JUDUL PROPOSAL
EFEKTIVITAS TERAPI ALTERNATIF PARE TERHADAP PENURUNAN
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
BIDANG KEGIATAN:
PKM-AI
Diusulkan Oleh:
Yuka Meidiana Puteri (2011102411018)
Nadia Putri Ananda (2011102411026)
Islahiyah Nida (2011102411066)
Muhamad Rio Aditya (2011102411008)
Windu Pahrian (2011102411191)
Abstrak:
Pare (Momordica charantia L) adalah terapi alternatif yang banyak
digunakan masyarakat Indonesia untuk menurunkan kadar glukosa dara pada
pasien diabetes mellitus. Buah pare dengan kandungan charantin yang
menstimulasi (merangsang) sel-sel Beta pula langerhans, polipeptida-p yang
merupakan polipeptida mirip insulin, dan glikosida yang mampu meningkatkan
tekanan otot polos pada dinding usus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas jus pare terhadap penurunan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus. Metode penelitian menggunakan eksperimental dengan
rancangan penelitian Randomized Post Test Control Group Design dengan
binatang coba sebagai objek penelitian adalah tikus wistar berusia 3-4 bulan
dengan berat 200-250 gram sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi lima kelompok.
Data diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah pada menit ke 0, 30, 60, 90,
120 setelah dberi beban glukosa dengan menggunakan glukometer One Touch®
Ultra TM . Data diolah menggunakan SPSS for Windows Release 15.0. Hasil
penelitian ini merekomendasikan konsumsi jus pare pada penderita diabetes
mellitus untuk menurunkan kadar gula darah.
Kata kunci: buah pare, diabetes mellitus, gula darah
Abstract:
Pare (Momordica charantia L) is an alternative therapy that is widely used
by Indonesian people to reduce glucose levels in diabetes mellitus patients. Pare
fruit contains charantin which stimulates (stimulates) Beta cells as well as
Langerhans, p-polypeptides which are insulin-like polypeptides, and glycosides
which can increase smooth muscle pressure on the intestinal wall. The purpose of
this study was to determine the effectiveness of bitter melon juice in reducing
blood sugar levels in diabetes mellitus sufferers. The research method used
experimental research design with Randomized Post Test Control Group Design
with 25 rats divided into five groups, 3-4 months old with a weight of 200-250
grams. Data obtained from examination of blood sugar levels at 0, 30, 60, 90, 120
minutes after being given a glucose load using a One Touch® Ultra TM
glucometer. Data were processed using SPSS for Windows Release 15.0. The
results of this study, consumption of bitter melon juice in diabetes mellitus
sufferers to reduce blood sugar levels.
Keywords: bitter melon, diabetes mellitus, blood sugar
Pendahuluan
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis, yang terjadi apabila pankreas
tidak menghasilkan insulin yang adekuat, atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang diproduksinya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan
istilah hiperglikemia (WHO, 2014).
Kunci pengobatan Diabetes Mellitus adalah dengan mengendalikan jumlah
gula darah. Dari penelitian yang dilakukan beberapa tumbuhan terbukti efektif
menurunkan dan mengendalikan kadar gula darah seperti kunyit, jahe, kayu manis,
bawang merah, jintan hitam, lidah buaya, dan buah pare ( Hastono, 2016 ). Dari
studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Panyabungan Jae ditemukan
penderita Diabetes melitus sebanyak 24 orang dan yang rutin melakukan
pemeriksaan ke pelayanan kesehatan hanya 30% saja. Dari 24 penderita peneliti
melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu pada 6 orang, didapatkan kadar
gula darah antara 210 mg/dl sampai 300 mg/dl, dan sudah mengkonsumsi obat
diabetes jenis metformin Hcl dan glibenklamid. Para penderita Diabetes Mellitus
ini belum pernah mencoba jus pare sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan
kadar gula darah, dan mereka mengaku tidak tahu akan hal itu. Berdasarkan
fenomena tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah terdapat
efektifitas antara jus pare dengan penurunan kadar gula darah penderita Diabetes
mellitus di Desa Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektifitas jus pare terhadap penurunan kadar gula
darah penderita Diabetes mellitus di desa Panyabungan Jae.
Penyakit diabetes melitus saat ini hampir merambah seluruh dunia, tidak
hanya Negara-negara maju saja yang terserang dengan penyakit ini, akan tetapi
negara-negara berkembang pun sekarang nampaknya sudah mulai memiliki
probilitas terserang penyakit ini, menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keenam dunia sebagai Negara dengan jumlah
penderita DM terbanyak setelah India, China, Uni Soviyet, Jepang dan Brasil.
Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 5 juta, Pada
tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita
diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 %
yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang
berobat teratur.
Kandungan dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah
adalah charantin, dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang
memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua
dan banyak dipakai). Manfaat dari charantin ini adalah menstimulasi sel beta
kelenjar pancreas tubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan
deposit cadangan gula glycogen di hati. Efek pare dalam menurunkan gula darah
pada tikus diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin, sedangkan
polypeptide-P insulin menurunkan kadar glukosa darah secara langsung.
Tujuan
Mengetahui efektifitas jus pare terhadap penurunan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, dan desain penelitian
yang dilakukan adalah quasy experiment (eksperimen semu). Tehknik sampling
dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi menjadi
sampel yakni 42 orang. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat
pengukur gula darah yang dilakukan dengan cara, pengukuran gula darah ad
random yaitu pengukuran tanpa mengambil kira waktu makan terakhir. Analisa
data yang dilakukan ada dua yaitu analisa univariat dilakukan untuk
mengidentifikasi variabel karakteristik responden. Semua data tersebut disusun
menggunakan distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti, dan analisa
bivariat. Sebelum dilakukan analisa bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan uji shapiro wilk. Analisa bivariat yang
dilakukan adalah uji t dependent dan uji t independent.
Hasil Penelitian
Analisis univariat Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentese responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, pola makan dan faktor keturunan ( N = 42 )
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia 1. 26-35 tahun 1 2,4
2. 36-45 tahun 16 38,1
3. 46-55 tahun 24 57,1
4. 56-65 tahun 1 2,4
Jenis kelamin
1. Laki-laki 19 45,2
2. Perempuan 23 54,8
Pola makan
1. Baik 25 59,5
2. Buruk 17 40,5
Faktor keturunan
1. Ya 24 57,1
2. Tidak 18 42,9
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada
pada interval usia 56-65 tahun yaitu sebanyak 24 responden (57,1%), dan
responden paling sedikit berada pada interval umur 36-45 tahun dan >65 tahun
yaitu masing-masing 1 responden (2,4%). Responden paling banyak berjenis
kelamin perempuan yaitu 23 responden (54,8%), dan paling sedikit berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 responden (45,2%). Dari segi pola makan
responden terbanyak dengan pola makan baik yaitu sebanyak 25 responden
(59,5%), dan paling sedikit dengan pola makan buruk yaitu sebanyak 17 responden
(40,5%). Sedangkan dari segi faktor keturunan responden paling banyak yang
mempunyai penderita diabetes dalam keluarga yaitu sebanyak 24 responden
(57,1%), dan paling sedikit yang tidak mempunyai penderita diabetes dalam
keluarga yaitu sebanyak 18 responden (42,9%).
Analisa bivariat
Tabel 2 Perbedaan rata-rata kadar gula darah responden pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah intervensi (N = 21)
Variabel Mean p-value
Rata-rata kadar gula
darah responden
kelompok kontrol
1. Sebelum 252,81 0,490
2. Sesudah 259,48
Berdasarkan tabel 2 diatas, dari hasil uji statistik diperoleh rata-rata mean
kadar gula darah responden sebelum intervensi 252.81 dan sesudah intervensi
259.48. Nilai p-value = 0,490 pada alpha 5%.
Tabel 3 Perbedaan rata-rata kadar gula darah responden pada kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah intervensi (N = 21)
Berdasarkan tabel 3 diatas, dari hasil uji statistik diperoleh rata-rata mean
kadar gula darah responden sebelum intervensi 247.67 dan sesudah intervensi
172.14. Nilai p-value = 0,000 pada alpha 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pada kadar gula darah penderita diabetes sebelum dan
sesudah intervensi.
Tabel 4 Perbedaan rata-rata kadar gula darah responden sebelum dan sesudah
intervensi (N = 42)
Variabel Mean p-value
Rata-rata kadar gula
darah responden
sesudah intervensi
1.Eksperimen 172,14 0,000
2.Kontrol 259.48
Berdasarkan tabel 4 diatas, dari hasil uji statistik diperoleh rata-rata mean
kadar gula darah responden sesuadah intervensi pada kelompok eksperimen 172.14
dan kelompok kontrol 259.48, dan selisih dari kedua mean adalah 87.34. Nilai p-
value = 0,000 pada alpha 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada kadar gula darah penderita diabetes sesudah pemberian jus pare
pada kelompok eksperimen.
Pembahasan
Salah satu khasiat utama pare adalah menurunkan kadar gula darah. Dalam
sebuah studi yang melibatkan 24 orang dewasa pengidap diabetes, mereka wajib
mengkonsumsi 2.000 miligram pare selama tiga bulan. Hasilnya, terjadi penurunan
gula darah yang signifikan.
Penelitian lain membuktikan, 40 orang yang menderita diabetes berhasil
menurunkan kadar gula darah setelah mengkonsumsi jus pare sebanyak 2.000
miligram selama empat hari. Pare, baik dalam bentuk olahan buah, daun, maupun
air rebusan maupun jusnya mampu memperbaiki proses pencernaan gula dan
menghasilkan insulin, hormon pengatur kadar gula darah.
Selain mengontrol kadar gula darah, pare juga dianggap mampu
menghancurkan sel kanker. Sebuah riset dengan tabung reaksi menunjukkan
kemampuan pare dalam menghancurkan dan mencegah bertumbuhnya sel kanker
payudara. Studi ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak pare dalam jumlah
tertentu.
Sebelum dilakukan uji pengaruh pemberian decocta buah pare terhadap
penurunan kadar rata-rata glukosa darah, perlu dilakukan pembebanan glukosa
pada kontrol negative untuk melihat peningkatan kadar rata-rata glukosa darah.
Peningkatan kadar rata-rata glukosa darah pada kontrol negative terjadi 30 menit
setelah pembebanan glukosa. Hasil ini menunjukkan bahwa pembebanan glukosa
dengan dosis 1,35 gr/200grBB mampu menciptakan kondisi hiperglikemik dan
telah terjadi absorpsi glukosa di menit ke 30 pada hewan coba. Terjadi sedikit
penurunan kadar rata-rata glukosa di menit ke 60, 90, dan 120 pada kontrol
negatif. Hal ini menunjukkan telah terjadi eliminasi glukosa pada hewan coba
akibat pengaruh fisiologis. Dengan demikian hal tersebut di atas dapat dijadikan
sebagai dasar dalam uji penagruh decocta buah pare terhadap penurunan kadar
rata-rata glukosa darah selanjutnya.
Pada penentuan pengaruh decocta buah pare dengan dosis 2,5 ml/200grBB
pada hewan coba kelompok II terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa darah
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok II
dengan kontrol negatif pada menit ke 0. Pada menit ke 30 dan 60 , kadar rata-rata
glukosa darah kelompok II menunjukkan penurunan yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kelompok I, namun menurut hasil uji Tukey HSD antara
kelompok I yang merupakan kontrol negatif dan kelompok II tidak menunjukkan
perbedaan bermakna. Sedangkan kelompok I yang merupakan kontrol negatif dan
kelompok II menunjukkan perbedaan bermakna dengn nilai p 0,001 pada menit
ke 90 dan nilai p 0,000 pada menit ke 120. Hal ini menunjukkan bahwa decocta
buah pare sudah mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa
darah pada menit ke 90 dan 120.
