Anda di halaman 1dari 11

HUMANIORA

VOLUME 15 No. 2 Oktober 2003 Halaman 265 - 275


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

PENELITIAN BERWAWASAN GENDER


DALAM ILMU SOSIAL
Irwan Abdullah*

1. Pengantar Lebih khusus lagi unsur-unsur tersebut dapat


dirinci menjadi, misalnya, pendidikan, peker-
alimat-kalimat di atas sering kali di- jaan, keanggotaan partai, dan lingkungan
ucapkan sebagai bagian dari proses tempat tinggal.
konstruksi realitas gender. Sebagai Kedua, realitas hidup kaum perempuan
sebuah proses sosial, konstruksi realitas itu tersusun dari unsur yang berlapis-lapis yang
bertumpu pada istilah dan nilai yang dibawa menyebabkan usaha penelitian menjadi
oleh sebuah bahasa yang digunakan untuk usaha mengupas lapis demi lapis unsur
menjadi kekuatan dalam pencitraan. Proses untuk menemukan realitas tersebut. Lapis-
itu juga menunjuk kepada faktor sejarah yang lapis ini telah menyebabkan realitas hidup
di dalamnya terkandung pengertian bahwa kaum perempuan tidak ubahnya suatu
konstruksi realitas perempuan memiliki akar misteri yang perlu diungkapkan dengan
dan tahapan-tahapan yang kompleks. membuka lapis demi lapis sebelum ditemu-
Kompleksitas realitas kehidupan kaum kan apa, siapa, dan bagaimana sesungguh-
perempuan dapat ditinjau dari dua sudut. nya kaum perempuan itu. Susunan yang
Pertama, realitas itu tersusun dari unsur- berlapis-lapis ini terutama disebabkan oleh
unsur yang begitu luas yang menyebabkan proses sejarah. Misalnya, pada lapis
pemahaman dan penelitian terhadap realitas ekonomi, harus dilihat apakah ketimpangan
itu harus mengindentifikasikan unsur-unsur gender tersusun atas dasar pembagian kerja
tersebut dan melihat kaitan antarunsur yang pertanian yang berkaitan dengan sumber
terdapat dalam susunan itu. Tanpa usaha daya ekonomi yang dimiliki masyarakat dan
yang sistematis untuk memilah-milah dan dipengaruhi oleh kesempatan kerja yang
menghubung-hubungkan unsur-unsur yang dimiliki suatu rumah tangga. Lapis-lapis ini
menyusun realitas, tidak akan diperoleh dibuka satu per satu untuk mengetahui
suatu pemahaman yang dalam tentang apa, hakikat realitas dan hubungan gender.
siapa, dan bagaimana kaum perempuan itu. Pemahaman suatu realitas sangat perlu
Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa unsur- dilakukan dengan tepat karena kedua
unsur penyusun realitas itu berupa agama, penjelasan di atas dapat menegaskan
budaya, ekonomi, politik, atau lingkungan rumitnya usaha mengetahui apa, siapa, dan
fisik suatu tempat. Dalam kenyataannya, bagaimana realitas itu sesungguhnya. Untuk
unsur-unsur tersebut tidak dapat diabaikan. memahami perempuan, dapat dilakukan
Ketimpangan gender, misalnya, dapat analisis "simbol-simbol" yang mengkomuni-
berkaitan dengan "budaya" dan "ekonomi". kasikan makna yang sesungguhnya tentang
Keluarga dari kebudayaan yang sama di desa seseorang atau sesuatu (Geertz, 1973:89).
yang sama memperlihatkan pola hubungan Identifikasi simbol dan pembacaan makna
laki-laki dan perempuan yang berbeda karena simbol secara tepat akan membawa pada
kemampuan ekonomi keluarga itu berbeda. pemahaman yang mendalam tentang

* Doctor, Staf Pengajar Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 265


Irwan Abdullah

perempuan. Kompleksitas realitas perem- sesungguhnya menunjuk kepada persoalan


puan sesungguhnya dapat digambarkan subjektivitas yang merupakan isu yang
analoginya seperti yang ditulis Ignas Kleden sangat mendasar karena kebanyakan studi
sebagai berikut. mempersoalkan objektivitas dengan meng-
"... apakah sebuah kedipan mata gunakan ukuran-ukuran formal dalam
hanyalah gerak kelopak mata yang penelitian dan analisis. Kecenderungan ini
mekanis, atau sebuah sinyal yang membutuhkan perluasan kajian gender dalam
diberikan, atau parodi untuk sinyal yang ilmu sosial yang menyangkut tidak hanya
gagal, atau latihan untuk sebuah parodi. sosiologi dan antropologi, tetapi juga studi
Jadi si A yang mendengarkan ceramah si politik, linguistik, ekonomi, dan hukum.
B, dan kemudian tidak setuju atau tidak Tulisan ini berusaha menunjukkan kecende-
senang dengan isi ceramah, memberikan rungan dalam perluasan kajian gender di satu
kode dengan kedipan mata kepada si C sisi dan persoalan-persoalan yang dihadapi
tentang reaksinya kepada isi ceramah. dalam penelitian gender di lain sisi. Pada
Selanjutnya, si D yang melihat kedipan bagian berikut ini, dipaparkan pendefinisian
mata B untuk C, merasa kode atau sinyal yang menjadi dasar dari diskusi gender dalam
itu sama sekali tidak meyakinkan sebagai banyak penelitian.
kode. Untuk menyatakan bahwa kedipan
si B adalah kode yang gagal, dia 2. Konseptualisasi Gender:
kemudian membuat sebuah kedipan lain Pendekatan Konstruksi Sosial
sebagai parodi. Si E yang melihat kedipan
si D kemudian mencoba mengikuti Gender diartikan sebagai konstruksi
kelakuan D dengan melakukan kedipan sosiokultural yang membedakan karakteristik
juga, tetapi sebagai latihan untuk sebuah maskulin dan feminin. Gender berbeda
kode parodi dan begitu seterusnya " (1998: dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan
100-111). perempuan yang bersifat biologis (Moore,
1988, 1994:10). Walaupun jenis kelamin laki
Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah laki sering berkaitan erat dengan gender
deskripsi mendalam seperti yang ditunjukkan maskulin dan jenis kelamin perempuan
Geertz (1973) dapat dilakukan. Realitas berhubungan dengan gender feminin, kaitan
perempuan dapat diumpamakan sebagai antara jenis kelamin dengan gender bukanlah
kedipan mata yang pemaknaannya sangat merupakan korelasi absolut (Mosse, 1996).
membutuhkan kecermatan dalam usaha Hal ini disebabkan yang dianggap maskulin
mendapatkan hasil penelitian yang men- dalam suatu kebudayaan dapat dianggap
dalam. Untuk lebih jelas, perlu dilihat apa feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain,
sesungguhnya yang menjadi tugas seorang kategori maskulin atau feminin itu bergantung
peneliti studi perempuan. Tugas peneliti pada konteks sosial budaya setempat. Gen-
perempuan tidak lain adalah sebagai berikut. der membagi atribut dan pekerjaan menjadi
"… mengangkat pengalaman dan penge- maskulin dan feminin. Realitas sosial me-
tahuan perempuan yang tersembunyi nunjukkan bahwa pembagian peran ber-
dalam usaha menghilangkan ketak- dasarkan gender melahirkan suatu keadaan
tampakan mereka dalam hasil penelitian yang tidak seimbang saat perempuan
dan teori-teori ilmu sosial dan untuk menjadi tersubordinasi oleh laki laki. Hal ini
memperoleh paradigma feminis baru” yang disebut dengan ketimpangan gender.
(Saptari dan Holzner, 1997: 448). Analisis tentang gender dalam kegiatan
ekonomi, misalnya, tidak dapat dipisahkan
Pengalaman dan pengetahuan merupa- dari analisis tentang keluarga. Keluarga dan
kan dua substansi yang sangat penting ekonomi merupakan dua lembaga yang
dalam penelitian perempuan dan perlu saling berhubungan sekalipun tampaknya
didefinisikan secara seksama. Kedua hal ini keduanya terpisah satu sama lain (Ander-

266 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

sen, 1983; Humphrey, 1987). Menurut yang dimiliki. Menurut Kessler (1976:10),
Chafetz (1991), ketidakseimbangan berdasar- pembagian kerja secara seksual bersumber
kan gender (gender inequality) mengacu pada dari pengalaman awal manusia. Pada awal
ketidakseimbangan akses ke sumber- kehidupan manusia, berburu merupakan hal
sumber yang langka dalam masyarakat. yang sangat penting bagi kelangsungan
Ketidakseimbangan ini didasarkan pada hidup dan berburu hampir selalu dilakukan
keanggotaan kategori gender. Sumber oleh laki-laki. Perempuan dan anak-anak
sumber yang penting itu meliputi kekuasaan bergantung pada laki-laki untuk memperoleh
barang-barang material, jasa yang diberikan daging. Pengalaman awal laki-laki yang
orang lain, prestise, peranan yang menentu- berbeda dengan perempuan kemudian
kan, waktu yang leluasa, makanan dan melahirkan anggapan yang berbeda terhadap
perawatan medis, otonomi pribadi, kesempat- dua jenis kelamin ini.
an memperoleh pendidikan dan pelatihan, Beberapa ahli (Rosaldo, 1974:23;
serta kebebasan dari paksaan atau siksaan Ortner, 1974; MacCormack, 1980, seperti
fisik. Tampaknya kedua pendapat ini kurang dikutip Moore, 1994:10-11) mengatakan
memperhatikan aspek sosial budaya yang bahwa subordinasi perempuan itu tidak
mengkonstruksikan ketimpangan gender. hanya bersifat kultural, tetapi juga berakar
Ketimpangan gender di dalam keluarga serta pada pembagian kerja berdasarkan gender.
rendahnya otoritas perempuan dilihat pada Pembagian kerja ini bersumber pada asosiasi
sumber-sumber yang dianggap langka dan simbolis antara perempuan dengan alam (na-
tidak memperhatikan, misalnya, mengapa ture) dan laki laki dengan budaya (culture).
ketimpangan semacam ini terjadi dan mem- Perempuan dengan fungsi reproduksinya
bentuk suatu realitas sosial serta mengapa diasosiasikan dengan domestik dan laki laki
ketimpangan tersebut dilestarikan oleh di lingkungan publik akhirnya melahirkan
berbagai pihak. hubungan hubungan hierarkis, yakni laki-laki
Konstruksi sosial telah hadir untuk dianggap superior dan perempuan inferior.
menjelaskan kecenderungan tersebut Adaptasi awal ini banyak berkaitan dengan
dengan cara melihat realitas sebagai sesuatu aspek biologis terutama menyangkut
yang dibentuk secara sosial. Dalam hal ini, ketahanan tubuh manusia terhadap seleksi
konstruksionisme sosial menekankan alam. Proses eksternalisasi merupakan
tentang bagaimana realitas keadaan dan fakta antropologis yang mendasar dan ini
pengalaman mengenai sesuatu diketahui sangat mungkin berakar pada lembaga
dan diinterpretasikan melalui aktivitas sosial biologis manusia (Berger, 1994:5).
(Abdullah, 1995:23; Abdullah, 2001; Lorber Objektivasi adalah proses menjadikan
dan Farrell, 1991). Masyarakat adalah produk tatanan kehidupan yang dibangun oleh
manusia dan antara masyarakat dan manusia sebagai suatu realitas yang terpisah
manusia terjadi proses dialektika. Manusia, dengan subjektivitasnya. Dalam hal ini,
sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk terjadi proses ketika dunia intersubjektif
pencari makna, memperoleh makna kehi- dilembagakan atau mengalami proses
dupan dari proses dialektika yang melibatkan institusionalisasi. Proses-proses pembiasaan
tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, merupakan langkah awal dari pelembagaan
dan internalisasi (Berger dan Luckmann, atau proses pembudayaan. Tindakan-
1990:3-5). tindakan berpola yang sudah dijadikan
Eksternalisasi merupakan proses atau kebiasaan membentuk lembaga-lembaga
ekspresi diri manusia di dalam membangun yang merupakan milik bersama. Lembaga
tatanan kehidupan, atau dapat juga diartikan lembaga ini mengendalikan dan mengatur
sebagai proses penyesuaian diri manusia perilaku individu (Berger dan Luckmann,
dengan lingkungannya. Sebagai konstruksi 1990:75-78). Nilai-nilai budaya yang mem-
sosial budaya, gender terbentuk dari sejarah bedakan peran laki-laki dan perempuan
pengalaman manusia yang diinterpretasikan dalam realitas sosial dapat ditemukan dalam
dan dimaknai berdasarkan pengetahuan berbagai basis kebudayaan, seperti dalam

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 267


Irwan Abdullah

lembaga-lembaga sosial, ajaran-ajaran begitu saja dan berbagai persoalan metodo-


agama, mitos mitos, simbol, serta praktik- logis. Salah satu persoalan metodologis
praktik sosial lainnya. Nilai-nilai budaya ini yang paling mendasar dalam studi gender
bersifat objektif karena kebudayaan adalah adalah persoalan bias laki-laki dalam pene-
milik publik (Geertz, 1992:15). litian yang mengingkari adanya perspektif
Internalisasi merupakan proses pem- perempuan sendiri. Georg Simmel, misalnya,
belajaran kembali nilai-nilai general atau pernah mengatakan sebagai berikut.
realitas objektif oleh individu dan dijadikan "Almost all discussions of women deal only
sebagai bagian dari hidupnya. Hal ini with what they are in relation to men in
menyangkut identifikasi diri individu ke dalam terms of real, ideal of value criteria. No-
realitas objektif. Untuk mencapai taraf ini, body asks what they are for themselves"
individu secara terus-menerus berinteraksi (cf. SR, 1991: 52).
dan bersosialisasi dengan lingkungan sosial
dan budayanya sehingga akhirnya kaum Dalam pandangan Simmel agaknya,
perempuan dibentuk sebagai suatu pribadi sudut pandang struktural pun melakukan
dengan suatu identitas yang dikenal secara kesalahan saat membandingkan perempuan
subjektif sekaligus objektif (Berger, 1994:23). dengan laki-laki. Perlakuan yang sama
Oleh karena itu, manusia yang membentuk terhadap perempuan dan laki-laki me-
masyarakat dipandang sebagai suatu dialek- ngandung makna pengakuan eksistensi
tika antara data-data objektif dan makna- perempuan sesuai dengan kapasitasnya.
makna subjektif, yaitu yang terbentuk dari Namun, kita berhadapan dengan kedipan
interaksi timbal balik antara apa yang dialami mata tadi, apakah permaknaan suatu kode
sebagai realitas luar dan apa yang dialami dapat dilakukan dengan berlapis-lapis.
sebagai yang ada dalam kesadaran individu. Apakah seorang perempuan yang bekerja
Pada dasarnya, sosialisasi mengandung dapat diinterpretasikan sebagai "kebutuhan"
dua pengertian, yakni sosialisasi primer dan untuk menyelamatkan ekonomi rumah
sekunder. Sosialisasi primer merupakan tangga atau hal itu untuk mengaktualisasi-
sosialisasi pertama yang dialami individu kan ilmu dan keahlian yang dimilikinya
dalam masa kanak-kanak sebagai bagian sebagai usaha untuk lari dari rutinitas rumah
dari anggota masyarakat dan dianggap tangga, atau semacam usaha memenuhi
merupakan struktur dasar dari sosialisasi tuntutan lingkungan. Banyak dimensi dari
sekunder. Sementara itu, sosialisasi suatu fakta yang sangat membutuhkan
sekunder adalah sosialisasi selanjutnya yang "alasan" kaum perempuan sendiri untuk
mengimbas individu yang telah disosialisasi- memahaminya.
kan ke dalam sektor-sektor baru dunia Sejalan dengan itu, pendekatan subjektif
objektif masyarakat (Berger dan Luckmann, dibutuhkan dalam teori-teori sosial untuk
1990: 187). Hubungan gender yang terbentuk mengungkapkan lapis-lapis makna yang ada.
dalam berbagai aspek kehidupan sosial tidak Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa
lain merupakan kelanjutan dari bentukan kaum perempuan merupakan kelompok yang
sosial yang telah mendapatkan pengesahan. sadar dan memahami posisi kultural dan
Sebaliknya, perubahan pola hubungan gen- strukturalnya dalam masyarakat. Sejalan
der dapat dilakukan dengan mengubah pola dengan itu, pendekatan subjektif berusaha
sosialisasi gender dan dengan legitimasi- memahami "pandangan dari dalam" (inside
legitimasi sosial melalui berbagai pranata view) tentang "alasan" yang mendasari suatu
dan lembaga sosial. praktik sosial yang diwujudkan oleh
perempuan. Penilaian positif dan negatif atas
3. Subjektivitas: Membangun Perspek- suatu tindakan atau keputusan yang dibuat
tif Perempuan oleh perempuan (untuk bekerja atau untuk
tinggal di rumah, untuk memilih seorang
Orientasi teoretis, seperti konstruksi suami, atau untuk membuat suatu
sosial Berger, tidak dapat melepaskan dirinya keputusan apa pun) hanya dapat dilakukan

268 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

setelah diketahui "alasan" yang mendasari- atau unit pemaknaan suatu simbol atau
nya. Pendekatan subjektif juga berusaha isyarat yang diberikan oleh kaum perem-
membangun konsep, nilai, dan ukuran- puan harus dibedakan pada unit individu,
ukuran yang didefinisikan oleh perempuan rumah tangga, keluarga, komunitas, atau
sendiri. Ukuran-ukuran inilah (yang telah bahkan institusi dengan struktur hubungan-
dikembangkan) yang kemudian digunakan nya sendiri-sendiri. Derajat otonomi perem-
untuk "mengukur" posisi kaum perempuan. puan dalam mengekspresikan dirinya sangat
Dalam banyak hal, ukuran-ukuran yang berbeda antara satu unit dengan unit lain.
dikenakan pada perempuan lebih merupakan Unit-unit itu pula yang mendefinisikan ber-
ukuran laki-laki yang lebih sesuai digunakan bagai bentuk hubungan gender yang hadir
untuk memahami laki-laki. secara empiris. Untuk itu, penelitian gender
Pendekatan subjektif dalam penelitian harus merespons berbagai persoalan
dapat didasarkan pada sejumlah syarat. subjektif kaum perempuan agar dapat
Pertama, ketajaman persepsi si peneliti didefinisikan sebagai penelitian gender.
untuk menangkap segala sesuatu yang
terkait dengan eksistensi kaum perempuan. 4. Reorientasi Kajian Gender
Simbol-simbol yang menghadirkan perem-
puan dalam berbagai bentuk harus ditangkap Penelitian gender sesungguhnya men-
sebagai sign atau isyarat dari sesuatu yang cakup aspek luas yang terkait dengan setiap
ingin diungkapkan oleh kaum perempuan. tahap penelitian tersebut. Pertama,
Kedua, intuisi peneliti merupakan kekuatan penelitian yang berwawasan gender ditentu-
originatif di dalam mengkonstruksikan kan oleh pemilihan kerangka teoretis dan
realitas. Hal ini membedakannya dengan cara konseptual yang sesuai. Untuk itu, dibutuh-
penelitian bersifat deduktif yang lebih banyak kan pemahaman teori-teori gender secara
menggunakan ukuran objektif, yang lebih rinci. Meneliti perkosaan sebagai suatu
merupakan sudut pandang "dari luar" (out- tindakan kekerasan tidak akan kaya dengan
side view). Ketiga, penekanan pada sifat-sifat nilai-nilai perempuan di dalamnya atau tidak
khusus yang mengarahkan peneliti pada akan sensitif dengan isu hubungan laki-laki
suatu deskripsi yang mendalam atas suatu dan perempuan jika mengambil teori konflik,
tindakan atau ekspresi perempuan dalam misalnya. Akan tetapi, analisis akan menjadi
hubungannya dengan berbagai struktur. bernuansa gender (lebih mampu mengako-
Usaha mencari keteraturan umum berten- modasikan kepentingan perempuan dalam
tangan dengan syarat penekanan penelitian rumusan kebijakan) jika teori ketimpangan
yang bersifat ideografis ini. Keempat, gender atau teori reproduksi kekuasaan yang
perlunya mendiagnosis ada tidaknya suatu dipakai.
gejala dan bagaimana hakikat suatu gejala Kedua, pemilihan sumber informasi
sehingga penelitian tidak mengarah pada seringkali mengabaikan kaum perempuan.
usaha memprediksi. Dalam hal ini, kebera- Informan kunci atau sumber-sumber tertulis
daan suatu fenomena jauh lebih penting harus melibatkan perempuan atau sebanyak-
dibandingkan dengan kuantitas dari suatu banyaknya unsur perempuan di dalamnya
tindakan. untuk dapat merekam dengan tepat informasi
Keempat syarat tersebut akan memung- di sekitar atau tentang perempuan. Penelitian
kinkan "pengetahuan" dan "pengalaman" sosial biasanya bertanya pada laki-laki dalam
kaum perempuan dihadirkan sebagai jalan setiap penelitian, kecuali untuk topik yang
bagi penghargaan kemanusiaan perempuan memang membutuhkan informasi khusus dari
yang lebih dihargai. Dengan cara semacam perempuan. Kesalahan ini telah menghilang-
ini pula subjektivasi dapat dilakukan, kan suara perempuan dalam penelitian
khususnya dengan membiarkan perempuan selama berabad-abad. Pelibatan perempuan
bercerita dan mengungkapkan ekspresinya dalam berbagai proses sosial baru terjadi
secara bebas dengan nilai dan ukuran yang pada tahun 1980-an walaupun dengan
disusunnya sendiri. Dalam hal ini, tataran kesalahan-kesalahan konsepsi dan definisi

