Anda di halaman 1dari 19

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH JUS JERUK KALAMANSI (Citrofortunella microcarpa L.)


TERHADAP KADAR KOLESTEROL HDL PADA
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L.) GALUR SPRAGUE
DAWLEY YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

MAHFILZA
H1A014006

PROGRAM STUDI KEDOKERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN NASKAH
UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Judul artikel : Pengaruh Jus Jeruk Kalamansi (Citrofortunella microcarpa
L.) terhadap Kadar Kolesterol HDL pada Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus L.) Galur Sprague Dawley yang
Diinduksi Pakan Tinggi Lemak
Penulis : 1. Mahfilza
2. dr. Sylvia Rianissa Putri, M.Sc.
3. Drs. Syalfinaf Manaf, M.S.
Nama dan alamat penulis untuk korespondensi:
Nama : Mahfilza
Alamat : Jl. W.R. Supratman Perumnas Unib Blok-I No. 29,
Kelurahan Pematang Gubernur, Kecamatan Muara
Bangkahulu Kota Bengkulu, 38125
Telpon : 08127257419
E-mail : mahfilza@gmail.com

Naskah tersebut sudah diperiksa dengan seksama oleh para pembimbing/penulis


dan telah disetujui untuk dipublikasikan melalui Jurnal Kedokteran Raflesia.
( ) penulis utama ( ) corresponding author

Yang membuat pernyataan

Penulis 1: Mahfilza Tanggal: 18 November 2018

Penulis 2: dr. Sylvia Rianissa Putri, M.Sc Tanggal: 18 November

2018 Penulis 3: Drs. Syalfinaf Manaf, M.S Tanggal: 18 November

2018
HALAMAN PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH JUS JERUK KALAMANSI (Citrofortunella microcarpa L.)


TERHADAP KADAR KOLESTEROL HDL PADA
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L.) GALUR SPRAGUE
DAWLEY YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Mahfilza
H1A014006

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada Tanggal 18 November 2018

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

dr. Sylvia Rianissa Putri, M.Sc Tanggal: 18 November 2018

Pembimbing Pendamping

Drs. Syalfinaf Manaf, M.S Tanggal: 18 November 2018

3
ABSTRAK

Pengaruh Jus Jeruk Kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) terhadap


Kadar Kolesterol HDL pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.) Galur
Sprague Dawley yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak

Mahfilza1, Sylvia Rianissa Putri2, Syalfinaf Manaf3


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Bengkulu, 2Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Bengkulu, 3Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.

Latar Belakang: Kadar kolesterol HDL merupakan salah satu indikator


dislipidemia. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid dalam darah
yang dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang
berujung pada penyakit kardiovaskular. Jeruk kalamansi (Citrofortunella
microcarpa L.) adalah ragam jeruk yang berpotensi meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jus jeruk
kalamansi terhadap kadar kolesterol HDL pada tikus putih jantan yang diinduksi
pakan tinggi lemak.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pre-posttest
randomized control group design. Subjek penelitian menggunakan 24 ekor tikus
putih jantan (Rattus norvegicus L.) yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu
kelompok kontrol negatif (KN), kelompok kontrol positif (KP) diberikan pakan
tinggi lemak, perlakuan satu (P1) diberikan jus jeruk kalamansi dosis 0,0056
mL/gBB tikus, perlakuan dua (P2) diberikan jus jeruk kalamansi dosis 0,011
mL/gBB tikus, perlakuan tiga (P3) diberikan jus jeruk kalamansi dosis 0,017
mL/gBB tikus, dan perlakuan empat (P4) diberikan obat simvastatin. Seluruh
kelompok diberikan intervensi secara oral selama 14 hari. Pengukuran kadar
kolesterol HDL dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu setelah adaptasi, setelah
pemberian pakan tinggi lemak selama 14 hari, dan setelah pemberian jus jeruk
kalamansi dan obat simvastatin selama 14 hari. Data dianalisis dengan uji one-
way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji post-hoc.
Hasil: Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa pemberian jus jeruk
kalamansi selama 14 hari dapat meningkatkan secara bermakna (p < 0,05) kadar
kolesterol HDL, dengan dosis terbaik pada penelitian ini adalah 0,0056 mL/gBB
tikus.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan pemberian jus jeruk kalamansi
(Citrofortunella microcarpa L.) dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Kata Kunci: Jeruk kalamansi, kadar kolesterol HDL, dislipidemia.

4
ABSTRACT

The Effect of Calamansi Orange Juice (Citrofortunella microcarpa L.) against


HDL Cholesterol Levels in Male White Rats (Rattus norvegicus L.) Sprague
Dawley Induced by High-Fat Diet

Mahfilza1, Sylvia Rianissa Putri2, Syalfinaf Manaf3


1
Student of Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Bengkulu, 2Department
of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine and Health Sciences, University
of Bengkulu, 3Department of Biology, Faculty Mathematics and Natural Sciences, University
of Bengkulu.

Background: HDL cholesterol levels are one of dyslipidemia indicator.


Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder in blood which for a long time can
cause atherosclerosis which leads to cardiovascular disease. Calamansi orange
(Citrofortunella microcarpa L.) is a variety of oranges that possesses the potential
to increase HDL cholesterol levels. This study was conducted to determine the
effect of calamansi orange juice against HDL cholesterol levels in male white rats
induced by high-fat diet.
Methods: This study was an experimental pre-posttest randomized control group
design. The research subjects used 24 male white rats (Rattus norvegicus L.)
which were divided into 6 groups, which were negative control (KN), positive
control (KP) that received high-fat diet, treatment one (P1) which received
calamansi orange juice 0,0056 mL/gram body weight of rats, treatment two (P2)
which received calamansi orange juice 0,011 mL/gram body weight of rats,
treatment three (P3) which received calamansi orange juice 0,017 mL/gram body
weight of rats, and treatment four (P4) which received simvastatin drugs 0,0009
mg/gram body weight of rats/day. All groups were given interventions orally for
14 days. Measurement of HDL cholesterol levels was carried out three times; after
adaptation, after 14 days of high fat feeding, after 14 days of calamansi orange
juice (Citrofortunella microcarpa) and simvastatin exposure. The data were
analyzed by one-way ANOVA test and followed by post-hoc test.
Results: One-way ANOVA test results showed that giving calamansi orange juice
for 14 days can increased significantly (p<0,05) HDL cholesterol levels, with the
optimal dose of 0,011 mL/gram body weight of rats.
Conclusion: This study showed that giving calamansi orange juice
(Citrofortunella microcarpa) for 14 days might increase HDL cholesterol levels.
Keywords: Kalamansi orange juice, HDL cholesterol levels, dyslipidemia.
PENDAHULUAN
High density lipoprotein (HDL) disebut juga lipoprotein-α yang memiliki
fungsi sebagai pengangkut kolesterol dalam jalur cholesterol transport dari ekstra
hepar ke dalam hepar.1 Tingginya kadar kolesterol HDL merupakan salah satu
indikator dislipidemia. Dislipidemia dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang berujung pada penyakit
kardiovaskular.2
Prevalensi dislipidemia di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 terdapat 35,9% dari penduduk
Indonesia yang berusia ≥15 tahun memiliki kadar kolesterol abnormal
(berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol total ≥200 mg/dL). Data
Riskesdas juga menunjukkan 22,9% populasi yang berusia ≥15 tahun mempunyai
kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dL, dan 11,9% dengan kadar trigliserida yang
sangat tinggi (≥500 mg/dL).3
Menurut The International Atherosclerosis Society (IAS), penurunan
risiko terjadinya Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) dapat
dilakukan dengan terapi dislipidemia. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
rendahnya kadar kolesterol HDL merupakan target sekunder terapi pada
dislipidemia setelah kadar kolesterol LDL yang menjadi target primer.4 Terapi
untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL selain menggunakan obat juga dapat
dilakukan dengan perubahan pola hidup sehat seperti berolahraga serta diet.5
Diet merupakan salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Salah satu bahan makanan yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL adalah buah jeruk.6 Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumsi
jus jeruk sebanyak 750 mL perhari dapat meningkatkan kadar HDL sebesar 21%.
Peningkatan kadar HDL tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan jeruk
yaitu senyawa flavonoid yang berperan dalam metabolisme lipoprotein di hati.7
Jeruk dengan nama latin Citrus memiliki berbagai jenis serta kandungan
yang berbeda-beda. Salah satu jenis jeruk yang terkenal di Indonesia adalah jeruk
kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.). Jeruk kalamansi merupakan jenis jeruk
yang telah dibudidayakan di Kota Bengkulu. Jumlah produksi jeruk kalamansi
pada tahun 2017 mencapai 33.714 kg. Jeruk yang khas dengan rasa asam ini
memiliki kandungan flavonoid, vitamin C & A, serat, kalium, kalsium, air, dan
karbohidrat.8
Penelitian tentang hubungan jus jeruk terhadap kadar kolesterol HDL
sudah banyak dilakukan, namun khususnya untuk jus jeruk kalamansi sejauh ini
belum ditemukan sehingga hal ini menjadi dasar untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Jus Jeruk Kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.)
terhadap Kadar Kolesterol HDL pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.)
Galur Sprague yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak” mengingat jeruk kalamansi
adalah jeruk yang dapat dibudidayakan di Kota Bengkulu dan memiliki
kandungan vitamin C yang hampir sama dengan jenis jeruk lain.

METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat eksperimental
dengan desain pre-posttest randomized control group design. Subjek penelitian
menggunakan 24 tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) galur Sprague Dawley
yang berusia 10-12 minggu, berat badan 200-300 gram, dan dalam kondisi sehat.
Subjek penelitian diperoleh dari laboratorium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung (STIH ITB). Subjek penelitian diadaptasi selama 7
hari. Selama penelitian berlangsung, tikus diberi pakan standar merek Rat-Bio
sebanyak 10 g/100 g berat badan dan air ad libitum. Penggantian sekam dilakukan
setiap tiga hari.
Jus jeruk kalamansi (Citrusfortunella microcarpa L.) yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari Lembaga Pengembangan Pertanian Baptis (LPBB)
Bengkulu. Buah jeruk kalamansi yang digunakan adalah buah dengan diameter 3-
4 cm, hijau kekuning-kuningan dan cukup empuk jika ditekan. Jenis buah seperti
ini memiliki kandungan flavonoid tertinggi.9 Pengambilan jeruk kalamansi
dilakukan pada pertengahan periode adaptasi hewan uji. Jeruk kalamansi dicuci
bersih terlebih dahulu menggunakan air suling kemudian dipotong menjadi dua
bagian dan dibuang bijinya. Jeruk kalamansi diblender menggunakan blender
yang dilindungi oleh iced gel pack. Jus jeruk kalamansi diberikan tiga kali sehari
melalui sonde lambung. Apabila jus jeruk kalamansi tidak langsung digunakan,
maka jus jeruk kalamansi disimpan dalam wadah kedap udara yang disimpan
dalam lemari pendingin (±4oC) hingga penggunaan selanjutnya.10
Setelah masa adaptasi, kemudian subjek penelitan dibagi ke dalam 6
kelompok perlakukan yaitu kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), perlakuan
satu (P1), perlakuan dua (P2), perlakuan tiga (P3), dan perlakuan empat (P4).
Pada kelompok positif (KP) diberikan pakan tinggi lemak, kelompok satu (P1),
dua (P2), dan tiga (P3) diberikan jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa
L,) dengan dosis berturut-turut adalah 0,0056, 0,011, dan 0,017 mL/gBB tikus per
kali, dan pada kelompok empat (P4) diberikan obat simvastatin 0,0009 mg/gBB
tikus per hari. Seluruh subjek penelitian diberikan intervensi melalui gavage oral.
Pada kelompok P1, P2, dan P3 diberikan intervensi sebanyak tiga kali sehari.
Selama penelitian, dilakukan pengambilan darah sebanyak tiga kali melalui
pleksus retroorbitalis untuk memeriksa kadar kolesterol HDL. Pengambilan darah
pertama dilakukan setelah adaptasi selama 7 hari, setelah 14 hari pemberian pakan
tinggi lemak, dan setelah 14 hari pemberian jus jeruk kalamansi atau obat
simvastatin. Sebelum pengambilan darah, diberikan kombinasi xylazine-ketamine
secara intramuskular dengan dosis xylazine sebesar 40 mg/kgBB dan ketamine
sebesar 5 mg/kgBB sebagai analgesia dan anastesia. Uji kadar kolesterol HDL
dilakukan dengan metode indirect. Diakhir penelitian, tikus dilakukan euthanasia
dengan cara cervical dislocation yang sebelumnya diberikan kombinasi xylazine-
ketamine.
Data kadar kolesterol HDL dianalisis secara statistik menggunakan uji one-
way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post-hoc Duncan untuk melihat dosis
terbaik yang digunakan pada penelitian ini.

HASIL
Data Subjek Penelitian
Berdasarkan perhitungan besar pengulangan tiap kelompok oleh Arifin
dan Zahiruddin (2017), minimal pengulangan tiap kelompok adalah 2 ekor dan
maksimal pengulangan tiap kelompok adalah 3 ekor.11 Sehingga jumlah total
sampel maksimal adalah 18 ekor. Namun, dikarenakan penelitian ini merupakan
penelitian kelompok maka sampel di tiap kelompok ditambah satu ekor, agar
setiap peneliti tidak menggunakan data dari sampel yang sama. Sehingga, total
ulangan pada tiap kelompok perlakuan adalah empat kali ulangan. Berikut adalah
rincian jumlah subjek tiap kelompok:
Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian
Jumlah Awal Jumlah Akhir
Kelompok Mengalami Drop out (ekor)
(ekor) (ekor)
KN 4 2 2
KP 4 2 2
P1 4 0 4
P2 4 1 3
P3 4 1 3
P4 4 0 4
Total 24 6 18
Keterangan: KN= kelompok negatif; KP= kelompok positif; P1= perlakuan I (jeruk kalamansi
dosis 0,0056 mL/gBB); P2= perlakuan II (jeruk kalamansi dosis 0,011
mL/gBB); P3= perlakuan III (jeruk kalamansi dosis 0,017 mL/gBB); P4=
perlakuan IV (simvastatin 0,18 mg/200 gBB)

Berdasarkan tabel 1, sampel yang mati selama proses perlakuan berjumlah


enam ekor. Dua ekor sampel dari kelompok kontrol negatif (KN) dan kontrol
positif (KP) mati pada minggu ke-2 setelah perlakuan, satu ekor sampel dari
kelompok perlakuan dua (P2) mati pada hari ke-10 pemberian perlakuan, satu
ekor sampel dari kelompok perlakuan tiga (P3) mati pada hari ke-19 pemberian
perlakuan. Peneliti hanya mengambil dan menganalisis dua hingga tiga data
sampel dari tiap kelompok sesuai dengan perhitungan rumus oleh Arifin dan
Zaharuddin (2017), dan pemilihan data sampel dilakukan secara acak.11

Data Berat Badan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.)


Pengukuran berat badan sampel penelitian dilakukan sebanyak tiga kali,
yaitu setelah adaptasi (pretest 1), setelah pemberian pakan tinggi lemak (pretest
2), dan setelah pemberian jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.).
Sebelum dilakukan one-way ANOVA, seluruh data dilihat distribusinya
menggunakan uji Saphiro-Wilk dan homogenitasnya menggunakan uji Levene.
Apabila uji distribusi dan homogenitas menujukkan hasil normal dan homogeny,
maka dilakukan uji one-way ANOVA untuk melihat apakah ada perbedaan
bermakna antar kelompok perlakuan. Rerata berat badan tikus putih jantan (Rattus
norvegicus L.) yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Tabel 2. Berat Badan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.) Pretest 1, Pretest
2, dan Posttest 1
Berat Badan (gram)
Pretest 1 Pretest 2 Selisih Posttest 1 Selisih
Kelompok n
mean±SD mean±SD Pretest 2 dan mean±SD Posttest 1
(gram) (gram) Pretest 1 (gram) dan Pretest 2
KN 2 227,00±8,49 255,00±25,46 28,00±33,94 282,50±28,99 27,50±54,44
KP 2 208,50±4,95 237,50±26,16 29,00±21,21 270,00±26,87 32,50±0,70
P1 3 221,33±6,66 235,00±5,00 13,67±8,02 239,67±7,51 4,67±9,01
P2 3 225,67±10,26 229,33±15,63 3,67±10,12 242,00±21,52 12,67±21,78
P3 3 209,67±10,69 215,67±14,22 6,00±20,66 234,33±22,86 18,67±19,42
P4 3 211,67±3,79 249,67±16,29 38,00±14,80 274,33±24,01 24,67±7,77
P 0,087* 0,182* 0,222* 0,120* 0,741*
Keterangan: * = uji one-way ANOVA, signifikan p<0,05; KN = kelompok negatif; KP =
kelompok positif; P1 = perlakuan I (jeruk kalamansi dosis 0,0056 mL/gBB); P2
= perlakuan II (jeruk kalamansi dosis 0,011 mL/gBB); P3 = perlakuan III (jeruk
kalamansi dosis 0,017 mL/gBB); P4 = perlakuan IV (simvastatin 0,0009 mg/
gBB tikus); n = jumlah

Berdasarkan uji statistik, diperoleh nilai p untuk berat badan setelah


adaptasi (pretest 1), berat badan setelah pemberian pakan tinggi lemak (pretest 2),
dan berat badan setelah pemberian perlakuan (posttest 1) lebih dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan berat badan antar kelompok
perlakuan.
Selanjutnya, dilakukan repeated ANOVA untuk membandingkan rerata
selisih pengukuran berat badan seluruh hewan coba setelah adaptasi (pretest 1),
setelah pemberian pakan tinggi lemak (pretest 2), dan setelah perlakuan (posttest
1). Hasil menunjukkan bahwa ada sedikitnya dua waktu pengukuran berat badan
tikus menunjukkan hasil berbeda signifikan (p < 0,05). Kemudian dilanjutkan uji
post-hoc dengan koreksi Bonferroni, hasil menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan selisih rerata berat badan tikus antar pengukuran berat badan saat
setelah adaptasi (pretest 1), setelah pemberian pakan tinggi lemak (pretest 2), dan
setelah pemberian perlakuan (posttest 1).

Data Kadar Kolesterol HDL


Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar kolesterol HDL sebanyak
tiga kali, yaitu setelah adaptasi selama 7 hari, setelah pemberian pakan tinggi
lemak selama 7 hari, dan setelah pemberian jus jeruk atau simvastatin selama 14
hari. Rerata kadar kolesterol HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.)
yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk dan uji homogenitas
menggunakan uji Levene menunjukkan nilai p > 0,05, sehingga dapat dilanjutkan
ke uji statistik selanjutnya. Berdasarkan hasil uji statistik one-way ANOVA,
selisih kadar kolesterol HDL setelah pemberian pemberian pakan tinggi lemak
(pretest 2) dengan sebelum pemberian pakan tinggi lemak atau setelah adaptasi
(pretest 1) terdapat perbedaan signifikan antar kelompok dengan nilai p = 0,015.
Pada kelompok setelah pemberian jus jeruk kalamansi (posttest 1) didapatkan
nilai p yaitu 0,021, yang berarti terdapat perbedaan signifikan antar pemberian jus
jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) terhadap kadar kolesterol HDL,
sehingga pada kelompok ini dapat dilakukan uji statistik lanjutan menggunakan
uji Duncan.
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji Duncan menjelaskan bahwa kelompok
negatif (KN), kelompok positif (KP), dan kelompok perlakuan tiga (P3) tidak
memiliki perbedaan bermakna, namum memiliki perbedaan bermakna dengan
kelompok satu (P1), kelompok dua (P2), dan kelompok empat (P4). Kelompok
satu (P1) dan kelompok dua (P2) adalah kelompok yang diberikan jus jeruk
kalamansi, sedangkan kelompok empat (P4) adalah kelompok yang diberikan obat
standar yaitu simvastatin. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jus jeruk
kalamansi tidak memiliki perbedaan bermakna atau memiliki efek yang hampir
sama dengan pemberian obat standar.
Tabel 3. Kadar Kolesterol HDL Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.) Pretest
1, Pretest 2, dan Posttest 1
Kadar Kolesterol HDL (mg/dL)
Selisih
Selisih
Pretest 1 Pretest 2 Pretest 2 Posttest 1
Kelompok n Posttest 1
mean±SD mean±SD dan mean±SD Nilai r
dan Pretest 2
(mg/dL) (mg/dL) Pretest 1 (mg/dL)
(mg/dL)
(mg/dL)
KN 2 30,62±0,77 30,90±2,41 0,28±3,18 31,31±0,28a 0,40±2,13 a
KP 2 32,03±1,97 25,06±0,63 6,96±1,34 30,59±1,88a 5,53±1,25 a
P1 3 33,61±0,78 27,74±2,29 5,87±1,93 40,08±2,19bc 12,34±0,48b
0,548
P2 3 31,85±2,59 25,26±2,84 6,59±1,84 39,97±6,28bc 14,70±3,68 b
P3 3 33,13±3,50 27,01±1,10 6,12±2,42 32,92±3,80ab 5,91±3,15 a
P4 3 28,87±2,52 28,28±0,73 0,59±2,67 43,22±4,63c 14,94±4,13 b
P 0,261* 0,073* 0,015* 0,021* 0,001* 0,041*
Keterangan: * = uji one-way ANOVA, signifikan p < 0,05; KN = kelompok negatif; KP =
kelompok positif; P1 = perlakuan I (jeruk kalamansi dosis 0,0056 mL/gBB); P2
= perlakuan II (jeruk kalamansi dosis 0,011 mL/gBB); P3 = perlakuan III (jeruk
kalamansi dosis 0,017 mL/gBB); P4 = perlakuan IV (simvastatin 0,18 mg/200
gBB); notasi a-c = post-hoc Duncan, notasi sama pada baris berbeda
menyatakan perbedaan tak signifikan; n = jumlah

Berdasarkan Tabel 3, dosis terbaik yang dapat meningkatkan kadar


kolesterol HDL adalah dosis kedua atau pada kelompok perlakuan dua (P2), yaitu
0,011 mL/gBB tikus per kali, dan diberikan sebanyak tiga kali sehari karena pada
dosis ini dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dengan selisih rerata hingga
14,94mg/dL
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian jus jeruk kalamansi
(Citrofortunella microcarpa L.) terhadap kadar kolesterol HDL, maka dilakukan
uji korelasi menggunakan uji Pearson. Hasil menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan, dengan nilai p = 0,041 (p < 0,05) antar kelompok yang diberikan jus
jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) terhadap kadar kolesterol HDL
dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,548).
PEMBAHASAN
Data Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) galur
Sprague Dawley dengan jumlah 24 ekor. Selama proses penelitian, terdapat enam
ekor sampel yang mengalami drop out dengan rincian yang dapat dilihat pada
tabel 1. Empat ekor sampel dari kelompok kontrol negatif (KN) dan kontrol
positif (KP) dilakukan euthanasia setelah 14 hari pemberian perlakuan. Dua ekor
sampel sisanya yang mengalami drop out kemudian dilakukan autopsi oleh
peneliti sendiri. Diduga kematian enam ekor sampel diakibatkan teknik
penyondean dan penuhnya isi lambung, sehingga pakan yang diberikan melalui
penyondean masuk ke dalam saluran pernapasan yang dibuktikan dengan
ditemukannya suspensi pakan di saluran napas atas. Oleh sebab itu, pemberian
pakan yang melebihi 2 mL/pemberian (dengan asumsi volume lambung tikus
adalah 3-5 mL) akan dijeda 30-60 menit untuk menunggu pengosongan lambung.

Data Berat Badan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.)


Sesampainya subjek penelitian yaitu tikus putih (Rattus norvegicus L.) di
Sekolah Belajar Ilmu Hayati Ruyani, setiap subjek penelitian dilakukan
pengukuran berat badan awal, kemudian diadaptasi selama 7 hari. Selama
adaptasi, semua sampel mendapat perlakuan yang sama. Pakan diberikan dua kali
sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 10 g/100 gBB tikus.
Setelah dilakukan adaptasi selama 7 hari, dilakukan pengukuran berat
badan (pretest 1) dan hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
antar kelompok perlakuan dengan nilai p = 0,087. Setelah 14 hari diberikan pakan
tinggi lemak (pretest 2), dilakukan pengukuran berat badan. Berdasarkan Tabel 2,
diketahui hasil uji one-way ANOVA memiliki nilai p = 0,182, yang berarti tidak
terdapat perbedaan berat badan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Setelah
14 hari diberikan jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.), dilakukan
pengukuran berat badan terakhir (posttest 1). Berdasarkan Tabel 2, diketahui hasil
uji one-way ANOVA memiliki nilai p = 0,120, yang berarti juga tidak terdapat
perbedaan berat badan yang bermakna antar kelompok perlakuan.
Hasil pengukuran berat badan setelah adaptasi, setelah pemberian pakan
tinggi lemak, dan setelah pemberian perlakuan pada tiap kelompok terjadi
penambahan atau peningkatan ukuran berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa
hewan coba dalam penelitian ini mengalami pertumbuhan, karena salah satu
indikator pertumbuhan adalah penambahan berat badan.12
Selanjutnya dilakukan uji repeated ANOVA dan didapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan signifikan nilai rerata berat badan seluruh hewan coba antar
pengukuran berat badan saat setelah adaptasi, setelah pemberian pakan tinggi
lemak, dan setelah pemberian perlakuan. Hasil menyebutkan bahwa selisih rerata
berat badan antara pretest 2 dengan pretest 1 dan selisih rerata berat badan antara
posttest 1 dengan pretest 2 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu
18,625 gram dan 18,875 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan
tinggi lemak maupun pemberian jus jeruk kalamansi tidak berpengaruh terhadap
berat badan tikus, karena berat badan tikus mengalami peningkatan yang hampir
sama.

Data Kadar Kolesterol HDL


Setelah pemberian pakan tinggi kolesterol selama 14 hari, kadar kolesterol
HDL tikus pada kelompok perlakuan KP, P1, P2, P3, dan P4 mengalami
penurunan kadar kolesterol. Hasil selisih kadar kolesterol HDL pretest 2 dengan
pretest 1, menunjukkan hasil yang signifikan atau bermakna dengan nilai p =
0,015. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Rajkumar
(2013), yaitu pemberian pakan tinggi lemak dapat menurunkan kadar kolesterol
HDL secara signifikan atau bermakna.13 Penurunan kadar kolesterol HDL dapat
disebabkan oleh banyaknya asam lemak jenuh dalam pakan yang diberikan
sehingga terjadi penekanan sistesis kolesterol HDL melalui penurunan kadar
apolipoprotein A-1 yang merupakan prekursor dari pembentukan kolesterol
HDL.14
Pada penelitian ini, posttest 1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kadar kolesterol HDL secara signifikan antar kelompok perlakuan dengan p =
0,021. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian
menggunakan tikus usia 3 bulan yang diberi jus jeruk manis (Citrus sinensis L.)
dengan dosis 4,5 mL/ekor sebanyak 3 kali sehari selama 15 hari mampu
meningkatkan kadar kolesterol HDL secara bermakna dengan p = 0,03.15 Selain
itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mallick
dan Khan (2016), pemberian jus jeruk manis (Citrus sinensis L.) sebanyak 8
mL/kgBB per hari menunjukkan peningkatan kadar kolesterol HDL yang
signifikan (p < 0,05) dan hampir sebanding dengan pemberian obat atorvastatin.
Pemberian jus jeruk bali (Citrus paradisi L.) dengan dosis 0,3 mL/kgBB per hari
juga menunjukkan peningkatan kadar kolesterol yang signifikan (p < 0,05) dan
hampir mirip dengan efek atorvastatin. Kombinasi 5 mL/kgBB per hari jus jeruk
manis (Citrus sinensis L.) dan 0,3 mL/kgBB per hari jus jeruk bali (Citrus
paradisi L.) juga memberikan peningkatan kadar HDL yang signifikan (p < 0,05)
dan hampir sama dengan pemberian obat standar, yaitu atorvastatin.16
Flavonoid dalam jus jeruk kalamansi yang telah terbukti memberikan
pengaruh terhadap kadar kolesterol adalah naringin dan hesperidin. Naringin
adalah suatu bioflavonoid di dalam jeruk kalamansi yang sudah dilaporkan dapat
menurunkan kadar kolesterol dan memiliki efek antiaterogenik dengan cara
menghambat aktivitas enzim HMG-CoA reduktase. Enzim HMG-CoA reduktase
adalah suatu enzim yang berperan dalam proses metabolisme HMG-CoA menjadi
asam mevalonat yang kemudian asam mevalonat akan menjadi kolesterol.16
Sama dengan naringin, hesperidin adalah suatu flavonoid yang
mengandung ikatan flavon hespertin pada disakarida rutinosa. Hesperidin
memiliki berbagai manfaat, seperti antioksidan, antihiperkolesterolemia, efek
pada pembuluh darah, antiinflamasi, antihipertensif dan diuretik, serta
antibakterial.17 Hesperidin yang terkandung di dalam jeruk kalamansi dapat
meningkatkan kadar kolesterol HDL.15 Hesperidin dapat meningkatkan
pengeluaran apolipoprotein-AI, suatu protein utama penyusun kolesterol HDL. 18
Kandungan hesperidin terbanyak pada jeruk kalamansi terdapat pada bagian kulit.
Jus jeruk kalamansi yang digunakan pada penelitian ini adalah jus jeruk yang
diolah dengan kulit dan tanpa biji.19
Selain itu, hesperidin di dalam jeruk kalamansi juga memiliki fungsi
dalam memperkuat efek dari vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat memiliki
kemampuan reduksi yang kuat dan berfungsi sebagai antioksidan dalam reaksi
hidroksilasi.20 Jumlah konsumsi harian vitamin C yang direkomendasikan adalah
75 mg/hari untuk perempuan dan 90 mg/hari untuk laki-laki, 21 atau setara 1,35
mg/hari untuk betina dan 1,62 mg/hari untuk jantan apabila dosis manusia
dikonversikan ke dosis untuk tikus. Dosis vitamin C yang digunakan untuk klinis
adalah sebesar 500 mg/hari pada manusia atau setara 9 mg/hari pada tikus.21
Jumlah vitamin C dalam 100 gram buah jeruk kalamansi (Citrofortunella
microcarpa L.) adalah 40 mg. Seratus (100) gram jeruk kalamansi setara dengan
27,5 mL jus jeruk kalamansi, sehingga dalam 27,5 mL jus jeruk kalamansi
mengandung 40 mg vitamin C. Pada penelitian ini, dosis yang digunakan adalah
0,0056 mL/gBB, 0,011 mL/gBB, dan 0,017 mL/gBB per perlakuan dan diberikan
sebanyak tiga kali sehari. Jika rerata berat badan tikus keseluruhan adalah 250 mg,
maka jumlah jus jeruk kalamansi yang diberikan pada kelompok perlakuan satu
(P1) adalah 4,2 mL/hari, jumlah jus jeruk kalamansi yang diberikan pada
kelompok perlakuan dua (P2) adalah 8,25 mL/hari, dan jumlah jus jeruk
kalamansi yang diberikan pada kelompok perlakuan tiga (P3) adalah 12,75
mL/hari.
Sebanyak 4,2 mL jus jeruk kalamansi mengandung vitamin C sebesar 6,1
mg, 8,25 mL jus jeruk kalamansi mengandung vitamin C sebesar 12 mg, dan
12,75 mL jus jeruk kalamansi mengandung vitamin C sebesar 18,5 mg. Konsumsi
vitamin C dosis tinggi akan memberikan efek samping, seperti gangguan
pencernaan, batu ginjal, peningkatan penyerapan besi. Selain itu, vitamin C yang
memiliki fungsi sebagai antioksidan apabila dikonsumsi dalam jumlah besar dapat
mengubah fungsi antioksidan menjadi prooksidan.22 Hal ini terlihat pada
kelompok perlakuan tiga (P3), yaitu kelompok yang diberikan jus jeruk kalamansi
dengan dosis 0,017 mL/gBB tikus per perlakuan dan diberikan sebanyak tiga kali
sehari menunjukkan terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL dengan selisih
posttest 1 dengan pretest 2 adalah 5,91 mg/dL, namun peningkatan yang terjadi
tidak setinggi pada kelompok perlakuan satu (P1) dan kelompok perlakuan dua
(P2) yaitu sebesar 12,34 mg/dL dan 14,70 mg/dL (Tabel 3).
Selain flavonoid dan vitamin C, kandungan serat di dalam jeruk kalamansi
juga mampu meningkatkan kadar kolesterol HDL. Peningkatan yang terjadi
diakibatkan oleh kandungan serat yang mampu menghambat penyerapan lemak di
dalam usus, sehingga jumlah kolesterol yang masuk ke dalam tubuh mengalami
penurunan.18 Jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) yang digunakan
pada penelitian ini dapat dikatakan tetap mengandung serat walaupun jumlahnya
belum dikuantifikasi.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1) Tidak ada perbedaan bermakna pada berat badan tikus putih jantan (Rattus
norvegicus L.) galur Sprague Dawley sebelum dan sesudah perlakuan.
2) Kadar kolesterol HDL tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) galur
Sprague Dawley setelah diinduksi pakan tinggi lemak mengalami
penurunan secara signifikan.
3) Pemberian jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) mampu
meningkatkan secara bermakna kadar kolesterol HDL pada tikus putih
(Rattus norvegicus L.) galur Sprague Dawley yang diinduksi pakan tinggi
lemak.
4) Dosis terbaik jus jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa L.) yang
digunakan pada penelitian ini adalah 0,011 mL/gBB tikus per perlakuan,
diberikan sebanyak tiga kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rebecca, V., Lorensia, M.E.K., dan Yuniarti, A., 2014. Pemanfaatan
Minuman Serbuk Instan Kayu Manis (Cinnamomum burmanii BI.) Untuk
Menurunkan Kadar Kolesterol Total Darah Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2. Grundy, S., Arai, H., Barter, P., Thomas, P.B., John, B.D., Carmena, R., et
al., 2014. An International Atherosclerosis Society Position Paper: Global
Recommendations for The Management of Dyslipidemia Executives
Summary Atherosclerosis, 232: 410-13.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan
Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013. Pedoman
Tatalaksana Dislipidemia. Jakarta: PERKI.
5. Sayekti, N.A. dan Rustanti, N., 2014. Pengaruh Pemberian Yoghurt Koro
Pedang (Canavalia ensiformis) Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan HDL
Serum Tikus Sprague Dawley Dislipidemia. Journal of Nutrition College. Pp.
125-133.
6. Purnamasari, A.W. dan Isnawati, M., 2014. Pengaruh Pemberian Jus Pare
(Citrus Aurantifolia) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Sprague dawley
Hiperkolesterolemia. Journal of Nutrition College 894-902.
7. Kurowska, M.E., Spence, J.D., Jordan, J.s, Wetmore, S., Freeman, D.J.,
Piché, L.A., et al., 2000. HDL-Cholesterol-Raising Effect of Orange Juice
in Subjects with Hypercholesterolemia. Am J Clin Nutr. Pp. 1095-1100.
8. Junaidi, A., 2011. Pengembangan Produk Unggulan Jeruk Kalamansi Kota
Bengkulu dengan Pendekatan OVOP. Kota Bengkulu.
9. Devy, N.F., Yulianti, F. dan Andrini., 2010. Kandungan Flavonoid dan
Limonoid pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Jeruk Kalamondin
(Citrus mitis Blanco) dan Purut (Citrus hystrix Dc.). Kota Batu: Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.
10. Oikeh, E.I., Omoregie, E.S., Oviasogie, F.E., and Oriakhi, K. 2016.
Phytochemical, Antimicrobial, and Antioxidant Activities of Different Citrus
Juice Concentrates. Food Sci Nutr. 4(1): 103-109.
11. Arifin, W.N. dan Zahiruddin, W.M., 2017. Sample Size Calculation in
Animal Studies Using Resource Equation Approach. Malays J Med Sci,
24(5):101-105.
12. Aminah, S., and Yusuf, M, 2015. Efisiensi Pakan, Berat Badan, dan Panjang
Tulang Tikus yang Mengonsumsi Kejale selama 6 Minggu. The 2nd
University Research Coloquium. pp. 451-9.
13. Devi, J. dan Rajkumar, J., 2013. Antihyperlipidemic effect of ambrex, a
polyherbal formulation against experimentally induced hypercholesterolemia
in rats. Afr. J. Pharm. Pharmacol. Vol. 7 (25), pp: 1737-1743.
14. Syadza, M.N., 2014. Pengaruh Pemberian Jus Pare (Momordica charantia
Linn.) dan Jus Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Peningkatan Kadar
Kolesterol HDL (High Density Lipiprotein) Tikus Sprague Dawley
Dislipidemia. Semarang: Universitas Diponegoro.
15. Febriyanto, M., 2012. Pengaruh Pemberian Jus Jeruk terhadap Peningkatan
Kadar Kolesterol HDL pada Tikus Sprague Dawley Hiperkolesterolemia.
Semarang: Universitas Diponegoro.
16. Mallick, N. dan Khan, R.A., 2016. Antihyperlipidemic Effect of Citrus
sinensis, Citrus paradisi, and Their Combinations. J Pharm Bioallied Sci.
Pp. 112-118.
17. Haryanto, A. dan Sayogo, S., 2013. Hiperkolesterolemia: Bagaimana Peran
Hesperidin?, Jakarta: Departemen Ilmu Gizi, Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.
18. Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W.
dan Weil, P.A., 2014. Biokimia Harper. Ed 29. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
19. Lou, S., Hsu, Y., and Ho, C., 2014. Flavonoid Compositions and
Antioxidant Activity of Calamondin Extracts Prepared Using Different
Solvents. Elsevier: Journal of Food and Drug Analysis. Pp. 290-295.
20. Saputro, B.W.A., 2016. Perbandingan Pemberian Vitamin C dan Kafein
Terhadap Tingkat Kelelahan Otot Saat Melakukan Aktivitas Fisik Maksimal.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan.
21. Lykkesfeldt, J., Michels, AJ., and Frei, B., 2014. Vitamin C. Advances in
Nutrition. 5(1), 16-18.
22. Croteau, R., Kutchan, TM., and Lewis, NG., 2000. Natural Products
(Secondary Metabolites). Biochemistry & Molecular Biology of Plants.
American Society of Plant Physiologists, Rock Ville 24:1250-1318.

Anda mungkin juga menyukai