SKRIPSI
Oleh
ZULFIKAR SAFRULLOH
105130101111036
SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zulfikar Safrulloh
NIM :.105130101111036
Program Studi : Program Kedokteran Hewan
Penulis Skripsi berjudul:
Studi Terapi Diabetes Mellitus Tipe 1 pada Tikus Hasil Induksi
Streptozotosin terhadap Kadar Malondialdehida dan Gambaran Histopatologi
Ginjal yang Diberi Estrak Daun Pletekan (Ruellia tuberossa L)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak
menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termaktub di isi dan tertulis di
daftar pustaka dalam skripsi ini.
2. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil jiplakan,
maka saya akan bersedia menanggung segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang,
Desember 2014
Yang menyatakan,
( Zulfikar Safrulloh )
NIM.105130101111036
DAFTAR ISI
4
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG......................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 5
1.5 Manfaat.............................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
2.1 Diabetes Mellitus............................................................................... 7
2.1.1 Definisi.................................................................................... 7
2.1.2 Patofisiologi............................................................................ 8
2.2 Hewan Coba Tikus (Rattus norvegicus)............................................ 9
2.3 Pletekan (Ruellia tuberosa L)............................................................ 12
2.4 Kandungan Pletekan (Ruella tuberose L)......................................... 13
2.5 Struktur dan Fungsi Ginjal................................................................ 14
2.6 Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kadar Malondialdehida......... 16
2.7 Histopatologi Ginjal pada Diabetes Mellitus.................................... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL.......................................................... 20
3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................... 20
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................... 24
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................
4.2 Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................
4.2.1 Alat Penelitian.................................................................................
4.2.2 Bahan Penelitian..............................................................................
4.3 Tahapan Penelitian.....................................................................................
4.4 Prosedur Kerja...........................................................................................
4.4.1 Rancangan dan Variabel Penelitian..................................................
4.4.2 Pembuatan Ekstrak Ruellia tuberosa L............................................
4.4.3 Penentuan Kadar Glukosa Darah dengan Glukometer.....................
4.4.4 Pembuatan Larutan STZ dan Induksi pada Hewan Coba.................
4.4.5 Terapi Hewan Coba DM dengan Ekstrak Ruallia tuberose L...........
4.4.6 Pengamatan Gula Darah pada Tikus DM Terapi..............................
4.4.7 Pembedahan Hewan Coba dan Pengambilan Organ Ginjal.............
4.4.8 Pengukuran Kadar MDA (Malondialdehida)...................................
4.4.8.1 Pembuatan Kurva Standar MDA........................................
4.4.8.2 Pengukuran Kadar MDA Menggunakan Uji TBA..............
4.4.9 Pembuatan dan Pewarnaan Preparat Ginjal dengan Metode
HE..................................................................................................
4.4.10 Analisis Data..................................................................................
24
24
24
24
25
25
25
27
27
28
29
29
30
30
30
31
31
33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar
Halaman
09
13
14
15
17
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman
38
39
40
42
43
44
AGE
DM
g
HE
MDA
mg/dL
mg/Kg BB
mL
mLD
OHO
ROS
STZ
TBA
UPHP
VEGR
BAB 1 PENDAHULUAN
responsif sehingga produksi insulin tidak maksimal. Pada kucing, diabetes dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur, kegemukan, sterilisasi dan jenis
kelamin (Hoenig, 2002).
meningkat akan memicu terjadinya stres oksidatif akibat jumlah radikal bebas
dalam tubuh lebih tinggi daripada antioksidan. Stres oksidatif adalah peristiwa
dimana radikal bebas yang berupa molekul reaktif muncul melalui suatu reaksi
biokimiawi dari sel normal yang merusak membran sel dan menyebabkan
gangguan fungsi tubuh, terutama sel pankreas yang diperantarai melalui
mekanisme cellular mediated autoimmune dan disertai dengan meningkatnya
peroksidasi lipid berupa malondialdehida (MDA). Adanya MDA pada sel dapat
digunakan sebagai indikator pengkuran radikal bebas dalam tubuh (Adji, 2008).
Hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada hati, ginjal
dan pembuluh darah. Hiperglikemia memicu terjadinya kerusakan ginjal melalui
perubahan metabolisme dan haemodinamik. Hiperglikemi akan menyebabkan
terjadinya aktivasi protein kinase C, meningkatkan produksi Advanced
glycosylation end Products (AGEs), diasilgliserol, dan meningkatkan produksi
radikal oksigen spesies (ROS) (Maitra and Abbas, 2010). Aktivasi protein kinase
C dan menempelnya AGE pada reseptor akan menyebabkan terjadinya perubahan
sinyal-sinyal intra dan interseluler sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
proliferasi sel-sel yang mengekspresikan vascular endothelial growth factor
(VEGFR-1) dan VEGFR-2. Proliferasi sel-sel ini menyebabkan ukuran gelung
Obat-obat
antidiabetik yang digunakan saat ini selain memberikan kontribusi yang besar,
juga memilik efek samping seperti hipoglikemia, peningkatan berat badan dan
ketidakmampuan untuk mencegah degenerasi pankreas atau komplikasi diabetes
yang disebabkan oleh stres oksidatif (Baynes, 1991).
Obat antidiabetik diantaranya adalah glibenclamid dan metformin.
Glibenclamid merupakan obat hipoglikemik oral (OHO) golongan sulfonylurea
yang menstimulasi sel beta pankreas untuk melepas insulin yang tersimpan. Efek
samping OHO golongan sulfonylurea umumnya ringan dan dan frekuensinya
rendah, seperti gangguan saluran cerna, gangguan susunan syaraf pusat serta
cenderung meningkatkan berat badan (Soegondo, 2004). Metformin merupakan
obatantidiabetika oral golongan biguanid dengan mekanisme kerja tidak melalui
perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran. Biguanid
merangsang glikolisis anaerob, dan anaerobiosis ini dapat mengakibatkan lebih
banyaknya glukosa memasuki otot (Handoko dan Suharto, 2004). Terapi ideal
diabetes sebaiknya merupakan obat yang tidak hanya memiliki efek anti
hiperglikemik, tetapi juga meningkatakan atau melindungi system pertahanan
antioksidan (Erejuwa et al., 2011).
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai anti diabetes adalah Ruellia
tuberosa L. (Pletekan). Ruellia tuberosa L. secara tradisional biasa digunakan
1) Hewan model yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
strain wistar yang diperoleh dari Unit Penngembangan Hewan Percobaan
(UPHP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan umur 2-3 bulan dengan
berat rata-rata 130-150 g. Penggunaan hewan coba sedang dalam proses
pengajuan persetujuan laik etik.
2) Pembuatan keadaan diabetes mellitus pada hewan coba dilakukan dengan cara
injeksi intraperitonial. Dosis mLD-STZ yang digunakan adalah 20 mg/kg BB
per hari selama 5 hari berturut-turut (Lukiati dkk., 2012).
3) Ekstrak pletekan disiapkan dengan cara maserasi menggunakan ekstrak
methanol, kemudian diberikan pada tikus dengan konsentrasi 450 mg/kg BB
yang dilarutkan dengan minyak jagung selama 10 hari.
4) Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar MDA yang diukur
dengan menggunakan metode thiobarbituratacid (TBA) dan gambaran
histopatologi ginjal tikus Rattus norvegicus yang diamati secara mikroskopis
dengan perbesaran 400 kali.
1.4 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Ruellia tuberosa L dalam
menurunkan kadar MDA pada ginjal tikus diabetes mellitus yang diinduksi
menggunakan STZ.
2) Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Ruellia tuberosa L terhadap
gambaran histopatologi ginjal tikus diabetes mellitus yang diinduksi
menggunakan STZ.
1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat
ekstrak Ruellia tuberosa L sebagai salah satu produk herbal alternatif penyakit
diabetes mellitus pada manusia maupun hewan, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan obat untuk menurunkan penurunan kadar glukosa dalam darah.
mellitus tipe 2 dapat terjadi pada usia pertengahan dan kebanyakan penderita
memiliki kelebihan berat badan.
3) Diabetes mellitus gestational (diabetes kehamilan)
Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada masa kehamilan dan
mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Diabetes gestastional disebabkan
karena peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik
terhadap toleransi glukosa. Diabetes gastastional dapat hilang setelah proses
persalinan selesai
4) Diabetes mellitus tipe khusus atau tipe lain
Diabetes jenis ini disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pengaruh genetik
pada fungsi sel beta pankreas pada kerja insulin, penyakit pankreas eksokrin,
infeksi akibat virus, akibat penggunaan obat-obatan, dan endokrinopati.
2.1.2 Patofisiologi
Diabetes tipe 1 (IDDM) disebabkan oleh pankreas yang tidak mampu
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pulau langerhans hancur sehingga kadar
gula dalam darah menjadi tinggi. Menurut Hussain (2002) kadar glukosa tikus
model diabetes > 300 mg/dL, sedang kadar gula normal pada tikus putih berkisar
antara 60-150 mg/dL. (Butler, 1995)
Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, akan menyebabkan
glukosuria dan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis
osmotic) yang mengakibatkan pasien mengalami peningkatan jumlah urin
(poliuria) dan rasa haus yang tinggi (polidipsi) (Corwin, 2000). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi
penurunan berat badan yang merangsang tubuh untuk meningkatkan selera makan
(polipagi). Selain poliuri, polidipsi dan polipagi, IDDM dapat mengakibatkan
terjadinya glikogenolisis (pemecahan cadangan glukosa) dan glukoneogenesis
yang berujung pada pemecahan lemak dan peningkatan keton yang mengganggu
keseimbangan asam basa sehingga terjadi ketoasidosis (Corwin, 2000).
Gambar 2.1 Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvegicus) (Estina, 2010)
Tikus yang digunakan sebagai hewan model dalam penelitian ini adalah
jenis Rattus norvegicus strain Wistar dengan klasifikasi seperti berikut (Armitage,
2004):
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodensia
Subordo
: Sciurognathi
Famili
: Muridae
Sub-Famili : Murinae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus norvegicus
10
melintasi ginjal tereabsorpsi sempurna dapat lolos dan tereksresikan bersama urin
(glikosuria) (Rees and Alcolado, 2005).
Streptozotosin memiliki aktivitas anti-neoplasma dan antibiotic spectrum
luas. Strptozotosin dapat secara langsung merusak sel langerhans atau
menimbulkan proses autoimun terhadap sel sehingga lebih banyak digunakan
dalam pembuatan hewan uji DM. treptozotosin menembus sel langerhans
melalui transporter glukosa GLUT 2. Aksi STZ intraseluler akan menyebabkan
perubahan DNA pada sel pankreas. Alkilasi DNA oleh STZ mengakibatkan
kerusakan sel pankreas lewat gugus nitrosourea. Nitric Oxide (NO) berperan
terhadap kerusakan tersebut melalui peningkatan aktivitas guanili siklase dan
terbentuknya
cGMP. Pembentukan
NO
terjadi
ketika
STZ mengalami
11
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisio
Divisio
Class
Subclass
: Asteridae
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Ruellia
Spesies
: Ruellia tuberosa L.
12
kirsimaritin,
13
14
Fungsi utama ginjal dibagi menjadi dua, yakni fungsi eksresi dan
nonsekresi. Fungsi eksresi yakni mempertahankan pH plasma, mempertahankan
osmolalitas plasma, jalur ekstretori sebagian besar obat, mengeksresikan produk
akhir nitrogen, mempertahankan volume cairan ekstraseluler dan tekanan darah,
serta mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu.
Sedangkan fungsi noneksresi berfungsi untuk mensintesis dan mengaktifkan
hormone seperti rennin, insulin, glucagon, prolaktin, dan mendegradasi hormone
polipeptida.
Secara histologis, ginjal terdiri dari tiga unsur utama yaitu (1)
glomerulus, merupakan gelung pembuluh darah kapiler yang masuk melalui arteri
aferen, (2) Tubuli sebagai parenkim yang bekerja bersama glomerulus membentuk
nefron, suatu unit fungsional terkecil dari ginjal, dan (3) Interstisium yang
merupakan pembuluh-pembuluh darah, limfe dan syaraf (Nabib, 1987; Junquiera
dan Carneiro, 2007).
Gambar 2.4 Glomerulus (G), Tubulus Proksimal (P), Tubulus Distal (D)
(Junqueira, 2007)
Epitel ginjal adalah bagian yang sensitif terhadap bahan-bahan toksik.
Kerusakan pada ginjal dapat terjadi apabila bahan toksik masuk melalui aliran
15
darah dan menyebabkan perubahan pada ginjal berupa cloudy swelling, degenerasi
hyaline, degenerasi lemak, dan nekrosa. Tingkat perubahan organ ginjal tersebut
tergantung dari sifat toksik (Smith and Hunt, 1974).
16
17
membran
filtrasi
glomerulus.
Penurunan
produksi
heparin-sulfat
18
tertutup oleh kapsula bowman yang berbentuk mangkok dan dilapisi oleh
endotelium berlubang berpori-pori yang terletak pada membrana basalis dan
dibagian luar membrana basalis adalah sel epitel viseral (podosit).
Streptozotocin
Ekstrak pletekan
ROS
Stres Oksidatif
Peroksidasi Lipid
Glukosa darah
MDA
Mikroangiopati ginjal
Perubahan glomerulus
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian
Keterangan :
Induksi streptozotocin
Aktivitas menurun
Menghambat
Variabel bebas
Variabel tergantung
20
21
dari
sel-sel
mesangium.
Keadaan
ini
akan
menyebabkan
glomerulosklerosis dan berkurangnya aliran darah, sehingga terjadi perubahanperubahan pada permeabilitas membran basalis glomerulus. Selain itu perubahan
yang ditemukan pada glomerulus berupa hipertrofi sel-sel pada glomerulus yang
mengakibatkan terjadinya penyempitan pada urinary space dan pada tubulus
berupa kerusakan sel epitel tubulus sehingga batas antara tubulus yang tampak
tidak jelas, serta adanya nekrosis pada inti sel tubulus yang ditandai dengan inti
sel piknotik. Peningkatan kadar radikal bebas akan mengakibatkan stres oksidatif
dan memicu proses peroksidasi lipd sehingga menghasilkan MDA.
22
diajukan adalah:
1. Terapi ekstrak daun pletekan (Ruellia tuberose L) dapat menurunkan kadar
malondialdehida (MDA) pada tikus Rattus norvegicus diabetes mellitus.
2. Pemberian ekstrak daun pletekan (Ruellia tuberose L) dapat memperbaiki
kondisi glomerulus ginjal pada tikus Rattus norvegicus diabetes mellitus
yang diamati berdasarkan histopatologinya.
23
24
25
alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, larutan PBS, PFA 4%, 3% H2O2, Fetal
Bovine Serum (FBS), Mayer Hematoxylen, Eosin, Entellan, dan Xylol, larutan
baku MDA.
4.3. Tahapan Penelitian
Skema kerja pada penelitian ini dapat dilihat dengan tahapan penelitian
sebagai berikut :
1. Rancangan penelitian dan persiapan hewan coba
2. Pembuatan ekstrak Ruellia tuberossa L
4. Penentuan kadar glukosa darah dengan glukometer
5. Persiapan larutan Strepzotocin (STZ) dan injeksi intraperitonial (IP) pada
hewan coba
6. Terapi hewan coba dengan ekstrak Ruellia tuberossa L secara oral
7. Pengamatan gula darah pada tikus DM terapi
8. Pembedahan hewan coba dan isolasi organ ginjal.
9. Pembuatan dan pengamatan preparat histopatologi ginjal
10. Pengukuran kadar MDA
11. Analisis data
4.4 Prosedur Kerja
4.4.1 Rancangan dan Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar yang
digunakan mempunyai berat badan 130-150 g dengan umur 2,5 bulan
sebanyak 18 ekor. Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan,
yaitu kelompok (I) tikus kontrol negatif yaitu kelompok tikus tanpa perlakuan
26
kelompok (II) tikus kontrol positif yaitu kelompok tikus diabetes mellitus 1
tanpa diberi terapi ekstrak pletekan, dan kelompok (III) tikus diabetes
mellitus 1 diterapi ekstrak pletekan dengan dosis 450 mg/ Kg BB. Masing
masing kelompok perlakuan terdiri dari enam ekor tikus sebagai ulangan.
Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas
Variabel tergantung
Variabel kendali
27
Biologi Molekuler. Kandang diberi alas agar kandang tidak lembab. Sebelum
percobaan, tikus diaklimatisasi selama 1 minggu. Selama percobaan, tikus
ditangani sesuai etical guidelines yang dikeluarkan oleh komite etik.
4.4.2 Pembuatan ekstrak Ruellia tuberossa L
Diambil 4 pucuk daun teratas beserta batang pletekan yang diperoleh
di sekitar kecamatan Lawang-Malang, kemudian diidentifikasi di jurusan
Biologi Universitas Brawijaya. Daun dibersihkan, setelah itu dikeringkan
pada suhu ruang dengan menghindari panas matahari langsung (dried in
shade) selama 5 hari atau sampai kering. Daun pletekan yang telah kering
kemudian diblender untuk memperkecil ukurannya.
Serbuk pletekan kering ( 500 g) diekstraksi menggunakan pelarut
metanol (3 L x 3) selama 72 jam. Ekstrak metanol dipekatkan menggunakan
rotary evaporator pada tekanan rendah. Ekstrak metanol pekat ditimbang dan
dicatat. Ekstrak metanol kental dilarutkan dalam air dan dipartisi dengan nheksan (1:1) menggunakan corong pisah. Fraksi n-heksan diambil, dipekatkan
dengan vakum rotary evaporator dan di catat beratnya. Kandungan betulin
dari fraksi n-heksan di konfirmasi dengan LC-MS. Ekstrak kental dari fraksi
n-heksan dapat disimpan pada botol coklat pada temperature 4C untuk
pengujian selanjutnya.
28
(B) dan DM-terapi (C) sebagai data glukosa darah untuk memastikan bahwa
hewan coba telah mengalami DM, setelah terapi ekstrak Ruelia tuberossa L,
atau sebelum pembedahan sebagai data kadar glukosa akhir. Darah tikus putih
yang akan diukur glukosa darahnya didapat dari pemotongan ujung ekor
(vena lateralis). Pengukuran glukosa darah mengggunakan kit glucometer.
Alat di set kodenya sesuai dengan kode glucostick yang digunakan,
selanjutnya darah yang didapatkan diteteskan pada stick yang terhubung
dengan glucometer dibiarkan selama 60 detik dan dibaca skala yang terlihat
pada layar, skala pengukuran yang terbaca dalam satuan mg/dL. Pengukuran
glukosa darah dilakukan setelah tikus dipuasakan 12 jam. Uji dilakukan pada
hari ke-0, hari ke-1, hari ke-5 dan hari ke- 10 selama periode terapi.
4.4.4 Pembuatan larutan Strepzotocin (STZ) dan induksi pada hewan
coba.
Streptozotocin (STZ) sebanyak 100 mg dilarutkan pada 3 ml buffer
sitrat pH 4.5 kemudian divortex hingga homogen. Larutan STZ stok disimpan
pada suhu 4C. Larutan STZ stok digunakan untuk injeksi dengan dosis
volume pengambilan yang disesuaikan dengan berat badan tikus. Campuran
larutan dimasukkan dalam tabung eppendorf dan siap untuk diinjeksikan.
Digunakan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 5 kali yang dilakukan
berturut-turut. Tikus diposisikan menghadap kearah ventral hingga terlihat
bagian abdomenya. Pada bagian atas abdomen tikus disemprot dengan
ethanol 70%, kulit dicubit hingga terasa bagian ototnya, spuit dimasukkan
pada bagian abdomen dan dicoba digerakkan, apabila terasa berat maka sudah
masuk pada daerah intraperitonial. Setelah yakin pada daerah intraperitonial
29
30
31
32
33
dengan air mengalir selama 10 menit dan air akuades selama 5 menit. Setelah
sediaan terwarnai dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%,
90% dan 95% masing-masing selama beberapa detik lalu dilanjutkan dengan
alkohol proses clearing dengan xylol I, II dan III selama 3 menit kemudian
dikering anginkan, selanjutnya dilakukan mounting (perekatan) dengan
entellan (Suntoro, 1983).
4.4.10 Analisa Data
Pada percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang mana tikus diberi enam perlakuan dan masing masing perlakuan dengan
tiga ulangan. Analisa data histopatologi dilakukan secara kualitatif deksriptif
sedangkan
untuk
kadar
MDA dilakukan
secara
kuantitatif
dengan