Anda di halaman 1dari 10

Definisi

(Kemenkes RI, 2020)


Novel Coronavirus (2019-Ncov) adalah virus baru penyebab penyakit saluran pernafasan yang
merupakan satu keluarga dengan virus penyebab SARS dan MERS.

Etiologi Manifestasi Klinik Pemeriksaan Komplikasi Upaya Antisipatif Penatalaksanaan


WHO (2020) Kemenkes RI Penunjang WHO (2020) - Sering cuci tangan pakai sabun Depkes (2006)
 Coronavirus (2020) - Uji laboratorium 1. ARDS - Hindari menyentuh mata, hidung, mulut a. Covid 19 ringan
jenis beta- - Batuk  Kultur darah 2. Sepsis - Gunakan masker - Terapi simtomatik
coronavirus - Pilek - Tes SWAB 3. Septic - Konsumsi gizi seimbang - Jika timbul gejala penyulit, segera rujuk
yang terkait - Demam (Spesimen saluran shock - Hati-hato kontak dengan hewan b. Covid 19 berat
erat dengan - Letih pernafasan) 4. Gagal - Rajin olahraga dan istirahat cukup - Isolasi
virus SARS - PCR multiorgan - Jangan konsumsi daging yang tidak - Implementasi PPI
- Lesu
dan MERS - RO thorax 5. Pneumonia masak - Terapi oksigen dan cairan
- Sakit
6. Infeksi - Hindari kontak dengan orang sakit - Pemberian antibiotik
tenggorokan - Rapid test
sekunder - Jaga jarak (sosial dan physical distancing) - Intubasi dan ventilator
- Gangguan - CT-Scan
7. DIC - Hindari kerumunan - Kateter tertutup untuk hisap saluran napas
pernapasan - Bronkoskopi
8. Kematian - Etika batuk dan bersin - Terapi kortikosteroid
- Fungsi pleura
- Observasi ketat
- Feses dan urin
- Pahami komorbid

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d akumulasi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan ekspansi paru
3. Hambatan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

BY : Anggun Kurnia Wahyuni


Patofisiologi COVID 19

Virus akan masuk ke jalur pernafasan di bagian belakang tenggorokan, duri-duri protein akan menempel ke dalam membran sel. Virus kemudian mereplika diri sangat cepat dan membajak
RNA sel untuk menduplikasi RNA nya sendiri sehingga sel tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh melainkan untuk memperbanyak virusnya. Saat virus berkembang dan menginfeksi
saluran pernafasan atas, virus menyebabkan nyeri tenggorokan dan batuk kering.
Diwaktu bersamaan, interferon memicu aliran protein untuk melawan virus dan berusaha meredakan penyebarannya, namun sel ini tidak selalu tepat sasaran. Jika sistem imun tidak dapat
menghentikan virus bereplikasi, interferon justru beresiko merusak sel secara keseluruhan. Ketika virus dapat melawan sistem imunitas di sistem pernafasan atas, proses ini akan merusak jaringan
paru-paru dan membuat jaringan membengkak.
Akibatnya paru-paru kesulitan memasok oksigen dan karbondioksida di tubuh sulit dikeluarkan. Pembengkakan pada jaringan paru dan kurangnya oksigen di dalam darah membuat
jaringan terisi cairan, nanah dan sel mati. Pada fase ini pasien aksan mengidap pneumonia atau radang paru-paru dan akan mengalami kesulitan bernapas dan akhirnya membutuhkan alat bantu
pernapasan (ventilator)
Asuhan Keperawatan COVID 19

1. Pengkajian Primer
A. Airway management + Cervical control
 Kaji adanya obstruksi atau terjadi sianosis.
 Kaji jalan nafas, apakah ada secret, atau penghalan jalan nafas.
 Bersihkan obstruksi jalan nafas dengan mengangkat dagu, apabila pasien tidak sadar.
 Lindungi jalan nafas dengan orofaringetal atau nasofaringeal, pada pasien tidak sadar
 Apabilajalan nafas defisit, lansung akses menuju oksigenasi intratrakeal.
 Apabila diperlukan dilakukan pembedahan jalan nafas.
B. Breathing + Ventilasi
 Berikan suplemen O2
 Nilai frekuensi nafas
 Kaji pergerakan dada
 Kaji pola napas
 Pantau oksimetri nasdi
C. Circulation
 Nilai frekuensi nadi dan karakteritistiknya. Apakah terjadi takikardi atau bangkikardi.
 Kaji karakter bunyi jantung
 Resusitasi cairan
D. Disabiity
 Nilai kesadaran klien.
 Nilai GCS
 Nilai reflek pupil
 Fungsi motorik dan sensorik klien

2. Pengkajian Sekunder
A. Anamnesa:
 Identitas klien,
 Keluhan utama
 Riwayat perjalanan
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
B. Pemeriksaan Fisik
Pasien yang mengalami demam, batuk, pilek, letih, lesu, gangguan pernafasan dan sakit
tenggorokan yang telah melakukan perjalan ke daerah pandemi/zona merah segera ditempatkan di
ruang isolasi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN /KERITERIA HASIL (NOC) RENCANA TINDAKAN (NIC)

1 Hipertermia b.d dehidrasi, pakaian yang Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, NIC : perawatan hipertermia
tidak sesuai, aktivitas berlebihan hipertermi teratasi dengan : 1. Pastikan kepatenan jalan nafas
Batasan karakteristik : NOC: Termoregulasi : 2. Monitor tanda-tanda vital
 Postur abnormal  Dipertahankan pada4 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
 Apnea  Ditingkatkan pada 5 4. Hentikan aktivitas fisik
 Koma  1= berat 5. Jauhkan pasien dari sumber panas, pindahkan
 Kulit kemerahan  2= cukup berat ke lingkungan yang lebih dingin
 Hipotensi  3= sedang 6. Longgarkan atau lepaskan pakaian
 4= ringan 7. Berikan cairan rehidrasi oral (misalnya cairan
 Gelisah
 5= tidak ada olahraga) atau cairan dingin lain
 Letargi
Dengan kriteria hasil: 8. Pasang akses IV
 Kejang
1) Peningkatan suhu kulit 1/2/3/4/5 9. Pasang NGT, sesuai kebutuhan
 Kulit terasa hangat
2) Hipertermia 1/2/3/4/5 10. Monitor suhu tubuh menggunakan alat yang
 Stupor 3) Perubahan warna kulit 1/2/3/4/5 sesuai (misalnya pemeriksaan rektal atau
 Takikardi 4) Dehidrasi 1/2/3/4/5 eshopagus).
 Takipnea 5) Sakit kepala 1/2/3/4/5 11. Monitor adanya komplikasi (misalnya,
 vasodilatasi gangguan keseimbangan asam basa, edem
pulmonary, edema serebral)
12. Lakukan kompres bawang merah untuk
menurunkan suhu tubuh.
(Cahyaningrum,2017)
13. Lakukan tepid sponge dengan suhu air 30-35 c
untuk menurunkan suhu tubuh. (Astuti puji
ana, asimayanti Eka, Haryani Siti, 2018)
14. Lakukan water spray dan fan cooling untuk
menurunkan suhu tubuh menggunakan air
hangat (Rakhmawati Windi, Redjeki Sri Ike,
Sari Kartika Efris,2013)
15. Lakukan kompres air hangat untuk
menurunkan suhu tubuh (Ambarwati Nur
Winarsih, Purwanti Sri,2005)

Ketidakefektifan Pola Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Monitor Pernafasan


Napas b.d ansietas, selama 3 x 24 jam maka diharapkan 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan 1. Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
posisi tubuh yang Pola napas teratasi bernafas pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas
menghambat, NOC : Status Pernapasan 2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, 2. Penggunaan otot bantu pernafasan mengindikasikan
hiperventilasi,  Dipertahankan pada 4 penggunaan otot-otot bantu nafas dan retraksi pada klien menunjukkan usaha untuk memenuhi
obesitas, nyeri,  Ditingkatkan pada 5 otot supraclaviculas dan intercosta kebutuhan oksigen yang tidak dapat terpenuhi.
keletihan otot 1= deviasi berat dari kisaran normal 3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau 3. Ngorok/ mengi menunjukkan akumulasi secret di
pernapasan. 2= deviasi yang cukup berat dari mengi jalan nafas
kisaran normal 4. Monitor pola nafas (misalnya., bradipnea, takipnea, 4. Mengetahui status pola pernafasan
Batasan karakteristik: 3= deviasi sedang dari kisaran normal hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernaasan 1:1,
Pola napas abnormal, 4= deviasi ringan dari kisaran normal apneustik, respirasi biot dan pola ataxic
perubahan ekskursi 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal 5. Monitor saturasi okseigen pada pasien yang tersedasi 5. Penurunan status oksigen mengindikasikan
dada, Bradipnea, Dengan kriteria hasil: (SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protocol yang ada mengalami kekurangan oksigen yang dapat
penurunana tekanan Status Pernapasan menyebabkan terjadinya hipoksia
ekspirasi, penurunan 1/2/3/4/5 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 6. Ekspansi dada terbatas berhubungan dengan
tekanan inspirasi, Dengan kriteria mayor: atelektasis atau nyeri dada
penurunan ventilasi  Frekuensi pernapasan 7. Perkusi torak anterior dan posterior, dari apex ke basis 7. Bunyi yang dihasikan menandakan kondisi organ
semenit, penurunan  Irama pernapasan paru, kanan dan kiri didalamnya dan dapat mendeteksi gangguan paru-
kapasitas vital,  Kedalaman inspirasi paru dan organ lain
dispnea, peningkatan  Suara auskultasi nafas 8. Catat lokasi trakea 8. Mempermudah tindakan keperawatan selanjutnya
diameter anterior-  Kepatenan jalan nafas 9. Monitor kelelahan otot-otot diafragma dengan 9. Mencegah nafas pendek
posterior, pernapasan pergerakan parasoksial
 Volume tidal
cuping hidung, 10. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi 10. Indikasi adanya gangguan saluran pernafasan
 Pencapaian tingkat insertif spirometri
othopnea, fase penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
 Kapasitis vital
ekspirasi memanjang, suara nafas tambahan
Dengan kriteria minor :
pernapasan bibir, 11. Auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk dicatat 11. Memastikan suara nafas vesikuler
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
takipnea, penggunaan 12. Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan 12. Mengetahui status perkembangan dan intervensi
2. Suara napas tambahan
otot bantu pernapasan. kekurangan udara pada pasien lanjutan
3. Retraksi dinding dada
13. Monitor kemampuan batuk efektif pasien 13. Meningkatkan gerakan secret ke jalan napas
4. Pernapasan pursed lips sehingga mudah untuk dikeluarkan
5. Dispnea saat istirahat 14. Monitor sekresi pernafasan pasien 14. Ada tidaknya sekresi menunjukkan adanya
6. Dispnea saat latihan hambatan pada jalan nafas
7. Orthopnea 15. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan 15. Mencegah kegiatan atau pajanan yang
8. Pengembangan dinding dada tidak yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas menyebabkan terjadinya keluhan sesak
simetris tersebut
9. Gangguan vokalisasi 16. Monitor hasil foto thorax 16. Mengetahui perkembangan dan mencegah
10. Akumulasi sputum komplikasi lanjuta
11. Gangguan ekspirasi 17. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya 17. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja
Atelektasisi nebulizer) nafas, memberikn kelembaban pada membrane
mukosa dan membantu pengenceran secret.

Hambatan Pertukaran Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Terapi Oksigen


Gas b.d selama 3.x 24 jam maka diharapkan 1.Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat 1.Rongga mulut dengan tambahan alat bantu napas
Ketidakseimbangan hambatan petukaran gas teratasi. harus selalu dibersihkan dan diganti untuk mencegah
ventilasi perfusi, NOC : Status pernapasan : pertukaran gas terjadinya infeksi dan cedera mukosa
Perubahan membran  Dipertahankan pada 4 2.Pertahankan kepatenan jalan napas 2.Mempertahan kan ventilasi
alveolus kapiler  Ditingkatkan pada 5 3.Berikan oksigen tambahan 3.Membantu memaksimalkan ventilasi udara yang
Batasan karakteristik: 1= deviasi berat dari kisaran normal masuk keparu
Gas darah arteri 2= deviasi yang cukup berat dari 4.Monitor aliran oksigen 4.aliran yang terPlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
abnormal, pH arteri kisaran normal menurunkan kondisi pasien
abnormal, pola 3= deviasi sedang dari kisaran normal 5.Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan 5.perangkat oksigen tanpa perawatan dapat
pernapasan abnormal, 4= deviasi ringan dari kisaran normal perangkat oksigen mengakibatkan kerusakan kulit dan mukosa
warna kulit abnormal, 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal 6. Pertahankan kepatenan jalan napas 6. Mempertahan kan ventilasi
konfusi, penurunan Dengan kriteria hasil: 7.Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang 7. Posisi semi fowler menggunakan gaya gravitasi untuk
karbon dioksida,  Pertukaran Gas adekuat membantu pengembangan paru dan mengurangi
diaforesis, dispnea, 1/2/3/4/5 tekanan dari abdomen pada diagfragma
hiperkapnia, Dengan kriteria mayor : 8.Monitor keseimbangan ph arteri PaCO2 dan HCO3 8. ph arteri PaCO2 dan HCO3 Menunjukkan status
hipoksemia, hipoksia,  Tekanan parsial oksigen di darah arteri keseimbangan asam basa
iritabilitas, napas (PaO2) 9. penurunan kesadaran merupakan salah satu tanda
cuping hidung,  Tekanan parsial karbondioksida di 9.Monitor status neurolog gangguan oksigenasi
gelisah, samnolen, darah arteri (PaO2) 10.Posisikan pasien 10.Posisi semi fowler menggunakan gaya gravitasi untuk
takikardia, gangguan  pH arteri membantu pengembangan paru dan mengurangi
penglihatan.  saturasi oksigen 11. Anjurkan pernapasan lambat dan dalam tekanan dari abdomen pada diagfragma
 tidal karbondioksida akhir 12. Beri obat yang meningkatkan patensi jalan napas dan 11. Meningktakan ventilasi yang efektif sehingga tidak
 hasil rontgen dada pertukaran gas terjadi kelelahan
13. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasak 12. Bronkodilator dapat diberikan untuk membantu
 keseimbangan ventilasi dan perfusi
setiap kali perangkat diganti ventilasi dengan efek vasodilatasi saluran napas
Dengan kriteria minor :
13. Melihat kepatenan alat dan mencegahh peningkatan
1. Dispnea saat istirahat
14. Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen resiko infeksi
2. Dispnea dengan aktivitas ringan
14. Sesak menyebbka penurunan konsumsi O2
3. Perasaan kurang istirahat
15. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara 15. Mendokumentaskan dengan benar terapi oksigen
4. Sianosis, Mengantuk
berkala untuk memastikan bahwa konsentrasi yang yang diberikan
5. Gangguan kesadaran
telah dtentukan sedang diberikan
Daftar Pustaka

Borley, Neil R. Grace, Pience A.2007 At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga
Medical Series

Corwin, Elizabrth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed 3. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Edisi8 EGC.
Jakarta

Herdman, T Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:EGC

Tapan, Erik. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Elek Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai