan posisinya. Model ini dianut oleh Amerika
serikat,Indonesia,dan sebagian besar Negara Amerika latin
Bentuk MPR sebagai majelis permusyawaratan-perwakilan
dipandang lebih sesuai dengan corak hidup kekeluargaan
bangsa Indonesia dan lebih menjamin pelaksanaan demokrasi
politik dan ekonomi untuk terciptanya keadilan sosial,dan
sebagai ciri demokrasi Indonesia. Dalam struktur pemerintahan
Negara, MPR berkedudukan sebagai supreme power dan
penyelenggara Negara yang tertinggi. DPR adalah bagian dari
MPR yang berfungsi sebagai legislatif. Presiden menjalankan
tugas MPR sebagai kekuasaan eksekutif tertinggi, sebagai
mandataris MPR.
Sebagai penjelmaan rakyat dan merupakan pemegang
supremasi kedaulatan, MPR adalah penyelenggara
pemerintahan Negara tertinggi, “pemegang” kekuasaan
eksekutif dan legislatif. DPR adalah bagian MPR yang
menjalankan kekuasaan legislatif, sedangkan presiden adalah
mandataris yang bertugas menjalankan kekuasaan eksekutif.
Bersama-sama, DPR dan presiden menyusun undang-undang.
DPR dan presiden tidak dapat saling menjatuhkan seperti pada
sistem parlementer maupun presidensial.
Sistem presidensial dipandang mampu menciptakan
pemerintahan Negara berasaskan kekeluargaan dengan
stabilitas dan efektifitas yang tinggi. Sehingga para anggota
legislatif bisa lebih independent dalam membuat UU karena
tidak khawatir dengan jatuh bangunnya pemerintahan. Sistem
presidensial mempunyai kelebihan dalam stabilitas
pemerintahan, demokrasi yang lebih besar dan pemerintahan
yang lebih terbatas. Adapun kekurangannya, kemandekan
(deadlock) eksekutif-legislatif, kekakuan temporal, dan
pemerintahan yang lebih eksklusif.
Secara konstitusional, DPR mempunyai peranan untuk
menyusun APBN, mengontrol jalannya pemerintahan, membuat
undang-undang dan peranan lain seperti penetapan pejabat dan

95Page | 95 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


duta. Presiden tak lagi bertanggung jawab pada DPR karena ia
dipilih langsung oleh rakyat.
Konstitusi RI jelas telah menetapkan sistem pemerintahan
presidensial. Pemerintahan presidensial mengandalkan pada
individualitas. Sistem pemerintahan presidensial bertahan pada
citizenship yang bisa menghadapi kesewenang-wenangan
kekuasaan dan juga kemampuan DPR untuk memerankan diri
memformulasikan aturan main dan memastikan janji presiden
berjalan.
Pemerintahan presidensial memang membutuhkan
dukungan riil dari rakyat yang akan menyerahkan mandatnya
kepada calon presiden. Namun, rakyat tidak bisa menyerahkan
begitu saja mandatnya tanpa tahu apa yang akan dilakukan
calon Presiden.
a. Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:
1) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala
pemerintahan sekaligus kepala Negara.
2) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan
demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau
melalui badan perwakilan rakyat.
3) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang
memimpin departemen dan non-departemen.
4) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada
kekuasaan eksekutif (bukan kepada kekuasaan legislatif).
5) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet
bertangungjawab kepada presiden dan tidak bertanggung
jawab kepada parlemen atau legislatif.
6) Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal
itu dikarenakan presiden tidak dipilih oleh parlemen.
7) Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti
dalam sistem parlementer.
8) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai
lembaga perwakilan. Anggota parlemen dipilih oleh
rakyat.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 96Page | 96


b.Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Presidensial
A.Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
1) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak
tergantung pada parlemen.
2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka
waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden
Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina
adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima
tahun.
3) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan
dengan jangka waktu masa jabatannya.
4) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan
eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk
anggota parlemen sendiri.
5) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak
tergantung pada parlemen.
6) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka
waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden
Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia
adalah lima tahun.
7) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan
dengan jangka waktu masa jabatannya.
8) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan
eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk
anggota parlemen sendiri.

B.Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:


1) Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung
legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.
2) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
3) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya
hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif
sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan
memakan waktu yang lama.
4) Karena presiden tidak bertanggung jawab pada badan
legislatif, maka sistem pertanggungjawabannya menjadi
tidak jelas

97Page | 97 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


5) Bisa menciptakan sebuah kekuasaan yang mutlak karena
kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan
langsung legislatif.
c. Tugas presiden sebagai kepala Negara dan pemerintahan
A. Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara
Kepala Negara adalah orang yang mengepalai Negara
dan sebagai symbol resmi Negara Indonesia di dunia yang
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim
konstintusi.
b. Mangangkat duta dan konsul untuk Negara lain dengan
pertimbangan DPR.
c. Menerima duta dari Negara lain dengan pertimbangan
DPR.
d. Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan
pertimbangan dari MA / Mahkamah Agung.
e. Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan
pertimbangan dari DPR.
f. Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan
Udara, AD / Angkatan Darat dan AL / Angkatan Laut.
g. Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya
ditetapkan oleh Undang- Undang.
h. Menyatakan perang dengan Negara lain, damai dengan
Negara lain dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR.
i. Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup
orang banyak, mempengaruhi beban keuangan Negara
dan atau mengharuskan adanya perubahan /
pembentukan Undang-Undang harus dengan
persetujuan DPR.
j. Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan
sebagainya yang diatur oleh UU
k. Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh
KY / Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
l. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang
dipilih DPR atas dasar pertimbangan DPD.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 98Page | 98


m. Membentuk dewan pertimbangan yang memiliki tugas
memberi nasehat dan pertimbangan untuk Presiden
yang diatur oleh UU.
B. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh
menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan
eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
sehari-hari. Tugas presiden sebagai kepala pemerintahan
yaitu sebagai berikut :
a. Menjalankan roda pemerintahan dengan di bantu oleh
para menteri dan stafnya
b. Menetapkan peraturan pemerintah.
c. Mengajukan rancangan Undang-Undang

2. Sistem pemerintahan Parlementer


Pada sistem pemerintahan parlementer, pemerintah yang
berperan sebagai eksekutif harus bertanggung jawab kepada
parlemen. Sehingga dalam sistem pemerintahan parlementer ini
mempunyai kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar.
karena selain eksekutif yang bertanggung jawab kepada
parlemen, menteri serta perdana menteri juga juga harus
bertanngung jawab kepada parlemen. Contoh Negara-Negara
yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah
Inggris, Belanda, Indoa, australia, dan Malaysia. Bahkan Inggris
merupakan Negara pertama yang menganut sistem
pemerintahan parlementer ini dan Inggris juga disebut sebagai
induk parlemen (mother of parliaments).
Anggota parlemen terdiri dari orang-orang dari partai politik
yang memenangkan pemilu. Karena partai politik yang menang
dalam pemilu akan mempunyai kekuasaan yang mayoritas dan
besar di parlemen. Parlemen akan memilih perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet pun biasanya
terdiri dari anggota parlemen itu sendiri. Pada sistem
pemerintahan parlementer, kepala Negara tidak sekaligus
berperan sebagai kepala pemerintahan. Karena perdana menteri
berperan sebagai kepala pemerintahaan dan kepala Negara
dipegang oleh presiden/raja/sultan. Kepala Negara hanya

99Page | 99 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


berperan sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan Negara
karena kepala Negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan.
Uniknya pada sistem pemerintahan parlementer ini,
walaupun kepala Negara tidak mempunyai kewenangan
terhadap urusan pemerintahan, namun kepala Negara atas saran
dari kepala pemerintahan (dalam hal ini, perdana menteri)
dapat membubarkan parlemen yang kemudian bisa mnegadakan
pemilu lagi untuk embentuk parlemen yang baru. Padahal
parlemen dapat membubarkan kabinet dalam pemerintahan
perdana menteri. Selain itu, karena anggota kabine juga
merupakan anggota parlemen, maka kabinet juga bisa
mengendalikan parlemen karena pengaruh mereka (secara
perseorangan) yang besar di parlemen dan partai.
a) Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah
sebagai berikut :
1) Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan
yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
2) Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai
politik yang memenangkan pemiihan umum. Partai politik
yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang
besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di
parlemen.
3) Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan
perdana menteri sebagai pemimpin kabinet. Perdana
menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan
eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada
pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
4) Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat
bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota
parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen
dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota
parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada
kabinet.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 100Page | 100


5) Kepala Negara tidak sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana
menteri, sedangkan kepala Negara adalah presiden dalam
Negara republik atau raja/sultan dalam Negara monarki.
Kepala Negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia
hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan
Negara.
6) Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet
maka presiden atau raja atas saran dari perdana menteri
dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.
b) Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
1.Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena
mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
2.Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik jelas.
3.Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap
kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.
c) Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer
1) Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
2) Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak
bias ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
3) Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi
apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan
berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
4) Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan
eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

101Page | 101 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


C. PENGARUH SISTEM PEMERINTAHAN SATU NEGARA
TERHADAP NEGARA-NEGARA LAIN
Sistem pemerintahan Negara-Negara didunia ini berbeda-
beda sesuai dengan keinginan dari Negara yang bersangkutan dan
disesuaikan dengan keadaan bangsa dan Negaranya. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan
sistem pemerintahan parlementer merupakan dua model sistem
pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak Negara. Amerika
Serikat dan Inggris masing-masing dianggap pelopor dari sistem
pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer.
Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh Negara-negar
lainnya.
Contoh Negara yang menggunakan sistem pemerintahan
presidensial: Amerika Serikat, Filipina, Brasil, Mesir, dan
Argentina. Dan contoh Negara yang menggunakan sistem
pemerintahan parlemen: Inggris, India, Malaysia, Jepang, dan
Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau
parlementer, terdapat variasi-variasi disesuaikan dengan
perkembangan ketataNegaraan Negara yang bersangkutan.
Misalnya, Indonesia yang menganut sistem pemerintahan
presidensial tidak akan sama persis dengan sistem pemerintahan
presidensial yang berjalan di Amerika Serikat. Bahkan, Negara-
Negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial
dan parlementer (mixed parliamentary presidential system).
Contohnya, Negara Prancis sekarang ini. Negara tersebut memiliki
presiden sebagai kepala Negara yang memiliki kekuasaan besar,
tetapi juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden
untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.
Sistem pemerintahan suatu Negara berguna bagi Negara lain.
Salah satu kegunaan penting sistem pemerintahan adalah sistem
pemerintahan suatu Negara menjadi dapat mengadakan
perbandingan oleh Negara lain. Suatu Negara dapat mengadakan
perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan dengan
sistem pemerintahan yang dilaksakan Negara lain. Negara-Negara
dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan
perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 102Page | 102


Negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang
dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan
perbandingan dengan Negara-Negara lain. Mereka bisa pula
mengadopsi sistem pemerintahan Negara lain sebagai sistem
pemerintahan Negara yang bersangkutan.’Para pejabat Negara,
politisi, dan para anggota parlemen Negara sering mengadakan
kunjungan ke luar negeri atau antarNegara. Mereka melakukan
pengamatan, pengkajian, perbandingan sistem pemerintahan
Negara yang dikunjungi dengan sistem pemerintahan Negaranya.
Seusai kunjungan para anggota parlemen tersebut memiliki
pegetahuan dan wawasan yang semakin luas untuk dapat
mengembangkan sistem pemerintahan Negaranya.
Pembangunan sistem pemerintahan di Indonesia juga tidak
lepas dari hasil mengadakan perbandingan sistem pemerintahan
antarNegara. Sebagai Negara dengan sistem presidensial,
Indonesia banyak mengadopsi praktik-praktik pemerintahan di
Amerika Serikat. Misalnya, pemilihan presiden langsung dan
mekanisme cheks and balance. Konvensi Partai Golkar menjelang
pemilu tahun 2004 juga mencontoh praktik konvensi di Amerika
Serikat. Namun, tidak semua praktik pemerintahan di Indonesia
bersifat tiruan semata dari sistem pemerintahan Amerika Serikat.
Contohnya, Indonesia mengenal adanya lembaga Majelis
Permusyawaratan Rakyat, sedangkan di Amerika Serikat tidak ada
lembaga semacam itu.
Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu Negara dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan atau model yang dapat
diadopsi menjadi bagian dari sistem pemerintahan Negara lain.
Amerika Serikat dan Inggris masing-masing telah mampu
membuktikan diri sebagai Negara yang menganut sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer seara ideal. Sistem
pemerintahan dari kedua Negara tersebut selanjutnya banyak
ditiru oleh Negara-Negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan
dengan Negara yang bersangkutan.
1.Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Sebelum Diamandemen. Pokok-pokok sistem pemerintahan
Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang

103Page | 103 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


tujuh kunci pokok sistem pemerintahan Negara tersebut sebagai
berikut:
a. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum
(rechtsstaat).
b. Sistem Konstitusional.
c. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang
tertinggi dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
f. Menteri Negara ialah pembantu presiden, menteri Negara
tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
g. Kekuasaan kepala Negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan,
sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut
sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini
dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan
masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada
lembaga kepresidenan. Hamper semua kewenangan presiden
yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil
rakyat. Karena itui tidak adanya pengawasan dan tanpa
persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan
cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya
yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan
yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak
mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan
antarpejabat Negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata
kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak
merugikan bangsa dan Negara daripada keuntungan yang
didapatkanya.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 104Page | 104


Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad
untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.
Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi Negara itu berisi:
a. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau
eksekutif.
b. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga
Negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah
melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan
mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak
empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi
pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini
2. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Setelah Diamandemen.
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan
baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun
2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada
UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya
transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem
pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004
setelah dilakukannya Pemilu 2004. Pokok-pokok sistem
pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah
yang luas. Wilayah Negara terbagi dalam beberapa
provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan
sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala Negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih dan
diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun.

105Page | 105 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil
presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan
bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota
MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan
mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung
dan badan peradilan dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsure-unsur dari
sistem pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan
untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan
presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut.:
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR
atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan
megawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat Negara perlu
pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu
pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal
membentuk undang-undang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam
sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam
memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru
tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem
bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 106Page | 106


BAB IX
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat


perhatian di dunia, bahwa cita-cita reformasi untuk membangun
Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun dari
hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan yang
dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah
masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hokum
untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN,
terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat
yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan
kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan
tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah "masyarakat
multikultural Indonesia" dari puing-puing tatanan kehidupan Orde
Baru yang bercorak "masyarakat majemuk" (plural society).
Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika
bukan lagi keanekaragaman sukuvbangsaa dan kebudayaannya
tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat
Indonesia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan
baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model
multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga
masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai
sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat
tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik
tercakup semua kebudayaan dari masyarakat masyarakat yang
lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih
besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik
tersebut. Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan
sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam
mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa,
sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD

107Page | 107 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


1945, yang berbunyi: "kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah
puncakpuncak kebudayaan di daerah".

A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma


Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah,
memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat,
martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud
kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai
dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks kebudayaan,
atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam
memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara yang dapat
dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya,
penalarannya, dan kenyataannya.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia
dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur,
sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta
pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun
politik. Disamping teori nilai diatas, Prof. Notonogoro membagi
nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk melakukan aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai
berikut:
a) Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio
manusia, budi dan cipta.
b) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau
intuisi.
c) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak
manusia atau kemauan (karsa, etika).

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 108Page | 108


d) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan,
merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak.
Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan
manusia kepada Tuhan.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya
kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal
yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya
,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggao tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan,
prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat
berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral
pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama,
moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan
sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan
kepatuhan terhadap peraturan atau norma. Norma adalah
petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.
Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia
sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma
merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki
oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat,
norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma
memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan
sanksi, misalnya:
a) Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b) Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan
menyesal terhadap diri sendiri,
c) Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan
dalam pergaulan masyarakat,
d) Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau
kurungan atau denda yang dipaksakan oleh alat Negara.