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 269


Irwan Abdullah

yang sangat substansial, khususnya dengan memberikan ruang lebih besar bagi
dilakukan marginalisasi kaum perempuan ke pengungkapan realitas gender.
dalam wilayah yang secara ekonomi dan Keempat hal di atas merupakan persoal-
kekuasaan merugikannya. an besar karena kedekatan perkembangan
Ketiga, pemilihan teknik pengumpulan kajian gender dengan negara dan pasar.
data. Pengumpulan data harus merupakan Kajian gender kemudian tidak mengalami
suatu usaha menggunakan seluas-luasnya perkembangan akibat para ilmuwan sosial
metode yang memungkinkan untuk merekam telah terkontaminasi oleh kepentingan
persoalan yang terkait dengan kaum negara yang didukungnya selama lebih dari
perempuan. Metode life-history, misalnya, lima puluh tahun di Indonesia. Kecende-
dapat menjadi pilihan untuk melihat rungan berada di bawah bayang-bayang
bagaimana perempuan sejak kecil telah negara tersebut menyebabkan tidak ter-
dienkulturasikan dan disosialisasikan dalam binanya sikap ilmiah kritis dan wacana
suatu tatanan nilai yang selama hidupnya akademis yang seharusnya. Hal ini, misal-
telah menghantuinya dalam mengambil nya, tampak dari tidak berkembangnya
setiap keputusan. Misalnya, mengapa metode-metode penelitian yang lebih terbuka
seorang perempuan sering merasa bersalah dan naturalistis, seperti dialog atau dekon-
setiap keluar rumah meninggalkan anak- struksi sebagaimana dikenal dalam kerja
anak mereka. Mengapa mereka harus ilmiah kaum post-structuralist. Metode yang
merasa paling bertanggung jawab atas berkembang justru metode statistik dan
semua yang terjadi terhadap anak-anaknya survei dalam ilmu sosial yang menyebabkan
sehingga ia merasa harus ada di rumah pada terjadinya matematisasi ilmu sosial (lihat
jam-jam tertentu. Aspek-aspek semacam ini Soedjatmoko, 1988). Pendekatan yang
akan terjawab dengan metode life-history beragam tidak hanya akan memberikan
yang memungkinkan seluruh rangkaian kemungkinan pada pengayaan perspektif
pengalaman subjektif dibangun secara dalam melihat suatu fenomena, tetapi juga
mendalam. akan menumbuhkan sikap yang terbuka
Keempat, pemahaman mendalam dalam teori dan praktik ilmu sendiri. Kajian
tentang perempuan dan hubungan-hubungan gender mengalami masalah yang sangat
gender dapat diperoleh dengan mengguna- parah karena negara ikut membidani
kan teknik analisis data yang tepat, lahirnya, misalnya, Pusat Studi Perempuan
khususnya dengan memberikan kemungkin- (PSW) yang kemudian mengalami keter-
an dianalisisnya unsur-unsur yang dapat gantungan dalam masa yang cukup lama.
menghadirkan perempuan. Pembedaan Kecenderungan perkembangan kajian gen-
kategori perempuan dan laki-laki dalam der tersebut dapat pula dievaluasi dalam
tabulasi silang, misalnya, akan memberikan perkembangan diskusi di berbagai universi-
sensitivitas pemahaman hubungan gender. tas yang memperlihatkan perkembangan
Analisis isi yang mencoba memahami isi kajian dan juga orientasi kajian-kajian gender.
teks, bahkan ucapan yang dikemukakan
akan mengarah pada otoritas perempuan 5. Perluasan Kajian Gender dalam
sebagai pemberi informasi. Analisis konteks- Ilmu Sosial
tual akan memungkinkan dipahaminya
alasan-alasan dalam konteks sosial tertentu Di berbagai tempat, kajian gender telah
dan akan memungkinkan diketahuinya menjadi subjek penting dan mengalami
perspektif yang dipakai oleh perempuan perkembangan dalam bentuk perluasan
dalam mewujudkan suatu tindakan sosial. bidang yang dianggap sebagai bagian dari
Penelitian seringkali lemah dalam analisis kajian gender. Ada sejumlah pola yang dapat
karena data lebih banyak dipresentasikan dibangun untuk memperlihatkan perkem-
dalam tabel dan cerita tanpa ada analisis bangan yang dialami oleh kajian gender
yang tepat dengan metode yang sesuai yang dalam ilmu sosial.

270 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

1. Perspektif evolusi gender, bertujuan dernisme, termasuk konsep ekofemi-


untuk mengidentifikasikan konteks nisme.
biologis dan evolusi yang mencakup
10. Ketimpangan gender, melihat aspek-
mamalia, primata dan manusia; dimor- aspek transformasi sosial, hierarki, pola
fisme seksual, lembaga intim, dan kerja, kesempatan, privilese, dan kelas
reproduksi; status dan seks; dan sosial.
sosialisasi.
11. Gender dan politik feminitas, yang berisi
2. Gender, seks, seksualitas, dan repro- isu-isu tentang debat nature-nurture,
duksi, yang mencakup otonomi, norma- gelombang gerakan feminisme, kons-
norma labeling, variasi lintas kultural, truksi sosial dan budaya keibuan,
konsep status, peran, dan hak relatif. olahraga dan politik maskulinitas, dan
3. Perempuan dan laki-laki dalam masya- rasialisme.
rakat, yang bertujuan mengidentifi- 12. Gender, resistensi, dan kebudayaan
kasikan faktor-faktor dan variasi-variasi ekspresif dengan melihat fenomena
historis dan kultural dalam berbagai jilbab, rasialisme, dan politik maskuli-
masyarakat kecil. nitas.
4. Perempuan dalam pertanian, melihat 13. Gerakan dan kelompok retoris, yang
pengaruh lingkungan dan faktor ekonomi mencoba mengidentifikasikan konteks
terhadap realitas hidup perempuan. dan akibat dari lahirnya gerakan
feminisme dan berbagai gerakan sosial
5. Masyarakat kompleks dan gender, suatu
yang progender.
topik yang memperhatikan perluasan ide
dan pikiran tentang pengalaman silang 14. Kekerasan dan pelecehan seksual,
budaya modern dan pengaruhnya khususnya memperhatikan berbagai
terhadap konstruksi gender. proses yang menyebabkan perempuan
menjadi korban atas berbagai tindak
6. Konstruksi budaya tentang identitas kekerasan.
personal, yang mencoba dalam jangka
panjang menganalisis proses-proses 15. Representasi budaya gender, identifi-
budaya (seperti dalam berbagai upacara kasi dan pengaruh berbagai simbol yang
siklus hidup) yang mempengaruhi menegaskan realitas gender dalam
orientasi dan identitas gender. berbagai bentuk.

7. Perkawinan dan kontrak sosial, yang


Berbagai topik di atas yang dikumpul-
memperhatikan kerangka hukum dan
kan dari berbagai kajian menunjukkan
politis yang mempengaruhi hak dan perluasan dalam disiplin ilmu yang luar biasa
kewajiban laki-laki dan perempuan, dengan memasukkan komunikasi, bahasa,
termasuk dalam persoalan politik serta sejarah sebagai bagian penting tentang
reproduksi. gender. Di berbagai tempat, diskusi tentang
8. Komunikasi, gender, dan seks, suatu studi perempuan dan teori feminis menjadi
topik yang mencoba menganalisis data diskusi pokok di dalam kelas-kelas universi-
interaksi dan sosial, seperti bahasa laki- tas yang sebagian melanjutkannya dengan
laki dan perempuan, pornografi, jilbab, isu baru, seperti "gay dan lesbianisme" atau
homoseksualitas, tingkah laku seksual, "gerakan dan studi laki-laki". Sejalan dengan
dan hubungan gender. itu, matriks berikut ini memaparkan modul
kuliah yang biasa dipakai di sebuah univer-
9. Kolonialisme dan pembangunan, yang sitas di Amerika untuk memperlihatkan apa
menghubungkan teori gender dengan saja yang dicakup dalam kajian gender
gerakan sosial dan teori posmo- menurut perspektif ilmu sosial.

