Anda di halaman 1dari 4

MAKLUMAT TUNTASKAN REFORMASI

Reformasi saat ini belum berumur 21 tahun, sayangnya upaya perubahan bangsa kepada
kemajuan justru menemui kemunduran telak akibat beragam kebijakan yang mengkorup agenda-
agenda Reformasi. Tidak hanya itu, beragam kebijakan yang disusun oleh Pemerintah dan
Dewan Perwakilan Rakyat, semakin bertentangan dengan pokok-pokok reformasi sebagaimana
diamanatkan dalam TAP MPR No.X Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi
Pembangunan Dalam Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Negara.

Kami menilai bahwa Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak belajar dari
beragam kesalahan yang dilakukan oleh Rezim Orde Baru. Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat justru membuai serangkaian kebijakan yang mendoeong negara pada sistem
pemerintahan yang korup, otoriter, dan menciptakan ekonomi yang eksploitatif. Atas dasar itu,
kami turun kejalan untuk menyampaikan beragam tuntutan yang menjadi keresahan bersama
Rakyat Indonesia;

1. Merestorasi Upaya Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

TAP MPR No.X Tahun 1998 secara tegas menyatakan bahwa praktek-praktek korupsi,
kolusi dan Nepotisme merupakan masalah yang terjadi dalam era Orde Baru hukum.
Menyiapkan sarana dan prasarana serta program aksi bagi tumbuhnya suasana yang sehat bebas
Korupsi Kolusi dan Nepotisme merupakan agenda yang diamanatkan oleh Reformasi. Upaya
bangsa dalam menghapuskan Korupsi Kolusi dan Nepotisme sempat menemui beragam
kemajuan lewat reformasi birokrasi, pengesahan Undang-Undang Tipikor, dan pembentukan
Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sayangnya, pada 2019 beragam kemajuan yang telah diupayakan dalam pemberantasan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menghadapi pukulan besar yang. Beragam pembentukan regulasi
dan kebijakan termasuk Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, RUU KUHP,
Undang-Undang Pemsyarakatan, dan pemilihan Pimpinan KPK yang bermasalah. Bahwa
ancaman terhadap upaya pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme telah dilakukan secara
sistematis melalui pelemahan kewenangan dan independensi KPK dalam memberantas Korupsi
Kolusi dan Nepotisem, pelemahan ancaman pidana, pelemahan sanksi terhadap koruptor, dan
merusak KPK dengan pemilihan orang-orang bermasalah didalamnya.
Maka kami memohon Presiden dan Dewan perwakilan Rakyat untuk melakukan hal-hal
berikut:

a. Mencabut Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan


menerbitkan Perppu yang mencabut Undang-Undang KPK dan disetujui oleh
DPR.
b. Mencabut Revisi Undang-Undang Pemasyarakatan yang memberikan kenikmatan
bagi Koruptor.
c. Membatalkan pengangkatan seluruh Capim Komisi Pemberantasan Korupsi
terpilih.
d. Menunda pengesahan dan mengeluarkan seluruh ketentuan mengenai korupsi dari
RUU KUHP.

2. Merestorasi Demokrasi, Hak Rakyat Untuk Berpendapat, Penghormatan


Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia, dan Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Pengambilan Kebijakan

Pembuatan undang-ndang politik yang sesuai dan mendukung demokratisasi, menegakan


kedaulatan rakyat merupakan agenda reformasi yang semakin terancam pelaksanaannya. Tercatat
beragam peraturan perundang-undangan maupun tindakan aparatur negara yang bertentangan
dengan demokratisasi berupaaya maupun telah disahkan oleh Pemerintah dan DPR. Sebut saja
Undang-Undang MD3 yang telah dibatalkan Mahkamah Konstitusi, RUU KUHP, dan Pasal-
Pasal Karet dalam Undang-Undang ITE. Selain itu tindakan kongkrit seperti pembubaran
demonstrasi, brutalitas aparat, perampasan buku, dan diskusi baik oleh aparatur negara maupun
organisasi masyarakat yang dibiarkan oleh negara semakin mencuat dalam beberapa tahun
kebelakangan.

Maka kami meminta Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan hal-hal
berikut:

a. Mencabut draf RKUHP dan melakukan kajian dan partisipasi publik kembali
dalam penyusunan draf secara komperhensif sebelum melakukan pembahasan di
dewan perwakilan rakyat.
b. Mencabut pasal-pasal karet dalam Undang-Undang ITE maupun peraturan
perundang-undangan lainnya.
c. Mendisiplinkan aparat negara dalam berhadapan dengan rakyat untuk menjamin
kebebasan berpendapat demi iklim demokrasi yang sehat.

3. Merestorasi Perlindungan Sumber Daya Alam, Pelaksanaan Reforma


Agraria dan Tenaga Kerja dari Ekonomi yang Eksploitatif

Kebijakan ekonomi yang eksploitatif dan tidak berbasis pada ekonomi rakyat semakin
terlembaga dalam berbagai kebijakan. Gagalnya pemerintah dan pemerintah daerah dalam
melakukan pengawasan dan penegakan hukum dalam kegiatan usaha eksplotiatif seperti tambang
dan perkebunan telah menciptakan dampak ekologis masif tidak hanya bagi generasi saat ini
namun juga generasi di masa yang akan datang. Dari aspek pembentukan peraturan perundang-
undangan PP No.24 Tahun 2018 semakin memperburuk perlindungan lingkungan hidup dengan
menggerus keberlakukan Amdal.

Kebijakan yang telah buruk semakin diperparah dengan RUU Sumber Daya Air yang
dinilai berpotensi memonopoli akses terhadap air, RUU Pertanahan yang juga semakin
mendorong monopoli kepemilikan tanah, dan wacana revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan
yang dinilai tidak melibatkan buruh.

Maka kami meminta Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan hal-hal
berikut:

a. Melaksanakan reforma agraria sejati


b. Mencabut Undang-Undang Sumber Daya Air yang menghalangi akses rakyat
terhadap air.
c. Menolak RUU Minerba yang berpotensi mengkriminalisasi rakyat yang dalam
konflik pertambangan
d. Menolak RUU Pertanahan yang berpotensi memperparah ketimpangan kepemilikan
tanah.
e. Mencabut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018, dan dengan serius melakukan
pengawasan terhadap kegiatan usaha yang berdampak penting bagi lingkungan.
4. Merestorasi Kesatuan Bangsa Dengan Penghapusan Diskriminasi Antar
Etnis, Penghapusan Kesenjangan Ekonomi, dan Perlindungan Bagi
Perempuan

Perlindungan terhadap perempuan merupakan hal yang sangat penting yang perlu diatur
dan diimplementasikan oleh negara. Beragam kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap
perempuan sepatutnya menjadi pertimbangan bagi Pemerintah dan DPR untuk secara serius
menyusun dan mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Disamping itu, pemerataan
pembangunan, penghapusan diskriminasi dan jaminan akses atas sumber daya alam bagi rakyat
di daerah terluar Indonesia termasuk Papua sepatutnya menjadi agenda yang dilaksanakan secara
serius oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Maka kami meminta Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan hal-hal
berikut:

a. Secara serius mengupayakan penghapusan diskriminasi terhadap seluruh etnis di


Indonesia dan menjamin dilaksanakannya otonomi daerah yang menyejahterakan dan
menjamin akses ekonomi bagi rakyat.

Dengan ini kami juga memperingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
keadaan bahaya karena kebijakan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat menghilangkan
kepercayaan rakyatnya, bahwa ketika hal tersebut terus berlanjut dikhawatirkan akan munculnya
gelombang civil disobedience yang masif. Dengan ini juga kami mengingatkan Pemerintah dan
Dewan Perwakilan rakyat untuk ditak mengkorup reformasi dan mengembalikan kultur Orde
Baru dalam penyusunan kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai