Anda di halaman 1dari 6

TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT MATA


MENGGUNAKAN NAÏVEBAYES CLASSIFIER

Wahyudi Setiawan1 Sofie Ratnasari2


wsetiawan.ok@gmail.com sakura.caoran@gmail.com
Universitas Trunojoyo Madura Universitas Trunojoyo Madura

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit mata. Data
yang digunakan untuk penelitian terdiri dari 52 gejala dan 15 penyakit mata. Sistem pakar yang
dibangun menggunakan metodeNaïveBayes Classifier. Terdapat dua tahapan kerja dari aplikasi ini.
Pertama, sistem meminta pasien untuk menginputkan gejala-gejala yang dialami.Kedua, sistem
akan secara otomatis menampilkan hasil diagnosis dari penyakit mata yang diderita oleh pasien
melalui perhitungan Naïve Bayes Classifier. Hasil diagnosis sistem selanjutnya dibandingkan
dengan hasil diagnosis dari pakar sebenarnya. Ujicoba sistem menggunakan data sebanyak 12
pasien penyakit mata. Dari hasil percobaan, prosentase kesesuaian diagnosis sebesar 83%.

Kata Kunci: Sistem pakar, penyakit mata, Naïve Bayes Classifier

I. Pendahuluan
II. Penelitian Sebelumnya
Penyakit mata merupakan penyakit dengan
jumlah penderita yang terus meningkat setiap Penelitian pertama yang menjadi sumber
tahunnya di Indonesia. Prevalensi angka rujukan yaitu expert system for early diagnosis
kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari of eye diases infecting the malaysian
jumlah penduduk. Penyebab utama dari kasus population. Data yang digunakan pada
kebutaan ini adalah katarak, kelainan kornea, penelitian ini adalah 5 penyakit mata. Penelitian
glaukoma, kelainan refraksi, kelainan retina dan ini menggunakan metode forward chaining
kelainan nutrisi [1]. untuk menghasilkan aplikasi yang dapat
Seiring dengan menurunnya kualitas dan memberikan diagnosis awal dari penyakit mata
gaya hidup seperti pola makan, olahraga, [2].
istirahat, bekerja, tingkat stres dan usia, jumlah Penelitian selanjutnya adalah Neural
individu dengan keluhan penyakit mata Network and Desicion Tree for eye diases
semakin bertambah. diagnosis. Data penelitian yang digunakan
Perbandingan jumlah penduduk dan tenaga adalah 13 penyakit mata dan 22 gejala, 50 data
medis yang jauh dari standar ideal pasien digunakan untuk pengujian. Data
menyebabkan masyarakat kurang memahami diambil dari Linsolar Eye Clinic dan Odadiki
penyakit yang diderita.Hal ini diperparah eye clinic, kota Port Harcourt di Nigeria.
dengan anggapan di tengah masyarakat bahwa Metode yang digunakan adalah
penyakit akan sembuh dengan sendirinya tanpa backpropagation. Hasil menunjukkan
melalui proses pengobatan dan perubahan gaya prosentase kesesuaian diagnosis adalah 92%[3]
hidup. Penelitian selanjutnya adalah expert system
Terbatasnya jumlah tenaga medis, dapat for self diagnosing of eye diases using Naïve
dibantu dengan keberadaan sebuah aplikasi Bayes. Penelitian ini menggunakan konsep
sistem pakar, tanpa bermaksud untuk Case Base Reasoning(CBR). Model
menggantikan pakar. Aplikasi sistem pakar CBRdigunakan untuk menyelesaikan masalah
telah menjadi hal yang lazim diterapkan dan melakukan generate hasil yang didasarkan
khususnya di bidang kedokteran. pada history diagnosis penyakit mata. Beberapa
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan proses dalam CBR diantaranya retrieve, reuse,
metode Naïve bayes classifier pada aplikasi revise danretain.Data pada penelitian ini
sistem pakar yang dapat mendiagnosis penyakit menggunakan 12 penyakit mata. Prosentase
mata. Dari data pasien, gejala-gejala penyakit kesesuaian antara diagnosis sistem pakar dan
mata diinputkan, sistem kemudian akan pakar sebenarnya (human expert) sebesar 82%
menampilkan hasil diagnosis penyakit. [4].

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

dimana :

III. Naïve Bayes = Probabilitas tertinggi.


( ) = Peluang jenis penyakit mata
Naïve Bayes Classifiermerupakan ke
pengklasifikasi probabilitas sederhana …. = Peluang atribut-atribut
berdasarkan pada teorema Bayes. Teorema (inputan)
Bayes dikombinasikan dengan “Naïve” yang Jika diketahui keadaan v
berarti setiap atribut/variabel bersifat bebas
( … . ) = Peluang atribut-atribut
(independent).Naïve Bayes Classifier dapat (inputan)
dilatih dengan efisien dalam pembelajaran
Karena nilai ( … . ) nilainya konstan
terawasi(supervised learning). Keuntungan
untuk semua sehingga persamaan ini dapat
dari klasifikasi adalah bahwa ia hanya
membutuhkan sejumlah kecil data pelatihan ditulis sebagai berikut:
untuk memperkirakan parameter (sarana dan = argmax ∈ ….
varians dari variabel) yang diperlukan untuk (4)
klasifikasi. Karena variabel independen dimana :
diasumsikan, hanya variasi dari variabel untuk = Probabilitas tertinggi.
masing-masing kelas harus ditentukan, bukan ( ) = Peluang jenis penyakit mata
seluruh matriks kovarians [5]. ke
Dalam prosesnya,Naïve Bayes Classifier …. = Peluang atribut-atribut
mengasumsikan bahwa ada atau tidaknya suatu
(inputan) jika diketahui keadaan v
fitur pada suatu kelas tidak berhubungan
Untuk
dengan ada atau tidaknya fitur lain dikelas yang
sama. menghitung …. ( )bisa jadi
Pada saat klasifikasi, pendekatan bayes semakin sulit karena jumlah gejala
akan menghasilkan label kategori yang paling …. ( ) bisa jadi sangat besar.
tinggi probabilitasnya ( ) dengan masukan Hal ini disebabkan jumlah gejala tersebut sama
atribut , , ,... . [6] dengan jumlah semua kombinasi gejala dikali
dengan jumlah kategori yang ada [6].
= argmax ∈ ( ….. )
(1) Perhitungan Naïve bayes classifier adalah :

dimana : = Probabilitas tertinggi. Menghitung P(ai|vj) dengan rumus :


….. = Atribut (Inputan)
P(ai|vj) = nc + m.p
(5)
n+m
Teorema Bayes Menyatakan :
dimana:
( | ) ( )
( | )= ( )
nc = jumlah record pada data learning
yang v = vj dan a = ai
(2) p = 1/ banyaknya jenis class / penyakit
m = jumlah parameter / gejala
dimana :
n = jumlah record pada data learning
yang v = vj / tiap class
( | ) = Peluang B jika diketahui keadaan
jenis penyakit mata A.
Persamaan (5) diselesaikan melalui perhitungan
( | ) = Peluang evidence A jika diketahui sebagai berikut :
hipotesis B
( ) = Probabilitas hipotesis B tanpa 1. Menentukan nilai nc untuk setiap class
memandang evidence apapun. 2. Menghitung nilai P (ai|vj) dan menghitung
( ) = Peluang evidence penyakit mata A. nilai P (vj)
Menggunakan teorema Bayes ini, persamaan
(1) ini dapat ditulis sebagai berikut: = argmax ∈ ∏ (a |v )
(6)
…. ( )
= argmax ∈ (3)
( …. )

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

dimana : P(a |v ) = Data didapatkan dari rumah sakit mata


Undaan, Surabaya. Jumlah penyakit mata terdiri
3. Menghitung P(ai|vj) x P(vj) untuk tiap v dari 15 jenis. Masing-masing jenis penyakit
4. Menentukan hasil klasifikasi yaitu v yang mata juga terdapat gejala-gejala yang
memiliki hasil perkalian yang terbesar. menyertainya. Jenis penyakit mata terdapat
pada Tabel 1, sedangkan gejala-gejala dari
penyakit mata terdapat pada Tabel 2.

IV. Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian yang digunakan adalah Tabel 1.Jenis penyakit mata


sebagai berikut : No Jenis Penyakit
1 Xerophtalmania
4.1 Identifikasi 2 Selulitis Orbitalitas
Identifikasi merupakan tahapan 3 Glaukoma
pendefinisian sistem, tujuan, perumusan 4 Dakriosistitis
masalah, sumber daya, data yang digunakan 5 Katarak
serta biaya untuk dapat membangun sistem. 6 Konjungtivitis
7 Retinitis Pigmentosa
4.2 Pengumpulan Data 8 Trakoma
Data yang digunakan untuk percobaan, 9 Oveitis
didapatkan dari pakar dan pasien penyakit mata. 10 Hordeolum
Data didapatkan melalui proses knowledge 11 Degenerasi Makula
acquisition diantaranya wawancara dengan 12 Ablasio Retina
pakar dan mendapatkan rekam medik pasien. 13 Pterygium
Data yang digunakan adalah 52 gejala, 15 14 Miopi
penyakit mata dan 12 data pasien. 15 Oftalmia Neonatorium
4.3 Pemilihan Metode
Naïve Bayes Classifier dipilih karena Tabel 2. Gejala-gejala penyakit mata
metode ini merupakan salah satu metode No Gejala
probabilitas statistik sederhana dan mudah 1 Mata nyeri hebat
diterapkan. 2 Mata menonjol
3 Penglihatan kabur
4.4 Rancang Bangun Sistem 4 Peka terhadap cahaya
Sistem dibangun denganuser friendly. 5 Mata merah
Seorang pengguna akan dengan mudah 6 Mata berair
mengoperasikan aplikasi yang dibuat, sehingga
7 Mata perih
pengguna relatif cepat dapat mengetahui hasil
8 Mata gatal
diagnosis penyakit mata.
9 Kelopak Mata membengkak
4.5 Ujicoba Sistem 10 Mata ungu
Pada tahapan ini, sistem yang sudah 11 Mata sakit
dibangun akan diujicobakan dengan 12 Air mata berlebihan
menginputkan gejala-gejala yang dialami 13 Mata tegang
pasien. Selanjutnya, sistem pakar akan 14 Mata meradang
menampilkan penyakit mata yang diderita 15 Mata kering
pasien. 16 Mata iritasi
Analisis hasil didapatkan dari 17 Mata nyeri bila ditekan
perbandingan antara hasil ujicoba sistem pakar 18 Demam
dengan hasil diagnosa pakar (human expert). 19 Menekan kedipan berlebihan
20 Sel batang retina sulit berdaptasi
V. Data dan Uji Coba diruang yang remang-remang
21 Pada siang hari penglihatan menurun
5.1 Data 22 Tidak dapat melihat pada lingkungan
yang kurang bercahaya

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

23 Pergerakan mata terbatas Retinitis 35,36,9


24 Mata tampak mengkilat Pigmentosa
25 Bola mata membengkak dan tampak Trakoma 37,9,38,39,40,41
berkabut Oveitis 14,6,4,42,43
26 Sumber cahaya akan berwarna pelangi Hordeolum 5,1,6,4
bila memandang lampu neon Degenerasi Makula 44,45,46
27 Penglihatan yang tadinya kabur lama- Ablasio Retina 47,48,3,13
kelamaan menjadi normal Pterygium 43,5,16,15,6,49,3
28 Malam hari kesulitan melihat Miopi 1,7,12,50
29 Siang hari ketajaman mata menurun Oftalmia 5,9,17,51,3
30 Mata silau akan cahaya Neonatorium
31 Sering ganti kacamata
32 Penglihatan ganda pada salah satu sisi
mata 5.2 Uji Coba
33 Lensa mata membengkak
34 Berbentuk keropeng pada kelopak Uji coba dilakukan dengan mendapatkan
mata ketika bangun pada siang hari data gejala 12 pasien penyakit mata. Data gejala
35 Penglihatan menurun pada ruang gelap pasien dibandingkan dengan data gejala yang
36 Penglihatan menurun pada malam hari menyebabkan penyakit mata tertentu.
37 Keluarnya cairan kotoran dari mata Contoh perhitungan dengan menggunakan
38 Berbaliknya bulu mata klasifikasi Naïve Bayes Classifier dapat
39 Pembengkakan kelenjar getah bening diterapkan pada pasien ke-1 mengalami gejala
didepan telinga nomor 1,4,5 dan 6.
40 Munculnya garis parutan pada kornea
Keterangan gejala :
41 Komplikasi pada,telinga,hidung dan
1. Mata nyeri hebat
tenggorokan
4. Peka terhadap cahaya
42 Mata mempersempit, perubahan
5. Mata merah
bentuk
6. Mata berair
43 Benjolan pada mata bagian atas atau
bawah
Langkah-langkah perhitungan Naïve Bayes
44 Gangguan penglihatan pada salah satu
Classifier sebagai berikut
mata
45 Garis mata lurus terlihat bergelombang
1. Menentukan nilai nc untuk setiap class
46 Mata tidak nyeri
47 Mata melihat melayang-layang Penyakit mata ke1 : Xerophthalmania
48 Mata melihat kilatan cahaya
49 Seperti ada benda asing di mata n=1
50 Sakit kepala p = 1/15 = 0.06666667
51 Riwayat penyakit menular seksual m = 52
pada ibu 1. nc = 0
4.nc = 0
52 Mata membengkak
5.nc = 0
6.nc = 0
Penyakit mata memiliki gejala-gejala masing-
Penyakit mata ke-2.Selulitis orbitalitas
masing. Penyakit dan gejala-gejalanya
n=1
ditunjukkan pada Tabel 3.
p = 1/15 = 0.06666667
m = 52
Tabel 3. Penyakit mata dan gejalanya
1. nc = 1
Penyakit mata Gejala no- 4.nc = 0
Xerophtalmania 20,21,22 5.nc = 1
Selulitis Orbitalitas 1,2,23,9,24,5,10,18,25 6.nc = 0
Glaukoma 26,11,52,27,19
Dakriosistitis 12,1, 52 Penyakit mata ke-3 Glaukoma
Katarak 28,21,30,31,32,1,33
n=1
Konjungtivitis 6,1,8,3,4,34
p = 1/15 = 0.06666667

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

m = 52 Penyakit mata ke-1, xerophthalmania


1. nc = 0
4.nc = 0 P(X) x [ P(1|X) x P(4|X) x P(5|X) x P(6|X)]
5.nc = 0
6. nc =0 = 0.06666667 x 0.0654088083018868x
dan seterusnya hingga penyakit mata ke 15. 0.0654088083018868x 0.0654088083018868x
0.0654088083018868
2. Menghitung nilai P (ai|vj) dan menghitung = 5.32106677238809e-9
nilai P (vj)
Penyakit mata ke-2, selulitis orbitalitas
Penyakit mata ke-1. Xerophthalmania
P(1|X) = 0 + 52 x 0.06666667 = P(SO) x [ P(1|SO) x P(4|SO) x P(5|SO) x
0.0654088083018868 P(6|SO)]
1 + 52 = 0.06666667 x 0.06666667 x
P(4|X) = 0 + 52 x 0.06666667 =
0.0654088083018868 0.0654088083018868 x0.06666667 x
1 + 52 0.0654088083018868
P(5|X) = 0 + 52 x 0.6666667 = = 1.267648250435508e-6
0.0654088083018868
1 + 52 Penyakit mata ke-3, glaukoma
P(6|X) = 0 + 52 x 0.6666667 =
P(G) x [ P(1|G) x P(2|G) x P(4|G) x P(5|G) x
0.0654088083018868
1 + 52 P(6|G) ]
P(X) = 1/15 = 0.06666667
= 0.06666667 x 0.0654088083018868x
0.0654088083018868x 0.0654088083018868x
Penyakit mata ke-2.Selulitis orbitalitas 0.0654088083018868
P(1|SO) = 1 + 52 x 0.06666667 = 0.06666667 = 5.32106677238809e-9
1 + 52
P(4|SO) = 0 + 52 x 0.06666667 = dan seterusnya hingga penyakit mata ke 15.
0.0654088083018868
1 + 52 4. Menentukan hasil klasifikasi yaitu v yang
P(5|SO) = 1 + 52 x 0.6666667 = 0.06666667
1 + 52
memiliki hasil perkalian yang terbesar.
P(6|SO) = 0 + 52 x 0.6666667 = Hasil v yang memiliki perkalian terbesar
0.0654088083018868 didapatkan pada Tabel 4.
1 + 52
Tabel 4. Perbandingan nilai v hasil
P(SO) = 1/15 = 0.06666667 klasifikasi
Penyakit Nilai v
Penyakit mata ke-3 Glaukoma Xerophtalmania 5.32106677238809e-9
P(1|G) = 0 + 52 x Selulitis Orbitalitas 1.267648250435508e-
0.06666667=0.06540880830188 6
681 + 52 Glaukoma 5.32106677238809e-9
P(4|G) = 0 + 52 x 0.06666667 = Dakriosistitis 1.243730358917857e-
0.0654088083018868 6
1 + 52
Katarak 1.243730358917857e-
P(5|G) = 0 + 52 x 0.6666667 =
0.0654088083018868
6
1 + 52 Konjungtivitis 1.292026101405421e-
P(6|G) = 0 + 52 x 0.6666667 = 6
0.0654088083018868 Retinitis Pigmentosa 5.32106677238809e-9
1 + 52 Trakoma 5.32106677238809e-9
P(G) = 1/15 = 0.06666667 Oveitis 1.267648250435508e-
6
Hordeolum 1.316872757201679e-
dan seterusnya hingga penyakit mata ke 15
6
Degenerasi Makula 5.32106677238809e-9
3. Menghitung P(ai|vj) x P(vj) untuk tiap v
Ablasio Retina 5.32106677238809e-9

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TINF-004 ISSN : 2407 - 1846

Pterygium 1.267648250435508e- VII. Referensi


6
Miopi 1.243730358917857e- [1] Ilyas, S. 2006. Ilmu Penyakit Mata Edisi
6 Kedua. Balai penerbit FKUI. Jakarta
Oftalmia 1.243730358917857e-
Neonatorium 6 [2] Ibrahim, F., Ali, JB., Jaais, F., Taib, MN.
2001, Expert System For Early Diagnosis
Karena nilai 1.316872757201679e-6paling Of Eye Diases Infecting The Malaysian
besar, maka contoh kasus pasien ke-1 Population.IEEE Catalogue No 01 CH
diklasifikasikan sebagai penyakit Hordeolum. 37239.pp 430 – 432
[3] Kabari, LG and Nwachukwu, EO. 2012,
Neural Networks and Decision Trees For
5.3 Hasil Ujicoba Eye Diseases
Diagnosis,http://dx.doi.org/10.5772/51380,
Hasil uji coba sistem pakar dibandingkan diakses tanggal 20 Agustus 2014
dengan hasil diagnosis dari pakar sebenarnya. [4]Kurniawan, R., Yanti, N., Nazri, MZA.,
Perbandingan hasil diagnosis sistem pakar dan Zulvandri, Z., 2014. Expert System for
pakar sebenarnya (human expert) ditunjukkan Self Diagnosing of Eye Diases using Naïve
pada Tabel 5. Bayes. IEEE International Conference on
Advanced Informatics: Concept Theory
Tabel 5. Perbandingan hasil diagnosis antara and Application. pp 126-129
sistem pakar dan pakar sebenarnya. [5]Zhang, H. The Optimality of Naïve Bayes.
Pasien Diagnosis sistem Diagnosis FLAIRS2004 conference, 2014. http:/ /
ke- pakar pakar www. cs. unb. ca/ profs/
1 Hordeolum Hordeolum hzhang/publications/ FLAIRS04ZhangH.
2 Glaukoma Glaukoma Pdf. Diakses tanggal 20 Agustus 2014
3 Tidak dapat Konjungtivitis [6]Aribowo, T. 2009. Aplikasi Inferensi Bayes
ditentukan pada Data Mining terutama Pattern
4 Xerophtalmania Xerophtalmania Recognition,. Skripsi. Departemen Teknik
5 Hordeolum Konjungtivitis Informatika, Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
6 Uveitis Uveitis
7 Miopia Miopia
8 Trakoma Trakoma
9 Ablasio Retina Ablasio Retina
10 Retinitis pigmentosa Retinitis
pigmentosa
11 Katarak Katarak
12 Pterygium Pterygium

VI. Kesimpulan dan Saran


1. Sistem mampu mendiagnosis dengan tepat
sesuai pendapat pakar sebenarnya sebesar
83% dari 12 data pasien.
2. Terdapat pasien dengan penyakit mata
yang tidak dapat ditentukan dari sistem
pakar, hal ini disebabkan nilai hasil
klasifikasi v yang sama besarnya diantara
beberapa jenis penyakit mata.
3. Sistem membutuhkan data pasien yang
lebih besar untuk membandingkan dengan
hasil pada penelitian ini, guna mengetahui
tingkat kehandalan sistem pakar.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014

Anda mungkin juga menyukai