Anda di halaman 1dari 1

NAMA : Hadiid HabibHaqqi

NIM : 1150150061
MATA KULIAH : Filsafat seni

Film ini berhasil menggambarkan karakter kejahatan manusia secara bertahap. Spielberg
dengan piawai berhasil menyampaikan perasaan keji tentara-tentara Nazi terhadap orang-orang
Yahudi dan juga berhasil menyampaikan kepada penonton betapa horor dan menegangkannya orang-
orang Yahudi di sekitar kebrutalan Tentara Nazi yang tanpa ancang-ancang dapat merenggut nyawa
mereka dengan dalih antisemitisme dan aturan haluan politik yang seakan-akan menghapus hak asasi
orang Yahudi dan mengubah prajurit Nazi yang pada awalnya dilahirkan ke Dunia sebagai insan yang
suci menjadi seorang yang berhati iblis.
Penggambaran iblis pada tentara Nazi menurut saya sangat sesuai dengan apa yang Spielberg
sajikan ke mata penonton. Pada film ini, hati pemeran antagonis ini tak segan membunuh lansia yang
tak berdaya dan anak kecil yang masih suci begitupun ketika Amon Goth menembak seorang Yahudi
yang sedang duduk kelelahan dari kejauhan, peluru senapan laras panjangnya menembus kepala insan
yang tak bersalah dan nyawanya berakhir begitu saja karena Goth dirundung rasa bosan. Semua hal
itu hanya berdasarkan atas asumsi tentang suatu atribut keagamaan yang posisinya tidak dapat
menentukan kejahatan suatu individu secara mutlak. Mungkin untuk hal ini kata iblis pun belum
cukup untuk menggambarkan kejahatan mereka.
Film ini juga secara bertahap menggambarkan transformasi seorang penyuap tentara Nazi
menjadi penyelamat orang Yahudi. Apa yang Schindler lakukan adalah sebuah pesan bahwa seburuk
apapun seorang pendosa, jika jiwa kemanusiaannya telah terusik, maka pengorbanan sebesar apapun
akan dilakukannya demi mengobati jiwanya dari sebuah aksi diskriminatif yang keji. Bahkan
Schindler pun merasa bahwa ia harusnya bisa menyelamatkan banyak orang lagi dengan menyuap
petugas dengan sisa harta yang dimilikinya menandakan harta sebanyak apapun tidak dapat
mengobati luka kemanusiaan.
Dengan segala simbol dan proses pembuatan film ini, Schindler’s List merupakan sebuah
karya yang mampu menghubungkan pikiran kita untuk berempati terhadap masalah-masalah yang
berkaitan dengan isu diskriminasi ras, agama, suku yang masih terjadi. Dari penembakan Armand
Arbery (Diskriminasi orang Afrika Amerika), krisis Yaman, sampai mulut-mulut usil orang di sekitar
kita yang merendahkan penduduk minoritas dari derajat kemanusiaannya adalah satu dari sekian
adegan permulaan dari proyeksi adegan-adegan yang lebih menyayat hati dan menjadi penyesalan
dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai