Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KLINIK
ANIMAL CLINIC JAKARTA
FELINE LOWER URINARY TRACT DISEASE (FLUTD)
Oleh :
ERICK TRI MAHENDRA TARIGAN S.KH
150130100011019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

TINJAUAN KLINIS
1. Anamnesa
Kucing bernama Maylow dibawa ke Animal Clinic Jakarta pada
tanggal 29 Maret 2016. Pemilik Maylow mengeluhkan bahwa Maylow tidak
bisa kencing dari semalam.
2. Signalement Hewan
Nama Hewan

: Maylow

Jenis Hewan

: Kucing

Ras

: Persian mix

Warna

: black tabby

Sex

: Jantan

Umur

: 8 tahun

3. Status Present
Berat badan kucing 4,8 Kg. Temperatur kucing 37,6 C. Palpasi abdomen
bagian hipogastrikus dapat dirasakan adanya vesica urinaria yang membesar
(retensi urin). Dilakukan pemasangan kateter dan flushing menggunakan
saline dan kanamycin 1 ml. Ditemukan adanya pasir di ujing penis. Urin yang
didapatkan bercampur darah sebanyak 45 ml.
4. Diferensial Diagnosa
Feline Lower Urinary Tract Disease ( FLUTD) disebabkan oleh :
Urolithiasis, idiophatic cystitis, infeksi bakteri, neurogical disorder, cacat
anatomi dan neoplasia.
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil Pemeriksaan darah lengkap :
Pemeriksaan
Hasil
Normal
WBC
12,82
5,5-19,5
RBC
9.36
5-10
Hemoglobin
10,8
8-15
HCT
28,09
24-45
MCV
30
39-55

Satuan
103/l
106/l
gr/dl
%
Fl

Interpretasi

MCH
MCHC
RDWc
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
PLT
PCT
MPV
PDWc

11,6
38,6
20,4
1,10
1,21
10,46
0.05
0.00
8,6
9,4
81,6
0,4
0,0
160
0,14
8,5
29,3

12,5-17,5
30-36

Hasil
25,30
1,46
41,84
39,25
19,10
0,18
4,21
11,98
2,27

Normal
30-65
0,5-1,5
9,2-39
8,3-52,5
12-65,1
0,0-0,6
<2
5,8-8,0
2,8-5,5

1,5-7
0-1,5
2,5-14
0-1
0-0,2
20-55
1-3
35-80
0-10
0-1
300-800
12-17

Pg
g/dl
%
103/l
103/l
103/l
103/l
103/l
%
%
%
%
%
103/l
%
Fl
%

Kimia darah
Pemeriksaan
Ureum
Creatinin
AST
ALT
ALP
Bil Total
GGT
Total Protein
Albumin

Satuan
Mg/dl
Mg/dl
IU/L
IU/L
IU/L
Mg/dl
IU/L
g/dl
g/dl

Interpretasi

X- ray Left Lateral Requmbency

Urinalisis
Pemeriksaan
Blood
Urobilinogen
Bilirubin
Protein
Nitrit
Keton
Glukosa
pH
Density
Leukosit
Albumin
Mikroskopis

Hasil
+3
Normal
Negatif
> +3
Normal
Negatif
Normal
6,5
1,038
+1
Negatif
+++ RBC

Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,05 0,1
Negatif
Negatif
5,0 7,0
1.001 1.08
Negatif
Negatif
Negatif

++ Struvit
+ Oksalat
6. Diagnosa
Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD)
7. Prognosa
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan maka
prognosa dari penyakit ini adalah dubius fausta yang berarti kemungkinan hewan
masih dapat di sembuhkan.

8. Terapi

Pemasangan kateter 1 dan flushing saline dan antibiotik amcilin 1 ml

Flushing menggunakan saline 2 ml dan antibiotik kanamycin 1 ml

Antibiotik ceftriaxone 22 mg/kg BB

Diet pakan Urinari s/d

9. Rekam Medik Harian


Waktu
29 Maret 2016

Kondisi
Aktivitas : diam/ lesu
Feses: Urine: Makan : Habis (di suap)

30 Maret 2016

Aktivitas : diam
Feses: Urine: ada darah (underpad)
Makan : Habis (di suap)
Aktivitas : diam
Feses: Urine: ada darah (underpad)
Makan : Habis (di suap)
Aktivitas : diam
Feses: Urine: ada darah (underpad)
Makan : Habis (di suap)
Aktivitas : aktif
Feses: normal
Urine: normal
Makan : Habis (di suap)
Aktivitas : aktif
Feses: Urine: ada darah (underpad)
Makan : Habis (di suap)
Aktivitas : aktif
Feses: diare
Urine: normal
Makan : Habis (di suap)

31 Maret 2016

1 April 2016

2 April 2016

3 April 2016

4 april 2016

Terapi
Isofluran 2%
Kateter 1
Flushing saline dan amcilin 1 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
RL 100 ml
Flushing saline dan kanamycin 1 ml
RL 100 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
Flushing saline dan kanamycin 1 ml
RL 100 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
Flushing saline dan kanamycin 1 ml
RL 100 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
Flushing saline dan kanamycin 1 ml
RL 100 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
Flushing saline dan kanamycin 1 ml
RL 100 ml
Ceftriaxone 22 mg/Kg BB
RL 100 ml
Pelepasan kateter.

Pembahasan
Kucing jantan bernama Maylow dibawa oleh ke Animal Clinic Jakarta pada
hari selasa 29 Februari 2016 dengan anamnesa kucing tidak bisa urinasi dari
semalam. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan yaitu 4,8 Kg dengan
suhu 37,6 C. Palpasi abdomen bagian Hipogastrikus menunjukkan adanya distensi
Vesika urinaria. Hal ini terjadi karena urin terakumulasi di dalam vesika urinaria
akibat sumbatan pada lower urinary tract.
Pemeriksaan

lanjutan

untuk

meneguhkan

diagnosa

dilakukan

uji

pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count), kimia darah, X-ray dan
urinalisis. Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan terjadi penurunan
platelet. Penurunan jumlah platelet dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu saat terjadi infeksi, peradangan, dan immune-mediated dissorders
(Bush, 1991). Terjadi penurunan limfosit dengan nilai 1,10 10 3/l dari rentang
normal 1.5-7 103/l. Limfosit adalah sel yang memiliki peranan penting dalam
respon imunitas. Keadaan kelainan di mana jumlah sel limfosit rendah disebut
dengan limfositopenia. Limfosit merupakan salah satu sel darah putih. Sel ini
diproduksi di sumsum tulang dan berfungsi untuk membantu melawan infeksi
(Latimer KS. 2011). Terjadi penurunan mean corpuscular volume (MCV) menjadi
30 fL dari rentang normal 39.0-55.0Fl. MCV mengindikasikan ukuran eritrosit :
mikrositik (ukuran kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran
besar). Nilai MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu
membaginya dengan hitung eritrosit. Penurunan MCV disebabkan karena anemia
mikrositik, kekurangan zat besi, kekurangan pyridoxine (B6), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C),
keracunan timbal, radiasi, hemoragi chronic, dan inflamasi kronik (Latimer KS.
2011). Terjadi peningkatan mean corpuscular hemoglobin (MCH) menjadi 11,6
pg dari rentang normal 12.5-17.5 pg. MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di
dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan
mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan hitung eritrosit.
Penurunan MCH disebabkan karena anemia mikrositik, anemia hipokromik
(Latimer, 2011).

Berdasarkan hasil kimia darah didapatkan hasil terjadi peningkatan pada


AST, GGT dan total protein. Terjadi peningkatan AST 41,84 IU/L (normal 9,2
39 IU/L). AST (Aspartate Aminotransferase) adalah enzim miktokondria yang
diproduksi ketika sel mengalami kerusakan. Enzim AST juga ditemukan di ginjal,
jantung dan otak sehingga nilai AST kurang spesifik untuk penyakit ginjal
(Stockham and Scott, 2002). Terjadi peningkatan GGT (Gamma Glutamil
Transpeptidase) yaitu 4,21 IU/L (normal <2), GGT merupakan indikator
terjadinyan peningkatan zat beracun secara berlebihan. GGT terkonsentrasi tinggi
pada ginjal (renal tubular cell) dan pada liver (biliary endotelial cells dan
hepatocyte). Peningkatan kadar GGT dapat disebabkan oleh gangguan pada ginjal
karena enzim ini di ekskresi oleh ginjal, serta gangguan penyakit liver dan
cholestasis. Total protein dalam darah juga meningkat di atas normal yaitu 11,98
g/dl (normal 5,8-8,0). Hiperproteinaemia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
dehidrasi, peningkatan kadar globulin akibat inflamasi akut, sub akut, kronik,
liver disease, neoplasia, dan haemolysis (Bush, 1991).
Pemeriksaan radiologi untuk regio abdomen dilakukan X- ray dengan
posisi Left lateral requmbency. Berdasarkan hasil X-ray tidak ditemukan adanya
kalkuli/ batu pada vesika urinaria dan uretra. Vesika urinaria tampak membesar
yang diinterpretasikan terjadi distensi urin dalam vesika urinaria. Hasil radiografi
dapat dilihat di gambar 1. Hal ini terjadi karena urin terakumulasi di dalam vesika
urinaria akibat sumbatan pada uretra. Menurut Carlson (2008), sumbatan dapat
disebabkan oleh kristal atau batu. Kristal yang terbentuk akan menyumbat uretra,
dan menghambat urinasi sehingga urin akan terakumulasi di dalam vesika
urinaria. Hal ini menyebabkan ukuran vesika urinaria membesar dan tegang.
Ukuran vesika urinaria menjadi indikator untuk menegakkan diagnosa. Kucing
jantan dan kucing betina memiliki resiko yang sama terkena FLUTD, akan tetapi
kucing jantan lebih beresiko tinggi dari pada kucing betina. Hal ini karena uretra
jantan lebih panjang dari pada betina serta memiliki memiliki bagian yang
menyempit (Getty, 1975).
Berdasarkan hasil radiografi maka dilakukan pemasangan kateter untuk
membantu mengeluarkan urin yang memenuhi Vesika urinaria (VU). Pengeluaran
urin dilakukan untuk mencegah terserapnya kembali ureum yang ada di dalam

urin oleh pembuluh kapiler yang terdapat di VU. Pemasangan kateter dilakukan
dengan menganastesi hewan terlebih dahulu menggunakan anastesi general yaitu
isofluran. Selanjutnya apabila hewan sudah teranastesi dilakukan pemasangan
chateter ukuran 1 dipasang dan difiksir ke preputium penis dengan jahitan
sederhana. Kemudian dilakukan pengambilan sampel urin yang keluar melalui
kateter untuk dilakukan urinalisis.
Berdasarkan hasil urinalisis didapatkan hasil urin berwarna kuning kemerahan
(hematuria), pH urin 6,5 (normal), serta beberapan komponen urin mengalami
peningkatan dari nilai normal yaitu, protein >+3, blood +3, leukosit +1, +3 RBC,
+2 Struvit, +1 oksalat. pH pada pengujian urinalisis adalah 6,5 yang berarti pH
berada pada kisaran normal. Kenaikan jumlah darah, RBC, leukosit, struvit dan
oksalat diduga bahwa kucing Maylow mengalami hematuria akibat gesekan kristal
pada saluran urinari.
pH dibawah 5.0 disebut asam (acid) dan pH diatas 7.0 dinamakan basa
(alkali). Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pH urine menjadi basa,
misalnya jenis pakan yang mengandung sayuran/ tumbuhan, mengkonsumsi obat
obat alkali (sodium bikarbonat, sodium laktat, dan potasium sitrat), dan infeksi
bakteri. Sedangkan faktor faktor yang dapat menyebabkan pH asam antara lain,
kelaparan, demam, asidosis metabolik, peningkatan aktifitas fisik (over exercise),
dan terapi obat obatan yang bersifat asam (Salasia dan Hariono, 2014).
Protein dalam urin disebut proteinuria. Proteinuria menunjukan kerusakan
pada ginjal, adanya darah dalam urin atau infeksi bakteri. Beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan proteinuria adalah penyakit ginjal (glomerulonefritis,
nefropati karena diabeters mellitus, dan pielonefritis), demam, hipertensi,
urolithiasis dan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
Pada kondisi normal, tidak ditemukan eritrosit dan leukosit dalam urine.
Tetapi dari hasil urinalisis menunjukkan terdapat eritrosi (RBC) dan leukosit
dalam urine. Jumlah eritrosit pada urine kucing Maylow +3 dan jumlah leukosit
+1. Peningkatan jumlah eritrosit (RBC) dalam urine menggambarkan adanya
trauma atau pendaharan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi tumor, dan batu
ginjal. Penigkatan jumlah leukosit dalam urine menunjukan adanya peradangan,
infeksi, dan tumor. Beberapa faktor berkontribusi dalam penyakit FLUTD