109Page | 109 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


B. Pancasila sebagai Moral
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
telah disahkan sebagai dasar Negara adalah merupakan
kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti atau moral. Oleh karena
itu Pancasila dapat disebut sebagai moral bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia telah meNegara dalam NKRI, dengan
demikian Pancasila juga merupakan moral Negara, yaitu moral
yag berlaku bagi Negara.
Secara etismologis Pancasila berarti lima asas kewajiban
moral. yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan norma
dan pengertian yang menentukan baik atau buruknya sikap dan
perbuatan manusia. Dengan memahami norma-norma, manusia
akan tahu apa yang harus atau wajib dilakukan dan apa yang
harus dihidari.
Norma moral tidak sama dengan norma sopan santun dan
juga berbeda dengan norma hukum. Norma sopan santun
berlaku berdasarkan kebiasaan, sedang norma hukum berlaku
berdasarkan undang-undang, sedangkan norma moral
bersumber pada kodrat manusia (human nature) dan oleh
sebab itu selalu berlaku.
Pancasila merupakan dasar Negara dan sekaligus ideologi
bangsa, oleh sebab itu nilai-nilai yang tersurat maupun yang
tersirat harus dijadikan landasan dan tujuan mengelola
kehidupan Negara, bangsa maupun masyarakat. Dengan kata
lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan norma moral dalam
menyelenggarakan Negara menuju cita-cita sebagaimana
dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan Undang-undang Dasar
1945.
Etika politik Pancasila mengamanatkan bahwa Pancasila
sebagai nilai-nilai dasar kehidupan berNegara, berbangsa dan
bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk perundang-
undangan, peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh
penguasa. Dengan kata lain semua produk hukum yang berlaku
di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan
semangat Pancasila.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan
UUD 1945 alinea keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 110Page | 110


disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-pokok pikiran
yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan
yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang
Tubuh. Dan menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan
bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber Pancasila merupakan satu-
satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu
sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai
ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa.
Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu
gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat
pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan
kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang
dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan
harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di
wilayah nusantara.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat
dikelompokkan kepada tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis.
1. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati
melalui pancra indra manusia, tetapi dalam kenyataannya
nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek
kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki
nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat
universal karena menyangkut kenyataan objektif dari segala
sesuatu. Contohnya, hakikat Tuhan, manusia, atau makhluk
lainnya.
Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat
kepada suatu benda, kiantitas, aksi, ruang dan waktu, nilai
itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan

111Page | 111 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


dalam kehidupan yang praktis. Namun, nilai yang bersumber
dari kebendaan itu tidak boleh bertentangan dengan nilai
dasar yang merupakan sumber penjabaran norma tersebut.
Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat
bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas
dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka
nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan tetapi, jika
nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan
atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga
dapat juga dikatakan bahwa nilai-nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketataNegaraan kitam nilai
instrumental itu dapat kita temuakan dalam pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan penjabaran
dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Tanpa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, maka nilai-
nilai dasar yang termuat dalam Pancasila belum memberikan
makna yang konkret dalam praktek ketataNegaraan kita.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari
nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata.
Dengan demikian, nilai praksis merupakan pelaksanaan
secra nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental.
Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar
dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-
nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan instrumental
tersebut.
Pejabaran nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
bisa kita lihat lebih jelas dalam pelaksanaan dalam sistem
perundang-undangan Negara RI, yakni Pembukaan UUD

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 112Page | 112


1945, yang di dalamnya ada Pancasila sebagai dasar Negara
merupakan nilai dasar (Grund Norm), sedangkan nilai
instrumetalnya adalahn UUD 1945, dan nilai praksinya
adalah Undang-Undang. Di dalam hukum tata Negara sistem
pelaksanannya dari nilai dasar (hukum dasar Pembukaan
UUD 45)) menuju ke nilai/ hukum yang tingkatannya lebih
rendah , yakni nilai instrumen (UUD 45) yang terakhir
menuju ke nilai praksis (Undang- Undang) oleh Hans Kelsen
disebut Teori Tangga (Stuffen Theory) dan menganut asas
hukum Lex superior derogat legi inferiori, artinya bahwa
undang-undang yang tingkatannya lebih tinggi akan
diberlakukan lebih dahulu dari pada undang-undang yang
lebih rendah tingkatannya ,serta undang-undang yang
tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang yang kedudukannya lebih tinggi.
Pancasila sebagai dasar etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan berNegara diberdayakan
melalui kebebasan akademik untuk mendasari suatu sikap
mental atau attitude. Kebebasan akademik adalah hak dan
tanggung jawab seseorang akademisi. Hak dan tanggung
jawab itu terkait pada susila akademik yaitu;
1. Curiosity,dalam arti terus menerus mempunyai
keinginan untuk mengetahui hal-hal baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mengenal titik
henti, yang berpengaruhi dengan sendirinya terhadap
perkembangan etika;
2. Wawasan, luas dan mendalam, dalam arti bahwa nilai-
nilai etika sebagai norma dasar bagi kehidupan suatu
bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan
berNegara tidak terlepas dari unsur-unsur budaya
yang hidup dan berkembang dengan ciri-ciri khas yang
membedakan bangsa itu dari bangsa lain;
3. Terbuka, dalam arti luas bahwa kebenaran ilmiah
adalah sesuatu yang tentatif, bahwa kebenaran ilmiah
bukanlah sesuatu yang hanya sekali ditentukan dan
bukan sesuatu yang hanya sekali ditentukan dan bukan
sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat, yang

113Page | 113 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


implikasinya ialah bahwa pemahaman suatu norma
etika bukan hanya tekstual, melainkan juga
kontekstual untuk diberi makna baru sesuai dengan
kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat;
4. Open mindedness,dalam arti rela dan rendah hati
(modest) bersedia menerima kritik dari pihak lain
terhadap pendirian atau sikap intelektualnya;
5. Jujur, dalam arti menyebutkan setiap sumber atau
informasi yang diperoleh dari pihak lain dalam
mendukung sikap atau pendapatnya; serta
6. Independen, dalam arti beranggungjawab atas sikap
dan pendapatnya, bebas dari tekanan atau “kehendak
yang dipesankan” oleh siapa pun dan dari manapun.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 114Page | 114


BAB X
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila


sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan
berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan
kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi ‘yang menyandangnya’. Yang menyandangnya itu
di antaranya:
a. bidang politik,
b.bidang ekonomi,
c. bidang social budaya,
d. bidang hukum,
e. bidang kehidupan antar umat beragama,

1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan


Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidan filsafat
ilmu pengetahuan. Menurut thomas kuhn, orang yang pertama kali
mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada
waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma
adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya
di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian
berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah
dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu
dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah,
dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan
penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan
manusia.
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar
Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan
tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan

115Page | 115 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar Negara
dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif
bahwa Pancasila adalah dasar Negara Indonesia, sedangkan
Negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia
maka tidak berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan dan
tolok ukur penyelenggaraan berNegara termasuk dalam
melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar
hakikat manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah
makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis
tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan
makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai
upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi
aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara
singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan
manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat
dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik


Manusia Indonesia selaku warga Negara harus ditempatkan
sebagai subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik.
Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai
subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 116Page | 116


rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai Pancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter
berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan
atas asas kerakyatan (sila IV pancasila).
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan
pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh
karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik,
baik dari warga Negara maupun penyelenggara Negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik
diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam
cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan
nilai-nilai dalam pancasila. Pemahaman untuk implementasinya
dapat dilihat secara berurutan-terbalik:
1. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup
keadilan politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari;
2. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana
dalam pengambilan keputusan;
3. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas
kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan
persatuan;
4. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan
pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab;
5. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi,
persatuan, dan kemanusiaan (keadilan-keberadaban)
tersebut bersumber pada nilai ketuhanan yang maha esa
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini,
implementasi tersebut perlu direkonstruksi kedalam pewujudan
masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat
tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat
industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian,
nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah:

117Page | 117 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


1. Nilai toleransi;
2. Nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
3. Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan
kata);
4. Bermoral berdasarkan consensus

