Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS DWELLING TIME IMPOR PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

MELALUI PENERAPAN THEORY OF CONSTRAINTS

Sherly Luthfi Anita1), Indra Asmadewa2)

1
Pegawai Ditjen Bea dan Cukai, KPU BC Tipe C Soekarno Hatta, Tangerang 19111
2
Dosen Progam Diploma I Kepabeanan dan Cukai, PKN STAN, Tangerang Selatan, 15222
E-mail: luthfi.sherly@gmail.com; indraasmadewa@pkstan.ac.id

INFORMASI ARTIKEL

Tanggal masuk ABSTRAK:


[22-08-2017]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa
Revisi yang menjadi penghambat dalam dwelling time impor
jalur kuning dan jalur hijau, mengapa penghambat
[12-09-2017] terjadi, dan bagaimana mengatasi penghambat tersebut.
Dengan menggunakan theory of constraints (teori
Tanggal terima kendala), penilitian ini melakukan lima langkah utama
[11-12-2017] (five-focusing steps) untuk mencari solusi atas kendala
yang ditemukan. Penelitian kualitatif ini mengambil
tempat di Pelabuhan Tanjung Priok dengan melibatkan
tiga pihak yaitu regulator, operator pelabuhan dan
ABSTRACT: sepuluh pengguna jasa. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa kendala utama yang ditemukan dalam dwelling
The objective of this research is to identify time adalah pada tahap pre-clearance (sebelum
dwelling time obstacles in green and yellow channel of pemeriksaan kepabeanan) yaitu lamanya waktu
importation, the bottleneck causes, and how to solve the pemrosesan dan penerbitan izin impor barang larangan
contraints. Using theory of constraints, this study dan/atau pembatasan (lartas). Sejumlah penyebab atas
conducts five-focusing steps to solve the problems. This kendala yang dapat diidentifikasi mencakup
qualitative research takes Port of Tanjung Priok as the ketidaktahuan importir tentang ketentuan lartas, proses
location to observe and invloves three groups of perizinan yang belum terintegrasi dengan Indonesia
participant consisting of regulatory institution, port National Single Window, dan proses perizinan yang
operator, and ten importers as the service users. This melibatkan banyak instansi teknis. Usulan solusi atas
study concludes that the main bottleneck of dwelling kendala tersebut yaitu single submission dan Indonesia
time can be identified in pre-clearance process that is Single Risk Management memiliki kemampuan untuk
the lengthy time of processing and issuing importation mengatasi kendala dwelling time saat ini.
permission of prohibitted and/or restricted goods. Some
causes of the bottleneck are identified covering Kata Kunci: dwelling time, teori kendala, penghambat,
importers’ lack of knowledge about regulation of Indonesia National Single Window, barang larangan
prohibitted and/or restricted goods, unintegrated dan/atau pembatasan
permission process with Indonesia National Single
Window, and many different technical institutions
involved. The proposed solutions for the constraints
faced in the port are single submission and Indonesia
Single Risk Management. These solutions are
considered to have ability to shorten current dwelling
time.

Keywords: dwelling time, theory of constraints,


bottleneck, Indonesia National Single Window,
prohibitted and/or restricted goods

73
1. PENDAHULUAN jumlah impor yang dilakukan pada jalur hijau
dan jalur kuning memberikan dampak yang
Sebagai pelabuhan dengan kegiatan signifikan terhadap waktu dwelling time yang
impor yang tinggi, Pelabuhan Tanjung Priok terjadi.
hingga saat ini menjadi sorotan utama dalam
hal dwelling time terlebih setelah kunjungan Tabel 1. Capaian Dwelling Time Tiap Jalur
Presiden RI Joko Widodo pada Tahun 2014 Impor Tahun 2016 (hari)
yang mengungkapkan bahwa dwelling time Mitra Total
Jalur Jalur Jalur
masih berlangsung sekitar 7 hari pada saat itu Bulan Utama
Hijau Kuning Merah
Dwelling
(Mita) Time
(Kantor Staf Presiden, 2016). Dwelling time Jan 1.22 2.98 1.17 0.60 5.97
adalah waktu yang dihitung mulai dari Feb 1.09 2.78 1.20 0.62 5.69
petikemas barang impor dibongkar dari sarana
Mar 0.99 2.71 1.11 0.63 5.43
pengangkut hingga barang keluar dari
pelabuhan. Jika dibandingkan dengan Apr 0.87 2.76 1.16 0.62 5.41
beberapa negara di Asia, dwelling time di Mei 1.17 2.87 1.27 0.57 5.87
Tanjung Priok masih terlalu tinggi. Dari data
Jun 1.05 2.67 1.38 0.47 5.57
yang dikumpulkan dalam rentang bulan Maret
s.d. September 2014, rata-rata dwelling time di Jul 1.10 2.38 1.28 0.60 5.35
Tanjung Priok mencapai enam hari, di Leam Ags 1.00 2.54 1.25 0.43 5.22
Chabang (Thailand) mncapai lima hari, di
Sep 0.88 2.18 1.09 0.49 4.64
Tanjung Lepas (Malaysia) mencapai 3 hari,
sedangkan Hongkong dan Singapura telah Okt 0.75 2.40 1.10 0.43 4.68

mencapai dua hari dan kurang dari dua hari Sumber: diolah dari Hasil Kajian Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai 2016
(Ginting dkk., 2015)
Dwelling time hingga Agustus 2016 Menurut Sandee (2012), tingginya
masih berlangsung sekitar 4,23 hari (Hasil dwelling time akan mempengaruhi
Kajian Direktorat Jenderal Bea dan Cukai perekonomian dari dua sisi. Pertama, dwelling
Tahun 2016). Presiden RI Joko Widodo pada time menambah ketidakpastian pada proses
saat peresmian Terminal Peti Kemas Kalibaru, ekspor sehingga sulit bagi industri lokal untuk
13 September 2016, mengharapkan dwelling menjual barang ke luar negeri. Kedua,
time di Pelabuhan Tanjung Priok dapat ditekan penundaan proses impor menambah biaya
hingga 2,5 bahkan 2,2 hari. Presiden untuk bisnis domestik dan harga konsumen.
mengharapkan capaian tersebut dapat Berdasarkan Logistic Performance Index
menyamai capaian negara tetangga yaitu tahun 2016, Indonesia berada di urutan 63
Singapura yang hingga awal 2016 berada pada turun dari urutan 53 pada tahun 2014 dan
1,5 hari. berada jauh di bawah Singapura dan Malaysia.
Selanjutnya Direktorat Jenderal Bea Namun demikian pengurangan
dan Cukai (DJBC) telah melakukan kajian dwelling time sesuai instuksi Presiden
lebih lanjut atas dwelling time berdasarkan merupakan hal yang kompleks karena banyak
jalur importir yang melalui Pelabuhan Tanjung pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses
Priok. Berdasarkan hasil kajian seperti terlihat arus barang di pelabuhan dan cukup sulit
pada Tabel 1 bahwa selama tahun 2015 jalur menganalisa pihak mana yang paling
hijau dan jalur kuning memberikan kontribusi berkontribusi pada dwelling time secara
terbesar terhadap dwelling time. Dari data yang keseluruhan. Dwelling time yang terjadi di
diperoleh sampai dengan akhir 2015, lebih dari Pelabuhan Tanjung Priok terbagi menjadi
50% barang yang diimpor melalui Pelabuhan proses pre-clearance, customs clearance, dan
Tanjung Priok mendapat jalur hijau, disusul post-clearance. Pada masing-masing proses
Mitra Utama (MITA) sebanyak 29%, jalur tersebut melibatkan banyak pihak di luar
kuning 14%, dan jalur merah sebanyak 5%. DJBC seperti Pelindo, Operator Terminal,
Masih tingginya dwelling time ditambah Agen Kapal, Pengelola Tempat Penimbunan