Decocta buah pare dosis 5 ml/200grBB diberikan pada hewan coba
kelompok III. Pada awal pengukuran tidak menunjukkan perbedaan bermakna
antara kelompok III dengan kelompok I. Pada menit ke 30, kadar rata-rata glukosa
darah kelompok III menunjukkan perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan
kelompok I. Perbedaan penurunan kadar rata-rata glukosa darah yang bermakna
antara kelompok III dan kelompok I juga terlihat pada menit ke 60, 90, dan 120.
Pengaruh kenaikan dosis decocta buah pare terhadap penurunan kadar ratarata
glukosa tidak terlihat pada menit ke 30, 60, 90. Pengaruh kenaikan dosis
decocta buah pare baru terlihat pada menit ke 120. Hal ini mungkin disebabkan
oleh absorpsi decocta buah pare dengan dosis yang lebih tinggi lebih sulit karena
kepekatan makin tinggi, sehingga kadar farmasetis decocta buah pare dengan
dosis yang lebih tinggi menjadi lebih lambat.
Pengaruh waktu terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa darah pada
pemberian decocta buah pare menunjukkan penurunan kadar rata-rata glukosa
darah mulai menit ke 30 sampai 120. Ini menunjukkan bahwa efek decocta buah
pare mempunyai durasi yang cukup baik.
Dari ketiga tingkatan dosis di atas, efek anti diabetnya masih kurang bila
dibandingkan dengan kontrol positif yang hewan cobanya diberikan obat anti
diabetik standard Glibenklamid. Hal ini bisa diperbaiki dengan cara menambah
dosis decocta buah pare atau mengubah formulasinya.
Kesimpulan
Buah pare sangat bermanfaat bagi kesehatan. Buah pare dapat dijadikan
sebagai obat dari berbagai penyakit, seperti cacingan, luka, abses, penyakit hati
(liver), demam, bisul, terlambat haid, sembelit, sifilis, kencing nanah (gonore),
serta menambah selera makan, melancarkan pengeluaran ASI, dan menyuburkan
rambut pada anak balita. Pare juga bisa digunakan sebagai obat penyakit diabetes
melitus dan mencegah virus HIV/AIDS.
Saran
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dilaksanakan sebagai alternatif
menurunkan kadar gula darah selain dari obat farmakologik.
DAFTAR PUSTKA
Khasiat Buah Pare sebagai obat herbal Diabetes Available from URL :
http://kiathidupsehat.com/tag/diabetes-mellitus/
Kemenkes. (2013). Diabetes melitus. Diperoleh tanggal 23 Juni 2018 dari
depkes.go.id.
Koneri. (2014). Terapi Herbal untuk Berbagai Penyakit. Jakarta: Rineka Cipta.
Trisnawati. (2013). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tife II. Diperoleh.
Tanggal 23 Juni 2018 dari Lib. Unses.ac.id.
Bailey, C. J., Flatt, P. R., Day, C., 1990. Hypoglycaemic compounds from plants.
NewAntidiabetic Drugs. Nishimura Ltd, Japan, 267–278.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
Samarinda ,16 Februari 2021
Ketua/Anggota Tim
Tanda Tangan
(Yuka Meidiana Puteri)
A. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
Samarinda,16 Februari 2021
Ketua/Anggota
Tanda Tangan
(Nadia Putri Ananda)
A. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
Samarinda,16 Februari 2021
Ketua/Anggota
Tanda Tangan
(Islahiyah Nida)
A. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
Samarinda,16 Februari 2021
Ketua/Anggota Tim
Tanda Tangan
(Muhamad Rio Aditya)
B. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
Samarinda,16 Februari 2021
Ketua/Anggota Tim
Tanda Tangan
(Windu Pahrian)
A. Identitas Diri
B. RiwayatPendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Universitas Universitas Gajah Mada
Tinggi Indonesia
Gelar S. Kp MPH
Tahun masuk-lulus 1998-2001 2013-2015
Bidang studi Ilmu Keperawatan Ilmu Kesehatan
Masyarakat
C2. Penelitian
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-AI
Mengetahui,
Wakil/Pembantu Dekan atau
Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa