Makalah Keluarga
Makalah Keluarga
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar
terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan
perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup
keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya.
Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan suatu kesatuan
yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak.
Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar
semua pribadi dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini
ternyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia
(disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Melihat rumusan masalah yang ada, maka yang akan menjadi tujuan penulisan pada
makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan pengertian keluarga
2. Menjelaskan masalah-masalah yang ada dalam keluarga
3. Mengemukakan upaya penyelesaian masalah-masalah yang dapat timbul dalam
keluarga.
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan tersusunnya makalah mengenai masalah-masalah dalam
keluarga ini, kita dapat mengetahui dan memperlajari lebih dini mengenai intrik-intrik, atau
masalah yang akan muncul dalam sebuah keluarga yang tentu cukup kompleks. Hal ini
tentu terkait bagaimana kita bisa menjaga kedinamisan, dan keharmonisan keluarga dimasa
depan.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih luas
dalam melihat suatu permasalahan dalam kelurga, dengan melihat aspek-aspek lain dalam
setiap komponen keluarga, sebagai pondasi kerukunan dan keharmonisan hidup secara
berdampingan dalam sebuah institusi sosial yaitu keluarga.
A. Definisi Keluarga
Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak,
kakek dan nenek.
Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu sama lain.
Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
Duvall
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
Bailon dan Maglaya
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan
suatu budaya.
Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah
yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal
dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan orang yang lainnya.
Lancester dan Stanhope (1992)
Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang
berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya
bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian
tugas antara satu dengan yang lainnya.
1. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Tradisional
The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
· The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
· Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri.
· The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
· The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
· The single parent famili
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
Soal penghasilan yang berat sebelah, dimana perempuan memiliki dompet yang
lebih tebal ketimbang pasangan, tak jarang kerap jadi pemicu masalah dalam rumah tangga.
Meski ada juga para istri yang mengaku tak keberatan dengan gaji suami yang lebih kecil,
namun banyak juga yang beranggapan bahwa pria lah yang harus bertanggungjawab
terhadap seluruh pengeluaran keluarga. Istri hanya membantu seperlunya saja.
Uang memang selalu jadi sumber masalah. Malah ada yang bilang bisa jadi 'setan'
dalam rumah tangga jika berada dalam tempat yang tak semestinya. Bagi pria, uang atau
pekerjaan bisa jadi kebanggaan utama sekaligus sumber egonya. Makanya banyak yang
diam-diam atau secara terang-terangan menunjukkan sikap 'permusuhan' manakala karir si
istri melaju pesat, yang berujung pada pundi-pundi uang yang kian gemuk. Sementara karir
si pria tetap tak beranjak atau justru mentok.
Banyak pria menjadi lebih sensitive jika penghasilan istri lebih besar. Hal ini biasanya
disebabkan latar belakang keluarga, budaya serta psikodinamika kepribadian. Pengaruh
budaya yang lebih menonjolkan peran laki-laki disbanding perempuan dan stereotip bahwa
pria sebagai kepala keluarga, pencari nafkah sekaligus pelindung. Makanya, jika
pendapatan istri lebih besar, memengaruhi harga diri pria dalam keluarga, terutama di Asia.
Padahal kalau kita tengok Eropa atau Amerika, sudah wajar jika gaji perempuan lebih besar
dari suami.
Akan halnya suami yang bisa menerima kondisi jika penghasilan istri lebih besar, si
pria ini biasanya punya kepribadian yang terbuka dan easy going. Para istri akan terbantu
dengan sikap ini karena bisa saling mendukung. Bahkan tak jarang, para suami juga mau
membantu pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci atau menjaga anak.
Berikut beberapa cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
perbedaan penghasilan antara istri dan suami :
b. Bangga
Selalu tanamkan dalam pikiran Anda bahwa suami Anda adalah pilihan yang paling
tepat. Dari sekian hal kekurangannya, masih banyak kelebihannya yang bisa Anda
banggakan. Jangan sampai karena perbedaan pendapatan membuat penghargaan anda
kepada suami justeru berorientasi hanya kepada kemampuan finansial saja.
c. Lemah lembut
Jangan sampai terkesan bersikap bossy terhadap suami sendiri. Ucapkan kalimat
dengan lemah lembut. Berperilaku dan bertingkah laku tetap dijaga positif.
d. Berbagi
Berpenghasilan lebih besar bukan berarti semua harus istri yang menanggung.
Berbagilah dengan suami, siapa membayar apa, agar semua punya kontribusi yang sama
dalam menjalankan roda perekonomian keluarga
e. Bersukacita
Wanita karir akhir-akhir ini menjadi fenomena alami yang terjadi pada masyarakat
urban. banyak alasan mengapa wanita lebih memilih berkarir. Faktor keuangan memang
menjadi permasalahan yang sangat signifikan yang mendorong wanita untuk survive dan
turun langsung untuk bekerja. Bahkan, banyak dari para wanita karir ini sukses dengan
bisnis yang mereka geluti. hal inilah yang memicu meningkatnya angka pekerja wanita
setiap tahunnya. Namun, dalam beberapa tahun kebelakang banyak kita saksikan di media
massa, tingginya angka kematian wanita karir (terutama wanita yang memilih menjadi
TKW) memberikan efek traumatik bagi suami untuk mengizinkan istri-istrinya untuk berkarir.
Pada uraian di atas, dapat kita lihat beberapa fakta menarik tentang wanita karir.
Desakan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari merupakan alasan yang paling lumrah yang
sering di utarakan oleh wanita karir. Wanita lebih memilih mencari penghasilan tambahan
sendiri untuk keperluan sehari-harinya sementara, kebutuhan pokok keluarga masih tetap
menjadi tanggungan suami. Hal ini memberikan efek positif dalam permasalahan ekonomi,
dimana suami dapat sedikit menyisihkan gaji bulanannya untuk memenuhi kebutuhan
sekunder dan tersier, sedangkan istri selain tetap dapat memenuhi kebutuhan sekuder dan
tersiernya sendiri dia pun dapat membantu suami untuk kebutuhan tersier bersama seperti
mobil, rumah dll.
Selain itu, wanita yang memilih jalur berkarir akan memberikan dampak positif bagi
perusahaan. Dengan hadirnya wanita dalam perusahaan akan meningkatkan produktifitas
perusahaan. Wanita memiliki kemampuan verbal dan non-verbal yang sangat tinggi
dibandingkan pria. Oleh sebab itu, dapat kita lihat banyak perusahaan yang menempatkan
wanita dalam jabatan tertentu yang sifatnya sangat signifikan terhadap peningkatan mutu
perusahaan seperti marketing, acounting, sales promotor, dan sekertaris.. Hal ini dilakukan
untuk memberikan efek positif terhadap pendapatan perusahaan.
Namun, menjadi wanita karir bukan suatu hal yang tidak beresiko. Sebagai contoh,
kejadian-kejadian yang menimpa TKW Indonesia di luar negeri. Tidak banyak dari mereka
mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari para majikannya. Entah itu dalam bentuk
kekerasan fisik, psikis, bahkan materil. Belum ditemukan fakta penyebab yang pasti
mengenai hal ini. Banyak asumsi-asumsi masyarakat yang dilayangkan baik itu yang pro
dan berempati terhadap korban namun tak banyak juga cibiran dari masyarakat. Yang pasti,
hal inilah yang membuat para suami takut untuk melepas istrinya berkarir.
Selain itu, kehadiran wanita karir akan memberikan efek negatif terhadap
keharmonisan keluarga. Saat istri memilih untuk berkarir, hal ini akan meningkatkan sisi
sensifitas suami, dimana suami akan merasa tidak memiliki arti sama sekali sebagai
seorang kepala keluarga. Hal inilah yang menjadi awal keretakan rumah tangga. Dalam
beberapa hal, suami dan istri yang memilih sama-sama berkarir dalam bidang berbeda akan
mudah terpropaganda.
Akan muncul banyak kecurigaan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya komunikasi yang intens antara keduanya dimana keduanya
Ketika kedua orangtuanya sibuk bekerja, anak akan kehilangan institusi keluarga
sebagai media sosialisasi, dan memperoleh kasih sayang. Hal itu tentu tidak baik bagi
perkembangan si anak kedepannya, meskipun ada beberapa keluarga yang memutuskan
untuk menitipkan anaknya kepada sanak keluarga lain, selama mereka bekerja. Namun itu
tidak selamanya bisa menyelesaikan problem pengasuhan anak.
a. Solusi
Sebagai seorang suami, seharusnya kita sudah memahami fenomena ini. Dalam
menyikapi hal ini, seharusnya kita menjadi kepala rumah tangga yang arif dan bijaksana
dalam hal memberikan keputusan. Jika memang penghasilan kita masih bisa mengatasi
permasalahan ekonomi sehari-hari keluarga maka solusi tepatnya adalah memberikan
penjelasan kepada istri akan arti pentingnya dia untuk anak-anak. istri akan sangat peka
apabila sebagai suami kita bersikap arif dan memberikan penjelasan kepada istri secara
baik juga mereka akan peka dalam hal anak-anak. Sebagai suami sudah seharusnya kita
memberikan nasehat pada istri sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kita.
Jika istri terpaksa harus berkarir diluar rumah, maka tetapkanlah batasan-batasan
untuk dia dan berikan penjelasan untuk dia mengenai perannya dalam rumah tangga.
Carilah momen yang paling tepat untuk mengkomunikasikan hal ini dengan istri. Usahakan
tetap tegas namun tidak memberikan kesan suami yang otoriter.
Komunikasi yang intens juga merupakan kunci pokok kesuksesan dalam membina
rumah tangga. Jadi apa salahanya anda setiap jamnya mengabari aktivitas anda di kantor
agar tidak ada rasa saling curiga satu dengan yang lainnya. Menanyai kabar istri juga
menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan bagi istri atau mungkin hanya sekedar basa-
basi menanyakan jenis masakan yang sedang dimasak, memuji masakannya, menyatakan
perasaan ingin cepat pulang kerumah dan lain-lain akan memberikan kesan istimewa bagi
sang istri. Atau sesekali meluangkan waktu untuk berliburan bersama dimana hanya ada
anda, dia dan anak-anak disana. Mungkin dapat berupa piknik, kemping, rekreasi ke tempat
Permasalahan yang muncul pada sebuah keluarga tanpa anak justru disebabkan
oleh sikap masyarakat atau lingkungan sekitar yang "menuntut" adanya anak. Baik "tuntutan"
secara langsung, misalnya ayah atau ibu mertua yang terus menerus meminta cucu, maupun
tidak langsung, mulai sekedar gunjingan ringan, hingga gosip menjengkelkan.
Jika di awal pernikahan konsep yang dipegang adalah memiliki memongan, maka
ketidak hadiran si buah hati bisa menjadi masalah besar. Dalam banyak istri merasa lebih
tertekan jika setelah beberapa tahun belum juga mendapatkan keturunan. Apalagi bila
diketahui bahwa sang istri mempunyai masalah fertilitas, sehingga tekanan pun akan
semakin besar. Dalam kasus tersebut, tak jarang muncul tekanan dari lingkungan, bahkan
dari suami agar mengijinkan poligami. Sebagian istri akhirnya menyerah pada tekanan dan
merelakan suaminya berpoligami. Tapi hal itu sangat kecil kemungkinannya, karena pada
dasarnya tidak ada seorang istri pun yang rela suaminya menikah lagi atau pun diduakan.
Ketidak hadiran buah hati ini bisa menimbulkan masalah ketika keduanya atau
salah satu pihak tidak membuka pikiran untuk menerima keadaan dan mudah terpengaruh
pada lingkungan sekitar. Ada yang tidak peduli namun ada juga sebagian pasangan yang
terganggu dengan ketiadaan anak ini. Biasanya hal tersebut dikarenakan tidak adanya
komunikasi dua arah diantara mereka.
a. Cek Ke Dokter
Patut pula dipahami bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan, tidak
ada yang sempurna. Oleh karena itu ketika anak tak kunjung hadir dalam kehidupan
berumah tangga, jangan pernah berpikiran negatif terhadap pasangan kita. Tetap yakinkan
dalam hati kalau ia adalah jodoh kita. Tetaplah saling mendukung, menyayangi, dan
senantiasa berdoa kepada Allah SWT.
Zaman modern saat ini memberikan kemudahan bagi pasangan suami istri yang
memiliki tidak bisa atau sulit memiliki anak. Cara yang dapat ditempuh antara lain, dengan
bayi tabung. Namun terlebih dahulu tentu harus dibicarakan mengenai rencana tersebut
dengan matang antara suami, dan istri.
Selain itu, ada alternatif lain dengan mengadopsi anak, ataupun mengalihkan kasih
sayang kita kepada keponakan-keponakan yang dekat. Namun sebelum mengambil
keputusan maka hal utama yang harus dilakukan adalah berfikir secara matang, jangan
terburu-buru, agar tidak menimbulkan konflik atau masalah baru kedepannya.
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak family dalam keluarga
kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya
tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku
kepada adik ipar oleh pasangan kita yang tidak dilakukan dengan transparan.
Selain itu, Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik,
karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumah tangga anak dan menantunya.
Hal ini tentu akan sangat mengganggu keharmonisan rumah tangga seseorang.
Situasi yang dihadapi jika hal di atas terjadi tentu akan sulit bagi suami Anda. Di satu
sisi, dia ingin membela Anda, namun di sisi lain dia tidak bisa marah pada ibunya.
Sebagai istri, tentu bingung harus bersikap bagaimana. Perasaan kesal dengan
sikap mertua dan suami pun sepertinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Namun, berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut yakni sebagai berikut :
c. Kompromi
Diskusikan dengan suami, sikap ibunya yang sudah mengganggu pernikahan itu.
Minta pada suami untuk menciptakan batasan apa saja yang boleh mertua ikut campur
dalam hubungan Anda. Katakan padanya untuk menyampaikan hasil diskusi itu pada
ibunya.
Dalam kompromi tersebut, usahakan jangan terlalu membuat perubahan yang besar.
Kompromi itu sebaiknya juga tetap menguntungkan dari sisi mertua atau suami.
Ini bukan waktu untuk bertele-tele. Bersikaplah tulus dan jujur dengan diri sendiri.
Bersikaplah tulus dan jujur dengan pasangan Anda. Untuk mengatasi masalah penyebab
dan tingkat keparahan, situasi harus dievaluasi. Sekarang jika anda tidak menghadapi
penyebabnya, Anda membuang-buang waktu.
Solusinya bisa sesederhana komunikasi yang meningkat. Pasangan adalah mitra
Anda yang telah Anda pilih untuk berbagi hidup dengan Anda. Bahas isu-isu. Diskusikan
keprihatinan Anda. Gunakan kejujuran tapi sekali lagi, jangan menyalahkan.
Ada beberapa sumber daya yang besar di luar sana untuk dijelajahi. Mungkin
masalahnya adalah medis. Apakah ini telah dibicarakan dengan dokter Anda. Mereka
mendengar semua itu. Tak perlu malu. Internet adalah sumber daya yang fantastis. Namun
di saat yang sama hati-hati dengan internet. Informasi hanya sebagai pemasok. Tahu
sumber Anda dan ambil informasi. Lihat artikel di majalah atau buku. Ada juga tersedia
konselor yang menangani masalah ini. Beberapa komunitas menawarkan dukungan atau
kelompok swadaya. Titik utama adalah Anda tidak sendirian. Hal ini biasa terjadi dan perlu
ditanggapi.
6. Ragam Perbedaan
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu
saja juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan
meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba
pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi
Berikut beberapa solusi yang dapat ditempuh dalam meyikapi masalah perbedaan
yang ada dalam keluarga :
a. Saling Pengertian
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan
tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan
ini adalah saling menerima dan pengertian.
Kalau pasangan Anda seorang yang pendiam maka harus diimbangi, jangan terlalu
cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur
ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah.
Intinya tidak boleh saling menyalahkan, dengan besatunya pasangan dalam sebuah
mahligai rumah tangga, menandakan sudah adanya komitmen untuk saling memahami,
mengerti, dan tentunya saling melengkapi.
A. Kesimpulan
Keluarga merupakan wadah sosialisasi yang pertama, dan penting, karena akan
sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Anak yang tumbuh dalam sebuah
keluarga akan mencerminkan pola pengasuhan yang diterapkan kepada dia, dalam
kehidupannya sehari. Maka dari itu peran keluarga tempat tumbuh dan berkembangnya
individu memegang peranan yang cukup central.
Meskipun keluarga inti hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak, namun konflik-konflik
atau masalah selalu mengikuti dinamika perkembangan keluarga. Beberapa masalah yang
sering muncul sebagai pemicu konflik antara lain
Namun, jika kita dapat menyikapi setiap masalah tadi dengan bijak, dan baik maka
masalah tadi yang malah akan memperkuat keutuhan sebuah keluarga. Masalah tersebut
akan melibatkan pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, serta kerjasama antar anggota
keluarga dalam merumuskan sebuah solusi. Hal itu tentu akan mempererat persatuan, dan
kesolitan sebuah keluarga.
Sebagai sebuah catatan bahwa dalam upaya menyelesaikan masalah keluarga
haruslah dipahami betul kompleksitas serta kerumitan masalah yang dihadapi. Semua harus
sadar bahwa setiap masalah memiliki kompleksitas masing-masing sehingga tidak bisa
begitu saja mengaplikasikan sebuah teori untuk menyelesaikannya. Semua juga harus ingat
bahwa selain teori-teori yang ada, sebenarnya masyarakat juga memiliki budaya sendiri
dalam menyelesaikan masalahnya.