3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi


Sesuai dengan paradigma Pancasila dalam pembangunan
ekonomi maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada
nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi
harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
pancasila) dan kemanusiaan ( sila II pancasila). Sistem ekonomi
yang mendasarkan pada moralitas dam humanistis akan
menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan. Sistem
ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar Pancasila berbeda dengan
sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-
individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem
sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu. Pancasila
bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek.
Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan
menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang bertujuan pada
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang
berdasar Pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak
dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari
bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya
yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan,
penderitaan, dan kesengsaraan warga Negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada sila keempat pancasila; sementara pengembangan
ekonomi lebih mengacu pada pembangunan sistem ekonomi
Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 118Page | 118


pembangunan ekonomi kerakyatan atau pembangunan demokrasi
ekonomi atau pembangunan sistem ekonomi Indonesia atau
sistem ekonomi pancasila.
Dalam ekonomi kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus
untuk sebesarbesar kemakmuran/kesejahteraan rakyat - yang
harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih
berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang
seperti selama orde baru yang telah berpihak pada ekonomi
besar/konglomerat). Politik ekonomi kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah
sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab
itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini
ialah koperasi.
Ekonomi kerakyatan akan mampu mengembangkan program-
program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang
lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, ekonomi
kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam
berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan
partisipatif. Dalam ekonomi kerakyatan, pemerintah pusat
(Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.

4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya


Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena
memang Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat
manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat
dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya
dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus

119Page | 119 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus
dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.
Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai
sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh wilayah
nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya
dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia
sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga
bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak
menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam pembangunan
nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan, yang
dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan
dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat,
di samping hak Negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
hak asasi individu secara berimbang (sila kedua). Hak budaya
komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara
hak Negara dan hak asasi individu.
Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang
sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan
keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era
otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi sukubangsa
tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (sila keempat),
sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (sila
kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah nkri (sila ketiga).
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu
memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai
kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan-kebudayaan di daerah:
(1) sila pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak
mengenal kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa; (2) sila
kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
wargaNegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 120Page | 120


kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya; (3) sila
ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk
mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat; (4) sila
keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di
kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan
kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan
kepentingan perorangan; (5) sila kelima, betapa nilai-nilai
keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Hukum


Salah satu tujuan berNegara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak
hanya oleh penyelenggara Negara saja, tetapi juga rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem
pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh
komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat
semesta melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan sumber
daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada
kesadaran atas hak dan kewajiban warga Negara, serta keyakinan
pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila,
di mana pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan Negara dan bela
Negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan

121Page | 121 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam uu no. 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan Negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara
kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
undang-undang dasar 1945.
Dengan ditetapkannya uud 1945, nkri telah memiliki sebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok
materi-muatan konstitusi, yaitu: (1) adanya perlindungan
terhadap ham, (2) adanya susunan ketataNegaraan Negara yang
mendasar, dan (3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas
ketataNegaraan yang juga mendasar.sesuai dengan UUD 1945,
yang di dalamnya terdapat rumusan pancasila,
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari uud 1945
atau merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan
yang demikian, ia mengandung segi positif dan segi negatif. Segi
positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh Negara);
segi negatifnya, pembukaan dapat diubah oleh mpr—sesuai
dengan ketentuan pasal 37 UUD 1945. Hukum tertulis seperti
uud—termasuk perubahannya—, demikian juga uu dan peraturan
perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar Negara
(silasila Pancasila dasar Negara).
Dalam kaitannya dengan ‘Pancasila Sebagai Paradigma
pengembangan hukum’, hukum (baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila: (1) ketuhanan yang maha esa, (2)
kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan Indonesia, (4)
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan
harus merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang
terkandung dalam pancasila. Artinya, substansi produk hukum
merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan
rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 122Page | 122


6. Pancasila sebagai paradigma pembangunan kehidupan umat
beragama
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang
ramah dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin
kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia
adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia
terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin
kerja bersama guna meraih dan mengisi kemerdekaan republik
Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai
dipertanyakan oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus
kekerasana yang bernuansa agama. Ketika bicara peristiwa yang
terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat
muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia beragama
islam. Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat
beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun yang
diperbuat oleh umat islam menurut sebagian umat non muslim
mereka seakan-seakan merefresentasikan umat muslim.
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya
kerukunan umat beragama perspektif piagam madinah pada
intinya adalah seperti berikut:
1. Semua umat islam, meskipun terdiri dari banyak suku
merupakan satu komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas islam dan
antara komunitas islam dan komunitas lain didasarkan
atas prinsip-prinsip:
a. Bertentangga yang baik
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela mereka yang teraniaya
d. Saling menasehati
e. Menghormati kebebasan beragama.

Lima prinsip tersebut mengisyaratkan: 1) persamaan hak dan


kewajiban antara sesama warga Negara tanpa diskriminasi yang
didasarkan atas suku dan agama; dan 2) pemupukan semangat
persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan
masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi
musuh bersama.

123Page | 123 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dalam “analisis dan interpretasi sosiologis dari agama”,
Ronald robertson, mengatakan bahwa hubungan agama dan
politik muncul sebagai masalah, hanya pada bangsa-bangsa yang
memiliki heterogenitas di bidang agama. Hal ini didasarkan pada
postulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi
kesetabilan politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan
bicara mengenai nilai-nilai tertinggi (ultimate value) dan masuk ke
arena politik, maka pertikaian akan mulai dan semakin jauh dari
kompromi.
Dalam beberapa tahap dan kesempatan masyarakat Indonesia
yang sejak semula bercirikan majemuk banyak kita temukan
upaya masyarakat yang mencoba untuk membina kerunan antar
masayarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial budaya
seperti “pela” di maluku, “mapalus” di sulawesi utara, “rumah
bentang” di kalimantan tengah dan “marga” di tapanuli, sumatera
utara, merupakan bukti-bukti kerukunan umat beragama dalam
masyarakat.
Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat
beragama di Indonesia yang saat ini sedang diuji kiranya perlu
membangun dialog horizontal dan dialog vertikal. Dialog
horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog
untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi
manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang
indeterminis dan interdependen. Identitas indeterminis adalah
sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia
berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan
sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berkal
budi, yang kreatif, yang berbudaya.

7. Implementasi Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan


Kampus
Implementasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan
kampus adalah seperti contoh-contoh paradigma Pancasila diatas
kehidupan kampus tidak jauh berbeda dengan kehidupan tatanan
Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan tatanan
pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi,
budaya, hukum dan antar umat beragama.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 124Page | 124


Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan berNegara maka sebagai makhluk pribadi sendiri
dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa manusia meliputi aspek
akal, rasa,dan kehendak. Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa
intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas kampus
untuk mencapai tujuan bersama.
Pembangunanyang merupakan realisasi praksis dalam
kampus untuk mencapai tujuan seluruh mahsiswa harus
mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek pelaksana
sekaligus tujuan pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila
sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan
berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan
kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi ‘yang menyandangnya’.
Kehidupan kampus yang kita ketahui terdiri dari beberapa
elemen, yaitu : mahasiswa, dan dosen. Sekelompok elemen
tersebutlah yang mengisi kehidupan kampus setiap harinya.
Fungsi dari kampus itu sendiri adalah selain untuk wadah sarana
pendidikan juga sebagai tempat menimba/mendapatkan ilmu,
dimana elemen mahasiswa memegang peran utama dalam
mengatur, mengendalikan, dan mentaati segala peraturan yang
ada di kampus. Pancasila sebagai landasan yang utama tidak hanya
berlaku dalam satu unsur saja, namun terdapat dalam berbagai
unsur yaitu : ilmu pengetahuan, hukum, HAM, sosial politik,
ekonomi, kebudayaan, dll. Dalam arti, bahwa Pancasila bisa
diterapkan dan dijalankan dalam unsur-unsur tersebut sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila tersebut (sila ke-1
s/d sila ke-5).
Kampus yang terdiri dari 2 elemen, tentunya memiliki jumlah
kapasitas yang besar. Maksudnya adalah, dalam kampus tidak
hanya terdiri dari beberapa orang namun terdiri dari ratusan
bahkan ribuan orang. Tentunya setiap orang memiliki keyakinan
agama yang berbeda. Seperti kita ketahui kita mengenal adanya 5
agama (kristen, katholik, islam, budha, hindu)., kemudian terakhir

