BUDAYA JEPANG DALAM FILMMEMOIRS OF A
GEISHA”(Analisis Semiotika pada Film Memoirs Of a Geisha Karya Rob
Marshall)
Oleh: Dani Purwanti ( 02220294 )
Communication Science
Dibuat: 20080424 , dengan 2 file(s).
Keywords: Budaya Jepang, film, geisha, analisis semiotic
Penelitian ini berawal dari sebuah fenomena budaya Jepang mengenai sosok pekerja seni atau
artis penghibur yang dikenal dengan istilah geisha, diangkat kembali oleh Rob Marshall dalam
film layar lebar berjudul sama dengan novel karangan Arthur Golden, Memoirs Of A Geisha.
Dibalik setting Perang Dunia II inilah sebuah legenda budaya kembali dikemas, dimana sosok
geisha yang masih kontradiksi hingga saat ini disajikan secara gamblang, tentang sebuah tradisi,
masalah ekonomi, konflik, moral dan nilai sebuah mizuage. Suatu hal yang sungguh berani
ketika sutradara dan sineas Amerika mengangkat tema budaya yang jelas bertolak belakang
dengan latar belakang budayanya. Dengan demikian di era komunikasi global seperti sekarang
ini film tidak hanya sebatas sebagai hiburan saja melainkan media yang bermaksud.
Film merupakan sebuah bentuk media yang sengaja diciptakan untuk suatu kepentingan. Dimana
tidak sedikit negara modern termasuk juga Amerika menjadikan film sebagai alternatif dalam
mendukung kegiatan politiknya. Fenomena film dalam hal ini biasa juga dikaitkan dengan
Pascacolonial, yakni teori yang mengeksplorasi kondisi diskursif pascacolonialisasi, bagaimana
relasi kolonial dan masamasa setelahnya dibangun dengan cara dituturkan. Teori ini
mengeksporasi diskursus pascacolonial dan posisi subyek mereka dalam kaitannya dengan tema
tema ras, bangsa, kekuasaan, kaum dlu’afa, hibriditas dan kreolisasi (Barker, 2000:hal 227) yang
kesemuanya itu bersangkutan erat dengan masalah budaya.
Melalui penelitian terhadap film Memoirs Of A Geisha ini, peneliti mencoba membongkar dan
memahami makna sekaligus pesan dibalik tandatanda budaya yang direpresentasikan. Untuk
itulah metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotic dengan pendekatan
subyektif interpretative. Dimana dengan metode semiotika Roland Barthes peneliti mendapatkan
peluang yang cukup besar untuk mengkaji makna dibalik tanda. Melalui proses pemaknaan
denotasi dan konotasi dari penanda dan petanda tersebut diharapkan dapat mengungkapkan mitos
dibalik fenomena sebuah film yang luput dari perhatian .
Representasi budaya Jepang dalam film MOG dari hasil analisis data yang telah diteliti ternyata
memiliki tendensi untuk memberikan interpretasi negatif, dimana banyak terdapat mistifikasi
didalam tayangannya. Film tersebut dinilai sebagai sebuah kritikan keras sutradara (Amerika)
dalam memandang legenda sebuah budaya (sosok geisha) yang absurb, diperlihatkan pula bahwa
mizuage dalam budaya Jepang adalah ‘sesuatu’ yang bisa diperdagangkan. Sekali lagi penonton
dihadapkan pada pilihan ambigu dengan pemahaman profesinya yang masih saja mengambang
tanpa batasan yang jelas. Selain itu terdapat pula beberapa unsur propaganda yang dengan
sengaja telah dibentuk oleh sutradara sebagai jerat ideologi kekuasaan dan kekuatan media yang
mengatur apa dan bagaimana penonton berpikir.
Dari penelitian tersebut terdapat beberapa kesimpulan yakni dalam hal ini Amerika tidak
berusaha meluruskan anggapan miring tentang fenomena geisha, namun sebaliknya dengan
sengaja telah memberikan pandangan subyektif (dari sudut pandang Amerika) dalam melihat
budaya Jepang, dengan kata lain wacana tentang fenomena geisha hanyalah sebuah ‘umpan’ bagi
media provokasi Amerika. Dengan demikian sutradara telah membentuk pesan budaya yang
homogen, dimana penonton tidak mendapatkan kesempatan dalam menilai dan memahami
makna representasinya secara sadar, wacana akan geisha dinilai sebagai suatu kesesatan
pemikiran terhadap masalah pelacuran yang legal dilakukan oleh bangsa Jepang.
This researct begun with a phenomenon of the Japanese culture, upon a female artworker, which
also known as geisha. The story was reproduced by an American director, Rob Marshall into a
movie entitled “Memoirs Of A Geisha” (MOG). The drama movie with Japan Cultural
background in the year of 1930’s to the post of World War II, is telling the life of alittle girl,
named Chiyo. Who was trafficked by her parents to the house of a geisha (Okiya). Where to
become a geisha, complex stage attacted to the value of tradition, economic and conflicts have to
be passed. The signs of Japanese custom related to ethics, moral and the value of mizuage
(virginity) are also into the movie. The phenomenon of geisha basically is a legend of a Japanese
culture. Which still becoming a controvercy. For that reason, the researcher appraised if it was
brave action when the frame of geisha was reperfomed, into afilm that would be consume by
mass audience which clearly contradictive with its cultural background.
The problem statement of this reaserch are ; what the meaning of cultural representation as
showed in typhographic symbol in the movie of of MOG and how the messages formed inside
the movie. While the objective of this research is to gain an understanding behind the
typhographical symbol which represented in the film of MOG and to understand the message
inside the movie.
This research employ semiotical analysis which appoints to the method of Roland Barthes. This
Research is using qualitative research. The researcher is given a bigger opportunity to analyze
the signs inside the movie to gain an understanding the meaning of those typhographical signs.
As the result, this research shows that the representation of Japanese culture in the movie of
MOG tends to give negative interpretation, where the frame’s mistakes are likely happened
inside the story. The movie of MOG appraised as a critism, where America sees the legend of a
geisha as something absurd. As the mizuage is viewed as something commerced in the story.