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 271


Irwan Abdullah

No. Subjek Cakupan

1. Gender, Politik, dan Teori Modul mencakup analisis historis tentang feminisme
gelombang pertama dan kedua serta membahas
sumbangan teori psikoanalisis dalam studi identitas gen-
der. Isu-isu yang dicakup adalah ras dan gender, serta
konstruksi historis gay dan lesbian. Isu maskulinitas
dibicarakan di sini dalam hubungannya dengan gender,
budaya, dan implikasi politik dari bahasa. Hubungan
bahasa, wacana, dan kekuasaan dalam konstruksi gen-
der didiskusikan secara rinci.
2. Gender dan Pendidikan Modul ini membicarakan peran pendidikan dalam
pembentukan maskulinitas dan femininitas; hakikat gen-
der ilmu pengetahuan; kekerasan di sekolah, juga karier
mengajar laki-laki dan perempuan. Fokus utama
diarahkan pada analisis pengaruh intervensi sekolah
dalam menciptakan keadilan gender.
3. Gender dan Pemberdayaan Pembicaraan dimulai dengan diskusi asal-muasal
Ekonomi gerakan pembebasan perempuan dan hubungannya
dengan teori feminis. Diskusi juga dititikberatkan pada
perkembangan teori dan pendekatan yang terkait dengan
pemberdayaan perempuan. Isu-isu yang dicakup
meliputi variasi dalam teori feminis dan teori modernisasi,
termasuk implementasinya. Pendekatan WID dan GAD
juga didiskusikan.
4. Gender dan Kesehatan Modul ini membicarakan analisis historis feminisme dan
kesehatan, mengikuti isu kunci feminis global. Debat
seputar perempuan dan kesehatan lawan gender dan
kesehatan dikembangkan dengan acuan khusus
lembaga internasional, seperti WHO. Topik menyangkut
dampak faktor sosial dan ekonomi terhadap kesehatan
perempuan; industri kesehatan dengan melihat pihak
yang mengontrol dan pihak yang sakit. Kesehatan
mental, kesehatan reproduksi, kesehatan lesbian, dan
HIV/AIDS juga dibicarakan.
5. Gender dan Seksualitas Hubungan gender dan seksualitas menjadi fokus,
khususnya pemahaman seksualitas manusia
menyangkut debat esensialisme biologis versus
konstruksi sosial. Bacaan akan mencakup sumber dari
khazanah sosiologi, sejarah, hukum, antropologi, sastra,
psikologi, dan pendidikan. Isu yang dibicarakan
mencakup kekerasan seksual, pekerjaan seksual,
pornografi, heteroseksualitas, homoseksualitas,
biseksualitas, transgender, moralitas, penyakit, dan
teknologi medis.
6. Gender dan Bahasa Diskusi bahasa dianggap sentral karena dua alasan.
Pertama, bahasa memiliki sumbangan besar bagi
proses konstruksi sosial gender dan kedua, bahasa

272 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

sangat terkait dengan mekanisme kekuasaan yang


memiliki implikasi pada pemberdayaan. Fokus akan
diberikan pada kajian bias seks dan gender dalam
bahasa, stereotipe dan persepsi penggunaan bahasa
oleh laki-laki dan perempuan; perbedaan dan kesamaan
jenis kelamin secara linguistik dan interaksional dalam
penggunaan bahasa.
7. Gender dan Media Modul bertujuan mengkaji hubungan teori-teori
feminisme, gender, film, dan media. Perhatian diarahkan
pada diskusi gender dan media, baik lokal maupun glo-
bal, khususnya menyangkut masalah pornografi dan
representasi perempuan sebagai objek seks seperti
yang dibangun oleh media. Pembicaraan berhubungan
dengan konsep ideologi, ide-ide tentang konstruksi
subjek Althusser dan konsep hegemoni Gramsci.
8. Gender dan Diversitas Global Globalisasi yang dianggap mengubah cara hidup
manusia memiliki implikasi bagi analisis gender,
khususnya menyangkut keuntungan dan kerugian
globalisasi terhadap kesejahteraan perempuan. Diskusi
menyangkut aspek-aspek globalisasi perdagangan dan
dampaknya, liberalisasi perdagangan dan dampaknya,
feminisasi pekerjaan, dan feminisasi kemiskinan.

Sumber: http://cwx.prenhall.com/bookbind/pubbooks/womack/

6. Catatan Penutup (makhluk simbolis) yang mencari makna


dalam hidupnya (Cassirer, 1985; Berger dan
Usaha penelitian akhirnya merupakan Luckmann, 1990). Penelitian yang lebih
suatu usaha menghubungkan bagian-bagian menekankan pada pengukuran dan analisis
ke dalam suatu keseluruhan dengan mene- hubungan sebab akibat antarvariabel dan
kankan hubungan-hubungan bermakna yang bukan menekankan proses sosial dari
terdapat dalam situasi dan dunia sosial yang kemunculan suatu gejala akan menjauhkan
diteliti. Usaha meneliti perempuan dengan dimensi subjektif perempuan dan lebih
metode yang bersifat subjektif sesungguhnya mengarahkan pemahaman pada dimensi
merupakan suatu komitmen dalam objektifnya.
pendekatan naturalistis dan interpretatif Sejalan dengan itu, dapat disarankan
terhadap subjek penelitian. Sifat empati beberapa hal. Pertama, penelitian tentang
dalam penelitian ini menjadi sangat penting, perempuan atau gender sebaiknya menekan-
terutama dalam usaha memahami subjek kan pada cakupan yang terbatas (mikro)
penelitian dan dalam hubungannya dengan untuk memungkinkan pemahaman men-
penerapan metode verstehen atau thick dalam dilakukan. Oleh karena itu, penelitian
description. Dengan cara ini, pemahaman mengarah pada analisis tentang satu
tentang "hakikat" realitas yang terbentuk keluarga, seorang ibu hamil, tiga perempuan
secara sosial dapat dilakukan secara karier, pengalaman seseorang yang
mendalam, terutama dengan berusaha mengalami trafficking, hubungan pendidikan
menjawab pertanyaan: bagaimana penga- dengan profesi lima perempuan, atau
laman sosial dibentuk dan diberikan makna. sekelompok perempuan yang memberikan
Hal ini terutama didasari oleh asumsi bahwa pemahaman mendalam atas realitas
manusia merupakan animal symbolicuum perempuan dan hubungan-hubungan

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 273


Irwan Abdullah

kekuasaan. Kedua, sangat perlu dilakukan Andersen, Margaret L. 1983. Thinking about
analisis secara lebih komprehensif sehingga Women: Sociological and Feminist Per-
diperoleh pemahaman yang utuh spectives. New York: Macmillan Pub-
(menyeluruh). Hal ini dapat dilakukan dengan lishers.
melihat isu tertentu dalam suatu konteks
Berger, Peter. 1994. The Scared Canopy:
sosial. Analisis yang menghubungkan suatu
Elements of Social Theory of Religion.
tindakan dengan konteks sosialnya (dalam
New York: Double Day.
usaha menemukan logika dan perspektif)
sangat dibutuhkan. Demikian juga secara Berger, Peter dan Thomas Luckmann. 1990.
struktural perlu memasukkan perempuan ke Social Construction of Reality: A Trea-
dalam suatu rangkaian hubungan agar tise in the Sociology of Knowledge. New
keberadaannya dapat didefinisikan secara York: Penguin Books.
lebih luas dan menyeluruh, termasuk dalam Cassirer, Ernst. 1985. Manusia dan Kebu-
hubungannya dengan negara dan pasar. dayaan. Jakarta: Gramedia.
Ketiga, perlu dilakukan perbandingan dalam
rangka mendapatkan pemahaman yang lebih Chafetz, Janet Saltzman. 1991. "The Gen-
lengkap dan teruji. Perbandingan dapat der Division of Labour and Reproduction
dilakukan antarunsur yang diperhatikan, of Female Disadvantage: Toward an
misalnya, apakah keputusan perempuan Integreted Theory", in R.L. Blumberg
untuk berhenti bekerja dipengaruhi oleh (ed.), Gender Family and Economy: The
unsur-unsur tekanan suami, kesadaran dari Triple Overlap. Nerbury Park: Sage
dalam, desakan perusahaan, kebosanan, Publication.
atau hasil pemikiran yang jernih dengan Gamble, Sarah. 2001. The Routledge Com-
berbagai pertimbangan. Perbandingan dapat panion to Feminism and Postfeminism.
juga dilakukan dengan menghubungkan data London: Routledge.
satu kasus dengan data dari kasus perem-
puan yang lain. Dengan perbandingan akan Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of
dimungkinkan diperoleh pemahaman yang Cultures. New York: Basic Books.
mendalam dan utuh tentang realitas sosial _______. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogya-
kaum perempuan. Namun, perbandingan karta: Kanisius.
pada tingkat ini membutuhkan payung teori
yang cukup membuka ruang pada keber- Humphrey, John. 1987. Gender and Work in
pihakan. Tanpa keberpihakan dalam pemi- the Third World: Sexual Divisions in Bra-
lihan kerangka teori, suatu penelitian gen- zilian Industry. London: Tavistock Publi-
der tidak pernah menghasilkan sesuatu untuk cations.
kaum perempuan sendiri karena ia kembali Kessler, Evelyn S. 1976. Woman: An An-
tersubordinasi oleh orientasi teoretis yang thropological Perspective. New York:
memiliki beban historis dan ideologis untuk Holt Rinehart & Winston.
pelestarian kekuasaan.
Kleden, Ignas. 1998. "Novel dan Cerpen-
REFERENSI Cerpen Umar Kayam: Strategi Literer
Menghadapi Perubahan Sosial". Dalam
Abdullah, Irwan. 1995. "Reproduksi Aprinus Salam (ed.), Umar Kayam dan
Ketimpangan Gender: Partisipasi Jaring Semiotika. Yogyakarta: Pustaka
Perempuan dalam Kegiatan Ekonomi", Pelajar.
Prisma ( 6): 3-14. Lorber, Judith and Susan A. Farrell (ed.).
_______. 1997. Sangkan Paran Gender. 1991. The Social Construction of Gen-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. der. Nerbury Park: Sage Publications.
_______. 2001. Seks, Gender dan Repro- Marcus, G. dan M. Fischer. 1986. Anthro-
duksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang. pology as Cultural Critique: an Experi-

274 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial

mental Moment in the Human Sciences. S.R. 1991. Feminist Methods in Social Re-
Chicago: University of Chicago Press. search.
Moore, Henrietta L. 1988. Feminism and Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. 1997.
Anthropology. Cambridge: Polity Press. Perempuan, Kerja dan Perubahan
Sosial. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
______. 1994. A Passion for Differences: Es-
say in Anthropology and Gender. Cam- Soedjatmoko. 1988. "Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
bridge: Polity Press. dan Masalah Pembangunan". Dalam
Masyarakat dan Kebudayaan: Kumpul-
Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender dan
an Karangan untuk Prof. Dr. Selo
Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka
Soemardjan. Jakarta: Djambatan.
Pelajar.
Rosaldo, Michelle dan L. Lhamphere. 1974.
Woman, Culture and Society. California:
Stanford University Press.

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 275

Anda mungkin juga menyukai