125Page | 125 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


ditambah dengan agama konghuchu, Sehingga perlulah
pola/acuan berfikir untuk tidak melakukan sikap diskriminatif
terhadap agama yang satu dengan yang lain, kaum mayoritas
dengan kaum minoritas. Agar nilai-nilai agama yang kita punya
tidak menimbulkan pelanggaran melainkan contoh bagi orang lain.
Sebagaimana yang terdapat pada sila ke-1 dalam pancasila.
Selain itu, setiap mahasiswa juga berhak untuk mendapatkan
suatu prestasi ketika mahasiswa tersebut sudah melaksanakan
kewajibannya (IPK). Hal ini berkaitan dengan nilai kemanusiaan
yang terdapat dalam sila ke-2, dimana mahasiswa berhak
mendapatkan haknya ketika kewajibannya sudah dilakukan.
Namun perlu juga kesesuaian antara kewajiban yang dilakukan
dengan hak yang diterima. Kemudian, dalam pergaulan kampus
semakin sulit dibedakan antara mahasiswa yang senior dengan
yang junior karena ketika golongan tersebut menyatu terkadang
mempunyai sikap yang kurang sopan ketika berbicara &
berperilaku. Sehingga nilai moral yang ada tidak sesuai lagi dengan
perilaku yang sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, bukan
berarti mesti ada ruang kosong yang senantiasa menjadi jurang
pemisah antara Senior dengan Junior, namun ada batasan-batasan
etika yang ada dalam keseharian.
Banyaknya orang yang terdapat dalam kampus, juga
mempunyai berbagai keanekaragaman. Contohnya: suku, bahasa,
dan budaya. Keanekaragaman tersebut cenderung membuat kita
terkadang malu atau bahkan tidak mengakui. Sehingga terkadang
timbulah suatu perpecahan antar mahasiswa, walaupun tidak
dalam skala yang besar. Paradigma yang seharusnya dilakukan
adalah menjadikan keanekaragaman ini sebagai landasan bahwa
semua orang dapat menyatu, menghargai, dan mengakui
walaupun terdapat beberapa perbedaan dalam hal bahasa dan
budayanya. Paradigma tersebut telah tertanam dalam Pancasila
sila ke-3 sebagai nilai persatuan.
Kemudian, kampus yang adalah sebagai wadah tentunya tidak
secara langsung berdiri sendiri. Pasti ada proses dan orang yang
memegang peranan dalam hal tersebut. Maka, antara pihak
kampus dengan mahasiswa yang ada didalamnya harus
mempunyai sikap yang transparan dan bijaksana. Sehingga tidak

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 126Page | 126


menimbulkan konflik antara kedua lapisan tersebut.
Paradigmanya adalah agar tercapainya suatu tujuan yaitu
pendidikan yang bermutu dan berkualitas baik, mempunyai
makna bahwa pendidikan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan
untuk mahasiswa seperti yang tertuang dalam Pancasila sila ke-4
sebagai nilai kerakyatan.
Seiring dengan perkembangan jaman dimana terjadi
perpindahan orde dari orde lama ke orde baru,dari orde baru ke
Reformasi, nilai-nilai Pancasila pun semakin dilupakan. Padahal
dengan Pancasila tersebutlah segala sesuatunya menjadi sangat
berharga. Pancasila yang terdapat dalam unsur ilmu pengetahuan
berkaitan juga dengan kehidupan kampus, karena kampus sendiri
mempunyai tujuan yang berkaitan dalam ilmu pengetahuan.
Paradigma kehidupan yang terdapat dalam kampus adalah dimana
dalam setiap kehidupan sehari-harinya terdapat interaksi antara
dosen dengan mahasiswa . Sesuai dengan nilai keadilan yang
terdapat dalam sila ke-5, menyatakan bahwa keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hubungannya adalah Kampus sebagai
wadah yang tepat dalam mendapatkan ilmu, menandakan bahwa
dosen adalah seorang pengajar dan mahasiswa adalah sebagai
pelajar. Artinya,dosen harus mensejahterakan mahasiswanya
dengan menuangkan ilmu yang dia punya kepada mahasiswanya
tanpa harus melakukan perbedaan dalam mendapatkan ilmu agar
terciptanya suatu elemen mahasiswa yang cerdas dan
berkompeten dalam bidangnya.
Pancasila sebagai landasan yang utama harus dijaga,
dilakukan, dan ditaati nilai-nilainya agar setiap nilainya tersebut
dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan
sederajat dengan Negara lainnya.

127Page | 127 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB XI
PANCASILA, PERMASALAHAN AKTUAL
DAN PERMASALAHAN SARA

Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal.


Konflik vertikal misalnya antara si kuat dengan si lemah, antara
penguasa dengan rakyat, antara mayoritas dengan minoritas, dan
sebagainya. Sementara itu konflik horisontal ditunjukkan misalnya
konflik antarumat beragama, antarsuku, atarras, antargolongan
dan sebagainya. Jurang pemisah ini merupakan potensi bagi
munculnya konflik.
Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
salah satu Negara yang tersusun atas berbagai unsur yang sangat
pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras, dan golongan.
Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat
besar dalam pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga
merupakan sumber potensial bagi munculnya berbagai konflik
yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya
kompleksitas, heterogenitas atau pluralitas kenyataan dan
pandangan. Artinya segala sesuatu yang mengatasnamakan
Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.
Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama,
Sila ke-3 Pancasila secara eksplisit disebutkan “Persatuan
Indonesia“. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok-pokok
Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama.
Ketiga, Pasal-Pasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama
tentang hak-hak menjadi warga Negara. Keempat, Pengakuan
terhadap keunikan dan kekhasan yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam
penjelasan UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengakui kekhasan daerah, (2) Penjelasan Pasal 32 UUD 1945
tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan penerimaan atas
budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan
Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah.
Kiranya dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding
fathers Negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pluralitas yang

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 128Page | 128


ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas pemerintahan
daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain.
Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga
bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai
alternatif pemikiran dalam rangka menyelesaikan masalah SARA
ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan paham yang
mengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba
merangkumnya dalam satu wadah ke-Indonesiaan. Kesatuan tidak
boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas
tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari
paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang
tidak sejalan dengan pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau
perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa risiko sosial politik
yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di dalam tri
prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan
kebiasaan dalam kehidupan berNegara yang diterima oleh
masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran tentang toleransi,
kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-
nilai agama, adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera
yang diterima oleh masyarakat

1. PANCASILA DAN PERMASALAHAN HAM


A. Pengertian, sejarah dan macam-macam HAM
Hak asasi ialah hak-hak dasar (pokok) yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang maha esa.
Hak-hak itu antara lain : Hak Hidup, Hak Kebebasan dan Hak
Kesamaan.
Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran/
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Berawal dari 2
perang besar didunia yaitu Perang Dunia Pertama dan perang
Dunia ke dua, maka timbul keinginan untuk merumuskan hak-
hak asasi manusia dalam naskah internasional. Usaha ini pada
tahun 1948 berhasil dengan diterimanya Universal Declaration of
Human Rights (pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi
Manusia) oleh Negara-Negara yang tergabung dalam PBB.

129Page | 129 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara
berangsurangsur menetapkan bahwa ada beberapa hak yang
mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universal
dan asasi. Naskah tersebut adalah :
1. Magna Charta (piagam Agung, 1215) dokumen yang
berisi hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris
kepada para bangsawan bawahannya dan juga
membatasi kekuasaan Raja John
2. Bill of rights (Undang-Undang Hak, 1689)
3. Declaration des droits de I’homme et du citoyen
(pernyataan hak-hak manusia dan warga Negara, 1789)
4. Bill of Rights (Undang-Undang Hak) naskah yang disusun
oleh rakyat Amerika pada tahun 1789.
Hak-hak yang dirumuskan pada abad ke-17 dan ke-18 ini
sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam
(Natural Law) seperti yang dirumuskan oleh John Locke dan
Jean Jaques Rousseau (1712-1778) dan hanya terbatas pada hak-
hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak-hak atas
kebebasan, hak untuk memilih dan lain sebagainya.
Pada abad ke-20 hak-hak politik ini dianggap kurang
sempurna, dan mulailah dicetuskan beberapa hak lain yang lebih
luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal adalah empat hak
yang dirumuskan oelh Presiden Amerika Serikat, Frangklin D
Roosevelt yang dikenal dengan istilah The Four Freedoms (Empat
Kebebasan), yaitu :
a) Kebebaan untuk berbicara dan menyatakan pendapat
(freedom of speech)
b) Kebebasan beragama (freedom of religion)
c) Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear)
d) Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)
Sejalan dengan pemikiran itu, maka Komisi Hak-Hak Asasi
Manusiab (Commission on Human Rights) yang pada tahun 1946
didirikan oleh PBB, menetapkan secara terperinci beberapa hak
ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politik. Pada tahun 1948
hasil pekerjaan komisi ini, pernyataan sedunia tentang Hak-Hak
Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights), diterima
secara aklamasi oleh Negara-Negara yang tergabung dalam PBB.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 130Page | 130


Adapun macam-macam HAM adalah:
1) Hak asasi pribadi (Personal right), yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, memeluk agama,
menyatakan pikiran dan kebebasan bergerak.
2) Hak asasi ekonomi (Economical right), yaitu hak untuk
memiliki sesuatu, membeli, mensual, dan
memanfaatkannya
3) Hak asasi untuk memperoleh pengakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan (legal of equality right)
yaitu hak yang sama dikenakan sanksi/hukuman dan
duduk dalam pemerintahan Negara.
4) Hak asasi social dan budaya (Social and culture right)
yaitu hak untuk memilih pendidikan, mengembangkan
pendidikan dan kebudayaan.
5) Hak asasi politik (Political right) yaitu hak untuk
ikutserta dalam politik, hak untuk dipilih dan memilih
dalam pemilu, hak masuk dan ikut dalam parpol,
mendirikan dan mengembangkan partai Politik.
6) Hak asasi untuk memperoleh perlakuan dan tata cara
peradilan dan perlindungan yang adil dan sama,
misalnya dalam penangkapan, pemeriksaan,
penyidikan, pembelaan, penggeledahan, dan peradilan.

B. HAM Pada Tataran Global


Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB terdapat beberapa
konsep utama mengenai HAM, yaitu:
a. HAM menurut konsep Negara-Negara Barat:
1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak;
2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, Negara
sebagai coordinator dan pengawas;
3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu
manusia: serta
4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
b. HAM menurut konsep Sosialis:
1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam
masyarakat;
2) Hak asasi manusia tidak ada sebelum Negara ada; serta

131Page | 131 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi
menghendaki
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1) Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai
dengan kodratnya;
2) Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan
utama terhadap kepala keluarga; serta
3) Individu tunduk kepada adat yang menyangkut tugas dan
kewajiban
d. HAM menurut konsep PBB:
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang
dipimpin oleh Elenor Roosevelt (10 Desember 1948) dan
secara resmi disebut “Universal Declaration of Human Rights”.
Di dalamnya menjelaskan tentang hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang dinikmati manusia di
dunia yang mendorong perhargaan terhadap hak-hak asasi
manusia. Sejak tahun 1957 konsep HAM tersebut dilengkapi
dengan tiga perjanjian, yaitu 1) Hak ekonomi sosial dan
budaya; 2) Perjanjian internasional tentang hak sipil dan
politik; serta 3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan
politik internasional. Pada Sidang Umum PBB tanggal 16
Desember 1966 ketiga dokumen tersebut diterima dan
diratifikasi.
Universal Declaration af Human Rights menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai:
1) Hak untuk hidup;
2) kemerdekaan dan keamanan badan;
3) Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum;
4) Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan
orang lain menurut hukum;
5) Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara
pidana, seperti diperiksa di muka umum dan dianggap
tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah;
6) Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara;
7) Hak untuk mendapat hak milik atas benda;
8) Hak untuk bebas untuk mengutarakan pikiran dan
perasaan;

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 132Page | 132


9) Hak untuk bebas memeluk agama, serta mempunyai
dan mengeluarkan pendapat;
10) Hak untuk berapat dan berkumpul;
11) Hak untuk mendapatkan jaminan sosial;
12) Hak untuk mendapatkan pekerjaan;
13) Hak untuk berdagang;
14) Hak untuk mendapatkan pendidikan;
15) Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan
masyarakat; serta
16) Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam
kemajuan keilmuan.

C. HAM di Indonesia
Pandangan bangsa Indonesia tentang Hak asasi manusia
dapat ditinjau dapat dilacak dalam Pembukaan UUD 1945,
Batang Tubuh UUD 1945, Tap-Tap MPR dan Undang-undang.
Hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD 1945 masih bersifat
sangat umum, uraian lebih rinci dijabarkan dalam Batang Tubuh
UUD 1945, antara lain: Hak atas kewargaNegaraan (pasal 26
ayat 1, 2); Hak kebebasan beragama (Pasal 29 ayat 2); Hak atas
kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (Pasal
27 ayat 1); Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat (Pasal 28); Hak atas pendidikan (Pasal
31 ayat 1, 2); Hak atas kesejahteraan sosial (Pasal 27 ayat 2,
Pasal 33 ayat 3, Pasal 34). Catatan penting berkaitan dengan
masalah HAM dalam UUD 1945, antara lain: pertama, UUD 1945
dibuat sebelum dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, sehingga
tidak secara eksplisit menyebut Hak asasi manusia, namun yang
disebut-sebut adalah hak-hak warga Negara. Kedua, Mengingat
UUD 1945 tidak mengatur ketentuan HAM sebanyak pengaturan
konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan
pengaturannya dalam bentuk Undang-undang yang diserahkan
kepada DPR dan Presiden.
Masalah HAM juga diatur dalam Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Tap MPR ini

133Page | 133 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak
Asasi Manusia serta Piagam Hak Asasi Manusia.
Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia
terhadap hak asasi manusia, terdiri dari pendahuluan, landasan,
sejarah, pendekatan dan substansi, serta pemahaman hak asasi
manusia bagi bangsa Indonesia. Pada bagian Piagam Hak Asasi
Manusia terdiri dari pembukaan dan batang tubuh yang terdiri
dari 10 bab 44 pasal, Pada pasal-pasal Piagam HAM ini diatur
secara eksplisit antara lain:
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak keadilan
5. Hak kemerdekaan
6. Hak atas kebebasan informasi
7. Hak keamanan
8. Hak kesejahteraan
9. Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban
membela Negara
10. Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan penting tentang ketetapan MPR tentang HAM ini
adalah Tap ini merupakan upaya penjabaran lebih lanjut tentang
HAM yang bersumber pada UUD 1945 dengan
mempertimbangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada tahun 1999, indonesi mensahkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 199 tentang Hak Asasi manusia, Dalam
Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia
ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi
Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur
tentang Hak Asasi Manusia. Materi Undang-undang ini
disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD
45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 134Page | 134


Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari:
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, meningkatkan taraf
kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap
orang berhak untuk membentuk kelaurga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah
atas kehendak yang bebas.
3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk
memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik
secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
masyarakat, bangsa dan Negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa
diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan
dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan
gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun
administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang
bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara
yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh
Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan
adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk
memilih dan mempunyai keyakinan politik,
mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk
agama masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih
kewargaNegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak,
berpindah dan bertempat tinggal di wilayah Republik
Indonesia.
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

135Page | 135 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai
milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan
masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta
mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak
atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak
mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga
Negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan
langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara
bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan
pemerintahan.
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih,
dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi dan pendidikan
sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-
undangan. Di samping itu berhak mendapatkan
perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara serta
memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka
pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya
secara melawan hukum.
Dalam perjalanan sejarah keNegaraan Indonesia
pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia di
Indonesia mengalami kemajuan. Antara lain sejak kekuasaan
Rezim Soeharto telah dibentuk KOMNAS HAM, walaupun
pelaksanaannya belum optimal.
Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan
perlindungan hak-hak asasi manusia semakin kuat bahkan
merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan hak-hak asasi
manusia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945, menjadi
semakin efektif terutama dengan diwujudkannya Undang-
Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999, tentang Hak
Asasi manusia. Dalam Konsiderans dan Ketentuan Umum Pasal I

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 136Page | 136


dijelaskan, bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaban manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahNya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Selain hak
asasi juga dalam LJU No. 39 tahun 1999, terkandung kewajiban
dasar manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia. UU No. 39 tahun 1999 tersebut terdiri atas 105
pasal yang meliputi macam Hukum asasi, perlindungan hak
asasi, pembatasan terhadap kewenangan pemerintah serta
KOMNAS HAM yang merupakan lembaga pelaksana atas
perlindungan hak-hak asasi manusia. Hak-hak asasi tersebut
meliputi, hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan,
hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita,
dan hak anak. Demi tegaknya asasi setiap orang maka diatur
pula kewajiban dasar manusia, antara lain kewajiban untuk
menghormati hak asasi orang lain, dan konsekuensinya setiap
orang harus tunduk kepada peraturan perundangundangan yang
berlaku. Selain itu juga diatur kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan serta
memajukan hak-hak asasi manusia tersebut yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan hukum internasional yang
diterima oleh Negara Republik Indonesia.
Dengan diundangkannya UU No. 39 tahun 1999 tentang
hak-hak asasi manusia tersebut bangsa Indonesia telah masuk
pada era baru terutama dalam menegakkan masyarakat yang
demokratis yang melindungi hak-hak asasi manusia. Namun
demikian sering dalam pelaksanaannya mengalami kendala
yaitu dimana antara penegakkan hukum dengan regulasi yang
ada banyak yang tidak berjalan sesuai dengan harapan, sehingga
kalau tidak konsisten maka akan merugikan bangsa Indonesia
sendiri.

137Page | 137 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002,
telah memberikan jaminan secara eksplisit tentang hak-hak
asasi manusia yang tertuang dalam Bab XA, pasal 28A sampai
dengan pasal 28J. Jikalau, dibandingkan dengan Undang-Undang
Dasar 1945 sebelum dilakukan amandemen, ketentuan yang
mengatur tentang jaminan hak-hak asasi manusia dalam
Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002
dikembangkan dan ditambah pasalnya dan lebih rinci. Rincian
tersebut antara lain misalnya tentang hak-hak sosial dijamin
dalam Pasal 29-B ayat (1), (2), Pasal 28-C ayat (2), Pasal 28-H
ayat (3), hak ekonomi diatur dalam Pasal 28 ayat (2), hak politik
diatur dalam Pasal 28-D ayat (3), Pasal 28-E ayat (3), hak budaya
pada Pasal 28-1 ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama
pada Pasal 28-G ayat (1), hak memeluk, meyakini dan beribadah
menurut agama yang dianutnya, serta hak memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, menyampaikan informasi dan
berkomunikasi melalui berbagai saluran yang ada.
Terlepas dari berbagai macam kelebihan dan
kekuranggannya, bagi suatu kemajuan yang sangat berarti,
karena bangsa Indonesia memiliki komitmen yang tinggi atas
jaminan serta penegakan hak-hak asasi manusia.

2. PANCASILA DAN KRISIS EKONOMI


Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa Orba
ternyata tidak berkelanjutan karena terjadinya berbagai
ketimpangan ekonomi yang besar, baik antargolongan, antara
daerah, dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi.
Krisis ini semula berawal dari perubahan kurs dolar yang begitu
tinggi, kemudian menjalar ke krisis ekonomi, dan akhirnya krisis
kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak
diterapkannya prinsip-prinsip ekonomi dalam kelembagaan,
ketidak- merataan ekonomi, dan lain-lain. yang juga dipicu dengan
maraknya praktek monopoli, Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh
para penyelenggara Negara.
Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan diri pada
filsafat Pancasila serta konstitusi UUD 1945, dan landasan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 138Page | 138


operasionalnya GBHN sering disebut Sistem Ekonomi Pancasila.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Sistem Ekonomi
Pancasila antara lain: mengenal etik dan moral agama, tidak
semata-mata mengejar materi. mencerminkan hakikat kemusiaan,
yang memiliki unsur jiwa-raga, sebagai makhluk individu-sosial,
sebagai makhluk Tuhan-pribadi mandiri. Sistem demikian tidak
mengenal eksploitasi manusia atas manusia, menjunjung tinggi
kebersamaan, kekeluargaan, dan kemitraan, mengutamakan hajat
hidup rakyat banyak, dan menitikberatkan pada kemakmuran
masyarakat bukan kemakmuran individu.
Sistem ekonomi Pancasila dibangun di atas landasan
konstitusional UUD 1945, pasal 33 yang mengandung ajaran
bahwa (1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; (2) Seluruh
warga masyarakat bertekad untuk mewujudkan kemerataan sosial
yaitu tidak membiarkan adanya ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial; (3) Seluruh pelaku ekonomi yaitu produsen,
konsumen, dan pemerintah selalu bersemangat nasionalistik, yaitu
dalam setiap putusan-putusan ekonominya menomorsatukan
tujuan terwujud-nya perekonomian nasional yang kuat dan
tangguh; (4) Koperasi dan bekerja secara kooperatif selalu
menjiwai pelaku ekonomi warga masyarakat. Demokrasi ekonomi
atau ekonomi kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan; (5) Perekono-mian nasional
yang amat luas terus-menerus diupayakan adanya keseimbangan
antara perencanaan nasional dengan peningkatan desentralisasi
serta otonomi daerah. hanya melalui partisipasi daerah secara
aktif aturan main keadilan ekonomi dapat berjalan selanjutnya
menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

139Page | 139 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Lampiran I

BUTIR BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan


ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan


harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 140Page | 140


3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta


kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan

1) Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap


manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

141Page | 141 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 142Page | 142


10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

143Page | 143 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Lampiran 2

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala


bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 144Page | 144


UNDANG-UNDANG DASAR 1945

BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk


Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut


Undang-Undang Dasar.***)

(3) Negara Indonesia adalah Negara hukum. ***)

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan


Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undangundang.****)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali


dalam lima tahun di ibukota Negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan


dengan suara yang terbanyak.

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan


menetapkan UndangUndang Dasar. ***)

145Page | 145 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau
Wakil Presiden. ***/****)

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan


Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UndangUndang Dasar. ***/****)

BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan


pemerintahan menurut UndangUndang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu


orang Wakil Presiden.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undangundang kepada


Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan


undangundang sebagaimana mestinya.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga
Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewargaNegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati Negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden. ***)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 146Page | 146


(2) Syaratsyarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur
lebih lanjut dengan undangundang. ***)

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.***)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh


partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebelum pelaksanaan pemilihan umum. ***)

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan


suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam
pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di
setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi
di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. ***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat
secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat
terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. ****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden


lebih lanjut diatur dalam undangundang. ***)

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun,


dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan.*)

147Page | 147 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa


jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***)

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat


diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu
mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden. ***)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau


Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut
ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada


Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh
sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. ***)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 148Page | 148


(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus
dengan seadiladilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan
Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. ***)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden


dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan


sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut
paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat
menerima usul tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul


pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil
dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
dihadiri oleh sekurangkurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan
disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan
menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat. ***)

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan


Perwakilan Rakyat. ***)

149Page | 149 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat


melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh
Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. ***)

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,


selambatlambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih
Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden. ***)

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,


diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan
adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Pertahanan secara bersamasama. Selambatlambatnya tiga puluh
hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya,
sampai berakhir masa jabatannya. ****)

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden


bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguhsungguh
di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil
Presiden) : “Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban
Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia)
dengan sebaikbaiknya dan seadiladilnya, memegang teguh
UndangUndang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan
peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa
dan Bangsa.” Janji Presiden (Wakil Presiden) : “Saya berjanji dengan

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 150Page | 150


sungguhsungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan
sebaikbaiknya dan seadiladilnya, memegang teguh UndangUndang
Dasar dan menjalankan segala undangundang dan peraturannya
dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”. *)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan


Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan
sungguhsungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung. *)

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,


Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat


menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain. ****)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang


menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan Negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur


dengan undangundang. ***)

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syaratsyarat dan akibatnya


keadaan bahaya ditetapkan dengan undangundang.