74
Sementara, dan kementerian teknis terkait. sampai petikemas tersebut meninggalkan
Dalam akuntansi manajemen terutama terminal pelabuhan melalui pintu utama.
manajemen operasional dikenal suatu Kgare dkk. (2011) menggunakan data
pendekatan untuk melakukan analisis kendala kualitatif dan kuantitatif untuk melakukan
yang menjadi penghambat atau bottleneck penelitian mengenai penurunan dwelling time
pada suatu proses, dan dikenal dengan Teori di pelabuhan Durban Afrika Selatan. Hasil
Kendala (Theory of Constraints atau TOC). penelitian mengindikasikan beberapa faktor
Teori ini menggunakan langkah-langkah yang menyebabkan dwelling time di pelabuhan
berpikir yang dikenal dengan nama lima tersebut menurun diantaranya adalah
langkah utama yang dimulai dengan langkah perubahan kebijakan sewa terminal, efisiensi
identifikasi kendala yang terjadi pada tahap institusi pabean (penggunaan Electronic Data
satu hingga langkah penerapan alternatif solusi Interchange, manajemen resiko pemeriksaan)
untuk kendala yang terjadi pada tahap empat dan investasi dalam infrastruktur.
dan lima. Moini dkk. (2012) menggunakan teknik
Berdasarkan uraian di atas, permasa- data mining dan, decision tree pada penelitian
lahan yang menarik dalam penelitian yang untuk mengestimasi faktor dominan dalam
mengambil obyek Pelabuhan Tanjung Priok ini dwelling time di pelabuhan Amerika Serikat
adalah apakah yang menjadi penghambat dalam kaitannya menggunakan dwelling time
dalam dwelling time impor jalur kuning dan guna peningkatan kapasitas pelabuhan. Data
jalur hijau; mengapa penghambat tersebut importasi yang digunakan berupa nomor, tipe
dapat terjadi; dan bagaimana mengatasi dan ukuran petikemas, pemilik truk dan kapal
hambatan tersebut. Untuk itu, penelitian serta tanggal kedatangan dan keberangkatan
kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui kapal. Dalam studi literaturnya dideskripsikan
penghambat dalam dwelling time impor pada berbagai faktor yang mempengaruhi dwelling
jalur kuning dan jalur hijau, penyebab time yakni lokasi dan fungsi terminal,
terjadinya dan mencari cara untuk mengatasi manajemen dan kebijakan pengelola
kendala tersebut dengan pendekatan Teori pelabuhan, kinerja dan manajemen perusahaan
Kendala. pelayaran dan truk, jenis petikemas, jenis
barang, tingkat keamanan petikemas, kinerja
pengirim, kinerja pemilik barang dan kinerja
2. KAJIAN LITERATUR
forwarder. Moini dkk. (2012) menyebutkan
bahwa “Freight forwarders are ... The
Dwelling time memiliki beberapa
efficiency of their operations can impact
pengertian berdasarkan berbagai sumber
container dwell time.” Moini dkk. (2012,
karena definisi dwelling time sendiri dapat
mengutip Jarmon (2009) menyatakan bahwa:
berasal dari aspek manapun khususnya aspek
“Security and customs procedures at ports can
pengangkutan. Menurut Manalytics (1979,
impact container dwell time. A Container is
dalam Merckx, 2005) menyebutkan pengertian
inspected based on factors ... which may cause
dwelling time adalah waktu rata-rata sebuah
delays or accelerate the release of the
petikemas berada di terminal pelabuhan dan
container.”
menunggu aktivitas selanjutnya berlangsung.
Artakusuma (2012) melakukan
Hal ini sesuai dengan pengertian menurut
evaluasi import container dwelling time pada
kamus transportasi yang mengartikan dwelling
pelabuhan peti kemas Jakarta International
time sebagai jumlah hari yang diperlukan
Container Tanjung Priok (JICT) untuk
sebuah kontainer untuk berubah status
keseluruhan jalur barang. Dari penelitian
misalnya status under inbound load (UIL) ke
tersebut disimpulkan bahwa komponen pre-
status empty available lalu pada under
clearance memberikan kontribusi paling besar
outbound load (UOL).
terhadap dwelling time yaitu sekitar 4,17 hari
Menurut World Bank (2011), dwelling
pada bulan Februari 2012 disusul dengan post-
time adalah waktu yang dihitung mulai dari
clearance dan terakhir customs clearance.
suatu petikemas dibongkar muat dari kapal

75
Selain itu berdasarkan hasil statistik, Production Technology (OPT). OPT awalnya
disimpulkan bahwa peti kemas dari jalur hijau diciptakan sebagai program perangkat lunak
berkontribusi paling besar terhadap container penjadwalan (dengan algoritma rahasia) pada
dwelling time yang ada di Pelabuhan Tanjung tahun 1980 oleh Eliyahu Goldratt dan dengan
Priok. Jalur MITA prioritas menghabiskan cepat diterapkan di perusahaan-perusahaan
dwelling time paling singkat dibanding jalur barat. Teori Kendala dapat dianalisis dari dua
lainnya. Pada proses pre-clearance lamanya perspektif yang berbeda yaitu (Aguilar-
waktu proses dipengaruhi oleh kemudahan Escobar dkk., 2015):
yang diberikan seperti pembayaran berkala, 1. Sistem Manajemen Organisasi
sedangkan pada proses customs clearance Dari perspektif ini, Teori Kendala menyatakan
lamanya dwelling time dipengaruhi oleh bahwa setiap organisasi memiliki tujuan akhir,
pemeriksaan fisik barang dan penelitian tujuan (goal), dan hal ini dapat dipahami
dokumen yang harus dilakukan. Pada proses sebagai jumlah peristiwa saling bergantung
post clearance kemudahan yang diberikan yang mengalami fluktuasi sehingga kinerja
memiliki efek yang berbanding terbalik. sistem secara keseluruhan pada saat tertentu
Rafi dan Purwanto (2016) melakukan selalu dibatasi oleh faktor yang menghambat
penelitian untuk mengetahui dampak dan yaitu bottleneck (kemacetan).
solusi dari dwelling time di Pelabuhan Tanjung 2. Peningkatan Kualitas yang Berkelanjutan
Priok. Penelitian dilakukan dengan melakukan Pada perspektif kedua ini, Teori Kendala
pengembangan analisis dengan metode mengusulkan sejumlah alat untuk peningkatan
kuantitatif. Dari hasil penelitian disimpulkan kualitas berkelanjutan dari sistem, dua di
bahwa dwelling time berpengaruh besar antaranya yang sangat penting adalah diagram
terhadap perekonomian negara secara luas. effect-cause-effect (ECE), dan lima langkah
Solusi atas permasalahan dwelling time yang utama. Diagram ECE ini membentuk bagian
terjadi adalah dengan melakukan perbaikan dari proses berpikir, diperkenalkan oleh
pada tata kelola sistem dan pola manajemen Goldratt pada tahun 1994, yang ditujukan
serta sinkronisasi antar lembaga yang terlibat untuk mengidentifikasi masalah yang tidak
dalam proses dwelling time. Diperlukan juga terstruktur terkait dengan kebijakan
teknologi komputerisasi dan peremajaan manajemen secara cermat dan sistematis.
teknologi sebagai sarana pendukung perbaikan Sedangkan teknik lima langkah utama
dwelling time di pelabuhan. merupakan metodologi yang telah
diperkenalkan oleh Goldratt pada tahun 1984
3. METODE PENELITIAN dan dirancang sebagai proses pemecahan
masalah yang berkelanjutan yang terdiri dari
Bagian ini akan diawali dengan lima tahapan, yaitu:
penjelasan langkah-langkah utama dari Teori 1. mengidentifikasi kendala pada sistem
Kendala untuk mengidentifikasi penghambat 2. memutuskan bagaimana untuk mengeks-
dan mencari solusai atas hambatan-hambatan ploitasi kendala tersebut
tersebut. Selanjutnya, informasi terkait obyek 3. mensubordinasikan semua bagian lain dari
penelitian, jenis data, teknik wawancara dan sistem pada keputusan sebelumnya
teknis analisis data akan dijelaskan. 4. mengangkat kendala pada sistem
5. kembali ke langkah 1, sambil berusaha
Teori Kendala (TK) untuk mencegah adanya kecendurungan
Menurut Aguilar-Escobar dkk. (2015), sistem tidak menginginkan perubahan.
Teori Kendala didasarkan pada penghilangan Penjelasan lima langkah utama, tahap
pembatasan dari sistem yang mencegah aliran demi tahap berikut ini diambil dari Aguilar-
produktif untuk dapat memenuhi permintaan. Escobar dkk. (2015). Pada tahap satu, Teori
Filosofi Teori Kendala muncul pada tahun Kendala menganggap kendala dapat terjadi
1980-an dari evolusi versi sebelumnya di area pada area dan proses manapun, atau elemen
produksi/operasi, yang disebut Optimized tertentu dari suatu sistem yang mencegah

76
peningkatan kinerja dan tercapainya tujuan. Priok, pada bulan Oktober 2016 jumlah
Kendala yang ada ini mungkin berasal dari importasi jalur hijau sebanyak 27.732
eksternal (dari pemasok atau pelanggan) kontainer atau sebanyak 62% dari total
maupun internal. Sedangkan bentuk kendala importasi dengan rata-rata dwelling time 2,28
ini sendiri dapat berupa fisik (karena hari dan untuk jalur kuning sebanyak 3.007
kurangnya sumber daya) dan politik (karena kontainer atau sekitar 6,73% dengan rata-rata
adanya inefisiensi peraturan atau prosedur). dwelling time 2,67 hari.
Tahap kedua bertujuan untuk Jenis data yang digunakan dalam
memaksimalkan efisiensi dari kendala ini, penelitian ini adalah data primer dan data
dengan berkonsentrasi pada upaya sekunder. Data primer didapat melalui
menghilangkan kegiatan-kegiatan yang observasi secara langsung pada kegiatan impor
menyebabkan kesia-siaan atau kehilangan yang mengakibatkan dwelling time dan
waktu dalam kendala. Pada fase ini, tindakan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait
umumnya berfokus pada membuat organisasi langsung dengan kegiatan impor. Sedangkan
mengubah prosedur dan kebijakan yang tidak data sekunder yang digunakan berupa hasil
menyebabkan adanya pengeluaran ekonomi. kajian dwelling time yang telah disusun oleh
Tahap ketiga mencoba menyinkronisasi berbagai pihak, data waktu penyelesaian
operasi di proses non-hambatan lain atau pelayanan masing-masing kegiatan dalam
unsur-unsur dari sistem sehingga mereka tidak dwelling time, serta data timbun pada empat
akan memprovokasi setiap kemunduran dalam tempat penimbunan sementara (TPS) yaitu
penggunaan kendala. Seperti langkah JICT, Koja, MAL, dan Ter3 yang
sebelumnya, langkah ini biasanya melibatkan keseluruhannya diolah sesuai kebutuhan
perubahan dalam kebijakan dan prosedur tanpa peneliti.
menimbulkan biaya tambahan yang signifikan. Wawancara dilaksanakan dengan
Pada tahap keempat, jika langkah kedua dan sembilan pertanyaan yang dibagi menjadi tiga
ketiga tidak cukup untuk menghilangkan tema besar yaitu alur impor (dua pertanyaan),
kendala, maka solusinya adalah dengan kendala, penyebab, dan dampaknya pada
meningkatkan potensi penghambat. Tindakan proses impor (lima pertanyaan), dan perbaikan
ini menyebabkan timbulnya biaya dan dan solusi (dua pertanyaan). Untuk menguji
mengharuskan adanya investasi. validitas instrumen pertanyaan, peneliti telah
Tahap kelima, jika kendala menghilang melakukan pengujian terhadap lima orang
sebagai akibat dari keempat langkah yang terdiri dari PPJK dan pegawai DJBC.
sebelumnya, sebaiknya kembali ke langkah 1, Selain itu, peneliti melakukan observasi
karena tanpa diragukan lagi akan ada kendala langsung pada kegiatan yang mempengaruhi
lain yang muncul baik di dalam atau di luar dwelling time untuk mengetahui secara
sistem. Selain itu perlu juga adanya perhatian langsung dan memahami proses yang menjadi
dan pencegahan sistem untuk kembali ke obyek penelitian.
konfigurasi sebelumnya karena inersia, yang Wawancara menggunakan metode
sangat umum di semua sistem. Teori Kendala triangulasi kepada tiga pihak responden yaitu
telah berhasil diterapkan di sejumlah pihak regulator, operator pelabuhan, dan
organisasi, terutama di perusahaan pengguna jasa. Pihak regulator yang dimaksud
manufaktur, dan penerapannya masih kurang disini adalah pegawai dan pejabat DJBC yang
dalam sektor jasa. diwakili oleh Kepala Bidang Pelayanan
Objek penelitian dalam studi ini Pabean dan Cukai I, Kepala Bidang Pelayanan
dibatasi pada dwelling time yang ada pada Pabean dan Cukai II, Koordinator Analyzing
Pelabuhan Tanjung Priok baik dari proses pre- Point Impor, Client Coordinator Umum, dan
clearance, customs clearance, dan post- Ketua Tim Percepatan Dwelling Time KPU
clearance kegiatan importasi pada jalur kuning Bea dan Cukai Tanjung Priok. Pihak operator
dan jalur hijau. Berdasarkan data yang pelabuhan diwakili oleh Deputi VP (tarif) PT.
dihimpun dari KPU Bea dan Cukai Tanjung Pelindo II (IPC). Sedangkan pengguna jasa

77
diwakili oleh sepuluh Perusahaan Pengurusan 3. Display data yaitu mengolah data setengah
Jasa Kepabeanan (PPJK) yang mewakili jadi yang sudah seragam dalam bentuk
sepuluh importir jalur kuning dan hijau dengan tulisan ke dalam bentuk uraian singkat,
dwelling time terlama selama bulan Oktober bagan, hubungan antar kategori, flowchat
2016. Dwelling time bagi sepuluh perusahaan dan sejenisnya.
importir tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 4. Kesimpulan/verifikasi yang merupakan
(nama perusahaan bukan nama sebenarnya). tahap akhir dalam rangkaian analisis data.

Tabel 2. Importir Jalur Hijau dan Kuning 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


dengan Dwelling Time Terbesar
Periode Oktober 2016 (hari) Sepuluh pengguna jasa yang
diwawancarai secara umum dapat menjelaskan
Nama Pre- Customs Post- Dwelling secara singkat alur impor yang berlangsung
Importir Clearance Clearance Clearance Time
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
PT.SA 27,861 0,000 1,648 29,510
pengeluaran barang impor yang berlaku
(pertanyaan pertama dan kedua), namun tidak
PT.TJA 15,199 12,987 0,633 28,819
semua pengguna jasa dapat menjelaskan alur
impor sesuai dengan aturan yang ada.
Beberapa pengguna jasa memiliki titik mulai
PT. GMI 26,151 1,036 0,394 27,581
yang berbeda pada alur impor yang
dilaksanakan. Setelah dikonfirmasi lebih
PT.TE 23,394 1,982 1,609 26,985
lanjut, hal ini terjadi karena PPJK hanya
mewakili importir dalam pengurusan impor
PT. MMA 25,077 0,002 0,585 25,664
barang sesuai dengan perintah importir.
Beberapa importir mengurus sendiri perizinan
PT. ER 23,702 0,981 0,328 25,011
impor barang larangan dan/atau pembatasan
(izin lartas) dan menyerahkan proses
PT. LAM 13,134 11,054 0,473 24,661
selanjutnya kepada PPJK. Selanjutnya, peneliti
melakukan pembahasan atas hasil wawancara
PT. SI 0,334 17,199 6,720 24,253 dengan menggunakan pendekatan lima
langkah utama untuk menyelesaikan kendala
PT. PI III 18,878 0,007 5,295 24,180 dwelling time yang diidentifikasi dalam proses
impor pada jalur hijau dan jalur kuning di
CV. CG 23,915 0,004 0,259 24,177 Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber : Rekapitulasi data dwelling time KPU Bea dan a. Tahap 1: Mengidentifikasi Kendala
Cukai Tanjung Priok
dalam Sistem
Lima pertanyaan wawancara
Data yang terkumpul dianalisis berikutnya bertujuan menggali kendala yang
menggunakan model interaktif menurut Miles terjadi pada proses impor, penyebab dan
dan Huberman dengan tahapan sebagai berikut dampaknya. Hal pertama untuk mengetahui
(Creswell, 2015): kendala yang terjadi pada dwelling time adalah
1. Pengumpulan data yaitu proses mengetahui alur proses impor yang
pengumpulan data dilakukan sebelum membutuhkan waktu lebih lama. Menurut
penelitian, pada saat penelitian bahkan beberapa narasumber seperti terlihat pada
hingga di akhir penelitian. Tabel 3, proses yang memakan waktu paling
2. Reduksi data, yaitu proses penggabungan lama adalah penerbitan perizinan impor barang
dan penyeragaman bentuk data yang lartas dari instansi teknis (sembilan dan
diperoleh menjadi bentuk tulisan yang sepuluh perusahaan mengalami hal tersebut).
akan dianalisis.

78
Tabel 3. Proses Dengan Waktu Terlama 6. Kementerian Kesehatan 251

Dalam Kegiatan Impor 7. Kementerian Lingkungan Hidup 191

Narasumber Proses Impor Terlama 8. Kepolisian RI 41


Penerbitan izin lartas Kementerian
PT.SA 9. Kementerian Pertanian 40
Perdagangan
PT.TJA Perizinan lartas Karantina Pertanian
10. Kementerian Kehutanan 25
Pengurusan perizinan Karantina
PT. GMI
Pertanian 11. Ditjen Sumber Daya dan Perangkat 22
Penerbitan izin lartas Kementerian Pos dan Informatika
PT.TE
Lingkungan Hidup
Penerbitan izin lartas Kementerian
PT. MMA 12. Badan Pengawas Tenaga Nuklir 22
Kesehatan
Penerbitan perizinan lartas (BAPETEN)
PT. ER
Kementerian Kehutanan
Penerbitan Izin Kementerian 13. Kementerian Energi dan Sumber 13
PT. LAM
Perdagangan Daya Mineral
PT. SI Pengurusan dokumen pada DJBC
Penerbitan izin lartas Laporan
PT. PI III 14. Bank Indonesia 1
Surveyor
Penerbitan izin lartas Kementerian
CV. CG Sumber : Diolah Peneliti
Perdagangan
Client
Izin lartas instansi teknis, submit PIB
Coordinator
oleh importir atau PPJK
Umum Sebagian besar narasumber menyebut-
Koordinator
Analyzing Point Izin lartas dari instansi teknis kan beberapa instansi teknis terkait yang lama
Impor dalam memproses perizinan impor barang
Kepala Bidang
PPC I
Izin lartas dari instansi teknis lartas (Tabel 4). Tidak ada satu instansi teknis
Izin lartas karantina pertanian dan yang secara mutlak disebutkan paling lama
Kepala Bidang instansi teknis terkait lainnya,
PPC II kecepatan importir dan PPJK submit dalam memproses perizinan impor barang
PIB lartas. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
Ketua Tim Izin lartas, kesadaran importir dan
Dwelling Time PPJK dalam pengurusan barang
komoditi yang diimpor oleh narasumber dan
Sumber : Diolah Peneliti menyebabkan perbedaan pada perizinan impor
barang lartas yang diperlukan untuk
Menurut data yang dihimpun dari mengimpor komoditi tersebut. Beberapa nama
Indonesia National Single Window (INSW), instansi teknis yang disebut adalah
51% barang yang diimpor melalui Pelabuhan Kementerian Perdagangan, Kementerian
Tanjung Priok merupakan barang yang terkena Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup,
lartas. Adapun instansi teknis terkait dan dan Karantina Pertanian. Salah seorang
jumlah regulasi impor barang lartas yang narasumber menyebutkan pengurusan izin
diterbitkan dapat dilihat pada Tabel 4. lartas pada Kementerian Lingkungan Hidup
pernah mencapai 20 hari, dan pengurusan
Tabel 4. Instansi teknis penerbit izin terkait Laporan Surveyor pada Lembaga Surveyor
barang lartas dan jumlah izin lartas dapat mencapai tiga sampai dengan enam
bulan untuk sekali impor.
No. Instansi Teknis Lartas
Sedangkan menurut Client
1. Kementerian Perdagangan 7.884
Coordinator Umum KPU Bea dan Cukai
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan 2.811 Tanjung Priok, salah satu proses yang
(BPOM)
memakan waktu yang lama selain penerbitan
3. Karantina Tumbuhan di Badan 739
perizinan impor barang lartas dari instansi
Karantina Pertanian Indonesia teknis adalah penyampaian PIB oleh PPJK.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Kepala
4. Badan Karantina Ikan, Pengendalian 479 Bidang PPC I, Kepala Bidang PPC II, dan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Ketua Tim Dwelling Time.
5. Karantina Hewan pada Badan 366 Kendala pada tahap ini dapat terjadi
Karantina Pertanian Indonesia pada area dan proses manapun, atau elemen
tertentu dari suatu sistem yang mencegah

79
peningkatan kinerja dan tercapainya tujuan. pengguna jasa yang salah satu dampak yang
Jika dilihat dari hasil wawancara, kendala yang dirasakan adalah terhambatnya proses impor
terjadi dan menyebabkan dwelling time tinggi selanjutnya.
adalah pada proses pre-clearance. Narasumber yang menyatakan tidak
Berdasarkan data dwelling time KPU Bea dan ada masalah terkait lamanya proses impor
Cukai Tanjung Priok, pada bulan November mengemukakan masalah lain yang mereka
2016 proses pre-clearance menghabiskan anggap sebagai kendala. Permasalahan
waktu 1,76 hari sedangkan custom clearance tersebut adalah lamanya pengurusan dokumen
0,27 hari dan post-clearance 1,3 hari. Salah pada Petugas Bea dan Cukai. Setelah
satu dokumen yang diperlukan dan menjadi dikonfirmasi lebih lanjut kepada narasumber
kendala yaitu lamanya penerbitan izin impor yang bersangkutan, lamanya proses
barang lartas. Tabel 5 menunjukkan waktu pengurusan dokumen yang dimaksud adalah
penerbitan izin impor barang lartas dari lamanya pemutusan status dokumen dari satu
instansi teknis terkait. Waktu tersebut dihitung proses ke proses selanjutnya. Proses yang
sejak barang dibongkar dari kapal. Waktu dicontohkan oleh narasumber adalah lamanya
terlama dalam penerbitan izin impor barang pemeriksaan oleh petugas Analyzing Point atas
lartas terdapat pada Kementerian Kesehatan dokumen PIB dengan komoditi lartas. Apabila
untuk izin Peralatan Kesehata Rumah Tangga tahap ini belum selesai maka proses
(PKRT) yang menghabiskan waktu sekitar 16 selanjutnya tidak dapat dijalankan.
hari. Permasalahan yang muncul di atas, baik proses
yang lama maupun hal lain, dianggap sebagai
Tabel 5. Rata-rata waktu penerbitan izin kendala karena adanya dampak yang dirasakan
impor barang lartas setelah kontainer oleh pengguna jasa seperti yang dapat dilihat
dibongkar dalam Tabel 6.
Uraian Waktu (hari)
KI-D3 atau KI-D15 5,1 Tabel 6. Dampak yang dirasakan pengguna
KT.2,KT 9 3,1
IT Besi Baja / IP Besi Baja 1
jasa atas kendala yang terjadi
Laporan Surveyor 2,8 Narasumber Dampak Atas Kendala
Proses selanjutnya
Wajib izin impor dari Departemen Pertanian 7,3
PT.SA terhambat, sewa gudang
PI Produk Kehutanan 5,1 membengkak
Surat Keterangan Rekapitulasi Izin Tipe Sewa gudang membengkak,
9 PT.TJA Proses selanjutnya
UTTP Asal Impor
Persetujuan Impor Sumber radiasi pengion terhambat
7,7 Proses selanjutnya
dari BAPETEN PT. GMI
Surat Persetujuan Impor Barang Modal terhambat
Bukan Baru Pemakai Langsung /Rekondisi/ 5 Proses selanjutnya
PT.TE
Remanufacturing/Peralatan RS terhambat
Proses selanjutnya
Certificate Of Inspection 2,3 PT. MMA
terhambat
KH.5, KH.7 atau KH.12 4,8
Proses selanjutnya
Nomor Pelumas Terdaftar 10,3 PT. ER
terhambat
Nomor Pendaftaran PKRT 16 Proses selanjutnya
Surat Keterangan Impor/Surat Keterangan PT. LAM
3,7 terhambat
Komoditas Non Obat dan Makanan Proses selanjutnya
Nomor Pendaftaran Alat Kesehatan 8,7 PT. SI
terhambat
IP / SPI Baja Paduan 1
PT. PI III Sewa gudang membengkak
Nomor Pendaftaran Barang 5,8
Surat Keterangan Registrasi Bahan Proses selanjutnya
5,8 CV. CG
Berbahaya dan Beracun (B3) terhambat
IP / SPI Bahan Baku Plastik 2,6 Sumber : Diolah Peneliti
Sumber : Data Gabungan INSW
Selain itu dampak yang muncul adalah
Lamanya pemrosesan dan penerbitan mahalnya biaya sewa gudang yang harus
perizinan impor barang lartas ini tentu ditanggung oleh importir. Berdasarkan
menghambat kinerja pada proses selanjutnya. Keputusan Direksi Pelindo tahun 2016, tarif
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara penumpukan peti kemas pada Pelabuhan
mengenai dampak yang dirasakan oleh

80
Tanjung Priok mengalami perubahan yang Kurangnya sosialisasi aturan lartas baru,
PT.TE
pengurusan lartas masih manual
lebih membebani perusahaan. PT. MMA Dokumen pelengkap izin lartas banyak
Dokumen pelengkap izin lartas banyak,
PT. ER
pengurusan lartas masih manual
b. Tahap 2: Memutuskan bagaimana untuk PT. LAM Dokumen pelengkap izin lartas banyak
mengeksploitasi kendala tersebut PT. SI INSW sering terganggu
PT. PI III Pengurusan lartas masih manual
Berdasarkan kendala-kendala yang CV. CG Kurangnya sosialisasi aturan lartas baru
teridentifikasi, terdapat sejumlah penyebab Client Pengurusan lartas masih manual, kurangnya
Coordinator sosialisasi aturan lartas baru, kurangnya
yang dapat diketahui. Sehubungan dengan Umum kesadaran dari importir atau PPJK
penyebab lamanya proses penerbitan izin Pengurusan lartas masih manual, kurangnya
impor untuk barang lartas, hasil wawancara Ketua Tim sosialisasi aturan lartas baru, masih ada
Analyzing aturan lartas yang belum terintegrasi dengan
menunjukkan bahwa terdapat instansi teknis Point INSW, kurangnya kesadaran dari importir
yang masih secara manual memroses atau PPJK
Kepala
pengurusan dan penerbitan izin, yaitu belum Pengurusan lartas masih manual, kurangnya
Bidang PPC
kesadaran dari importir atau PPJK
adanya sistem informasi berupa aplikasi atau I
Kepala
modul yang dibuat untuk melakukan Pengurusan lartas masih manual, kurangnya
Bidang PPC
kesadaran dari importir atau PPJK
pengajuan permohonan izin impor untuk II
Ketua Tim
barang lartas. Selain itu, masih banyaknya Dwelling
Pengurusan lartas masih manual, kurangnya
kesadaran dari importir atau PPJK
dokumen pelengkap yang dibutuhkan oleh Time
Sumber : Diolah Peneliti
instansi teknis juga menjadi salah satu
penyebab lamanya pengurusan perizinan
Analisa lebih lanjut terkait penyebab
impor untuk barang lartas. Penyebab lain dari
kendala yang dapat digali peneliti dari hasil
permasalahan ini adalah masih minimnya
wawancara adalah sebagai berikut:
informasi mengenai barang yang terkena lartas
1. Importir tidak atau belum mengetahui
maupun regulasi yang mengatur perizinan
bahwa komoditas yang di impor terkena
impor barang yang terkena lartas dari instansi
ketentuan lartas dari instansi teknis yang
teknis terkait.
menyebabkan importir mengurus izin
Adapun permasalahan terkait lamanya
setelah barang datang di pelabuhan.
penyampaian PIB dari PPJK (Tabel 3)
2. Terdapat instansi yang modulnya belum
disebabkan oleh adanya PPJK yang mengurus
secara otomatis mengunggah perizinan ke-
lebih dari satu perusahaan importir dalam
INSW, seperti pengecualian perizinan
sekali pengurusan. Selain itu, lamanya
impor pestisida dari Kementerian
penyampaian PIB oleh PPJK juga disebabkan
Peratnian, impor barang bukan alat ukur,
oleh adanya miskomunikasi antara PPJK
timbang, takar, dan perlengkapannya
dengan importir terkait dokumen pelengkap
(UTTP) dari Kementerian Perdagangan,
impor dan rendahnya kesadaran PPJK maupun
dan pengecualian SNI produk tertentu dari
importir untuk segera mengajukan dokumen
Kementerian Perindustrian. Hal ini
PIB. Sedangkan untuk permasalahan terkait
tentunya berpengaruh pada waktu pre-
lamanya pengurusan dokumen pada Petugas
clearance yang lebih lama.
Bea dan Cukai disebabkan oleh sering
3. Pengurusan perizinan impor barang lartas
terganggunya sistem Indonesia National
dilakukan pada masing-masing kantor
Single Window (INSW). Secara singkat
instansi teknis yang umumnya berada di
penyebab kendala menurut narasumber dapat
luar jauh dari pelabuhan sehingga
dilihat pada Tabel 7.
menambah waktu pengurusan.
4. Beberapa komoditi masih memerlukan izin
Tabel 7. Penyebab Terjadinya Kendala
dari berbagai instansi teknis, seperti saus
Narasumber Penyebab Kendala tomat yang memerlukan perizinan yang
PT.SA Pengurusan lartas masih manual
Dokumen pelengkap izin lartas banyak, diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan
PT.TJA
pengurusan lartas masih manual Makanan (BPOM) dan Kementerian
Dokumen pelengkap izin lartas banyak,
PT. GMI
pengurusan lartas masih manual Perdagangan. Bahkan pada Kementerian
Perdagangan, terdapat dua jenis perizinan

81
yang diperlukan dan harus diurus satu kategori baik. Manajemen risiko ini didasarkan
persatu. pada profil importir dan komoditi barang. Dari
5. Menurut Kepala Seksi Pelayanan hasil kerja sama BPOM dan DJBC diperoleh
Operasional Karantina Hewan, lamanya penurunan dwelling time terutama pada proses
pengurusan izin impor media pembawa pre-clearance sebesar 1,3 hari (Tabel 8).
salah satunya disebabkan oleh adanya
penggolongan media pembawa sesuai Tabel 8. Penurunan dwelling time melalui
dengan risiko yang dimiliki oleh masing- penerapan Single Stakeholder Profile antara
masing jenis media pembawa. Sebagai BPOM dan DJBC (hari)
contoh adalah proses pengurusan izin
untuk bibit sapi indukan yang memerlukan Pre Customs Post Dwelling
Bulan
Clearance Clearance Clearance Time
rata-rata waktu pelayanan 14 s.d. 21 hari. Sebelum
Tahap kedua ini pada dasarnya penerapan
4,51 0,25 1,37 6,14
SSP (Feb –
bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi dari Okt 2015)
kendala dengan berkonsentrasi pada upaya Setelah
penerapan
menghilangkan kegiatan-kegiatan yang SSP (Nov –
3,28 0,14 1,42 4,84
menyebabkan kesia-siaan atau kehilangan Des 2015)
Sumber: Sosialisasi Kemudahan Berusaha 2017 DJBC
waktu. Di fase ini, tindakan umumnya
berfokus pada membuat organisasi mengubah
c. Tahap 3: Mensubordinasikan semua
prosedur dan kebijakan yang tidak
bagian lainnya dari sistem pada
menyebabkan adanya pengeluaran ekonomi.
keputusan sebelumnya
Perbaikan atas kegiatan atau proses yang
Tahap ketiga mencoba menyinkroni-
menjadi kendala seperti yang diungkapkan
sasi operasi di proses non-hambatan lain atau
oleh narasumber sudah pernah dicoba melalui
unsur-unsur dari sistem sehingga mereka tidak
perubahan dan perbaikan prosedur serta
akan memprovokasi setiap kemunduran dalam
kebijakan sebagai berikut:
penggunaan kendala. Proses non-hambatan
1. Sinkronisasi dan simplifikasi aturan impor
dalam penelitian ini adalah proses customs
barang lartas
clearance dan proses post-clearance. Tidak
Sinkronisasi dan simplifikasi atau yang
menjadi hambatan bukan berarti tidak perlu
sering disebut deregulasi dan debirokratisasi
adanya upaya perbaikan yang dilakukan oleh
merupakan satu dari tiga kebijakan strategis
pihak-pihak yang terlibat dalam kedua proses
dalam Paket Kebijakan I Presiden Republik
tesebut. Pada tahap customs clearance dan
Indonesia atau sering disebut Paket Kebijakan
post-clearance, perbaikan yang dilakukan
September. Deregulasi dan debirokratisasi ini
untuk memperbaiki dwelling time adalah
melibatkan 17 Kementerian dan Lembaga
sebagai berikut:
dimana salah satunya adalah Kementerian
1. Pemberitahuan pendahuluan
Perdagangan. Hingga saat ini telah diterbitkan
Berdasarkan Peraturan Direktur
32 Peraturan Menteri Perdagangan yang terdiri
Jenderal (Perdirjen) Bea dan Cukai Nomor
dari 8 deregulasi dan 24 debirokratisasi.
16/BC/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Dengan adanya deregulasi dan debirokratisasi
Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai,
ini jumlah komoditi terkenan lartas turun dari
sistem kepabeanan telah memberikan fasilitas
51% menjadi 32%.
yang memungkinkan proses customs
2. Manajemen Risiko
clearance dilaksanakan sebelum barang
Pada tahun 2015, dilaksanakan kerja
dibongkar di pelabuhan melalui mekanisme
sama manajemen risiko oleh BPOM dengan
pre-notification (pemberitahuan pendahulu-
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
an).
Manajemen risiko dilakukan untuk
2. Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu
menentukan single stakeholder profile (SSP).
(KPPT)
Berdasarkan hasil koordinasi mengenai single
Pengiriman petikemas ke KPPT dalam
stakeholder profile ditetapkan 206 perusahaan
hal ini dry port Cikarang dapat mengintervensi

82
dwelling time melalui dua mekanisme. Regulasi ini akan mengurangi dwelling time
Pertama, pengiriman petikemas ke KPPT karena adanya sanksi bagi pemilik barang yang
memerlukan prosedur pabean yang lebih tidak mengeluarkan barangnya setelah tiga hari
sederhana di pelabuhan bongkar, dalam hal ini dari waktu SPPB.
Pelabuhan Tanjung Priok. Kedua, pengiriman
petikemas ke KPPT akan mengurangi d. Tahap 4: Mengangkat kendala pada
kepadatan pada TPS di Pelabuhan Tanjung sistem
Priok sehingga memudahkan pergerakan Setelah mengetahui kendala dan
petikemas di dalam pelabuhan dan penyebab dari kendala tersebut pertanyaan
mempercepat proses bongkar muat dan selanjutnya adalah tentang solusi yang telah
kegiatan handling lainnya. dilakukan dan masukan solusi atas
3. Autogate System permasalahan yang masih terjadi. Pada bagian
Sistem pintu otomatis (autogate ini akan dipaparkan usulan solusi dari para
system) ini dilatarbelakangi adanya antrian peti narasumber (Tabel 9). Usulan solusi yang
kemas pada saat masuk dan keluar dari tempat sering disebutkan oleh narasumber adalah
penimbunan sementara (TPS). Sistem pintu perbaikan administrasi permohonan
otomatis diatur berdasarkan Peraturan Direktur penerbitan izin impor untuk barang lartas
Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per- dengan mengganti sistem pengajuan
24/BC/2013 tentang Penerapan Sistem Pintu permohonan penerbitan izin impor untuk
Otomatis Tempat Penimbunan Sementara pada barang lartas beserta dokumen pendukungnya
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe dari manual dengan hardcopy menjadi
A Tanjung Priok. Dengan adanya sistem pintu paperless dengan sistem PDE.
otomatis ini pelayanan pada tahap pengeluaran
barang dari TPS dapat dipersingkat dari 10 Tabel 9. Usulan solusi terkait kendala yang
tahap menjadi 2 tahap. teridentifikasi pada dwelling time
4. Integrated Cargo Release System (I-Care
System) Narasumber Usulan Solusi
PT.SA Pengurusan izin lartas secara online
I-Care System adalah sistem yang Dokumen pelengkap izin lartas dikurangi,
mengintegrasikan seluruh layanan di PT.TJA
Pengurusan izin lartas secara online
pelabuhan yang berkaitan dengan pengeluaran Dokumen pelengkap izin lartas dikurangi,
PT. GMI
Pengurusan izin lartas secara online
barang pasca persetujuan Customs Clearance Pengurusan izin lartas secara online,
PT.TE
(Post-Clearance). Tujuan penerapan I-Care sosialisasi peraturan terbaru lartas
PT. MMA Pengurusan izin lartas secara online
System adalah mengintegrasikan seluruh Dokumen pelengkap izin lartas dikurangi,
PT. ER
layanan di pelabuhan yang terkait dengan Pengurusan izin lartas secara online
PT. LAM Pengurusan izin lartas secara online
pengeluaran barang pasca persetujuan PT. SI Perbaikan sistem INSW
Customs (Post-Clearance). I-Care System PT. PI III
Dokumen pelengkap izin lartas dikurangi,
Pengurusan izin lartas secara online
terintegrasi dengan INSW agar memudahkan CV. CG Sosialisasi peraturan terbaru lartas
sinkronisasi data dengan dokumen pabean dan Pengurusan izin lartas secara online,
dokumen pendukung lainnya. peningkatan sosialisasi aturan lartas
Client
kepada importir dan PPJK dari instansi
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 116 Coordinator
teknis terkait, sosialisasi kepada importir
Umum
Tahun 2016 dan PPJK terkait kecepatan pengurusan
dokumen
Peraturan Menteri Perhubungan Ketua Tim Pengurusan izin lartas secara online,
tentang pemindahan barang yang melewati Analyzing sosialisasi kepada importir dan PPJK terkait
Point kecepatan pengurusan dokumen
batas waktu penumpukan (long stay) di Pengurusan izin lartas secara online,
Kepala Bidang
pelabuhan utama Belawan, pelabuhan utama sosialisasi kepada importir dan PPJK terkait
PPC I
kecepatan pengurusan dokumen
Tanjung Priok, pelabuhan utama Tanjung Pengurusan izin lartas secara online,
Kepala Bidang
Perak, dan pelabuhan utama Makassar ini PPC II
sosialisasi kepada importir dan PPJK terkait
kecepatan pengurusan dokumen
mengatur mengenai batas waktu inap kontainer Pengurusan izin lartas secara online,
Ketua Tim
pada terminal petikemas adalah selama tiga Dwelling Time
sosialisasi kepada importir dan PPJK terkait
kecepatan pengurusan dokumen
hari sejak ditumpuk pada lapangan kontainr. Sumber : Diolah Peneliti

83
Indonesia yang salah satunya berisi tentang
Jika langkah kedua dan ketiga tidak pengendalian risiko untuk memperlancar arus
cukup untuk menghilangkan kendala, maka barang di pelabuhan melalui penerapan ISRM.
solusinya adalah dengan meningkatkan potensi ISRM akan dilakukan melalui penerapan
pada hambatan. Tindakan ini melibatkan identitas tunggal dan penyatuan informasi
kegiatan yang menimbulkan biaya dan pelaku usaha dalam kegiatan ekspor impor
mengharuskan adanya investasi. Hal ini yang menjadi landasan profil risiko dan single
sejalan dengan masukan solusi dari para treatment dalam pelayanan perizinan di
narasumber atas kendala-kendala yang ada. kementerian atau lembaga.
Beberapa tindakan berupa usulan perbaikan
pada hambatan yang disampaikan oleh e. Tahap 5: Kembali ke langkah 1,
narasumber pengguna jasa dan regulator yaitu sementara berjuang untuk mencegah
DJBC adalah sebagai berikut: adanya kecendurungan sistem tidak
1. Single Submission Perizinan Impor Barang menginginkan perubahan
Lartas Menurut Aguilar-Escobar dkk. (2015),
Single submission secara harfiah jika kendala menghilang sebagai akibat dari
berarti penyampaian tunggal yang dalam hal keempat langkah sebelumnya, sebaiknya
ini berarti penyampaian data dan informasi kembali ke langkah pertama, karena tanpa
secara tunggal. Single submission sebenarnya diragukan lagi akan ada kendala lain yang
sudah menjadi fungsi portal INSW namun muncul baik di dalam atau di luar sistem.
masih sebatas penyampaian data izin lartas Selain itu perlu juga adanya perhatian dan
yang telah selesai dan diunggah oleh instansi pencegahan sistem untuk kembali ke
teknis terkait dan penyampaian informasi konfigurasi sebelumnya karena inersia, yang
peraturan terbaru impor barang lartas. Dalam sangat umum di semua sistem. Namun, tahap
usulan perbaikan kendala ini yang terakhir dari lima langkah utama dalam
dimaksudkan single submission adalah penelitian ini belum dapat diimplementasikan
penyampaian data terkait permohonan izin karena langkah keempat pada proses ini masih
impor barang lartas dilakukan secara tunggal berupa usulan dan belum dapat dilihat hasil
yaitu melalui portal INSW. Inhouse dari tiap- dari penerapannya.
tiap instansi teknis terkait akan diintegrasikan Pada penelitian selanjutnya mungkin
dengan portal INSW sebagai atap utama yang dapat dilihat hasil dari penerapan Teori
menaungi pengajuan dan pembaharuan Kendala ini pada dwelling time di Pelabuhan
informasi terkait perkembangan proses Tanjung Priok yang dapat dilihat dari hasil
pengurusan izin. penurunan dwelling time dan biaya logistik
Menurut Kepala Divisi Proses Bisnis yang menjadi isu nasional. Menurut Pengelola
Pengelola Portal INSW, single submission Portal INSW dan Ketua Tim Dwelling Time,
direncanakan akan diluncurkan melalui paket kendala-kendala baru yang mungkin muncul
kebijakan XV Presiden Republik Indonesia dalam tahapan implementasi adalah instansi
dan akan dimandatorikan kepada seluruh teknis yang masih enggan melakukan
kementerian dan/atau lembaga penerbit izin perubahan birokrasi perizinan menuju sistem
lartas. Berdasarkan hasil konfirmasi kepada online, gangguan sistem INSW karena tidak
pihak INSW, INSW Gen-2 diperkirakan akan mampu menampung database yang besar, dan
siap digunakan pada tahun 2018. kesadaran pelaku usaha dalam hal ini importir
2. Penerapan Indonesia Single Risk dan PPJK untuk beradaptasi dengan sistem
Management (ISRM) baru.
ISRM yang merupakan manajemen Berikut adalah rangkuman identifikasi
risiko secara nasional dapat dikatakan sebagai permasalahan dan usulan solusi dengan
kelanjutan dari single profile stakeholder pendekatan Teori Kendala atas hambatan
DJBC dengan BPOM. ISRM sendiri sudah dalam dwelling time.
masuk dalam kebijakan XI Presiden Republik

84
Tahapan Permasalahan beberapa hal sebagai berikut yang mencakup
1. Mengidentifikasi a. Perizinan barang lartas identifikasi kendala utama, beberapa penyebab
kendala pada adalah proses terlama dalam
sistem. kegiatan impor. kendala, dan perbaikan yang telah
b. PPJK dan importir tidak dilaksanakan sebagai solusi saat ini, serta
segera menyerahkan
Pemberitahuan Impor Barang. usulan perbaikan yang perlu dilaksanakan
c. Kementerian Perdagangan, untuk menghindari munculnya kembali
Kementerian Kehutanan,
Kementerian Lingkungan kendala-kendala tersebut.
Hidup, dan Karantina Kendala utama yang ditemukan dalam
Pertanian adalah instansi
teknis yang disebut memiliki dwelling time terdapat pada tahap pre-
waktu proses perizinan clearance yaitu lamanya waktu pemrosesan
barang lartas yang lama.
d. Lamanya pemeriksaan oleh dan penerbitan izin impor barang lartas.
petugas Analyzing Point atas Beberapa penyebab kendala yang dapat
dokumen PIB dengan
komoditi lartas. diidentifikasi adalah: importir tidak atau belum
2. Memutuskan a. Proses pengurusan perizinan mengetahui bahwa komoditas yang diimpor
bagaimana untuk barang lartas di instansi teknis
mengeksploitasi masih secara manual. Dan terkena ketentuan lartas dari instansi teknis;
kendala tersebut. lokasi intansi teknis yang pengurusan perizinan barang lartas masih
berada jauh di luar pelabuhan.
b. Dokumen pelengkap perizinan dilakukan secara manual dengan jumlah
barang lartas masih banyak. dokumen pelengkap yang memperpanjang
c. Kurangnya informasi terkait
regulasi barang lartas. waktu proses perizinan; pengurusan perizinan
d. INSW sering terganggu. impor lartas dilakukan pada masing-masing
Tindakan Solusi kantor instansi teknis yang rata-rata berada
3. Mensubordinasikan a. Memberikan fasilitas
semua bagian lain pemberitahuan pendahuluan
jauh dari pelabuhan.
dari sistem pada yang memungkinkan Atas kendala yang sudah diidentifikasi,
keputusan pelakasanaan customs
sebelumnya. clearance sebelum barang
telah dilakukan sejumlah perbaikan berupa:
(Fokus pada dibongkar. sinkronisasi dan simplifikasi peraturan impor
customs clearnce b. Mengoptimalkan pemanfaatan
dan post Kawasan Pelayanan Pabean
barang lartas atau yang sering disebut
clearance) Terpadu. deregulasi dan debirokratisasi merupakan satu
c. Menjalankan sistim pintu
otomatis untuk memperlancar
dari tiga kebijakan strategis dalam Paket
arus barang. Kebijakan I Presiden Republik Indonesia;
d. Melaksanakan Integrated
Cargo Release System (I-
kerja sama manajemen risiko BPOM dan
Care System) yang DJBC dilakukan untuk menentukan single
mengintegrasikan seluruh
layanan di pelabuhan yang
stakeholder profile yang hasil koordinasi ini
berkaitan dengan telah menetapkan 206 perusahaan kategori
pengeluaran barang pasca
persetujuan Customs
baik.
Clearance (Post-Clearance). Adapun proses di luar kendala yaitu
4. Mengangkat e. Pengurusan izin barang lartas tahap customs clearance dan post-clearance
kendala pada secara online.
sistem. a. Kegiatan sosialisasi regulasi tetap dilakukan perbaikan guna menekan
terkait lartas barang impor angka dwelling time. Perbaikan pada kedua
kepada importir dan PPJK.
b. Dokumen pelengkap perizinan proses ini mencakup lima kegiatan, yaitu:
dikurang. fasilitas pemberitahuan pendahuluan,
5. kembali ke langkah Belum dapat pembentukan kawasan pelayanan pabean
1, sambil berusaha diimplementasikan terpadu (KPPT) seperti dry port Cikarang,
untuk mencegah
adanya penerapan sistem pintu otomatis, implementasi
kecendurungan Integrated Cargo Release System (I-Care
sistem tidak
menginginkan System), dan pelaksanaan Peraturan Menteri
perubahan. Perhubungan tentang pemindahan barang yang
melewati batas waktu penumpukan (long stay)
5. SIMPULAN DAN SARAN di pelabuhan-pelabuha utama.
Terkait dengan kendala yang belum
Berdasarkan hasil penelitian dan dapat teratasi terutama perizinan secara online,
pembahasan, peneliti dapat menyimpulkan

85
usulan disampaikan sebagai saran untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 2015.
perbaikan sistem yang berkelanjutan sesuai Siaran Pers: Peran DJBC Dalam
dengan rencana jangka panjang pembangunan Menurunkan Dwelling Time di
INSW yaitu Single submission berupa Pelabuhan Tanjung Priok.
penyampaian data terkait permohonan izin . 2016. Hasil Kajian Direktorat
impor barang lartas dilakukan secara tunggal Jenderal Bea dan Cukai.
yaitu melalui portal INSW, dan secara Inhouse Edimon, Ginting, Arief Anshory Yusuf,
dari tiap-tiap instansi teknis yang akan Priasto Aji dan Mark Horridge. 2015.
diintegrasikan dengan portal INSW sebagai Economy-wide Impact of a More
atap utama yang menaungi pengajuan dan efficient Tanjung Priok Port. ADB
pembaharuan informasi terkait perkembangan Papers on Indonesia, No. 3, October.
proses pengurusan izin. Merckx, Filip. 2005. The Issue of Dwell Time
Terkait kendala dan penyebab yang Charge to Optimize Container Terminal
dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, saran Capacity. IAME.
dari penelitian ini adalah: pertama, diperlukan Moini, Nadereh, Maria Boile, Sotiris
perbaikan dan peningkatan kapasitas portal Theofanis dan William Lafenthal. 2012.
INSW karena peran portal INSW yang sangat Estimating the Determinant Factors of
besar dalam pemrosesan dokumen impor Container Dwell Time's at Seaports.
barang mulai dari perizinan lartas sampai Maritime Economics and Logistics, Vol.
dengan surat persetujuan pengeluaran barang, 14, 2, 162–177.
dan untuk mengantisipasi ketika INSW pada Goldratt, Eliyahu M. What Is This Thing
saatnya menjadi atap utama dalam kegiatan Called Theory of Constraints and How
importasi; kedua, perlu adanya sosialisasi Should It Be Implemented? Croton-on-
aturan perizinan impor barang lartas sehingga Hudson, NY: North River Press, 1990.
tidak ada miskomunikasi dengan importir dan Rafi, Salahudin, Budi Purwanto. 2016.
PPJK yang mewakili pengurusan importasi; Dwelling Time Management (Antara
dan ketiga, perlu dilakukan asistensi kepada Harapan dan Kenyataan di Indonesia).
importir dengan dwelling time yang masih Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi
tinggi. Dan Logistik, Vol. 2 No 2: hal. 220 –
228.
DAFTAR PUSTAKA Utami, Wahyu Septi. 2015. Percepatan
Dwelling Time: Strategi Peningkatan
Aguilar-Escobar, Victor-G, Vega, Pedro Kinerja Perdagangan Internasional di
Garrido, Gonzalez-Zamora, Maria-del- Pelabuhan Tanjung Priok. Economics
Mar. 2016. Applying the Theory of Development Analysis Journal, 4 (1):
Constraints to the Logistic Service hal. 105 – 114.
Medical Records of Hospital. European World Bank. 2011. “Import Container Dwell
Research on Management and Bussines Time Study and Recommendations for
Economic, 22: 19 - 146. Tanjung Priok. November, Washington,
Artakusuma, Afif. 2012. Analisis Import DC.
Container Dwelling Time Di Pelabuhan
Peti Kemas Jakarta International 1. Dokumen publik dan peraturan
Container Terminal (JICT) Tanjung perundang-undangan.
Priok. Fakultas Teknik Sipil dan Indonesia. Undang-undang Nomor 17 Tahun
Lingkungan. Bandung: Institut 2006 tentang Perubahan Atas Undang-
Teknologi Bandung. Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Creswell, John. W. 2015. Penelitian Kualitatif Kepabeanan.
dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 61
Pelajar. Tahun 2009 tentang Kepelabuhan.

86
Menteri Perhubungan. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 60 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari
dan Ke Kapal.
Menteri Keuangan. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Kawasan Pabean dan Tempat
Penimbunan Sementara.
Menteri Perhubungan. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 117 Tahun 2015
tentang Pemindahan Barang yang
Melewati Batas Waktu Penumpukan
(Long Stay) di Pelabuhan Tanjung Priok.
Menteri Keuangan. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 228 Tahun 2015
tentang Pengeluaran Barang Impor untuk
Dipakai.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Peraturan
Direktur Jenderal Nomor 37 Tahun 2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengeluaran Barang Impor Untuk
Dipakai.

2. Sumber elektronik
Kantor Staf Presiden. 13 September 2016.
Dwelling Time di Tanjung Priok: dari 7
Hari Menjadi 3,2-3,7 Hari.
http://presidenri.go.id/berita-aktual/
dwelling-time-di-tanjung-priok-dari-7-
hari-menjadi-32-37-hari.html.
Sandee, Henry. 2012. Why Dwell Time
Matters. The Trade Post. 2 Juli 2012.
http://blogs.worldbank.org/trade/why-
dwell-time-matters.

87

Anda mungkin juga menyukai