termasuk infeksi bakteri, infeksi virus, trauma, adanya kristal di urine, batu di
vesika urinaria, dan tumor pada saluran urinaria (Duncan dan Prasse, 2003).
Berdasarkan urinalisis secara mikroskopis ditemukan adanya struvit dan
kalsum okslat. Pada keadaan normal batu/ mineral kristal calculi tidak ditemukan.
Kristal terbentuk dari presipitasi sisa metabolisme terutama mineral, sedangkan
batu merupakan kumpulan kristal yang padat dan keras (Royal canin, 2006). Tipe
batu pada saluran urinari bervariasi, tergantung dari pakan dan pH urin. Urolith
dan kristal yang dapat ditemukan pada penderita urolithiasis yakni struvit, kalsium
oksalat, sistin, dan amonium urat (Gambar 2.3). Dua tipe yang sering ditemukan
yakni struvit (magnesium ammonium fosfat) dan kalsium oksalat (Carlson 2008).

Gambar 2. Kristal dan Batu/ Urolithiasis (Hillspet, 2016)


Berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah lengkap, kimia darah, X-ray dan Urinalisis didapatkan pada kucing Maylow
diagnosa Feline Lower Urinary Tract.
Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) merupakan sebutan umum
untuk kondisi kucing yang memiliki gejala tidak mau makan (anoreksia), depresi,
urin berdarah (hematuria), keinginan urinasi yang meningkat (pollakiuria), namun
mengalami kesulitan urinasi (disuria) yang ditandai dengan merejan saat urinasi
dan berlangsung dalam waktu lama namun hanya mengeluarkan sedikit urin, serta
sering menjilat bagian genital (overgrooming) karena rasa sakit pada vesika
urinaria dan uretra, atau dengan gejala urinasi tidak pada tempatnya (periuria)
(Lulich, 2014). Gejala Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) dapat

disebabkan oleh beberapa gangguan yakni, Feline Idiopathic Cystitis (FIC) (55%64%), urolithiasis (15%-21%), obstruksi uretra (10%-21%), cacat anatomi (10%),
gangguan perilaku (7%), neoplasia (1%-2%), dan infeksi saluran urinari (1%-8%)
(Gerber, 2005 dalam Lulich JP., 2014).

Feline idiopathic cystitis (FIC)


Feline idiopathic cystitis (FIC) adalah peradangan pada vesika urinaria yang

tidak diketahui pasti penyebabnya dan tidak berkaitan dengan adanya kristal atau
batu dalam saluran urinaria. Faktor predisposisi FIC antara lain yakni genetik,
obesitas, dikandangkan, kurang aktif, stress, lingkungan yang buruk, dan konflik
dengan

kucing

lain.

Normalnya,

bladder

urothelium

dilapisi

oleh

glycosaminoglycan spesifik (GAG) yang biasa disebut GP-51 yang melindungi


dari bakteri dan melindungi urothelium dari unsur urin yang berbahaya. Pada
Feline idiopathic cystitis lapisan glikosaminoglikan yang melindungi mukosa
vesika urinaria menjadi lebih tipis dan rusak. Hal ini menyebabkan racun dan
bakteri dapat berpenetrasi ke bagian mukosa dan menimbulkan rasa sakit /
inflamasi (Carlton and McGavin, 1995).

Urolithiasis
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana terdapatnya bentukan lithiasis

akibat akumulasi kristal yang menyumbat saluran urinasi bagian bawah seperti
vesika urinaria, bladder spincter dan uretra sehingga kucing mengalami kesulitan
urinasi. Kondisi ini sering terjadi pada kucing jantan (Pibo et al, 2010).
Patogenesa terjadinya urolithiasis adalah diet yang mengandung protein tinggi
akan menyebabkan pembentukan kristal, meningkatkan konsentrasi urea dan NH4
dalam urin. Diet yang mengandung oksalat, defisiensi vitamin A dan dehidrasi
(akibat pemasukan air yang terbatas sehingga memberi kesempatan unsur mineral
tetap berada dalam urin yang konsentrasinya jenuh) adalah faktor yang
menyebabkan urolithiasis (Nelson and Couto, 2003)..
Kristal struvit merupakan salah satu jenis urolith pada kucing selain kalsium
oksalat, urat, cystiene, dan kalsium fosfat. Kandungan utama struvit adalah
magnesium ammonium phospate hexahydrate (MgNH4PO4.6H2O). Tidak seperti

pada anjing struvit pada kucing bersifat steril. Struvit terbentuk saat urin
mengalamai supersaturasi oleh magnesium, ammonium, dan fosfor saat pH urin
menjadi lebih dari 6,5. Kristal struvit akan lebih mudah larut pada pH urin kurang
dari 6,5 dan tidak akan terjadi kristalisasi pada pH urine dibawah 6,3 (Pibot et al,
2010). Kalsium oksalat merupakan kristal oksalat yang biasanya ditemukan pada
kasus FLUTD pada kucing. Terbentuknya kristal oksalat terjadi pada urin yang
bersifat asam dan jika kucing memiliki kandungan kalsium yang tinggi di dalam
darah. Pada umumnya disebabkan karena pakan yang tinggi kalsium,
protesodium,

atau

vitamin

D.

Beberapa

penyakit

metabolik

seperti

hiperparathiroidism, kanker, dapat menyebabkan kristal oksalat lebih mudah


berkembang. Kristal oksalat juga sering terjadi pada kucing dengan kadar kalsium
darah normal (Nash, 2008). Akumulasi kalkuli dari pengendapan kristal dapat
menyebabkan obstruksi pada vesika urinaria dan urethra pada traktus urinarius
bagian bawah sehingga terjadi kerusakan pada dinding vesika urinaria dan urethra.
Hal ini akan menyebabkan pendarahan sehingga terjadi hematuria pada saat
urinasi. Ukuran dan jumlah kalkuli beragam akan menyebabkan gangguan sesuai
dengan tingkat keparahannya dimulai dari stranguria, hematuria, sampai anuria
(Hesse dan Neiger, 2010).

Obstruksi urethra
Patogenesa yang paling tepat untuk uretral plug (obstruksi urethra) belum

dapat dibuktikan secara pasti. Suatu teori mengatakan kejadian UTI atau
peradangan disertai kristal uria berakibat kepada agregasi protein Kristal, sel
darah putih, dan sel darah merah yang kemudian diliputi oleh material amorphik
sehingga akan menyababkan terjadinya sumbatan. Teori lainnya mengatakan
bahwa peradangan vesica urinaria yang kronis telah patensi mengakibatkan
penurunan

integritas

vascular.

Penurunan

integritas

vascular

kemudian

mengakibatkan peningkatan konsentrasi urin, peningkatan pH, kristal uria dan


berakhir pada pembentukan sumbat uretra. Uretritis tanpa pembentukan sumbat
juga merupakan kasus yang parah pada beberapa kucing dengan obstruksi uretra
saat diperiksa dengan uretroscopy. Sumbatan urethra bersifat lunak yang terdiri

dari kristal, mukus, material inflamasi, mineral, sel epitel, dan protein (Carlton and
McGavin, 1995).

Cacat anatomi
Cacat anatomi pada kucing yakni striktura (penyempitan). Striktura

merupakan kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan abnormal uretra.


Striktura dapat terjadi ketika jaringan epitel mukosa uretra mengalami luka dan
digantikan oleh jaringan ikat. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas
dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktura uretra. Striktura uretra
dapat terjadi pada kelainan kongenital, operasi rekonstruksi, trauma, post operasi,
dan infeksi (Carlton and McGavin, 1995).

