Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA (INFEKSI SALURAN


PERANAFASAN ATAS)

Dosen Koordinator : Ns. Sumiati Sinaga., S.Kep., M.Kep


Dosen Pembimbing : Ns. Aries Abiyoga., S.Kep., M.Kep
Stase : Keperawatan Anak

Disusun oleh :
SANTOSIUS
P2002053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
Mind Mapping

ETIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI


1. Virus seperti : Respiratory syncytial virus, Secara umum gejala ISPA meliputi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
virus influenza, adenovirus, demam, batuk, dan sering juga nyeri adalah penyakit Infeksi akut yang menyerang
cytomegalovirus. tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
2. Jamur seperti : Mycoplasma pneumoces mengi atau kesulitan bernapas) napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
dermatitides, Coccidioides immitis, alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
Aspergillus, Candida albicans adneksanya seperti sinus, rongga telinga

PATOFISIOLOGI ETIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA 3. Virus seperti
tengah dan pleura.: Respiratory syncytial virus,
1. Tahap prepatogenesis : belum virus influenza, adenovirus,
menunujukan reaksi apa-apa. cytomegalovirus.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan 4. Jamur seperti : Mycoplasma pneumoces
epitel dan lapisan dermatitides, Coccidioides immitis,
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari Aspergillus, Candida albicans
munculnya gejala penyakit, timbulnya
demam dan bantuk.
PENGKAJIAN
1. Indentitas
PENATALAKSANAAN INFEKSI SALURAN NAFAS 2. Riwayat penyakit dahulu
1. Sistomatik :sesuai gejala. ATAS 3. Riwayat penyakit sekarang
Antibiotic tidak efektif untuk virus 4. DIAGNOSA
TTV KEPERAWATAN
2. Obat kumur :mengurang nyeri SDKI
5. : Pola Napas
Keadaan umum Tidak Efektif
tenggorokan PEMERIKSAAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN PENUNJANG SLKIInpeksi,
6. : Pola Napas
Palpasi, Perkusi,
1.SDKI
Pemeriksaan darah
: Bersihan rutinNapas Tidak
jalan SIKIAuskultasi
: Manajemen Jalan Napas
3. Antihistamin:menurunkan
2.Efektif
Analisa Gas Darah (AGD)
rhinorrhea 3.SLKI
Foto: Bersihan
rontgen toraks
Jalan Napas
4. Vitamin C dan Espektoran Kultur
4.SIKI virus
: Manajemen Jalan Napas
5. Vaksinasi
6.
Literatur Riview
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
No Nama Penulis Dan Judul Background Tujuan Metoda Dan Ringkasan Hasil
Tahun
1 Chania Henita, Dkk Pengaruh Teknik Perkusi Sulitnya anak mengeluarkan sekret Tujuan peneliti untuk Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu
(2020) Dan Vibrasi Terhadap menjadi pemicu utama anak yang mengetahui pengaruh (quasy experiment) dengan Nonequivalent Pretest-
Pengeluaransputum Pada mengalami Infeksi saluran pernafasan pemberian nafas dalam Posttest Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15
Balita Dengan Ispa Di atas, upaya untuk membersihkan jalan dan batuk efektif responden dengan teknik pengambilan sampel
Puskesmas Indralaya nafas yaitu dengan cara nafas dalam terhadap kebersihan jalan menggunakan Quota Sampling sebanyak 15 responden.
dan batuk efektif. Nafas dalam dan nafas pada anak infeksi Proses penelitian diawali dengan pre test untuk
batuk efektif penting dilakukan pada saluran pernafasan atas mengetahui kebersihan jalan nafas dengan menggunakan
anak yang mengalami ISPA. Tindakan di Puskesmas Dau lembar observasi, lalu melakukan nafas dalam 3 kali
ini bertujuan untuk menghilangkan Malang sehari selama 3 hari, setelah itu diadakan pengukuran
gangguan pernapasan dan menjaga kembali (post test) dengan lembar observasi yang sama.
paru-paru agar tetap bersih. Pemberian Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil
nafas dalam dan batuk efektif pada penelitian didapatkan bahwa sebelum diberikan
anak dilakukan setiap dua jam sekali pembelajaran tentang teknik nafas dalam dan batuk
yang didampingan orangtua. efektif, responden memiliki mean 1,87dan simpanan
baku (SD) 0,352 sedangkan sesudah di berikan nafas
dalam dan batuk efektif responden memiliki mean 1,67.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan nilai signfikansi 0,048 dimana nilai
signifikansi tersebut kurang dari 0,05 yang artinya ada
pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap
keefektifan bersihan jalan nafas
2 Faisal, Andi Muh. Clapping dan Vibration Salah satu diagnosa keperawatan yang Penelitian ini bertujuan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
(2020) Meningkatkan Bersihan muncul pada penyakit ISPA adalah untuk mengetahui one group pretest posttest design. Sampel dalam
Jalan Napas pada Pasien ketidak efektifan bersihan jalan napas, efektifitas pemberian penelitian 16 pasien ISPA yang ditentukan dengan
ISPA bersihan jalan napas dan efektif clapping dan vibration teknik accidental sampling. Data dikumpulkan
terhadap tiga dari lima indikator terhadap bersihan jalan menggunakan lembar observasi. Analisis data
bersihan jalan napas yaitu takipneu napas pada pasien ISPA menggunakan uji Mc Nemar. Hasil penelitian
(frekuensi napas >20x/i), sputum, dan di RSUD Labuang Baji menunjukkan bahwa clapping dan vibration efektif
ronchi. Selain itu, terjadi perbaikan Kota Makassar. meningkatkan bersihan jalan napas (p=0.000) dan efektif
terhadap empat dari lima indikator Penelitian ini merupakan terhadap indikator besihan jalan napas, yaitu penurunan
penilaian outcome setelah dilakukan penelitian eksperimen frekuensi pernapasan (p=0.031), penurunan produksi
intervensi. Indikator tersebut yaitu dengan one group pretest sputum (p=0.000) dan ronchi (p=0.001). Sehingga
dispneu, batuk, frekuensi napas, posttest design disimpulkan bahwa clapping dan vibration efektif
sputum dan ronchi. Sehingga meningkatkan bersihan jalan napas pada pasien ISPA.
disimpulkan bahwa clapping dan
vibration efektif terhadap bersihan
jalan napas pada pasien ISPA.
intervensi yang dapat direncanakan
untuk meningkatkan bersihan jalan
napas yaitu pemberian fisioterapi dada
(clapping dan vibration).
3. Besinung Ira dkk ASuhan Keperawatan Pada Latar belakang Penyakit infeksi Diketahuinya asuhan Studi Kasus dengan pendekatan proses keperawatan
(2019) Anak Dengan Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sering keperawatan gangguan dengan subyek penelitian yaitu satu pasien anak yang
Saluran Pernapasan Akut terjadi pada anak balita disebabkan si- kebutuhan oksigenasi didiagnosis ISPA. Keluarga pasien mengatakan
(Ispa) Di Ruangan stem pertahanan tubuh anak yang pada anak dengan anaknya mengalami batuk berlendir dan mengalami
Anggrekrsd Liun Kendage rendah Inflamasi pada anak dengan infeksi saluran kesulitan mengeluarkan lendir, N 120x/m, RR
Tahuna ISPA dapat menyebabkan terjadinya pernapasan akut 32x/menit, dan SB 38Oc Implementasi berupa
penyempitan jalan napas sehingga mengukur TTV, mengkaji batuk klien, menganjurkan
anak mengalami gangguan minum air hangat, dan mengatur posisi pasien untuk
oksigenasi. memaksimalkan ventilasi.

