MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biodiversitas
yang dibimbing oleh Desi Kartikasari, M.Si
Oleh
Iis Nurrahmawati (17208153041)
Mayudha Prayuga (17208153060)
Rika Santica Devi (17208153067)
Risqi Khoirurohmah (17208153069)
Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafaatnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Keanekaragaman Spesies dan Teknik Aplikasinya.
Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Biodiversitas Ibu Desi Kartikasari, M.S.i yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Keanekaragaman Spesies 3
B. Negara Megadiversitas 5
C. Kriteria negara megadiversitas 6
D. Wilayah dengan keanekaragaman tinggi....................................... 8
E. Gradien keanekaragaman hayati.................................................... 11
F. Faktor penentu gradien keanekaragaman hayati............................. 11
G.Teori biogeografi pulau................................................................... 14
H.Teknik pencuplikan dan analisis keanekaragaman spesies............. 15
BAB III : PENUTUP 28
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman Spesies (Diversity Species) adalah variasi keanegaragaman
spesies baik tumbuhan, hewan dan organisme yang hidup di suatu ekosistem atau
tempat tertentu. Perbedaan keanekaragaman spesies merupakan ciri suatu
komunitas yang paling mencolok. Kecenderungan tingginya kekayaan spesies
tumbuhan di wilayah tropis juga dikuti oleh spesies hewan misalnya mamalia.
Negara atau wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan luas daratan yang dimilikinya disebut Negara Megadiversitas.
Konsep Negara megadiversitas dekat hubungannya dengan istilah pusat
keanekaragaman yang merupakan area dengan keanekaragaman hayati tinggi
yang merupakan tempat dengan kekayaan spesies dan endermisme yang tinggi.
Ada beberapa kriteria untuk menentukan suatu area atau Negara dianggap
sebagai Negara megadiversitas. Para ahli menggunakan pendekatan yang berbeda
beda. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut. Kekayaan spesies, endemisme,
habitat, Adanya ekosistem hutan tropis, keragaman budaya. Wilayah tropis
diketahui memiliki keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Beragam
serangga kanopi telah didapatkan dari wilayah ini sebagai contoh di suatu wilayah
pada garis 60 lintang utara terdapat 10 spesies semut dan meningkat menjadi
2000 di wilayah tropis. Ekoton merupakan daerah perbatasan antar dua habitat,
misalnya batas anatara hutan dengan padang rumput. Daerah ini mendukung
spesies di kedua tipe habitat, baik yang berasal dari hutan maupun padang rumput,
sehingga jumlah spesies yang berada di dalamnya lebih banyak. keanekaragaman
spesies di dasar samudra jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Sebagai contoh sampel dari 233 lokasi pada kedalaman antara 1500-2500
mengandung 798 spesies dari 171 famili.
Analisis keanekaragaman spesies memerlukan data tentang spesies yang
dianalisis. Ada dua data yang sangat diperlukan yaitu, jumlah kekayaan jenis
(Species richness) dan kerapatan (density) atau kelimpahan (abundance) Untuk
1
2
memperoleh data kekayaan jenis bisa dilakukan metode yang cukup sederhana
misalnya eksplorasi dengan cara menjelajahi habitat dari jenis- jenis yang akan
dianalisis. Untuk menentukan kerapatan (density) atau kelimpahan (abundance)
ada berbagai metode yang digunakan. Pengukuran kelimpahan hewan dan
tumbuhan sebenarnya tidak ada perbedaan prinsip, namun teknik pengukurannya
bisa menggunakan metode yang beragam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah disajikan sebagai
berikut.
1) Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman spesies?
2) Apa yang dimaksud Negara megadiversitas?
3) Bagaimana kriteria Negara megadiversitas?
4) Wilayah apa saja yang memiliki keanekaragaman tinggi?
5) Bagaimana gradient keanekaragaman hayati?
6) Apa saja faktor penentu gradient keanekaragaman hayati?
7) Bagaimana teori biogeografi pulau?
8) Bagaimana cara teknik pencuplikan dan analisis keanekaragaman spesies?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas maka tujuan
penulisan pada makalah ini sebagai berikut.
1) Menjelaskan maksud keanekaragaman spesies
2) Menjelaskan maksud Negara megadiversitas
3) Menjelaskan kriteria Negara megadiversitas
4) Menjelaskan wilayah yang memiliki keanekaragaman tinggi
5) Menjelaskan gradient keanekaragaman hayati
6) Menjelaskan faktor penentu gradient keanekaragaman hayati
7) Menjelaskan teori biogeografi pulau
8) Menjelaskan bagaimana cara teknik pencuplikan dan analisis
keanekaragaman spesies
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah variasi keanegaragaman spesies baik
tumbuhan, hewan dan organisme yang hidup di suatu ekosistem atau tempat
tertentu.
Komunitas satu dengan yang lainnya dapat dibedakan dari jumlah spesies
yang dimiliki. Perbedaan keanekaragaman spesies merupakan ciri suatu
komunitas yang paling mencolok. Hal ini menimbulkan satu pertanyaan
fundamental mengapa beberapa komunitas memiliki jumlah spesies yang lebih
tinggi. Sebagai perbandingan, Brazil yang memiliki tingkat kekayaan
tumbuhan tertinggi 50.000 spesies dan Indonesia yang berada ditingkat nomor
3 dengan kekayaan tumbuhan 37.000 spesies merupakan Negara yang terletak
di wilayah tropis, sedangkan Afrika Selatan, Inggris, dan Australia yang
berada di kawasan temperata hanya memiliki jumlah spesies tumbuhan yang
berkisar antara 15.000 hingga 23.420 spesies1.
Kecenderungan tingginya kekayaan spesies tumbuhan di wilayah tropis
juga dikuti oleh spesies hewan misalnya mamalia. Brazil yang memiliki
tingkat kekayaan mamalia tertinggi 524 spesies, dan Indonesia yang berada di
peringkat ke dua (514 spesies) merupakan Negara yang terletak pada wilayah
tropis sedangkan Inggris, Australia, dan Argentina, yang berada di kawasan
temperata hanya memiliki jumlah spesies mamalia yang berkisar antara 255
hingga 428 spesies.
1
Amin S. Leksono, Keanekaragaman Hayati, (Malang: UB Press,), hal. 43
3
4
Gambar 1.1 Kekayaan jumlah spesies tumbuhan di wilayah tropis dan temperata
2
Ibid., hal. 44-45
5
Gambar 1.2 Kekayaan jumlah spesies mamalia di wilayah tropis dan temperata
B. Negara Megadiversitas
Negara atau wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi dibandingkan luas daratan yang dimilikinya disebut Negara
Megadiversitas istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Mettermicr dkk (1997)
6
beta yang lebih tinggi sering merupakan hasil dari interogenitas kondisi
ekologi
Adanya ekosistem hutan tropis
Keberadaan ekosistem hutan tropis terutama hutan hujan menjadi
kriteria tersendiri untuk menentukan Negara megadiversitas hal ini
disebabkan karena hutan hujan tropis merupakan ekosistem daratan yang
memiliki kekayaan spesies tertinggi. Penentuan kriteria ini bersifat
kualitatif tanpa adanya pengukuran kuantitatif.
Ada tidaknya ekosistem laut
Keberadaan ekosistem lautan menjadi kriteria tersendiri mengingat
ekosistem lautan mengandung kekayaan spesies yang sangat tinggi. Dari
33 fila hewan yang dikenal 28 diantaranya ada di lautan dan 13 bersifat
ekslusif. Dibandingkan dengan ekosistem daratan yang hanya ditempati
oleh 10 fila dan hanya satu yang endemik di daratan. Selain itu lautan juga
merupakan habitat ikan, menjadi kriteria tambahan.
Keragaman budaya
Kriteria ini ditunjukan pada keragaman kelompok etnik (pengguna
bahasa daerah tertentu) yang ada di suatu Negara. Hal ini didasarkan pada
hubungan yang kuat anatara keanekaragaman hayati dengan
keanekaragaman budaya. Dimensi kultural yang berbeda di suatu Negara
telah memainkan peran penting dalam menjaga, mengelola dan
menghargai kekayaan keanekargaman hayati di lingkungan tempat
tinggalnya.
Dari kriteria di atas maka Indonesia tergolong Negara megadiversitas
yang memiliki kekayaan hayati sangat tinggi. Dengan kekayaan yang
tinggi itu, Indonesia menempati urutan ke dua Negara megadiversitas
dengan skor 40 setelah brazil dengan skor 48. Skor ini dihitung dengan
kriteria keragaman tumbuhan, amfibi, reptil, burung, mamalia, beserta
tingkat endemisme kelima kelompok organisme tersebut ditambah dengan
keragaman spesies ikan air tawar, kupu kupu dan kumbang harimau
(Famili Cicindelidae).
Tabel 1.1 Rangking 12 megadiversitas berdasarkan kekayaan spesies
dan tingkat endemisme.
No. Negara Skor Total
8
4
Buku bu desi, hal. 48
9
Gambar 1.3 Titik panas keanekaragaman hayati global yang diidentifikasi oleh
conversation International. Sebagian berada di wilayah tropis, timur tengah,
kepulauan dan jalur pantai yang memiliki penghalang fisik sehingga
meningkatkan spesiasi
5
Amin S. Leksono, Ekologi, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal. 157
12
satu titik pertemuan. Pada titik ini laju imigrasi sama dengan laju kepunahan
dan jumlah spesies berada pada kesetimbangan
(Pers. 2.1)
D = densitas populasi hewan yang diduga pada daerah tertentu
17
per 1000 m2
c) Rarefaction
Untuk mengatasi masalah perbedaan ukuran sampel, maka Hulber
(1971) mengembangkan suatu teknik yang dikenal sebagai rarefaction,
yaitu suatu teknik untuk menstandarisasi dan membandingkan kekayaan
spesies yang dihitung dari sampel yang berukuran berbeda, sehingga nilai
kekayaan spesies yang diharapkan bisa diestimasi dari ukuran sampel yang
sama7. Rarefaction memungkinkan perhitugan kekayaan spesies dan
membuat kurva rarefaction. Kurva ini dibentuk dengan memplotkan
jumlah spesies sebagai fungsi dari jumlah individu yang tercuplik. Teknik
ini digunakan ketika jumlah individu dan spesies pada beberapa komunitas
berbeda tajam. Contoh, di tiga lokasi ditemukan komunitas kumbang
7
Ibid., hal. 58
19
dengan jumlah bervariasi, lokasi A terdiri dari 208 spesies, 817 individu;
lokasi B terdiri dari 180 spesies, 516 individu; lokasi C terdiri dari 123
spesies, 514 individu. Dengan menggunakan analisis rarefaction
didapatkan tiga kurva. Kekayaaan spesies yang diharapkan pada lokasi A,
jika jumlah individunya sama dengan jumlah individu di lokasi C (jumlah
individu terkecil diantara tiga lokasi), maka diperoleh nilai Rexp = 160.
Gambar 2.1 Rarefaction untuk mengestimasi nilai S yang diharapkan jika kondisi
komunitas yang berbeda memiliki jumlah individu yang sama. Data di
atas merupakan komunitas kumbang kanopi di Kazawa, jepang.
Dari data di atas nampak dua komunitas memiliki jumlah spesies dan
individu yang sama, namun distribusi spesies pada komunitas A hampir
seragam, sedangkan komunitas B didominasi oleh spesies Podabrus
malthinoides. Kita mungkin menginginkan komunitas A dan B berbeda.
Jika hanya mengacu pada jumlah jenis maupun jumlah individu maka
perbedaan seecara fungsional tidak akan terlihat. Komunitas A di atas
memiliki tigkat perataan yang tinggi. Kita mendefinisikan perataan sebagai
tingkat sebaran individu antara spesies-spesies.
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menentukan struktur
komunitas8. Semakin banyak jumlah spesies dengan jumlah individu yang
sama atau mendekati, maka semakin tinggi tingkat heterogenitasnya.
Sebaliknya, jika jumlah spesies sangat sedikit, dan terdapat perbedaan
jumlah individu yang besar antar spesies, maka semakin rendah
heterogenitas suatu komunitas. Keanekaragaman yang rendah
menggambarkan dominasi suatu spesies.
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk melihat komunitas
yang kompleks. Semakin tinggi tingkat keanekaragaman seakin kompleks
interaksi yang mungkin terjadi antar spesies.
Ada beberapa indeks yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat
heterogenitas suatu komunitas:
8
Ibid., hal. 60
21
Indeks Simpson
Salah satu indeks untuk mengukur tingkat perataan yang
dikemukakan oleh Simpson. Indeks ini menghitung berdasarkan
rumus:
D= (Pers. 2.4)
D= = 6,86
H =
H=
Nilai H maks
22
9
Ibid., hal. 62
23
Gambar 2.2. kurva rangking spesies kumbang kanopi pada tiga lokasi yang berbeda
di Kazawa Jepang.
d) Hubungan antara kelimpahan dan keanekaragaman
Kajian keanekaragaman spesies memerlukan ukuran sampel tertentu.
Metode sampling sangat tergantung pada ukuran sampel yang diperoleh.
Untuk kelompok hewan vertebrata atau tumbuhan, sampling lengkap bisa
dilakukan. Sebaliknya, sampel beberapa hewan invertebrata sangat sulit
menentukan keterwakilannya dari komunitas yang diobservasi10.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, dikembangkan berbagai
metode analisis yaitu model broken stick, analisis niche pre-emption dan
analisis log-normal.
Model niche pre-emption
Model niche pre-emption didasarkan pada sumber daya yang
dimanfaatkan oleh spesies. Spesies dominan memanfaatkan sumber
daya dengan porsi yang paling besar, kemudian disusul spesies yang
lainnya. Selanjutnya kelimpahan spesies diurutkan berdasarkan
rangking dan bentuk derean. Urutan ini jika diplotkan melawan
logaritma nilai penting, maka akan diperoleh garis lurus. Model ini
dikembangkan oleh May (1975).
10
Ibid., hal. 63
24
Model broken-stick
Model analisis broken-stick dikembangkan oleh Mac Arthur
(1957). Model ini didasarkan pada serangkaian hipotesis tentang cara
spesies dalam komunitas memanfaat sumber daya yang ada, dan
menguji hipotesis dengan membandingkan kelimpahan spesies yang
teramati dengan kelimpahan yang diharapkan.
Model log-normal
Model ini pertama kali ditemukan oleh Preston (1948) dan
dikembangkan oleh Sugihara (1980). Pada banyak komunitas yang
diamati, grafik jumlah spesies sebagai fungsi dari jumlah individu per
spesies akan membentuk kurva log-normal. Dari sampel spesies yang
didapatkan, masing-masing spesies dimaskkan ke dalam kelas oktaf
berdasarkan log jumlah individu masing-masing spesies. Kurva yang
terbentuk akan mengikuti rumus sebagai berikut:
Nr = N0e-(1/2)(r/s)
N0 = jumlah spesies pada kelas paling berlimpah
S = standart deviasi
Nr = jumlah spesies yang memiliki kelas otaf lebih tinggi atau
lebih rendah
25
Indeks Jackknife
Estimator ini hampir sama dengan estimator Chao, yaitu dengan
mempertimbangkan spesies jarang yang disebut oleh Jackknife sebagai
spesies unik11. Pengertian spesies unik mengacu pada spesies yang
hanya muncul pada satu kuadrat.
S = s + (n-1/n)k, dimana S = estimasi kekayaan spesies Jackknife
S = kekayaan spesies yang tercuplik
n = jumlah total kuadrat yang digunakan
k = jumlah spesies yang hanya muncul pada 1 kuadrat
11
Ibid., hal. 66
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keragaman spesies merupakan kekayaan variasi individu pada tingkat spesies.
Biasanya pada negara dengan keragaman spesies tinggi disebut dengan negara
megadiversitas. Kriterianya meliputi kekayaan spesies, konsentrasi endemisme,
keragaman habitat, ada atau tidaknya hutan tropis, dan keragaman budaya.
Pembagian keragaman tertinggi dimiliki oleh Brazil dan terendah dimiliki
Venezuela.
Gradien keanekaragaman spesies diketahui meliputi spasiasi dan hipotesis
keanekargaman tropika. Keanekaragaman spesies dipengaruhi oleh faktor
diantaranta karena sejarah, heterogenitas spasial, kompeisi dll yang menyebabkan
gradien keragaman hayati. Dalam menganalisis pencuplikan keragaman spesies
dapat dilakukan menggunakan beragam teknik, salah satunya menggunakan
metode kuadrat.
B. Saran
Bagi lembaga penyelenggara: lebih banyak lagi dalam menyediakan literatur
yang mudah dipahami dengan bahasa yang tersusun secara sistematis dan efisien
ketika dibaca, sehingga tidak menimbulkan ketidakbergunaan waktu yang
digunakan untuk memahami hanya satu teks buku.
Bagi penulis: menjadi karya yang selanjutnya menjadi referensi dan terus
diperbarui dalam rangka mencapai kebenaran yang mendekati nilai yang
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
28