151Page | 151 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan


pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(3) Presiden menerima penempatan duta Negara lain dengan


memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan


pertimbangan Mahkamah Agung. *)

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan


pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lainlain tanda kehormatan


yang diatur dengan undangundang. *)

Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas


memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam undangundang. ****)

BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Dihapus. ****)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 152Page | 152


BAB V
KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menterimenteri Negara.

(2) Menterimenteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)

(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam


pemerintahan. *)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian


Negara diatur dalam undangundang. ***)

BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah


provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiaptiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang. **)

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. **)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggotaanggotanya
dipilih melalui pemilihan umum. **)

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala


pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis. **)

153Page | 153 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan


peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan. **)

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah


diatur dalam undangundang. **)

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan


pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara
provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undangundang
dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. **)

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber


daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undangundang. **)

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan


pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
yang diatur dengan undangundang. **)

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan


masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undangundang. **)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 154Page | 154


BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan


umum. **)

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan


undangundang. **)

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam


setahun. **)

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk


undangundang. *)

(2) Setiap rancangan undangundang dibahas oleh Dewan


Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. *)

(3) Jika rancangan undangundang itu tidak mendapat persetujuan


bersama, rancangan undangundang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. *)

(4) Presiden mengesahkan rancangan undangundang yang telah


disetujui bersama untuk menjadi undangundang. *)

(5) Dalam hal rancangan undangundang yang telah disetujui


bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga
puluh hari semenjak rancangan undangundang tersebut disetujui,
rancangan undangundang tersebut sah menjadi undangundang dan
wajib diundangkan. **)

155Page | 155 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi


anggaran, dan fungsi pengawasan. **)

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam


pasalpasal lain UndangUndang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat. **)

(3) Selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain UndangUndang


Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta
hak imunitas. **)

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat


dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam
undangundang. **)

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul


rancangan undangundang.*)

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak


menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti
undangundang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu


harus dicabut.

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 156Page | 156


Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-


undang diatur dengan undang-undang. **)

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari


jabatannya, yang syaratsyarat dan tata caranya diatur dalam
undangundang. **)

BAB VIIA***)
DEWAN PERWAKILAN DAERAH

Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi


melalui pemilihan umum. ***)

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi


jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan
Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam


setahun. ***)

(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur


dengan undang-undang. ***)

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan


Perwakilan Rakyat rancangan undangundang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya

157Page | 157 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. ***)

(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan


undangundang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber da ya ekonomi
lainn ya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memb erikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rak yat atas
rancangan undangundang anggaran pendapatan dan belanja Negara
dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama. ***)

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas


pelaksanaan undangundang mengenai : otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
Negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti. ***)

(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari


jabatannya, yang syaratsyarat dan tata caranya diatur dalam
undangundang. ***)

BAB VIIB***)
PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,


rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. ***)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 158Page | 158


(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ***)

(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan


Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah partai politik. ***)

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan


Perwakilan Daerah adalah perseorangan. ***)

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan


umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. ***)

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan


undangundang. ***)

BAB VIII
HAL KEUANGAN

Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari


pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan
undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. ***)

(2) Rancangan undangundang anggaran pendapatan dan belanja


Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ***)

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan


anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diusulkan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu. ***) Pasal 23A Pajak dan pungutan

159Page | 159 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan
undangundang. ***) Pasal 23B Macam dan harga mata uang
ditetapkan dengan undangundang. ****)

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan Negara diatur dengan


undangundang. ***)

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,


kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan
undangundang. ****)

BAB VIIIA***)
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pasal 23E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang


keuangan Negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri. ***)

(2) Hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada Dewan


Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. ***)

(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga


perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undangundang. ***)

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan


Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. ***)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 160Page | 160


(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh
anggota. ***)

Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota Negara,


dan memiliki perwakilan di setiap provinsi ***)

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan


diatur dengan undangundang ***)

BAB IX
KEKUASAAN HAKIM

Pasal 24

(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka


untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. ***)

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung


dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. ***)

(3) Badanbadan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan


kehakiman diatur dalam undangundang. ****)

Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,


menguji peraturan perundangundangan di bawah undangundang

161Page | 161 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


terhadap undangundang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undangundang. ***)

(2) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang


tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.
***)

(3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan


Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. ***)

(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dip ilih dari dan oleh
hakim agung. ***)

(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah


Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan
undangundang. ***)

Pasal 24B

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan


pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. ***)

(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan


pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela. ***)

(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh


Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur


dengan undangundang.***)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 162Page | 162


Pasal 24C

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat


pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undangundang terhadap UndangUndang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh
UndangUndang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. ***)

(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat


Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UndangUndang Dasar.
***)

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota


hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan
masingmasing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)

(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan
oleh hakim konstitusi. ***)

(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang


tidak tercela, adil, Negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketataNegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat Negara. ***)

(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum


acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur
dengan undangundang. ***)

Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim


ditetapkan dengan undangundang.

163Page | 163 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


BAB IXA**)
WILAYAH NEGARA

Pasal 25A ****)

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara


kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batasbatas
dan hakhaknya ditetapkan dengan undangundang. **)

BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK **)

Pasal 26

(1) Yang menjadi warga Negara ialah orangorang bangsa Indonesia


asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan
undangundang sebagai warga Negara.

(2) Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia. **)

(3) Halhal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan


undangundang. **)

Pasal 27

(1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum


dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiaptiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan


yang layak bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara. **)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 164Page | 164


Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undangundang.

BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan


hidup dan kehidupannya. **)

Pasal 28B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan


keturunan melalui perkawinan yang sah. **)

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan


berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. **)

Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan


kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia. **)

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam


memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan Negaranya. **)

165Page | 165 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan


kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum. **)

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. **)

(3) Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama


dalam pemerintahan. **)

(4) Setiap orang berhak atas status kewargaNegaraan. **)

Pasal 28E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut


agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewargaNegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. **)

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,


menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan


mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh


informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia. **)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 166Page | 166


Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,


kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi. **)

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari Negara lain. **)

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. **)

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan


khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan. **)

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan


pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. **)

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa
pun. **)

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk

167Page | 167 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. **)

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat


diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. **)

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati


selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. **)

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi


manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah. **)

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai


dengan prinsip Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan
hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundangundangan. **)

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berNegara.
**)

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib


tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undangundang
dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis. **)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 168Page | 168


BAB XI
AGAMA

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk


memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu

BAB XII
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA**)

Pasal 30

(1) Tiaptiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara. **)

(2) Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui


sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
**)

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,


Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan Negara. **)

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang


menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. **)

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian


Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara

169Page | 169 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syaratsyarat keikutsertaan warga
Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara, serta halhal
yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undangundang. **)

BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN****)
Pasal 31
(1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. ****)

(2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan


pemerintah wajib membiayainya. ****)

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem


pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undangundang. ****)

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan


sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. ****)

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan


menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ****)

Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah


peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilainilai budayanya. ****)

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 170Page | 170


(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional. ****)

BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas


asas kekeluargaan.

(2) Cabangcabang produksi yang penting bagi Negara dan yang


menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar
kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas


demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. ****)

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur


dalam undangundang. ****)

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anakanak yang terlantar dipelihara oleh


Negara. ****)

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh


rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. ****)

171Page | 171 Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila


(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. ****)

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur


dalam undangundang. ****)

BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN**)

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. **)

Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)

Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang. **)

BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG UNDANG DASAR

Pasal 37
(1) Usul perubahan pasalpasal UndangUndang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila

Gery Ismanto, SH., M.Hum, Pendidikan Pancasila 172Page | 172

Anda mungkin juga menyukai