Neoplasia/ tumor
Neoplasia/ tumor dapat menyebabkan gejala FLUTD karena menekan

uretra. Tumor vesika urinaria jarang terjadi pada kucing. Tumor yang paling
umum adalah karsinoma sel transisional. Karsinoma sel transisional adalah tumor
agresif yang mempengaruhi vesika urinaria, ureter dan ginjal. Kucing beresiko
lebih rendah dari pada manusia dan anjing karena ekskresi triptofan (ortoaminofenol) pada kucing sangat rendah. Triptofan dapat menumpuk di vesika
urinaria dan bersifat karsinogen. Tumor berkembang pada daerah trigonum vesika
urinaria, namun dalam beberapa kasus, tumor ini berkembang di uretra dan
menyebar ke kelenjar prostat atau vagina (Cornell, 2014).
Penanganan yang dilakukan pada kucing Maylow adalah dengan tindakan
kateterasi. Kateter ukuran 1 disiapkan terlebih dahulu, kemudian dioles dengan
gel lubrikan. Pada daerah preputium dibersihkan dengan mencukur rambut serta
dioles dengan kapas dan antiseptik povidon iodin. Setelah itu, preputium didorong
ke caudal untuk mengeluarkan penis. Selanjutnya preputium diangkat keatas
dengan tangan kiri dan kateter dimasukkan dengan tangan kanan. Kateter
dimasukkan ke dalam penis dengan cara diputar searah jarum jam. Kateter
didorong hingga ujungnya masuk ke dalam vesika urinaria, kemudian stilet ditarik
sehingga isi di dalam vesika urinaria akan mengalir ke luar melalui kateter.
Selanjutnya Kateter disambungkan dengan spuit 10 cc, lalu ditarik perlahan
hingga spuit penuh dengan urin. Urin yang diambil dari pasien telah bercampur

dengan darah (hematuria) (Gambar 3.). Hasil urin yang didapatkan kemudian
dilakukan uji urnalisis.

Gambar 3. Koleksi urin dari kateter.


Pada kasus ini juga dilakukan pemeriksaan sedimen urin secara mikroskopis
yang bertujuan untuk mengetahui kandungan endapan /kristal yang terdapat dalam
urin. Kemudian dilakukan flushing menggunakan saline dan antibioktik amcilin.
Hal ini dilakukan berulang hingga vesika urinaria kosong. Kateter dipasang
selama 5 sampai 7 hari. Selama dipasang kateter dilakukan flushing menggunakan
saline dan antibiotik kanamycin setiap 2 kali sehari. Hal ini bertujuan untuk
melancarkan urinasi pada kucing Maylow dan penggunaan antibiotik kanamycin
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder Gambar 4.

Gambar 4. Flushing NaCL dan Kanamycin


Terapi cairan dilakukan pada kasus ini. Tujuan pemberian infus/ terapi caitan
adalah untuk mencegah dehidrasi pada kucing Maylow. Terapi cairan yang

digunakan adalah Ringer Laktat (RL). RL merupakan cairan yang paling fisiologis
yang dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak
digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik,
diare, dehidarasi dan trauma. Dosis pemberian larutan RL adalah 40-60 ml/kg
bb/hari.
Sumbatan struvit (magnesium ammonium fosfat) terbentuk oleh adanya
infeksi bakteri penghasil urease atau pemecah urea (Proteus sp. dan beberapa
Staphilococcus sp.) yang mengkonversi urea menjadi amoniak. Oleh karena itu
adanya amonia kuat yang tercium dari urin merupakan pertanda adanya infeksi
bakteri urease. Bakteri yang menginfeksi saluran urinari kucing antara lain
Escherichia coli, Enterococcus faecalis, dan Staphylococcus felis. Oleh karena itu
diperlukan antibiotik untuk mengobati infeksi serta mencegah infeksi sekunder
(Nelson and Couto, 2003).
Pemberian antibiotik juga diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi
bakteri pada kasus ini. Antibiotik yang digunakan adalah Amcilin, Kanamycin dan
Ceftriaxone. Amcilin atau ampicilin diindikasikan untuk terapi pada infkesi
saluran urinary, gastrointestinal, dan saluran pernafasan. Amcilin telah
ditingkatkan kemampuan antibakterinya terhadap bakteri Gram negatif yang tidak
bisa diatasi penicilin seperti beberapa starin E.coli dan Klebsiela. Antibiotik ini
juga memiliki aktifitas antibakteri terhadap bakteri anaerob seperti Clostridial dan
bakteri B-laktamase seperti S. Aureus. Kanamycin merupakan antibiotik
aminoglikosida yang bersifat bakteriosidal. Antibiotik ini diindikasikan untuk
pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang
sensitif terhadap kanamycin antara lain : E. Coli, Proteus sp., Enterobacter
aerogenes. Ceftriaxone adalah golongan antibiotik cephalosporin yang bersifat
bakteriosidal. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat
infeksi bakteri, seperti pneumonia, sepsis, infeksi kulit dan infeksi pada saluran
urinari (Ramsey, 2008).
Pemilihan diet pakan urinari sangat diperlukan pada kasus ini. Dimana
struvit dapat larut dengan pemberian diet yang mampu meningkatkan volume urin
dan menurunkan pH urin menjadi dibawah 6,3. Diet pakan yang diberikan harus
memiliki level Mg yang terkontrol. Diet pakan harus mengandung jumlah natrium

yang cukup untuk meningkatkan konsumsi air sehingga struvit dapat terbuang
melalui urin. Diet pakan yang diberikan harus dapat mencegah pembentukan
kalkuli sehingga peluang kasus ini berulang kembali dapat diminimalkan.

Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, X-ray dan Urinalisis didapatkan pada
kucing Maylow diagnosa Feline Lower Urinary Tract Disesase. Terapi yang
dilakukan pada kasus ini adalah dengan pemasangan kateter, terapi cairan dan
pemberian antibiotik.

Daftar pustaka
Anthony, W., R.P. Confer, J.N. Shelley. 2007. Urinary system. McGavin M.D and
J.F Zachary. Pathologic Basic Veterinary Disease 4th Ed. Mosby. China
Carlson, D. 2008. Feline Lower Urinary Tract Disease. Diakses melalui
http://www.medicinenet.com/pets/cathealth/feline_lower_urinary_tract_dis
ease.htm tanggal 03 April 2016.
Carlton W.W and M.D McGavin. 1995. Thomson's Special Veterinary Pathology.
St. Louis: Mosby-Year Book, Inc. Hlm 209-245.
Duncan, J.R dan K.W. Prasse. 2003. Veterinary Laboratory Medicine Clinical
Pathology. Iowa State Press. Ames.
Getty, R. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals, 5th edition. W. B.Saunders
Company. Philadelphia.
Hesse, A., and R. Neiger. 2010. A Color Handbook of Urinary Stones in Small
Animals Medicine. Manson Publishing. German.
Hillspet.

2016.

Pet

care

center,

Cat

urinary

tract

disease.

http://www.hillspet.com/HillsPetUS/v1/portal/en/us/catcare/healthcare/imag
es/img_illust_bladderStones_en.jpg. Diakses tanggal 04 April 2016.
Latimer, K.S. 2011. Duncan and Prasses veterinary laboratory medicine.
Clinical Pathology. 5th edition. Wiley-Blackwell. West Sussex.
Nelson, R.W. and C.G. Couto. 2003. Small Animal Internal Medicine 3rd Edition.
Mosby Inc. Missoury, London.
Pibo, P., V. Biourge, and D. Elliot. 2010. Encyclopedia of Feline Clinical Nutrition
Management of Feline Lower Urinary Tract Disease. Royal Canin. USA.
Ramsey, I. 2008. Small Animal Formulary 6th edition. British animal veterinary
association. England.
Salasia, S. I. O. dan B. Hariono. 2014. Patologi Klinik Veteriner, Kasus Patologi
Klinis. Samudra Biru. Yogyakarta.
Stockham, S.L. and M.A. Scott. 2002. Enzymes. In Fundamental of Veterniary
Clinical Pathology. Iowa. Blackweell Science Co.

Anda mungkin juga menyukai