4. Rahmi Dwi Nuzulia, Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Tujuan studi kasus ini Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan
(2020) Anak Dengan Kasus Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang adalahmengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada klien selama 3x24
Saluran Pernafasan Akut melibatkan organ saluran pernafasan asuhan keperawatan pada jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi,
(Ispa) Diruang Dahlia bagian atas dan saluran pernafasan anak dengan Infeksi hipertermi teratasi dan ketakutan teratasi.
Rumah Sakit Daerah Balung bagian bawah. Infeksi ini disebabkan Saluran Pernafasan Akut
Kabupaten Jember oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA (ISPA) secara tepat
akan menyerang host, apabila melalui proses
ketahanan tubuh (immunologi) keperawatan mulai dari
menurun. Penyakit ISPA ini paling pengkajian, perumusan
banyak dtemukan pada anak di bawah diagnosa, rencana
lima tahun karena pada kelompok usa keperawatan,
ini adalah kelompok yang memiliki implementasi dan
sistem kekebalan tubuh yang masih evaluasi.
rentan terhadap berbagai penyakit
5. Rahmawati Laily Upaya Mempertahankan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Memberikan pengalaman Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan studi
(2017) Bersihan Jalan Napas Pada merupakan salah satu penyebab yang nyata kepada kasus pada pasien ISPA di Puskesmas Polokarto dan
Anak Dengan Ispa kematian tersering pada anak di negara penulis dalam dirumah pasien. . Cara yang digunakan penulis yaitu
berkembang. Masalah yang biasanya penatalaksanaan upaya melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.
terjadi yaitu ketidakefektifan bersihan yang harus dilakukan Data primer diperoleh dari observasi langsung ke pasien,
jalan napas. Bersihan jalan napas untuk memberikan wawancara langsung dengan pasien dan keluarga,
merupakan hal yang penting karena asuhan keperawatan pemeriksaan fisik sedangkan data sekunder diperoleh
jalan napas merupakan jalan utama guna mempertahankan dengan melihat data rekam medis, dan didukung dengan
untuk melakukan proses sirkulasi udara bersihan jalan napas pada jurnal serta buku yang menyangkut tema ISPA. Hasil:
dalam tubuh sehingga dalam pasien anak dengan pasien menunjukkan kepatenan/kelonggaran jalan napas,
mempertahankan kelangsungan infeksi saluran hidung sudah tidak terasa tersumbat, batuk sudah
metabolisme sel diperlukan fungsi pernapasan akut. berkurang setelah diberikan tindakan. Adanya pengaruh
respirasi yang adekuat. Apabila inhalasi uap untuk mempertahankan bersihan jalan
bersihan jalan napas tidak napas.
dipertahankan maka pasien akan
mengalami sumbatan pada jalan napas
sehingga terjadi ketidakefektifan
bersihan jalan napas
6 Mardiah Wiwi dkk Intervensi Perawatan Infeksi Penularan Infeksi Saluran Pernafasan Memberikan Intervensi Beberapa intervensi yang dilakuan orang tua pada balita
(2018) Saluran Pernafasan Atas Atas pada Bayi usia dibawah Lima Keperawatan Pada dengan ISPA sebagai berikut: sebanyak 4 orang tua
Pada Bayi Dibawah Usia Tahun seringkali terjadi. Dampak yang Perawatan Infeksi (11,76%) orang tua melakukan intervensi melakukan
Lima Tahun Di Rumah Di paling dirasakan adalah sesak nafas, Saluran Pernafasan Atas pencegahan orangtua balita tidak menggunakan masker,
Kabupaten Bandung pilek, demam, kelelahan dan Pada Bayi usia dibawah masih banyak yang batuk bersin sembarangan, sebanyak
kelemahan sehingga balita berkurang Lima Tahun Di Rumah. 21 (61,76) orang tua balita dengan ISPA Mengkonsumsi
aktifitasnya padahal proses tumbuh Melalui Partisipasi kader, obat obat yang di berikan oleh tenaga kesehatan di
kembang pada balitas sangatlah penyuluhan, Puskesmas, sebanyak 34 (100%) orang tua melakukan
penting. Jika tidak segera ditangani pendampingan, diskusi intervensi melakukan pencegahan orangtua balita
dengan benar dapat menyebabkan dengan kader dan Mengkonsumsi obat obat yang di berikan oleh tenaga
penyakit lainnya seperti faringitis, petugas kesehatan kesehatan di Puskesmas, Memberi makanan tambahan
pneumonia dan penyakit infeksi Puskesmas Jayamekar jus buah, bubur nasi dan sebanyak 32 (94,11). orang tua
lainnya.Virus flu sangat mudah serta sosialisasi dengan balita dengan ISPA Memberi vitamin C dan Vitamin D
menular, memberikan Intervensi mahasiswa dilanjutkan serta sebanyak 22 (64,7), Mengkonsumsi obat obat yang
Keperawatan Pada Perawatan Infeksi dengan pengkajian, di berikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas,
Saluran Pernafasan Atas Pada Bayi intervensi dan Memberi makanan tambahan jus buah, bubur nasi
usia dibawah Lima Tahun Di Rumah implementasi yang telah
dilakukan orang tua
balita dengan ISPA
7 Apriyani Heni (2015) Identifikasi Diagnosis Salah satu kegiatan yang penting dalam Penelitian ini bertujuan Penelitian dengan rancangan deskriptif dilakukan selama
Keperawatan Pada Pasien Di proses keperawatan adalah pengkajian mengidentifikasi 1 bulan terhadap 30 responden pasien dengan gangguan
Ruang Paru Sebuah Rumah keperawatan. Pengalaman diagnosis keperawatan pernapasan menggunakan accidental sampling dan 2
Sakit menunjukkan bahwa sering sekali yang dialami pasien yang responden perawat untuk penegakan diagnosis
perawat kesulitan dalam menentukan dirawat di Ruang Paru di keperawatan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diagnosis keperawatan spesifik yang RSD HM Ryacudu hanya 2 diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh
dialami oleh pasien.Hal ini mungkin Kotabumi Lampung perawat ruangan yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
karena pengkajian keperawatan yang Utara. dan Pola napas tidak efektif. Sedangkan diagnosis
tidak terstruktur dengan baik. Sejauh keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti lebih
ini belum ada standar asuhan beragam meliputi aspek biopsikososial spiritual.
keperawatan yang disepakati terkait Bersihan jalan napas tidak efektif dialami oleh 100%
perawatan pasien dengan gangguan responden, pola napas tidak efektif dialami oleh 100%
pernapasan. responden, risiko trauma vascular dialami oleh 100%
responden, defisit perawatan diri: mandi, berpakaian,
makan, dan aliminasi, dialami oleh 93% responden,
kesiapan meningkatkan pengetahuan dialami oleh 90%
responden, mual dialami oleh 77% responden, gangguan
body image dialami oleh 70% responden
8 Hanafi Cahaya Putri Penerapan Fisioterapi Dada Anak yang menderita gangguan pada Tujuan literature review Hasil penelitian yang dilakukan oleh (dengan responden
& Andi Arniyanti untuk Mengeluarkan Dahak sistem pernapasan seringkali ini adalah untuk yang digunakan berusia 3 – 5 tahun sebanyak 30 balita
(2020) pada Anak Yang Mengalami mengalami kelebihan produksi lendir mengetahui pengaruh yang terdiri dari 15 responden kelompok kontrol dan 15
Jalan Napas Tidak Efektif di paru-parunya. Dahak biasanya akan dari penerapan fisioterapi responden kelompok intervensi dengan menggunakan
menumpuk hingga kental dan menjadi dada untuk uji statistik yaitu uji Mc Nemar. Setelah dilakukan
sulit untuk dikeluarkan. Salah satu mengeluarkan dahak fisioterapi dada yaitu perkusi dada (clapping) dan vibrasi
tindakan keperawatan yang efektif pada anak yang maka terjadi peningkatan pengeluaran sputum. Balita
dapat mengeluarkan dahak pada anak mengalami jalan napas yang tidak keluar sputumnya sebesar (26,7%) dan
yang mengalami jalan napas tidak tidak efektif. sputum yang keluar sebesar (73,3%) sehingga
efektif adalah fisioterapi dada. didapatkan nilai p value yaitu 0,002 dan terdapat
pengaruh yang signifikan pada nilai p value = 0,002 (p
value < 0,05). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
adanya perbedaan pengeluaran sputum sebelum dan
setelah diberikan perkusi dada (clapping) dan vibrasi
pada balita di Puskesmas Inderalaya.

9 Besinung Ira dkk ASuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Penelitian ini bertujuan Studi Kasus dengan pendekatan proses keperawatan
(2019) Anak Dengan Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang untuk mengetahui dengan subyek penelitian yaitu satu pasien anak yang
Saluran Pernapasan Akut didiagnosis ISPA. Keluarga pasien mengatakan
melibatkan organ saluran pernafasan efektifitas pemberian
(Ispa) Di Ruangan anaknya mengalami batuk berlendir dan mengalami
Anggrekrsd Liun Kendage bagian atas dan saluran pernafasan clapping dan vibration kesulitan mengeluarkan lendir, N 120x/m, RR
Tahuna bagian bawah. Infeksi ini disebabkan terhadap bersihan jalan 32x/menit, dan SB 38Oc Implementasi berupa
mengukur TTV, mengkaji batuk klien, menganjurkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA napas pada pasien ISPA
minum air hangat, dan mengatur posisi pasien untuk
akan menyerang host, apabila di RSUD Labuang Baji
ketahanan tubuh (immunologi) Kota Makassar. memaksimalkan ventilasi.
menurun. Penyakit ISPA ini paling Penelitian ini merupakan
banyak dtemukan pada anak di bawah penelitian eksperimen
lima tahun karena pada kelompok usa dengan one group pretest
ini adalah kelompok yang memiliki posttest design
sistem kekebalan tubuh yang masih
rentan terhadap berbagai penyakit
10 Rahmi Dwi Nuzulia, Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Tujuan studi kasus ini Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan
(2020) Anak Dengan Kasus Infeksi (ISPA) adalah infeksi akut yang adalahmengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada klien selama 3x24
Saluran Pernafasan Akut melibatkan organ saluran pernafasan asuhan keperawatan pada jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi,
(Ispa) Diruang Dahlia bagian atas dan saluran pernafasan anak dengan Infeksi hipertermi teratasi dan ketakutan teratasi
Rumah Sakit Daerah Balung bagian bawah. Infeksi ini disebabkan Saluran Pernafasan Akut
Kabupaten Jember oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA (ISPA) secara tepat
akan menyerang host, apabila melalui proses
ketahanan tubuh (immunologi) keperawatan mulai dari
menurun. Penyakit ISPA ini paling pengkajian, perumusan
banyak dtemukan pada anak di bawah diagnosa, rencana
lima tahun karena pada kelompok usa keperawatan,
ini adalah kelompok yang memiliki implementasi dan
sistem kekebalan tubuh yang masih evaluasi.
rentan terhadap berbagai penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang satu atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari saluran pernafasan atas
(hidung) sampai saluran pernafasan bawah (alveoli) beserta jaringan adneksa lainnya seperti
sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru akan
mengakibatkan ISPA berat dan dapat menjadi pneumonia (Chania Henita, 2020).
Berdasarkan data World Health Organization (2016) infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Hampir
empat juta orang meninggal setiap tahunnya akibat ISPA. Tingkat mortalitas sangat tinggi
pada bayi, anak-anak dan orang lanjut usia, terutama di negara berkembang dengan
pendapatan per kapita rendah dan menengah. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018,
prevalensi penyakit ISPA di Indonesia menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala
yang pernah dialami, yaitu sebesar 9,3% dan tertinggi pada kelompok usia 1-4 tahun, yaitu
sebesar 13,7% ( Besinung Ira, 2019 )

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh kurang
lebih 4 juta anak balita setiap tahunnya (Suriani, 2018). Penyakit ISPA masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi di Indonesia tetap tinggi per
tahunnya yaitu sekitar 21,6% di daerah perkotaan. Hasil Survei Kesehatan Rumah (Rahmi
Nuzulia 2019). Infeksi saluran pernapasan adalah suatu keadaan saluran pernapasan atas yaitu
hidung, faring, dan laring yang mengalami inflamasi sehingga menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan napas berupa retraksi dinding dada pada saat melakukan pernapasan
(Wahyuningsih dkk, 2017).

Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali mengalami


kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak atau sputum biasanya akan menumpuk
hingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan Penyakit pada sistem pernapasan yang
paling sering diderita oleh anak antara lain infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),
pneumonia, asma dan tuberculosis (Aryayuni dan Siregar, 2019). Produksi sputum yang
berlebih mengakibatkan terjadinya inflamasi yang menyebabkan terjadinya penyempitan
jalan napas. Hal ini dapat menimbulkan gejala berupa dispnea, wheezing, serta batuk. Gejala
ini menyebabkan terjadinya masalah dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu
ketidakefektifan jalan napas Nelsonn (Besinung Ira, 2019 ).
Pada sebagian besar kasus saluran pernapasan yang dialami anak tergolong ringan,
namun pada sepertiga kasus lainnya harus membuat anak mendapatkan penanganan secara
khusus) Penyakit pada sistem pernapasan menyebabkan terjadinya peningkatan lendir di
paru-paru. Dahak akan menumpuk hingga kental sehingga menjadi susah untuk dikeluarkan
Hal ini akan menyebabkan respon batuk dan membuat pasien mengalami jalan napas yang
tidak efektif (Ningrum et al, 2019). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidak
mampuan dalam mempertahankan kebersihan jalan nafas dari benda asing yang menyumbat
di saluran pernapasan. Terjadiya obstruksi di jalan napas karena menumpuknya dahak atau
sputum pada saluran napas yang menyebabkan ventilasi menjadi tidak memadai. (Hanafi &
Aryanti, 2020).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan individu tidak mampu


mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Gejala
dari ketidakefektifan jalan nafas adalah batuk, sesak nafas, suara nafas abnormal (ronchi),
penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung. Pengeluaran sekret yang tidak
lancar akibat jalan nafas tidak efektif adalah penderita akan mengalami kesulitan bernafas
dan gangguan pertukaran gas didalam paru sehingga dapat timbulnya sianosis, kelelahan,
apatis serta merasa lemah. Tahap selanjutnya pasien akan mengalami penyempitan jalan
nafas sehingga terjadi perlengketan jalan nafas (Chania Henita, 2020). Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan dalam mempertahankan kebersihan jalan
nafas dari benda asing yang menyumbat di saluran pernapasan. Terjadiya obstruksi di jalan
napas karena menumpuknya dahak atau sputum pada saluran napas yang menyebabkan
ventilasi menjadi tidak memadai (Hanafi & Aryanti, 2020).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan untuk


mempertahankan bersihan jalan nafas sehingga terjadi sumbatan pada jalan nafas yang
berupa dahak Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan jalan napas tidak efektif
adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi,
meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bernapas, mengeluarkan sputum, meningkatkan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, dan untuk mencegah risiko yang
terkait dengan masalah oksigenasi seperti kerusakan kulit dan jaringan (Hanafi & Aryanti,
2020).
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen.
Oksigen ini digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagi organ atau sel. Tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian apabila tidak tersedianya oksigen selama kurun waktu tertentu. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung
lebih dari 5 menit menyebabakan terjadinya kerusakan sel otak secara permanen (Besinung
Ira, 2019 ).

Diagnosis keperawatan adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan penumpukan sekret ditandai dengan data subjektif demam, pilek, batuk berlendir
susah mengeluarkan sekret disertai dengan hidung tersumbat, dan sulit bernafas dan data
objektif Klien tampak lemas, tanda-tanda vital nadi, respirasi, dan irama nafas tidak teratur
(Aryayuni C, Siregar T. 2019). Intervensi keperawatan pada kasus ini meliputi 1) ukur tanda-
tanda vital, 2) kaji batuk pasien, 3) posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, 4) kaji
sekret, 5) atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan, dan 6) kolaborasi
pemberian terapi (Besinung Ira, 2019 ).

Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi penting dalam pengobatan pada
penyakit pernapasan untuk anak-anak yang menderita penyakit pernapasan Fisioterapi dada
merupakan kelompok terapi non farmakologis yang digunakan dengan kombinasi untuk
mobilisasi sekresi pulmonal (Yanwar, 2016). Tujuan utama dilakukannya fisioterapi dada
adalah untuk membersihkan obstruksi jalan nafas, mengurangi hambatan jalan nafas,
meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi kerja pernafasan. Teknik yang berbeda
digunakan pada pasien anak-anak: 1) terapi fisik dada konvensional seperti perkusi dada
(clapping) dan getaran dalam kombinasi dengan posisi drainase postural, dada gemetar dan
batuk terarah dan 2) teknik berbasis aliran: ekspirasi pasif lambat atau paksa dapat membantu
memobilisasi sekresi ke arah trakea dan memicu batuk yang membantu mengeluarkan sekresi
(Purnamiasih,2020).
Daftar Pustaka

Aryayuni C, Siregar T. 2019. Pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada
anak dengan penyakit gangguan pernafasaan di poli anak rsud kota depok. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia. 2(2): 34–42.

Besinung Ira. (2019) Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (Ispa) Di Ruangan Anggrek Rsd Liun Kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah
Sesebanua, Volume 3, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 22-26

Chania Henita. (2020). Pengaruh Teknik Perkusi Dan Vibrasi Terhadap Pengeluaransputum
Pada Balita Dengan Ispa. Keperawatan 25-30

Hanafi & Aryanti, (2020). Penerapan Fisioterapi Dada untuk Mengeluarkan Dahak pada
Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif. Jurnal Keperawatan Profesional
(KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020 hal 44-45

Purnamiasih DPK. 2020. Pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pada anak
dengan pneumonia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia. 5(10): 1053–1064

Rahmi Nuzulia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (Ispa) Diruang Dahlia Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten
Jember. Keperawatan 45-51

Wahyuningsih, S., Sitti, R. & Syahrul, B. 2017. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada
Balita di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima . Higiene,
Vol 3 (2): 98-105
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA

ANAK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA ANAK


PENGERTIAN Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukanpada klien
yang mengalami retensi dan gangguan oksigenasi yang
memerlukanbantuan untuk mengencerkanatau
mengeluarkan sekresi.
TUJUAN 1. Membersihkan jalan nafas dari akumulasi sekret.
2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
3. Mencegah penumpukan secret.
PERALATAN 1. Alas/perlak
2. Stetoskop
3. Air hangat dalam baskom
4. Tissue
5. Handuk kecil
6. Bengkok
7. Handscon
TAHAP PRA 1. Melakukan pengecekan program terapi
INTRAKSI 2. Menyiapkan air panas dalam baskom
3. Menambahkan minyak kayu putih pada air panas
yang akan digunakan.
4. Membawa alat di dekat pasien dengan benar
TAHAP INTRAKSI 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menanyakan nama dan tanggal lahir pasien
(melihat gelang pasien)
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada keluarga pasien.
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan keluarga
pasien.
1. Mencuci Tangan
2. Menjaga privacy klien.
3. Memasang alas/perlak dan bengkok pada pangkuan
dan air panas pada baskom di lantai.
4. Mengatur posisi pasien (tengkurap di pangkuan)
dengan wajah menghadap ke baskom yang berisi
air panas.
5. Menutup kepala pasien dengan handuk kecil agar
aroma minya kayu putih dapat terhirup dengan
benar.
6. Lakukan clapping dengan cara tangan perawat
menepuk punggung secara bergantian
7. Lakukan vibrasi pada punggung pasien saat dahak
keluar, kemudian bersihkan area mulut dan hidung
pasien dengan tissue.
8. Berikan minyak kayu putih pada punggung dan
telapak kaki pasien.
9. Melakukan auskultasi paru.
10. Merapikan keadaan pasien.
TAHAP TERMINASI 1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien.
3. Merapikan alat-alat
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
SUMBER Suci Miharti, 2016. Penerapan Fisioterapi Dada (Clapping)
Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di Ruang Melati Rsud Dr.
Soedirman Kebumen. Stikes Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai