Konservasi Tingkat Populasi
Konservasi Tingkat Populasi
ISI
Gambar 2.1 Hubungan antara ukuran populasi pada kambing bertanduk besar “
Ovis canadensi pada saat awal (N) dengan presentase populasi yang bertahan dari
wakru ke waktu. Hampir seluruh populasi yang memiliki lebih dari 100individu
ternyata bertahan lebih dari 50 tahun. Populasi yang memiliki ukuran atau jumlah
kurang dari 50 individu akhirnya punah dalam 50 tahun. Dalam perhitungan ini
tidak dimasukkan data populasi-populasi berukuran kecil yang dikelola aktif dan
sering menerima tambahan satwa yang dilepas ke dalam Habitat tersebut.
H = 1-
Berdasarkan rumus ini, populasi yang terdiri dari 50 individu akan
menunjukkan penurunan heterozigositas sebesar 1% untuk setiap generasi,
disebabkan oleh berkurangnya jumlah alela langka. Setelah 10 generasi populasi
akan memiliki 90% heterozigositas awal. Namun, bila populasi tersebut hanya
terdiri atas 10 individu, maka setelah satu generasi hanya akan tersisa 95% dari
heterozigositas awal, dan setelah 10 generasi hanya akan tersisa 60% dari
heterozigositas awal (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 melalui penghanyutan gen, variasi genetika akan menghilang atau
terkikis secara acak dari waktu ke waktu. Dalam grafik ini ditunjukkan prosentase
rata-rata variasi genetika yang dapat bertahan setelah 10 generasi. Digambarkan
Nm+Nf
f. Variasi demografik
Dalam lingkungan yang stabil, populasi akan cenderung meningkat hingga
mencapai daya dukung lingkungan tersebut. Ketika kemapanan tercapai, angka
kelahiran rata-rata akan seimbang dengan angka kematian rata-rata, sehingga
ukuran populasi menjadi stabil pula. Namun, dalam kenyataannya, individu sering
menghasilkan jumlah keturunan yang tidak sama dengan angka kelahiran rata-
rata. Dapat saja terjadi bahwa reproduksi tidak terjadi sama sekali, atau hanya
menghasilkan keturunan yang lebih sedikit,atau bahkan lebih banyak dari rata-
rata. Demikian pula dengan angka kematian rata-rata pada populasi tersebut
Mengingat individu dapat mati pada usia muda, sementara yang lain dapat
memiliki hidup yang panjang, angka kematian rata-rata hanya dapat diperkirakan
dengan menggunakan data berjumlah yang besar. Bagaimanapun, selama ukuran
populasi cukup besar, angka kelahiran dan kematian rata-rata akan memberikan
informasi yang cukup tepat mengenai populasi tersebut.
Bila populasi berjumlah di bawah 50 individu, maka berbagai kelahiran dan
kematian individu akan membuat populasi turut berfluktuasi secara acak. Bila
populasi cenderung berfluktuasi menurun karena tingkat kematian yang lebih
tinggi (atau karena angka kelahiran yang lebih rendah), maka populasi tersebut
bahkan akan lebih rentan terhadap fluktuasi demografik pada tahun-tahun
berikutnya. Sekalipun populasi naik secara acak, pada akhirnya daya dukung
lingkungan akan membatasi kenaikan tersebut, sehingga dapat menyebabkan
populasi menurun lagi. Ketika suatu populasi menurun akibat kerusakan habitat
atau fragmentasi, maka peran variasi demografi menjadi penting. Variasi
dcmografi mi umumnya terjadi secara acak, sehingga sering juga disebut stokastik
demografik (demographic stochasticity). Peluang acak demografi akan dapat
menurunkan bahkan menyebabkan kepunahan populasi, apalagi bila dalam tahun
itu angka kelahiran rendah dan angka kematian tinggi. Peluang acak tersebut akan
memengaruhi spesies tertentu, terutama yang memiliki tingkat kelahiran dan
kematian yang sangat bervariasi dari satu generasi ke generasi berikut, seperti
tumbuhan semusim atau serangga berumur pendek misalnya, sehingga spesies-
spesies tersebut lebih rentan kepunahan. Kepunahan juga berpotensi terjadi pada
spesies dengan angka kelahiran yang rendah seperti gajah karena pemulihan
populasinya membutuhkan waktu yang lama.
Pada beragam spesies satwa, populasi kecil dapat menjadi tidak stabil
karena struktur sosialnya tidak berfungsi dengan baik ketika
populasimenurundibawah jumlah individu tertentu. Ketidakstabilan populasi kecil
karena hambatan struktur sosial dikenal sebagai efek Allee. Contohnya sering
ditemukan pada burung dan mamalia yang hidup berkelompok sosial. Bila jumlah
mereka telah turun di bawah ambang batas, kawanan mamalia maupun kelompok
burung tersebut akan kesulitan mendapatkan makanan yang cukup dan akan
menemui kesulitan dalam melindungi serta mempertahankan kelompoknya.
Hewan seperti beruang ataupun laba-laba yang hidup dengan sebaran luas, namun
memiliki kepadatan yang rendah, akan kesulitan untuk mendapatkan
pasangannya. Angka kelahiran menurun dan populasi semakin mengecil. Pada
spesies tumbuhan, seiring dengan menurunnya populasi maka jarak antarindividu
akan meningkat. Kunjungan serangga penyerbuk pada individu yang jauh dan
terisolasi menjadi semakin jarang, sehingga, mengakibatkan turunnya jumlah
produksi biji. Kombinasi berbagai faktor termasuk fluktuasi populasi secara acak,
perbandingan jenis kelamin yang tidak berimbang, kekacauan tingkah laku sosial,
dan menurunnya kepadatan populasi akan menyebabkan ketidakstabilan populasi.
Kepunahan lokal pun lebih mungkin terjadi.
h. Pusaran kepunahan
Terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi ketahanan populasi terhadap
kepunahan, yaitu: variasi lingkungan, variasi demografik, dan variasi genetik.
Ketiga faktor tersebut seling bekerja sama, sehingga penurunan populasi akibat
satu faktor akan mengakibatkan kerentanan populasi terhadap dua faktor lainnya
(Gambar 2.3). Semakin kecil ukuran populasi, maka semakin rentan pula populasi
tersebut terhadap pengaruh ketiga faktor. Ketiga faktor dapat menurunkan
keberhasilan reproduksi, menaifckan tingkat kematian, dan akhirnya mendorong
kepunahan. Kecenderungan populasi keciluntuk menurun mendekati kepunahan
dapat digambarkan seperti sebuah vortex(pusaran), di mana semakin dekat jarak
sebuah obyek dengan pusatnya, maka akan semakin cepat pula terjadi kepunahan.
Bagian pusat suatu extinction vortex (pusaran kepunahan) adalah proses
kepunahan, atau kepunahan spesies dari suatu lokasi. Spesies yang terjebak masuk
ke dalam pusaran kepunahan akan sulit keluar dari ancaman kepunahan.
Saat ukuran suatu populasi mengecil, kemungkinan untuk punah semakin
besar. Populasi mungkin dapat meningkatkan kembali jumlahnya ketika kondisi
berubah menguntungkan, namun perubahan ini langka dan tidak dapat
diprakirakan. Untuk mengendalikan variasi demografik dan variasi lingkungan,
spesies akan membutuhkan program khusus seperti pengelolaan populasi dan
habitat mereka.
2.7 Metapopulasi
Seiring dengan berjalanya waktu,suatu spesies dapat punah dari
suatu lokasi,sementara populasi baru dapat terbentuk di lokasi lain
yang sesuai dan berdekatan dengan lokasi semula. Berbagai spesies
yang hidup dalam habitat sementara dapat digolongkan menjadi
metapopulasi. Metapopulasi atau sering disebut sebagai populasi dari
populasi adalah sejumlah populasi yang membentuk suatu mosaik yang
dinamis dan saling berhubungan melalui peristiwa-peristiwa migrasi
maupun penyebab pasif (Hines,2005).Pada spesies tertentu ,setiap
populasi atau anggota metapopulasi dapat disusun oleh suatu atau lebih
populasi inti (core/source) dengan jumlah yang mapan,serta
dikelilingi beberapa populasi satelit (sink) yang berfluktuasi,akibat
peristiwa migrasi. Populasi satelit tersebut dapat menghilang bila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Namun,populasi satelit juga
dapat terbentuk kembali saat lingkungan berubah menguntungkan dan
ketika kolonisasi terjadi kembali oleh individu-individu yang
bermigrasi dari populasi inti.
(C). Metapopulasi dengan satu populasi inti yang besar dan tiga
Populasi satelit
Akuarium
Dalam menghadapi satwa perairan punah pada dewasa ini para ahli
mamalia beserta ahli terumbu karang mulai megembangkan program
konservasi spesies terancam punah didalam akuarium. Pada saat ini
setidaknya terdapat 60.000 ekor ikan yang dipeliharadalam akuarium
berasal dari alam terutama spesies yang hampir punah kemajuan teknologi
telah bayak membantu dalam pensuksesan konservasi ini. Telah banyak
teknik dalam penangkaran salah satunya mengembangkan pemulihan
populasi (re stocking) , namun untuk spesies avertebtebrata masih terus
dikembangkan. Para petugas akuarium sendiri banyak mendapatkan
bantuan dari paya nelayan yang kadang menemukan ikan paus yang
terdapampar, namun tantangngan masa depan adalah menyeimbangkan
kebutuhan produksi makanan manusia hasil akuakultur dengan
perlindungan keanekaragaman hayati perairan dari ancaman yang terus
meningkat akibat kegiatan manusia sendiri. (Brooks, dkk. 2003).
Kebun Raya
Bank Benih
1. Punah (Extinct)
Suatu spesies (atau subspesies ataupun varietas) yang telah punah atau
tidak ditemukan lagi
4. Gentig (Endagered)
Suatu spesies dengan risiko kepunahan yang tinggi dialam dalam waktu
dekat dan berisiko kritis serta memiliki risiko kepunahan 20%
5. Rentan (Vulnerable)
Suatu spesies mendekati kategori rentan, namun untuk saat ini tidak
tergolong terancam punah.
Suatu spesies tanpa data yang cukup lengkap untuk menentukan risiko
kepunahannya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10. Status konservasi terdiri dari 10 kategori yaitu Punah (Extinct), Punah
di alam (Extinct in the wild), Kritis (Critically endangered), Gentig
(Endagered), Rentan (Vulnerable), Tergantung dalam upaya
konservasi (Conservation Dependent), Nyaris atau mendekati teracam
punah (Near Threatened), Kekhawatiran minimal (Least Concern),
Kurang Data (Data Deficient), Tidak dievaluasi (Not Evaluated)
Saran :
1. Diharapkan pada semua orang untuk turut serta aktif berpartisipasi dalam
konservasi fauna dan flora sekitar
Daftar Pustaka
Holt, W.V., A.R. Pickard, J.C. Rodger, D.E. Wildt, M.L. Gosling, G.
Cowlishaw, dkk (eds). 2003. Reproductive Science and Integrated
Conservation. Conservation Biology Series, No. 8. Cambrigde
University Press, New York. Perkembangan-perkembangan baru
dalam teknologi biologi-reproduksi telah berkontribusi terhadap
berbagai program penangkaran konservasi.